PENCAHAYAAN ALAMI DAN PENCAHAYAAN BUATAN
Sistem pencahayaan dalam ruang dapat dibagi menjadi dua bagian besar berdasarkan sumber energi yang digunakan, yaitu sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan. Kedua sistem ini memiliki karakteristik yang berbeda, dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
A. Sistem Pencahayaan Alami Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurangkurangnya 1/6 dari pada luas lantai.
Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami mendapat keuntungan, yaitu:
1.
Variasi intensitas cahaya matahari.
2.
Distribusi dari terangnya cahaya.
3.
Efek dari lokasi, pemantulan cahaya.
4.
Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung.
Pencahayaan alami dalam sebuah bangunan akan mengurangi penggunaan cahaya buatan, sehingga dapat menghemat konsumsi energi dan mengurangi tingkat polusi. Tujuan digunakannya pencahayaan alami yaitu: 1. menghasilkan cahaya berkualitas yang efisien serta meminimalkan silau dan berlebihnya rasio tingkat terang 2. memberikan suasana yang lebih menyenangkan 3. membawa efek positif lainnya dalam psikologi manusi. Agar dapat menggunakan cahaya alami secara efektif, perlu dikenali ke beberapa sumber cahaya utama yang dapat dimanfaatkan :
1.
Sunlight, cahaya matahari langsung dan tingkat cahayanya tinggi.
2.
Daylight, cahaya matahari yang sudah tersebar dilangit dan tingkat cahayanya rendah.
3.
Reflected light, cahaya matahari yang sudah dipantulkan.
Sistem Pencahayaan Alami
Berikut ini adalah lima strategi dalam merancang untuk pencahayaan matahari efektif (Egan & Olgyay, 1983): 1.
Naungan (shade), naungi bukan pada bangunan untuk mencegah silau (glare) dan panas yang berlebihan karena terkena cahaya langsung.
2.
Pengalihan (redirect), alihkan dan arahkan cahaya matahari ketempattempat yang diperlukan. Pembagian cahaya yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan adalah inti dari pencahayaan yang baik.
3.
Pengendalian (control), kendalikan jumlah cahaya yang masuk kedalam runag sesuai dengan kebutuhan dan pada waktu yang diinginkan. Jangan terlalu banyak memasukkan cahaya ke dalam ruang, terkecuali jika kondisi untuk visual tidaklah penting atau ruangan tersebut memang membutuhkan kelebihan suhu dan cahaya tersebut (contoh : rumah kaca).
4.
Efisiensi, gunakan cahaya secara efisien, denag membentuk ruang dalam sedemikian
rupa
sehingga
terintegrasi
dengan
pencahayaan
dan
menggunakan material yang dapat disalurkan dengan lebih baik dan dapat mengurangi jumlah cahaya masuk yang diperlukan. 5.
Intefrasi, integrasikan bentuk pencahayaan dengan arsitektur bangunan tersebut. Karena jika bukan untuk masuk cahaya matahari tidak mengisi
sebuah peranan dalam arsitektur bangunan tersebut, nukan itu cenderung akan ditutupi dengan tirai atau penutup lainnya dan akan kehilangan fungsinya. Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila : 1. Pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu seternpat terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan. 2. Distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan kontras yang mengganggu.
Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari: Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat pencahayaan pada suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan terhadap tingkat pencahayaan bidang datar di lapangan terbuka yang merupakan ukuran kinerja lubang cahaya ruangan tersebut. Faktor pencahayaan alami siang hari terdiri dari 3 komponen meliputi : 1.
Komponen langit (faktor langit-fl) yakni komponen pencahayaan langsung dari cahaya langit.
2.
Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar - frl) yakni komponen pencahayaan yang berasal dari refleksi benda-benda yang berada di sekitar bangunan yang bersangkutan.
3.
Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam frd) yakni komponen pencahayaan yang berasal dad refleksi permukaan-permukaan dalam ruangan, cahaya yang masuk ke dalam ruangan akibat refleksi benda-benda di luar ruangan maupun cahaya langit (lihat gambar).
Langit Perancangan Dalam ketentuan ini sebagai terang langit diambil kekuatan terangnya langit yang dinyatakan dalam lux. Karena keadaan langit menunjukkan variabilitas yang besar, maka syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh keadaan langit untuk dipilih dan ditetapkan sebagai Langit Perancangan adalah : 1. Bahwa langit yang demikian sering dijumpai. 2. Memberikan tingkat pencahayaan pada bidang datar di lapangan terbuka, dengan nilai dekat minimum, sedemikian rendahnya hingga frekuensi kegagalan untuk mencapai nilai tingkat pencahayaan ini cukup rendah. 3. Nilai tingkat pencahayaan tersebut tidak boleh terlampau rendah sehingga persyaratan tekno konstruktif menjadi terlampau tinggi. Sebagai Langit Perancangan ditetapkan : 1. Langit biru tanpa awan atau 2. Langit yang seluruhnya tertutup awan abu-abu putih. Langit Perancangan ini memberikan tingkat pencahayaan pada titik-titik di bidang datar di lapangan terbuka sebesar 10.000 lux. Untuk perhitungan diambil ketentuan bahwa tingkat pencahayaan ini asalnya dari langit yang keadaannya dimana-mana merata terangnya (uniform luminance distribution).
Faktor Langit Faktor langit (fl) suatu titik pada suatu bidang di dalam suatu ruangan adalah angka perbandingan tingkat pencahayaan langsung dad langit di titik tersebut dengan tingkat pencahayaan oleh Terang Langit pada bidang datar di lapangan terbuka.
Pengukuran kedua tingkat pencahayaan tersebut dilakukan dalam keadaan sebagaiberikut: 1. Dilakukan pada saat yang sama. 2. Keadaan langit adalah keadaan Langit Perancangan dengan distribusi terang yang merata di mana-mana. 3. Semua jendela atau lubang cahaya diperhitungkan seolah-olah tidak ditutup dengan kaca.
Lubang Cahaya Efektif Bila suatu ruangan mendapatkan pencahayaan dad langit metalui lubang-lubang cahaya di beberapa dinding, maka masing-masing dinding ini mempunyai bidang lubang cahaya efektifnya sendiri-sendiri lihat gambar 4 ). Umumnya lubang cahaya efektif dapat berbentuk dan berukuran lain daripada lubang cahaya itu sendiri. Hal ini, antara lain dapat disebabkan oleh: 1. Penghalangan cahaya oleh bangunan lain clan atau oleh pohon. 2. Bagian-bagian dari bangunan itu sendiri yang karena menonjol menyempitkan pandangan ke luar, seperti balkon, konstruksi "sunbreakers" dan sebagainya. 3. Pembatasan-pembatasan oleh letak bidang kerja terhadap bidang lubang cahaya . 4. Bagian dari jendela yang dibuat dari bahan yang tidak tembus cahaya.
Untuk merancang pencahayaan dengan baik tidak cukup hanya memperhatikan strategi-strategi diatas saja, tapi perhatikan dari mulai skala yang lebih besar yaitu dengan memperhatikan rancangan bangunan, baru kemudian mengarah ke skala yang lebih kecil, seperti elemen dari bangunan tersebut.
Sebelum merancang bangunan seorang perancang harus mempelajari keadaan alam di tapak tersebut, seperti sudut dan pergerakan matahari, kondisi langit, arah angin, iklim, dan sifat-sifat dari tapak tersebut. Setelah memahami keadaan tapak perancangan bangunan dapat dilakukan dengan mengsinkronisasi antara alam dengan bangunan. Jika bangunan sudah dirancang dan dibentuk sejalan dengan alam, maka unsur-unsur seperti pengudaraan dan pencahayaan akan mengalir dan
berjalan denag baik. Maka dari itu, sebaiknya dipelajari faktor-faktor dalam bangunan yang perlu disesuaikan dengan keadaan alam.
B. Sistem Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi pokok pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut: 1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat. 2. Memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman. 3. Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja 4. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayangbayang. 5. Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.
Penerangan Buatan Diperlukan Bila : Tidak tersedia cahaya alami siang hari. Tidak tersedia cukup cahaya alami dari matahari. Cahaya alami matahari tidak dapat menjangkau tempat tertentu di dalam ruangan yang jauh dari jendela. Diperlukan cahaya merata pada ruang lebar Diperlukan intensitas cahaya konstan. Diperlukan pencahayaan dengan warna dan arah penyinaran mudah diatur. Cahaya buatan diperlukan untuk fungsi khusus. Diperlukan cahaya dengan efek khusus.
Disamping hal-hal tesebut di atas, dalam perencanaan penggunaan pencahayaan untuk suatu lingkungan kerja maka perlu pula diperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Seberapa jauh pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk menunjang dan melengkapi pencahayaan alami. 2. Tingkat pencahayaan yang diinginkan, baik untuk pencahayaan tempat kerja yang memerlukan tugas visual tertentu atau hanya untuk pencahayaan umum. 3. Distribusi dan variasi iluminasi yang diperlukan dalam keseluruhan interior, apakah menyebar atau tefokus pada satu arah 4. Arah cahaya, apakah ada maksud untuk menonjolkan bentuk dan kepribadian ruangan yang diterangi atau tidak. 5. Warna yang akan dipergunakan dalam ruangan serta efek warna dari cahaya 6. Derajat kesilauan obyek ataupun lingkungan yang ingin diterangi, apakah tinggi atau rendah.
Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat dibedakan atas 3 macam yakni: 1. Sistem Pencahayaan Merata Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh ruangan. Sistem pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak dipergunakan untuk melakukan tugas visual khusus. Pada sistem ini sejumlah armatur ditempatkan secara teratur di seluruh langi-langit. 2. Sistem Pencahayaan Terarah Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah satu arah tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek karena akan tampak lebih jelas. Lebih dari itu, pencahayaan terarah yang menyoroti satu objek tersebut berperan sebagai sumber cahaya sekunder untuk ruangan sekitar, yakni melalui mekanisme pemantulan cahaya. Sistem ini dapat juga digabungkan dengan sistem pencahayaan merata karena bermanfaat mengurangi efek menjemukan yang mungkin ditimbulkan oleh pencahayaan merata.
3. Sistem Pencahayaan Setempat
Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu misalnya tempat kerja yang memerlukan tugas visual. Sistem pencahayaan ini sangat bermanfaat untuk: a. Memperlancar tugas yang memerlukan visualisasi teliti b. Mengamati bentuk dan susunan benda yang memerlukan cahaya dari arah tertentu. c.
Melengkapi pencahayaan umum yang terhalang mencapai ruangan khusus yang ingin diterangi
d. Membantu pekerja yang sudah tua atau telah berkurang daya penglihatannya. e. Menunjang tugas visual yang pada mulanya tidak direncanakan untuk ruangan tersebut.
Tipe Penerangan Buatan Menurut Siswanto (1993:18) penerangan yang digunakan dapat dibedakan menjadi 3 macam sistem/tipe penerangan yaitu : 1. Pencahayaan Umum (General Lighting) Sistem pencahayaan ini harus menghasilkan iluminasi yang merata pada bidang kerja dan bidang ini biasanya terletak pada ketinggian 30-60 inchi diatas lantai. Untuk memenuhi persyaratan itu maka armatur harus dipasang simetris, dan jarak lampu satu dengan lainnya perlu diperhatikan, dianjurkan antara 1,5-2 kali jarak antara lampu dan bidang kerja. 2. Pencahayaan Terarah (Localized General Lighting) Pada tipe ini diperlukan bila intensitas penerangan yang merata tidak diperlukan untuk semua tempat kerja tetapi hanya bagian tertentu saja yang membutuhkan tingkat iluminasi, maka lampu tambahan dapat dipasang pada daerah tersebut. 3. Pencahayaan Lokal (Local Lighting) Sistem pencahayaan lokal ini diperlukan khususnya untuk pekerjaan yang membutuhkan ketelitian. Kerugian dari sistem pencahayaan ini dapat menyebabkan kesilauan, maka pencahayaan lokal perlu dikoordinasikan dengan penerangan umum.
Menurut Suma’mur PK (1998:10) ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pencahayaan buatan antara lain: 1. Pembagian lumensi dalam lapangan penglihatan. Lapangan penglihatan yang baik adalah dengan kekuatan terbesar ditengah pada daerah kerja yang dilakukan. Perbandingan terbaik antara lumensi pusat, daerah sekitar pusat dan lingkungan sekitarnya adalah 10:3:1. Kondisi penerangan dinyatakan baik atau tidak bila memenuhi syarat jika perbedaan lumensi melebihi perbandingan 40:1 baik di lapangan penglihatan pekerjaan maupun terhadap lingkungan luar. 2. Kesilauan Terjadi bila perbedaan penyebaran luminensi melebihi perbandingan 40 :1, namun
pada
umumnya
terjadi
karena
keterbatasan
kemampuan
penglihatan.Kepekaan retina seluruhnya menyesuaikan dengan luminensi rata-rata sehingga pda lapangan penglihatan dengan luminensi berbeda, retina terlalu peka untuk luminensi yang tinggi, tetapi sangat kurang peka untuk daerah yang samar-samar. 3. Arah Cahaya Sumber cahaya yang cukup jumlahnya sangat berguna dalam mengatur pencahayaan yang baik. Cahaya dari berbagai arah dapat meniadakan gangguan oleh bayangan. 4. Warna Cahaya Warna cahaya dan komposisi spektrumnya sangat penting dalam membandingkan dan mengkombinasikan warna-warna dalam lingkungan kerja atau tempat kerja sebagai akibat pencahayaan yang menentukan rupa dari lingkungan. Dengan adanya kombinasi tata warna dan dekorasi yang serasi maka akan menimbulkan suasana kerja yang nyaman sehingga kegairahan kerja akan meningkat. 5. Panas akibat sumber cahaya. Baik sumber pencahayaan alam maupun pencahayaan buatan dapat menimbulkan suhu udara di tempat kerja. Pertambahan suhu yang berlebihan
dapat mengakibatkan ketidaknyamanan bekerja dan akan merupakan beban tambahan.
Jenis Lampu Sumber Penerangan Buatan Menurut Siswanto (1989:22) ada 3 jenis lampu sebagai sumber penerangan buatan yaitu: 1. Lampu Pijar (Incandescent Lamp) Cahaya sebagian besar terdiri dari infra merah yang dapat mencapai 7580% sedangkan ultra violet pada lampu pijar umumnya diabaikan. Pemanfaatan lampu pijar sebagai sumber penerangan buatan mempunyai kerugian yaitu memancarkan radiasi dan suhu permukaan dapat mencapai 60° C atau lebih sehingga ruangan terasa tidak nyaman dan lampu pijar memberikan kesan psikis hangat karena warna cahayanya kuning kemerahan. 2. Lampu Pelepasan Listrik Bertekanan Rendah (Electric Dicharge Lamp atau Flourescen Lamp) Lampu jenis ini lebih dikenal dengan nama lampu fluorescent atau lampu TL (Tube Lamp), cahayanya berasal dari proses transformasi energi listrik menjadi ultra violet pada saat aliran listrik melalui gas-gas misalnya Argon, Neon, uap Mercuri, tergantung dari zat-zat fluorescent maka lampu TL dapat dibuat sehingga cahayanya menyerupai cahaya lampu pijar, cahaya matahari. 3. Lampu Pelepasan Listrik Bertekanan Tinggi (Mercury Vapor Lamp) Secara prinsip lampu ini sama dengan lampu TL, tetapi dengan tekanan tinggi radiasi cahayanya tergantung dari jenis gas dan tekanan yang diisikan. Pada lampu Mercuri memancarkan cahaya dalam empat panjang gelombang yang
berwarna
ungu,
biru,
kuning,
dan
hijau.
Warna cahaya yang dipancarkan oleh lampu mercuri adalah tergantung oleh tekanan uapnya. Lampu mercuri dapat dikombinasikan dengan lampu pijar atau lampu tabung mercuri diberi lapisan zat fosfor untuk mengubah radiasi ultra violet menjadi cahaya yang berwarna merah. Lampu ini dapat menurun
sampai 30%. Bila mengalami kenaikan diatas 5% maka lampu akan rusak karena panas. Menurut Achmad sujudi (1999:26) agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan tindakan sebagai berikut : 1. Pencahayaan alami maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan dan memiliki intensitas sesuai dengan peruntukannya. 2. Kontras sesuai kebutuhannya, hindarkan terjadinya kesilauan atau bayangan. 3. Untuk ruang kerja yang mempergunakan peralatan berputar untuk tidak menggunakan lampu neon. 4. Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan sering dibersihkan. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.
5 Sistem Penerangan o Sistem penerangan langsung o Penerangan semi langsung o Penerangan diffus o Penerangan semi tidak langsung o Penerangan tidak langsung Dari sistem penerangan tersebut ternyata ada yang diserap, direfleksikan dan ditransmisikan a. Absorbsi Sebahagian dari cahaya yang mengenai suatu permukaan akan diserap oleh permukaan itu. b. Refleksi Jumlah cahaya yang dipantulkan tidak ditentukan oleh mengkilatnya suatu permukaan, tetapi oleh sifat-sifat dan permukaan bahannya. c. Transmisi Bahan tembus cahaya seperti kaca dan seluloida akan memantulkan atau menyerap hanya sebagian saja dari cahaya yang mengenai.
Secara keseluruhan, untuk suatu permukaan bahan berlaku ketentuan: a + r + t =1
Secara umum ada tiga jenis lampu yang beredar di pasaran : 1. Lampu pijar (incandescent), cahaya dihasilkan oleh filamen dari bahan tungsten (titik lebur > 2200º C) yang berpijar karena panas. 2. Lampu fluorescent, cahaya dihasilkan oleh pendaran bubuk fosfor yang melapisi bagian dalam tabung lampu. 3. Lampu HID (High-Intensity Discharge lamps), cahaya dihasilkan oleh lecutan listrik melalui uap zat logam.
Daya Pencahayaan Maksimum Menurut SNI
Untuk Ruang Kantor/ Industri adalah 15 watt / m2
Untuk Rumah tak melebihi 10 watt / m2
Untuk Toko 20-40 watt / m2
Untuk Hotel 10-30 watt / m2
Untuk Sekolah 15-30 watt / m2
Untuk Rumah sakit 10-30 watt / m2
Coba terapkan perhitungan tersebut di atas pada setiap ruang di rumah, kemudian jumlahkan dan dirata-rata. Jika jumlahnya berlebih, sebaiknya kurangi titik lampu atau gunakan jenis lampu hemat energi. Terdapat dua aspek penting dari perencanaan penerangan, pertama yaitu menentukan jumlah armature yang dibutuhkan berdasarkan nilai intensitas yang diberikan, sedangkan yang kedua adalah rekomendasi pemasangan berdasarkan bentuk ruangan. Untuk mendapatkan JUMLAH LAMPU pada suatu ruang dapat dihitung dengan metode factor utilisasi ruangan, rumusnya adalah sebagai berikut : N = ( 1.25 x E x L x W ) / ( kΦ x η LB x η R )
Dimana : N
= Jumlah armature
1.25 = Faktor Perencanaan E
= Intensitas Penerangan ( Lux )
L
= Panjang Ruang ( meter )
W
= Lebar Ruang ( meter )
Φ
= Flux Cahaya ( Lumen )
η LB = Efisiensi armature ( % ) ηR
= Factor Utilisasi Ruangan ( % )
FLUX CAHAYA sendiri bisa diketahui melalui rumus berikut :
Ø = W x L/w
Dimana : Ø = Flux Cahaya ( Lumen ) W = daya lampu ( Watt ) L/w= Luminous Efficacy Lamp ( Lumen / watt ) Beberapa data tersebut di atas dapat dilihat pada catalog ( kardus ) lampu
FAKTOR RUANGAN ( k ) dapat diketahui dari data dimensi ruangan, rumusnya sebagai berikut :
K = ( A x B ) / ( h ( A + B ))
Dimana : A = lebar ruangan ( meter ) B = panjang ruangan ( meter ) H = tinggi ruangan ( meter ) h = H – 0.85 ( meter )
Tabel Kuat Penerangan (E) Perkantoran
= 200 - 500 Lux
Apartemen / Rumah
= 100 - 250 Lux
Hotel
=200 - 400 Lux
Rumah sakit / Sekolah
= 200 - 800 Lux
Basement / Toilet / Coridor / Hall / Gudang / Lobby
= 100 - 200 Lux
Restaurant / Store / Toko
= 200 - 500 Lux
Contoh Perhitungan Penerangan
Parameter perencanaan untuk perhitungan penerangan ruang dipengaruhi oleh dimensi ruangan, kualitas cahaya yang disesuaikan dengan fungsi ruangan, jumlah lampu tiap armature, jenis lampu dan warna ruangan. Dari data-data tersebut dapat diketahui jumlah armature dan pemasangannya. Suatu contoh perencanaan penerangan ruang meeting dengan data dimensi ruangan: A = 15 meter, B = 8 meter, H = 3.5 meter dan h = 2.5 meter Intensitas yang dikehendaki pada ruangan sebesar 300 Lux Lampu yang dipakai adalah Osram Dulux EL/D 2x24 Watt dari data di kardusnya memiliki 1800 lumen dan nilai efisiensi armature sebesar 0.58. Tingkat refleksi ruangan diketahui sebagai berikut : langit-langit = 0.8 ; dinding = 0.5 dan lantai 0.3. Factor utilitas ruangan diketahui dari table sebesar 0.91
perhitungan dimulai dengan mencari factor ruangan ( k ) K = ( A x B ) / ( h ( A + B )) K = ( 15 x 8 ) / ( 2.5 ( 15 + 8 )) K = ( 120 ) / ( 57.5 ) = 2
setelah itu baru dicari jumlah armature-nya ( n )
N = ( 1.25 x E x L x W ) / ( kΦ x η LB x η R ) N = ( 1.25 x 300 Lux x 15 m x 8 m ) / ( 2 x 1800 x 0.58 x 0.91 ) N = 23
Jadi jumlah armature-nya 23, dibulatkan menjadi 24 armature, disarankan dibagi menjadi 3 baris tiap barisnya terdiri dari 8 armature untuk dimensi ruangan seperti tersebut di atas. Semoga tulisan ini memberi manfaat bagi penulis dan pembacanya. Tiada gading yang tak retak, tulisan ini masih mungkin kurang sempurna jadi mohon masukannya