Penatalaksanaan_hepatitis.docx

  • Uploaded by: Rismayanti Saleha
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Penatalaksanaan_hepatitis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,146
  • Pages: 5
Penatalaksanaan 

Pengobatan hepatitis virus terutama bersifat suportif, misalnya istirahat sesuai kebutuhan



Pasien yang menderita hepatitis harus menghindari konsumsi alkohol. Alkohol memperburuk stadium dan mempercepat perburukan HBV dan khususnya HCV. Pemakaian alcohol pada pasien yang menderita HCV meningkatkan resiko terjadinya karsinoma hepatoselular dan kepada mitra seksual dan anggota keluarga.



Terapi obat bagi individu yang terinfeksi biasanya dilakukan secara bertahap untuk infeksi kronis. Suntikan interferon alfa (IFN-α), suatu sitokin paten, telah dipakai untuk mengobati HBV dan HBC. Suntikan biasanya diberikan 3 kali seminggu selama minimal 3 bulan. Keefektifan IFN-α untuk kedua infeksi tersebut bervariasi. Bahkan pada individu yang memperlihatkan perbaikan enzim hati setelah pengobatan, efek obat ini hanya sementara. Dengan obat ini, HBV menetap dan dijumpai pada sekitar 30% pasien, sementara hilangnya HCV pada jangka waktu lama jarang sekali terjadi. Interferon umumnya dikontraindikasikan bagi penderita yang penyakit hati yang berada pada stadium lanjut. Selain itu, interferon dihubungkan dengan efek samping yang signifikan, termasuk myalgia, demam, trombositopenia, dan depresi. Munculnya efek samping tersebut menyebabkan banyak pasien yang tidak diindikasikan untuk pengobatan ini dan pengobatan dihentikan sejak awal untuk pasien tertentu.



Analog nukleotida yang secara selektif bekerja pada enzim reverse transcriptase virus menjadi obat penting bagi hepatitis kronis. Obat – obat ini awalnya dibuat dan digunakan untuk pasien pengidap HIV dan khususnya membantu sejumlah besar pasien yang terserang HIV sekaligus hepatitis virus. Tingkat respons terhadap obat – obatan golongan ini tinggi. Analog nukleotida, seperti, lamivudine dan rivabirin, biasanya ditoleransi dengan baik, sehingga sering dijadikan obat pilihan pertama bagi pasien. Obat – obat lain jenis ini juga telah dikembangkan. Keterbatasannya adalah potensi resistensi terhadap obat.



Terapi kombinasi interferon termoifikasi dengan analog nukleotida adalah pengobatan yang paling berhasil untuk saat ini. Interferon termodifikasi, disebut interferon pegilase atau penginterferon mempunyai paruh waktu lebih lama disbanding IFN-α dan tidak

membutuhkan pengukuran dosis berulang. Terapi kombinasi biayanya mahal dan efek sampingnya menyakitkan, sama dengan interferon pendahulunya. 

Kerabat penderita hepatitis ditawarkan untuk menerima gamma globulin murni yang spesifik terhadap HAV atau HBV, yang dapat memberikan imunitas pasif terhadap infeksi. Imunitas ini bersifat sementara. Tersedia vaksin HAV yang dibuat dari virus hepatitis inaktif. Beberapa studi menunjukkan bahwa vaksin ini 96% efektif setelah pemberian satu dosis.



Tersedia juga vaksin HBV. Karena sifat virus yang sangat menular dan berpotensi menyebabkan kematian, semua individu yang termasuk kelompok beresiko tinggi, termasuk para petugas kesehatan atau individu yang terpajan ke produk darah sangat dianjurkan selain itu, vaksin ini ditujukan untuk individu yang beresiko tinggi terinfeksi virus, termasuk kaum homoseks atau heteroseks yang aktif secara seksual dan bergantiganti pasangan. Tidak ada efek samping bermakna yang dijumpai setelah pemberian imunisasi HBV.



Karena bayi yang terinfeksi HBV sangat beresiko menderita infeksi kronis, penting sekali bagi bayi tersebut untuk mendapat vaksinasi HVB lahir di negara dengan angka endemik infeksi . Bayi di seluruh dunia mendapatkan keuntungan dari pemberian vaksinasi segera setelah lahir. Tidak dijumpai efek samping yang serius pada bayi yang divaksinasi dan di banyak negara satu seri vaksinasi HBV yang diberikan sebanyak tiga kali dilakukan segera setelah lahir. Pemberian vaksin ini menghasilkan penurunan besar – besaran penularan virus dari ibu ke anak dan penyakit penyerta pada infeksi HBV kronis dan kanker hati pada anak – anak di seluruh dunia.



Vaksinasi terhadap HBV dihasilkan melalui penyuntikkan intramuskulus DNA rekombinan sebanyak tiga kali pada interval yang telah ditentukan. Dosis pertama dan kedua diberikan terpisah satu bulan, dan dosis ketiga diberikan 2 sampai 6 bulan setelah dosis kedua. Vaksinasi ini 85 % efektif dalam membentuk kekebalan. Individu yang tidak menunjukkan kekebalan setelah pemberian tiga dosis, yang ditandai drngan titer antibody HBV negative, divaksinasi ulang. Setelah divaksinasi ketiga atau keempat, sebagian besar individu akan merespons.

(Elizabeth J. Corwin . 2009. Buku Saku Patofisiologi Ed.3. Jakarta : EGC. Hal 671-672)

KOMPLIKASI 

Komplikasi hepatitis adalah timbulnya hepatitis kronis yang terjadi apabila individu terus memperlihatkan gejala dan antigen virus menetap lebih dari 6 bulan. Gejala hepatitis aktif kronis atau fulminant mungkin mencakup gagal hati, dengan kematian timbul dalam 1 minggu sampai beberapa tahun kemudian. Hepatitis kronis adalah infeksi penyerta yang paling sering terjadi pada HCV dan HBV.



Individu yang daya tanggap imunnya rendah hasil akhirnya buruk.



Individu yang terinfeksi oleh HBV dan HCV berisiko tinggi mengalami sirosis, karsinoma hepatoseluler, dan kematian. Penapisan harus sering dilakukan kepada pasien yang mengidap infeksi kronis untuk melihat tanda – tanda penyakit hati stadium lanjut.

(Elizabeth J. Corwin . 2009. Buku Saku Patofisiologi Ed.3. Jakarta : EGC. Hal 670-671)

HEPATITIS Hepatitis adalah peradangan hati. Penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alcohol, dan dijumpai pada kanker hati. Gejala dan tanda masing – masing jenis hepatitis serupa, namun cara penularan dan hasil akhirnya mungkin berbeda. (Elizabeth J. Corwin . 2009. Buku Saku Patofisiologi Ed.3. Jakarta : EGC. Hal 660) HEPATITIS VIRUS Virus – virus yang menyebabkan hepatitis dapat menyebabkan cedera hepatosit terutama dengan merangsang reaksi peradangan dan imun sel inang yang pada akhirnya merusak hepatosit; meski pada beberapa keadaan virus tersebut dapat mencederai sel – sel tersebut. Reaksi peradangan melibatkan degranulasi sel mast dan pelepasan histamine, pembentukan sitokin, aktivasi komplemen, lisis sel – sel terinfeksi dan sel – sel sekitarnya, serta edema dan pembengkakan intertisium. Respons imun yang timbul kemudian mendukung respons peradangan. Perangsangan komplemen dan lisis sel lebih lanjut serta serangan antibody langsung terhadap antigen virus menyebabkan destruksi sel terinfeksi. Hati menjadi edematosa sehingga kapiler kolaps dan aliran

darah berkurang, yang menyebabkan hipoksia jaringan. Akhirnya, terbentuk jaringan ikat dan fibrosis di hati. Beberapa virus diketahui menginfeksi hepatosit, yang paling sering adalah hepatitis A, B, C, D, dan E. Virus hepatitis lain juga telah berhasil dikenali dengan strain baru yang kemungkinan dapat dikenali di masa yang akan datang. (Elizabeth J. Corwin . 2009. Buku Saku Patofisiologi Ed.3. Jakarta : EGC. Hal 665-666) Jenis Hepatitis A

Penularan Oral atau fekal

Prognosis

Diagnosis

Biasanya sembuh

Antibodi hepatitis A,

sendiri

IgM (stadium dini), IgG (stadium lanjut)

Hepatitis B

Ditularkan melalui

Biasanya sembuh

Antigen permukaan

darah, khususnya dari

sendiri. Sepuluh

hepatitis B (HbsAg)

ibu ke anak. Juga

persen diantaranya

dan antigen inti

ditularkan melalui

dapat menjadi

(HbeAg) yang diikuti

hubungan kelamin

hepatitis B kronis atau

dengan antibody

fulminan

terhadap antigen permukaan hepatitis B (HbsAb) dan antigen inti (HbeAg).

Hepatitis C

Ditularkan melalui

Limapuluh persen

darah (angka

dapat menjadi infeksi

penularan melalui

kronis.

Antibodi hepatitis C

hubungan kelamin rendah) Hepatitis D

Hepatitis E

Ditularkan melalui

Meningkatkan

Antigen hepatitis D,

darah.

kemungkinan

antibody hepatitis D

Ko-infeksi hanya

perburukan hepatitis

dengan hepatitis B.

B.

Air tercemar, oral,

Biasanya sembuh

Pengukuran virus

atau fekal.

sendiri, tetapi

hepatitis E

menimbulkan angka kematian tinggi pada wanita hamil

Perangkat Diagnostik 

Kadar enzim hati abnormal yang dimulai pada stadium prodromal.



Antibodi terhadap virus meningkat yang dimulai pada stadium icterus. Sebagian antibody kadarnya menurun selama stadium pemulihan; sebagian lainnya menetap sampai bertahun – tahun.



Antigen virus terdeteksi dalam darah individu yang baru terinfeksi dan mereka yang mengidap infeksi kronis.

(Elizabeth J. Corwin . 2009. Buku Saku Patofisiologi Ed.3. Jakarta : EGC. Hal 670)

More Documents from "Rismayanti Saleha"

Resume Asesmen.doc
April 2020 8
P3m Individu.docx
April 2020 5
20ijphy241.pdf
April 2020 9
Osteoarthritis.pptx
April 2020 12
Area-of-compound-shapes2.pdf
November 2019 12