Di bawah ini
adalah jumlah pasien diare di wilayah kerja Puskesmas Dlingo 2 yang memeriksakan diri ke sarana kesehatan antara bulan Agustus 2012 hingga November 2012: Tahun 2012
Laki-laki
Agustus
September
Oktober
November
24
25
24
19
21
15
24
18
Jumlah Pasien Perempuan
Dari data di atas pasien diare seolah-olah tidak banyak karena sebagian besar penderita diare tidak memeriksakan diri ke sarana kesehatan. Pada kenyataannya, insidensi diare di Indonesia masih tinggi. Pada tahun 2000 IR penyakit diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Di dunia diare menyebabkan 16% kematian, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pneumonia, sedangkan pada tingkat regional (negara berkembang), diare menyumbang sekitar 18% kematian balita dari 3.070 juta balita. Menurut hasil Riskesdas tahun 2007 diare menjadi penyebab utama kematian pada balita, yaitu 25,2%, lebih tinggi dibanding pneumonia, 15,5%. Hal ini tentu menjadi masalah yang serius untuk Indonesia dalam rangka mencapai tujuan keempat dari pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDGs) yaitu menurunkan angka kematian bayi dari tahun 1990 menjadi 2/3 bagian sampai 2015. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat. IDAI, WHO dan UNICEF merekomendasikan tatalaksana diare dengan Lintas Diare (Lima langkah Tuntaskan Diare). Lintas diare meliputi 1. Berikan oralit Oralit diberikan untuk mencegah terjadinya dehidrasi dengan mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Bila tidak tersedia dapat diberikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang, dll. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare. Oralit yang direkomendasikan adalah oralit formula baru (WHO/UNICEF 2004) yang merupakan oralit dengan osmolaritas rendah. Penelitan menunjukkan bahwa oralit formula baru mampu mengurangi volume tinja hingga 25%, mengurangi mual-muntah hingga 30%, dan mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena. Cara pembuatan larutan oralit adalah satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang (200 cc). Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc larutan oralit setiap kali buang air besar. Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc larutan oralit setiap kali buang air besar.
2. Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare. Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Pemberian zinc dilakukan dengan cara melarutkan tablet zinc dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan dosis balita umur < 6 bulan 1/2 tablet (10 mg)/hari sedangkan balita umur ≥ 6 bulan 1 tablet (20 mg)/har 3.
Teruskan ASI-makan
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan lebih sering. Setelah diare berhenti,pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan. 4.
Berikan antibiotik secara selektif
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Ini sangat penting karena seringkali ketika diare, masyarakat langsung membeli antibiotik seperti Tetrasiklin atau Ampicillin. Selain tidak efektif, tindakan ini berbahaya, karena jika antibiotik tidak dihabiskan sesuai dosis akan menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik. Obat-obatan antidiare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. 5.
Berikan nasihat pada ibu/keluarga
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang cara memberikan cairan maupun obat di rumah dan kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan yaitu apabila ada demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan atau minum sedikit, tampak sangat haus, diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari. Selain tatalaksana yang benar, angka kematian dan kesakitan diare dapat diturunkan dengan melakukan tindakan pencegahan agar tidak terkena diare. Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif dapat dilakukan dengan perilaku hidup sehat, diantaranya : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air bersih Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar Buang air besar di jamban Membuang tinja bayi dengan benar Memberikan imunisasi campak
Semoga tulisan ini dapat mengingatkan kita sebagai tenaga kesehatan agar dapat memberikan tata laksana yang tepat terhadap kasus diare serta dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat luas agar dapat berperan serta dalam upaya pencegahan diare