Pen Gala Man Akan Allah

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pen Gala Man Akan Allah as PDF for free.

More details

  • Words: 2,325
  • Pages: 7
Pengalaman akan Allah

0. Pengantar Pengalaman akan Allah merupakan dasar bagi setiap orang beriman. William Johnston dalam bukunya berjudul teologi mistik mengatakan bahwa hubungan mistik dengan Tuhan adalah pengalaman religious yang paling penting bagi manusia (Johnston, 1). Tanpa adanya hubungan mistik ini agama akan menjadi ideology dan menjadi sia-sia. Tentunya “statement” yang baru saja diangkat berdasarkan pengalaman yang panjang berkenaan dengan kehidupan beriman dan beragama. Ada begitu banyak contoh dalam kehidupan berkaitan dengan situasi ini. Sekitar tahun 1993 yang lalu kita menjadi “shock” karena ada kelompok sekte Kristen yang mengurung diri di sebuah rumah dan percaya bahwa kiamat akan segera tiba. Mereka menyatakan bahwa yesus akan datang ke dua kalinya. Untuk itu mereka membiarkan diri mereka terbakar di dalam rumah yang dibakar oleh agen FBI untuk memaksa mereka ke luar rumah dan akhirnya mereka tewas. Bagaimana hal ini mungkin terjadi di dalam hidup beragama? Bukankah Tuhan menghendaki kita untuk menghargai hidup dan bukankah Yesus sendiri berkata bahwa Ia sendiri tidak tahu kapan segalanya akan berakhir kecuali Bapa di Surga? Terlebih sebuah kenyataan bahwa kiamat itu tidak terjadi. Itu jelas-jelas bukanlah nubuat dari Tuhan. Peristiwa lain lagi yang terjadi di dalam kehidupan kita adalah maraknya orang mengadili agama tertentu sebagai agama kafir. Terlebih mereka menambah permasalahan itu dengan kekerasan. Memblokir tempat peribadatan, membakar tempat peribadatan agama lain dan seterusnya. Mengapa agama yang seharusnya membawa pada kedamaian, malah sekarang ini membawa pada kerusakan? Rasarasanya tidak mungkin kalau hal itu berasal dari Tuhan. Peristiwa pemboman yang terjadi di Ritz Carlton dan di JW Marriot adalah contoh bagaimana agama dijadikan ideology tertentu dan tidak mengindahkan Tuhan yang sesungguhnya melarang keras tindakan-tindakan tersebut. Oleh karena peristiwa-peristiwa di atas adalah penting menyadari dan mengenal serta berjumpa dengan Allah yang sesungguhnya. Peristiwa “mistik” merupakan peristiwa yang harus ada dalam setiap orang beragama. Tanpa hubungan mistik dengan Tuhan, agama menjadi sia-sia dan menjadi kaku atau bahkan tidak bermakna bagi orang tersebut. Berikut ini saya akan membahas beberapa hal berkenaan dengan pengalaman akan Allah. Pertama adalah pengalaman akan Allah berdasarkan Kitab Suci Perjanjian Lama. Kedua berdasarkan Kitab Suci Perjanjian Baru dan terakhir adalah pengalaman akan Allah dalam kehidupan kita.

1. Pengalaman Akan Allah di dalam Perjanjian Lama Kitab-kitab Perjanjian Lama merupakan Kitab-kitab yang melukiskan peristiwaperistiwa bagaimana bangsa Israel berelasi dengan Allah. Allah digambarkan sebagai Allah yang setia dan penuh belas kasih, sedangkan umat Israel adalah umat yang kerap kali tidak setia dan memberontak terhadap Allah. DI dalam Perjanjian Lama ini juga dikisahkan bagaimana Allah banyak memberi berkat bagi bangsa Israel dan mengungkapkan betapa Allah mengasihi bangsa Israel seperti biji mata (Ul 32:10). Allah demi keselamatan bangsa Israel mengutus para nabinya dan mengingatkan mereka supaya mereka setia dan bertobat dari tingkahlaku yang tidak pantas, namun sepanjang rentang sejarah dalam Perjanjian Lama, mereka kerap jatuh di dalam dosa. Kitab Perjanjian Lama dapat dibagi menjadi tiga bagian. Pertama adalah berkaitan dengan sejarah. Kedua adalah bagian puisi dan terakhir adalah bagian para nabi (Groenen, 15). Kitab sejarah melukiskan kisah-kisah sejarah dan hal ihwal umat Allah yang lama. Yang termasuk dalam Kitab Sejarah ini adalah : Kitab pentateukh (Kejadian, Keluaran, Bilangan, Imamat, dan Ulangan), kitab Yosua, Kitab Hakim-hakim, kitab Rut, Kitab Samuel, Kitab Raja-raja, Kitab Tawarikh, Kitab Ezra dan Nehemia, Kitab 1 dan 2 Makabe, Kitab Tobit, Kitab Ester dan Yudit. Kisah ini bermula dari kisah penciptaan dunia sampai pembangunan kembali dan pengembalian bangsa Israel dari pembuangan di Babel. Dalam Kitab sejarah ini dilukiskan pula bagaimana Allah membebaskan bangsa Israel dari penjajahan bangsa Mesir. Peristiwa terbebasnya bangsa Israel ini merupakan peristiwa dahsyat dan menggetarkan. Setiap orang Israel mengetahui peristiwa itu dari turun temurun. Setiap kali mereka mengalami krisis iman mereka akan mendapatkan peneguhan pada saat mengenang kembali peristiwa dashyat itu. Kitab-kitab puisi terdiri dari Kitab Ayub, mazmur, pengkotbah, Kidung Agung, Kitab Kebijaksanaan Salomo, kitab Yesus bin Sirakh. Kitab-kitab ini berisi tentang kebijaksanaan manusia dan Allah. Dalam kitab-kitab itu relasi antara Allah dan manusia secara personal mendapatkan tekanannya dan bahkan dilukiskan dengan bentuk yang indah. Relasi-relasi itu berpengaruh pada segala tingkahlaku dan kehidupannya. Dengan demikian relasi antara Allah dan manusia membawa pada relasi cinta. Kitab para nabi terdiri dari: nabi-nabi besar (Yesaya, Yehezkiel, Yeremia, Daniel), ratapan, barukh, kitab dua belas nabi (Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha,

Nahum,Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi. Kitab-kitab ini sesungguhnya berdiri sendiri dan kecil-kecil. Isi Kitab-kitab ini berisi mengenai pesan Tuhan kepada para nabinya dan mengajak bangsa Israel untuk setia dan bertobat kepada Allah. Moment penting di dalam Perjanjian Lama terkait dengan relasi dengan Allah adalah saat terbuatnya perjanjian antara Allah dan bangsa Israel (kel 19:4-7). Allah dinyatakan sebagai Allah bangsa Israel dan bagsa Israel menjadi umat Allah. Berangkat dari perjanjian ini muncullah konsep mengenai berkat dan kutuk. Bangsa Israel akan diberkati Allah kalau mereka setia kepada Allah dan sebaliknya bangsa Israel akan dikutuk kalau mereka tidak setia kepada Allah. Perjalanan sejarah bangsa Israel untuk selanjutnya berkutat mengenai konsep berkat dan kutuk ini. Sampai akhirnya melalui perjanjian baru segalanya diperbarui.

2. Pengalaman akan Allah dalam Perjanjian Baru Relasi antara manusia dan Allah menjadi semakin jelas melalui Kitab Perjanjian Baru. Sejak masa awal jemaat Perjanjian Baru mereka beranggapan bahwa mengajar berdoa itu perlu. Para murid minta Yesus untuk mengajar berdoa sebagaimana Yohanes Pembabtis mengajarkan cara berdoa kepada muridmuridnya. Sebagai tanggapan permintaan itu Yesus mengajar mereka doa Bapa Kami…. Di samping itu Yesus juga mengajar mereka dengan contoh. Kitab Lukas misalnya, melukiskan gambaran Yesus naik gunung atau pun menyepi di padang gurun, dan di sana semalam suntuk Ia berdoa. Pada saat Yesus sangat sibuk dan begitu banyak orang yang berdesak-desakan Ia menyelinap pergi dan berdoa (Luk 5:16). (Johnston, 15). Dalam KSPB ini kita dapat melihat pengalaman-pengalaman mistik Yesus. Pertama pada saat Yesus dipermandikan di Sungai Yordan. Ketika itu Roh Kudus turun ke atasNya dalam rupa seekor merpati dan terdengarlah suara dari Surga, “Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.” Kedua pada saat pakaian Yesus berubah menjadi putih menyilaukan dan di sana ada Elia, dan Musa (peristiwa transfigurasi). Ketiga pada saat perjamuan terakhir dan Yesus membagi roti dan anggur sebagai lambing tubuh dan darahNya. Keempat pada saat Ia mengalami kesedihan di Taman Getsemani. Akhirnya relasi mistik Yesus ini ditemukan pada saat Yesus berdoa di atas salib, Tuhan ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.” Dan seperti pemazmur dia berdoa, “Lama Sabachtani.” (Johnston, 15)) Peristiwa mistik berlanjut melalui kebangkitan Yesus, Ia menyatakan bahwa Ia ada. Pesan cinta Yesus ini menggetarkan para murid dan mengajak mereka menyebarkan kabar gembira tentang Yesus ke penjuru dunia. Perkembangan kekristenan bersumber dari peristiwa ini.

Berpangkal dari pewartaan pada bangsa Yahudi berkembang ke seluruh bangsa lewat rasul bangsa-bangsa, yaitu Paulus. Paulus senantiasa memohon petunjuk Tuhan di dalam segala karya dan pelayanannya. Paulus pun mengajar para bangsa bersikap dan berperilaku selama ada dalam pertemuan-pertemuan doa (Korintus). Ia juga berbicara melalui sakramen ekaristi dan mengajak mereka bersatu di dalam tubuh Kristus. Dalam surat-suratnya Paulus senantiasa berdoa bagi bagi putra dan putri yang dilahirkan di dalam Kristus. (Johnston, 16) Selanjutnya pengalaman mistik dengan Allah juga Nampak melalui pengalaman Petrus. Suatu ketika Petrus naik ke atas atap untuk berdoa dan ia mengalami ekstase. Ia menerima penampakkan kain besar yang memuat segala macam binatang dan ia pun mendengar suara. Keesokan harinya ketika ketiga orang itu berada dalam perjalanan dan sudah dekat kota Yope, kira-kira pukul dua belas tengah hari, naiklah Petrus ke atas rumah untuk berdoa. Ia merasa lapar dan ingin makan, tetapi sementara makanan disediakan, tiba-tiba rohnya diliputi kuasa ilahi. Tampak olehnya langit terbuka dan turunlah suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya, yang diturunkan ke tanah. Di dalamnya terdapat pelbagai jenis binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung. Kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata: "Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah!" Tetapi Petrus menjawab: "Tidak, Tuhan, tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir." Kedengaran pula untuk kedua kalinya suara yang berkata kepadanya: "Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram." Hal ini terjadi sampai tiga kali dan segera sesudah itu terangkatlah benda itu ke langit. (Kis 10:9-16)

Pada saat doa dan relasi dengan Allah semakin mendalam, godaan semakin kuat. Mungkin saja pengalaman-pengalaman itu akan membawa pada banyak kerikil dan terjal. Paulus berkata, “Bahkan Setan menyamar sebagai malaikat cahaya”. (2 Kor 11:14).

3. Pengalaman akan Allah dalam kehidupan sehari-hari Alfred McBride, O PRAEM dalam bukunya Pendalaman Iman Katolik pada saar berbicara mengenai kerinduan akan Allah menyatakan, Kerinduan akan Allah sudah terukir dalam hati manusia, karena manusia diciptakan oleh Allah dan untuk Allah. Allah tidak henti-hentinya menarik manusia kepada diriNya. Hanya di dalam Allah manusia dapat menemukan kebenaran dan kebahagiaan yang dicarinya terus menerus. (Mc Bride, 3).

Melalui pernyataan di atas McBride menyatakan dua hal, yaitu pertama: pada dasarnya manusia memiliki kerinduan akan Allah dan kedua: Kebahagiaan manusia terjadi ketika manusia memiliki kesatuan dengan Allahnya. Teori ini diperkuat dengan pandangan dari seorang tokoh teolog terkenal Karl Rahner. Karl Rahner mengungkapkan bahwa manusia pada hakekatnya memiliki

anugerah untuk mendekat kepada Tuhan atau mengarah kepada Tuhan. Hal ini sudah menjadi kodrat. Oleh karena teori inilah teologinya dikenal sebagai teologi transcendental (teologi yang mengarah kepada Tuhan). Teilhard de Chardin, seorang paleontolog dan mistik menyatakan bahwa manusia pada dirinya sendiri memiliki hasrat untuk mendekat kepada Tuhan. Tujuan hidup manusia adalah memiliki kesatuan dengan Allah. Tokoh ideal bagi Teilhard adalah Yesus Kristus. Yesus adalah manusia seperti kita, dan Ia sekaligus adalah Allah. Tujuan hidup manusia adalah ketika hasrat untuk mendekat kepada Allah itu mendapatkan kepenuhan dan manusia memiliki relasi yang dekat dengan Tuhan ini. Teilhard melalui teorinya tentang evolusi menyatakan hal yang optimis, yaitu manusia masa kini berada di dalam perjuangan untuk semakin menjawab hasrat mendekat kepada Tuhan. Hal ini mendapatkan peneguhan melalui pelbagai bidang ilmu yang berkembang saat ini, terutama berkaitan dengan ilmu manusia, khususnya psikologi. Ilmu psikologi dewasa ini menemukan bahwa pada usia 0 - 2 tahun seorang anak membutuhkan rasa dikasih oleh orang yang terdekat dengannya. Rasa perhatian atau dikasihi tersebut akan membentuk rasa kepercayaan yang kuat bagi sang anak. Kepercayaan ini akan membentuk anak tersebut untuk dapat belajar mempercai orang lain dan merupakan benih untuk dapat membalas cinta orang lain di dalam hidupnya. Rasa dicinta ini menumbuhkan semangat untuk berkembang di dalam hidupnya dan juga merupakan benih bagaimana ia dapat mengenal Allah yang mencinta. (bdk Newman and Newman, 132-134.) John Bowlby dalam bukunya, “A Secure Base” mengungkapkan hasil penelitiannya selama bertahun-tahun berkenaan dengan dengan situasi anak, yaitu seorang anak yang pada masa kecilnya tidak mengalami rasa aman, maka rasa tidak aman itu akan terus dibawa dalam hidupnya. Peristiwa-peristiwa yang tidak nyaman dalam pengalaman masa kecilnya akan terus muncul, terutama pada saat situasi yang ada atau terjadi memiliki kemiripan dengan situasi atau pengalaman pada masa kecilnya itu. (Bowlby, 119-136). Berangkat dari peristiwa-peristiwa di atas kita dapat membuat suatu benang merah, yaitu kenyataan bahwa orang pada masa kini memiliki masalah untuk berelasi dengan Tuhan pertama-tama disebabkan oleh adanya gangguan pengalaman yang tidak menyenangkan atau disebut dengan luka-luka batin. Pada dasarnya Allah senantiasa ingin agar manusia dapat merasakan bahwa dirinya dicinta oleh Tuhan tanpa syarat. Allah senantiasa melimpahkan berkat dan rahmatNya. Hanya saja keterbatasan manusia untuk menyerap cinta Allah itu membuat manusia satu sama lain saling melukai. Setiap kali ada

hati yang tertutup oleh cinta Allah, maka kurbannya adalah bukan hanya dia sendiri, melainkan orang-orang yang ada di sekitarnya. Berkenaan dengan situasi ini, Daniel Siegel dalam bukunya berjudul, “The Mindful Brain” mengungkapkan suatu penemuan yang spektakuler. Ia menjelaskan bahwa di dalam otak manusia ada bagian yang sentral, yang memampukan fungsi otak itu mengalami perubahan. Bagian sentral tersebut disebut dengan neuroplasticity. Neuroplasticity ini yang mengembangkan fungsi otak. Hal yang ajaibnya adalah neuroplasticity ini akan berkembang kalau ada pengalaman baik yang dialami oleh seseorang. Pada saat seorang dikasihi, maka fungsi otaknya akan mengalami perkembangan dan sebaliknya pada saat orang merasa dilukai fungsi otak kurang berkembang. Siegel juga mengamati pada saat orang berdoa kepada Tuhan fungsi otak semakin berkembang dan membawa orang tersebut pada perasaan “well being” (manusia yang merasa baik dalam fisik maupun batin). (Siegel, 31-44) Santo Ignatius di dalam latihan rohani 30 harinya menyebutkan pada minggu terakhir retret tema yang diangkat adalah kebangkitan. Melalui peristiwa kebangkitan ini seorang retretan akan mengalami kontemplasi cinta. Yesus yang bangkit memberikan cinta yang besar bagi para murid-muridnya. Pada masa ini seorang retretan juga mengalami peristiwa kebangkitan Yesus. Ia akan mengalami bagaimana Allah membangkitkan dirinya. Cinta itu tumbuh dan membangun citra baru dalam diri seseorang. Dia akan merasakan bahwa seluruh hidupnya ada berkat bantuan semua orang yang ada di sekitarnya. Melalui pengalaman bahwa dirinya dicinta inilah orang mengalami perubahan yang signifikan di dalam hidup. Allah dapat dirasakan kehadirannya secara nyata melalui pengalaman bahwa kita adalah orang-orang yang dicinta oleh Tuhan. (Ignatius, 154-159).

4. Implikasi dari pandangan di atas adalah : 1. Manusia memiliki kerinduan untuk berjumpa dan bersatu dengan Allah. 2. Manusia memiliki hambatan berjumpa dengan Allah karena masalahmasalah yang terjadi di masa lampau yang membuat mereka sulit merasakan kehadiran Allah. 3. Di tengah situasi yang demikian upaya manusia untuk berjuang menuju kepada Allah menentukan apakah ia dapat berkembang atau tidak. 4. Adapun upaya yang dapat dilakukan adalah :

a. Pertama, manusia perlu untuk saling mengasihi satu dengan yang lain. Pada saat kita mengasihi maka berusaha menghadirkan Yesus di dalam hidup ini. b. Kedua, Berdoa kepada Tuhan di dalam keheningan dan semangat keterbukaan akan membawa kita pada tahap di mana kita mengalami kedamaian. Kedamaian ini akan mengembangkan hidup dan membawa pada kesatuan dengan Allah sendiri sebagai tujuan hidup kita yang akan membawa semangat kebahagiaan. c. Merasakan dan mencecap kasih Tuhan yang terjadi setiap harinya. Melalui peristiwa ini kita senantiasa berefleksi untuk mengkontemplasikan kasih yang telah diberikan Tuhan di dalam hidup. Bentuk kasih dari Tuhan bisa jadi melalui pengantaraan orang-orang yang ada di sekitar kita yang telah berbaik hati kepada kita.

5. Daftar Pustaka: 1. Groenen, 1992, Pengantar ke dalam Perjanjian Lama,Yogyakarta: Kanisius. 2. Johnston, William, 2001, Teologi Mistik: Ilmu Cinta, Yogyakarta: Kanisius. 3. Loyola, Ignatius, 2001, Latihan Rohani, Yogyakarta: Kanisius. 4. Siegel, Daniel, 2007, The Mindful Brain, New York: W.W Norton and Company, Inc. 5. Bowlby, John, 1988, A Secure Base, New York: Basic Books. 6. Newman, Newman, 2008, Development Through Life, Belmont: Wadsworth Cengage Learning.

Related Documents