Pemograman Bahasa C

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pemograman Bahasa C as PDF for free.

More details

  • Words: 35,605
  • Pages: 173
PEMOGRAMAN BAHASA C

Oleh: SALAHUDDIN, SST

POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE 2008

DAFTAR ISI

Daftar Isi

ii

BAB I SEKILAS TENTANG C 1.1 Sejarah dan Ruang Lingkup C 1.2 Kelebihan dan Kelemahan C 1.3 Proses Kompilasi dan Linking Program C 1.4 Struktur Penulisan Program C 1.5 Pengenalan Program C 1.5.1 Pengenalan Fungsi-Fungsi Dasar 1.5.2 Pengenalan Praprosesor #include 1.5.3 Komentar dalam Program Kesimpulan Latihan

1 1 2 3 5 6 6 8 8 9 10

BAB II DASAR-DASAR PEMROGRAMAN C 2.1 Tipe Data Dasar 2.2 Variabel 2.2.1 Aturan Pendefinisian Variabel 2.2.2 Mendeklarasikan Variabel 2.2.3 Memberikan Nilai ke Variabel 2.2.4 Inisialisasi Variabel 2.3 Konstanta 2.4 Operator 2.4.1 Operator Aritmatika 2.4.2 Operator Penurunan dan Penaikan 2.4.3 Prioritas Operator Aritmatika 2.4.4 Operator Penugasan 2.4.5 Operator Kombinasi (Pemendekan) 2.5 Menampilkan Data ke Layar 2.5.1 Fungsi printf() 2.5.2 Fungsi putchar() 2.6 Memasukkan Data dari Keyboard 2.6.1 Fungsi scanf() 2.6.2 Fungsi getchar() Kesimpulan Latihan

11 11 12 12 12 13 13 14 14 15 16 17 18 18 19 19 23 23 23 25 26 26

BAB III PENGAMBILAN KEPUTUSAN 3.1 Operator Kondisi 3.1.1 Operator Relasi 3.1.2 Operator Logika 3.1.3 Prioritas Operator Logika dan Relasi 3.2 Pernyataan if 3.3 Pernyataan if-else 3.4 Pernyataan if di dalam if 3.5 Pernyataan else-if 3.6 Pernyataan switch Kesimpulan Latihan

28 28 29 29 31 32 34 35 37 39 41 42

BAB IV PENGULANGAN PROSES 4.1 Pernyataan for 4.2 Pernyataan while 4.3 Pernyataan do-while 4.4 Pernyataan break 4.5 Pernyataan continue 4.6 Loop di dalam Loop (nested loop) 4.7 Pernyataan goto 4.8 Menggunakan exit() Untuk Menghentikan Eksekusi Program Kesimpulan Latihan

44 44 49 52 55 56 58 60 61 62 63

BAB V FUNGSI 5.1 Dasar Fungsi 5.2 Memberikan Nilai Keluaran Fungsi 5.3 Fungsi dengan Keluaran Bukan Integer 5.4 Prototipe Fungsi (Function Prototype) 5.5 Parameter Formal dan Parameter Aktual 5.6 Cara Melewatkan Parameter 5.7 Penggolongan Variabel Berdasarkan Kelas Penyimpanan 5.7.1 Variabel Lokal 5.7.2 Variabel Eksternal 5.7.3 Variabel Statis 5.7.4 Variabel Register 5.8 Menciptakan Sejumlah Fungsi 5.9 Rekursi 5.10 Pengenalan Konsep Pemrograman Terstruktur Kesimpulan Latihan

64 64 66 69 71 73 74 79 79 81 84 85 86 87 89 90 90

BAB VI ARRAY 6.1 Array Berdimensi Satu 6.1.1 Mendeklarasikan Array Berdimensi Satu 6.1.2 Mengakses Elemen Array Berdimensi Satu9 6.1.3 Inisialisasi Array Berdimensi Satu 6.1.4 Beberapa Variasi dalam Mendeklarasikan Array 6.2 Array Berdimensi Dua 6.2.1 Mendeklarasikan Array Berdimensi Dua 6.2.2 Mengakses Elemen Array Berdimensi Dua 6.2.3 Inisialisasi Array Berdimensi Dua 6.3 Array Berdimensi Banyak 6.4 Inisialisasi Array Tak Berukuran 6.5 Array Sebagai Parameter Kesimpulan Latihan 112

92 92 92 93 95 97 97 97 97 100 102 105 107 112

BAB VII. STRING 7.1 Konstanta dan Variabel String 7.1.1 Konstanta String 7.1.2 Variabel String 7.2 Inisialisasi String 7.3 Input Output Data String 7.3.1 Memasukkan Data String 7.3.2 Menampilkan Isi Variabel String 7.4 Mengakses Elemen String 7.5 Fungsi-Fungsi Mengenai String 7.5.1 Fungsi strcpy() untuk Menyalin Nilai String 7.5.2 Fungsi strlen() untuk Mengetahui Panjang Nilai String 7.5.3 Fungsi strcat() untuk Menggabung Nilai String 7.5.4 Fungsi strcmp() untuk Membandingkan Dua Nilai String 7.5.5 Fungsi strchr() untuk Mencari Nilai Karakter dalam String Kesimpulan Latihan

114 114 114 115 115 116 116 118 119 122 122 123 123 124 125 127 128

BAB VIII POINTER 8.1 Konsep Dasar Pointer 8.2 Mendeklarasikan Variabel Pointer 8.3 Mengatur Pointer agar Menunjuk ke Variabel Lain 8.4 Mengakses Isi Suatu Variabel Melalui Pointer 8.5 Mengakses dan Mengubah Isi Suatu Variabel Pointer 8.6 Pointer dan Array 8.7 Pointer dan String 8.8 Array dari Pointer 8.9 Pointer Menunjuk Pointer 8.10 Pointer dalam Fungsi 8.10.1 Pointer sebagai parameter fungsi 8.10.2 Pointer sebagai keluaran fungsi (return value)

129 129 130 130 131 134 135 137 139 140 141 141 143

Kesimpulan Latihan IX

STRUKTUR 9.1 Mendefinisikan & Mendeklarasikan Struktur 9.2 Mengakses Elemen Struktur 9.3 Menginisialisasi Struktur 9.4 Array dan Struktur 9.5 Struktur dan Fungsi 9.5.1 Melewatkan Elemen Struktur ke dalam Fungsi 9.5.2 Melewatkan Struktur ke dalam Fungsi 9.6 Struktur dan Pointer (Pointer ke Struktur) Kesimpulan Latihan

144 145 146 146 148 149 151 154 155 157 158 160 161

BAB X DATA TINGKAT LANJUT 10.1 Union 10.2 Bitfield 10.3 Enumerasi 10.4 Typedef 10.5 Ternary Operation 10.6 Tipe Cast Kesimpulan Latihan

162 162 165 170 173 175 176 178 179

BAB XI OPERASI FILE 11.1 Struktur File 11.2 Tahapan Operasi File 11.2.1 Membuka / Mengaktifkan File 11.2.2 Menutup File 11.3 Operasi Penyimpanan dan Pembacaan File Per Karakter 11.3.1 Fungsi fputc() 11.3.2 Fungsi fgetc() 11.4 File Biner dan File Teks 11.5 Operasi Penyimpanan dan Pembacaan File Per Int 11.6 Operasi Penyimpanan dan Pembacaan File Per Blok 11.7 Menyimpan dan Membaca Data String pada File 11.8 Mengakses File Biner secara Acak 11.9 Menghapus File 11.10 Mengganti Nama File Kesimpulan Latihan

180 180 181 181 183 183 183 185 186 187 190 193 197 203 204 205 206

BAB I SEKILAS TENTANG C Tujuan : 1. Menjelaskan sejarah dan ruang lingkup pemakaian bahasa C 2. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan bahasa C 3. Menjelaskan proses kompilasi dan linking program C 4. Menjelaskan struktur penulisan bahasa C dan menjelaskan komponen-komponen program dalam contoh aplikasi sederhana 1.1. Sejarah dan Ruang Lingkup C Akar dari bahasa C adalah bahasa BCPL yang dikembangkan oleh Martin Richards pada tahun 1967. Bahasa ini memberikan ide kepada Ken Thompson yang kemudian mengembangkan bahasa yang disebut dengan B pada tahun 1970. Perkembangan selanjutnya dari bahasa B adalah bahasa C oleh Dennis Ritchie sekitar tahun 1970-an di Bell Telephone Laboratories Inc. (sekarang adalah AT&T Bell Laboratories). Bahasa C pertama kali digunakan pada komputer Digital Equipment Corporation PDP-11 yang menggunakan sistem operasi UNIX. C adalah bahasa yang standar, artinya suatu program yang ditulis dengan versi bahasa C tertentu akan dapat dikompilasi dengan versi bahasa C yang lain dengan sedikit modifikasi. Standar bahasa C yang asli adalah standar dari UNIX. Sistem operasi, kompiler C dan seluruh program aplikasi UNIX yang esensial ditulis dalam bahasa C. Patokan dari standar UNIX ini diambilkan dari buku yang ditulis oleh Brian Kerninghan dan Dennis Ritchie berjudul "The C Programming Language", diterbitkan oleh PrenticeHall tahun 1978. Deskripsi C dari Kerninghan dan Ritchie ini kemudian dikenal secara umum sebagai "K&R C". Kepopuleran bahasa C membuat versi-versi dari bahasa ini banyak dibuat untuk komputer mikro.

Untuk membuat versi-versi tersebut menjadi standar, ANSI (American National Standards

Institute) membentuk suatu komite (ANSI committee X3J11) pada tahun 1983 yang kemudian menetapkan standar ANSI untuk bahasa C. Standar ANSI ini didasarkan kepada standar UNIX yang diperluas. Standar ANSI menetapkan sebanyak 32 buah kata-kata kunci (keywords) standar. Versi-versi bahasa C yang menyediakan paling tidak 32 kata-kata kunci ini dengan sintaks yang sesuai dengan yang ditentukan oleh standar, maka dapat dikatakan mengikuti standar ANSI. Buku ajar ini didasarkan pada bahasa C dari standar ANSI. Pada saat ini C merupakan bahasa

pemrograman yang sangat populer di dunia. Banyak

pemrograman yang dibuat dengan bahasa C seperti assembler, interpreter, program paket, sistem operasi, editor, kompiler, program bantu, Word Star, Dbase, aplikasi untuk bisnis, matematika, dan game, bahkan ada pula yang menerapkannya untuk kecerdasan buatan. Dalam beberapa literatur bahasa C digolongkan sebagai bahasa tingkat menengah. Penggolongan ke dalam bahasa tingkat menengah bukanlah berarti bahwa bahasa C lebih sulit dibandingkan dengan bahasa tingkat tinggi seperti PASCAL atau BASIC. Demikian juga bahasa C bukanlah bahasa yang berorientasi pada mesin seperti bahasa mesin dan assembly. Pada kenyataannya bahasa C mengkombinasikan elemen dalam bahasa tingkat tinggi dan bahasa tingkat rendah. Kemudahan dalam membuat program yang ditawarkan pada bahasa tingkat tinggi dan kecepatan eksekusi dari bahasa tingkat rendah merupakan tujuan diwujudkannya bahasa C.

1.2. Kelebihan dan Kelemahan C. Beberapa kelebihan dari bahasa C: 

Bahasa C tersedia hampir di semua jenis komputer, baik mikro, mini maupun komputer besar (mainframe computer).



Kode bahasa C bersifat portabel. Suatu aplikasi yang ditulis dengan bahasa C untuk suatu komputer tertentu dapat digunakan di komputer lain hanya dengan sedikit modifikasi.



Berbagai struktur data dan pengendalian proses disediakan dalam C sehingga memungkinkan untuk membuat program yang terstruktur. Struktur bahasa yang baik, selain mudah dipelajari juga memudahkan dalam pembuatan program, pelacakan kesalahan program dan akan menghasilkan dokumentasi program yang baik.



Dibandingkan dengan bahasa mesin atau assembly, C jauh lebih mudah dipahami dan pemrogram tidak perlu mengetahui mesin komputer secara detil.

Dengan demikian tidak akan menyita waktu yang

terlampau banyak dalam menyelesaikan suatu masalah ke dalam bentuk program. Hal ini dikarenakan C merupakan bahasa yang berorientasi pada permasalahan, bukan berorientasi pada mesin. 

C memungkinkan memanipulasi data dalam bentuk bit maupun byte. Di samping itu juga memungkinkan untuk memanipulasi alamat dari suatu data atau pointer.

Adapun kelemahan bahasa C yang dirasakan oleh para pemula bahasa C: 

Banyaknya operator serta fleksibilitas penulisan program kadang-kadang membingungkan pemakai. Kalau tidak dikuasai sudah tentu akan menimbulkan masalah.



Para pemrogram C tingkat pemula umumnya belum pernah mengenal pointer dan tidak terbiasa menggunakannya. Padahal keampuhan C justru terletak pada pointer. Kesulitan yang diuraikan di depan akan bersifat sementara saja. Kalau para pemula C mau mempelajarinya, sebenarnya tak ada yang dikatakan sulit sekali mengenai C. Mereka yang sudah terbiasa justru menyatakan bahwa bekerja dengan C sangat menyenangkan. Pepatah mengatakan “Di mana ada kemauan di situ ada jalan” dan “Jika tak kenal maka tak sayang”.

1.3. Proses Kompilasi dan Linking Program C Agar suatu program dalam bahasa pemrograman dapat dimengerti oleh komputer, program haruslah diterjemahkan dahulu ke dalam kode mesin. Adapun penerjemah yang digunakan bisa berupa interpreter atau kompiler. Interpreter adalah suatu jenis penerjemah yang menerjemahkan baris per baris intsruksi untuk setiap saat. Keuntungan pemakaian interpreter, penyusunan program relatif lebih cepat dan bisa langsung diuji sekalipun masih ada beberapa kesalahan secara kaidah dalam program. Sedangkan kelemahannya, kecepatannya menjadi lambat sebab sebelum suatu instruksi dijalankan selalu harus diterjemahkan terlebih dahulu. Selain itu, saat program dieksekusi, interpreter juga harus berada dalam memori. Jadi memori selalu digunakan baik untuk program maupun interpreter. Di samping itu, program sumber (source program) yaitu program aslinya tidak dapat dirahasiakan (orang lain selalu bisa melihatnya).

Kebanyakan versi C yang beredar di pasaran menggunakan penerjemah berupa kompiler. Kompiler merupakan jenis penerjemah yang lain, dengan cara kerjanya yaitu menerjemahkan seluruh instruksi dalam program sekaligus. Proses pengkompilasian ini cukup dilakukan sekali saja. Selanjutnya hasil penerjemahan (setelah melalui tahapan yang lain) bisa dijalankan secara langsung, tanpa tergantung lagi oleh program sumber maupun kompilernya. Keuntungannya, proses eksekusi dapat berjalan dengan cepat, sebab tak ada lagi proses penerjemahan. Di samping itu, program sumber bisa dirahasiakan, sebab yang dieksekusi adalah program yang sudah dalam bentuk kode mesin. Sedangkan kelemahannya, proses pembuatan dan pengujian membutuhkan waktu relatif lebih lama, sebab ada waktu untuk mengkompilasi (menerjemahkan) dan ada pula waktu melakukan proses linking. Perlu pula diketahui, program akan berhasil dikompilasi hanya jika program tak mengandung kesalahan secara kaidah sama sekali. Proses dari bentuk program sumber C (source program, yaitu program yang ditulis dalam bahasa C) hingga menjadi program yang executable (dapat dieksekusi secara langsung) ditunjukkan pada Gambar 1.1 di bawah ini.

EDITOR

EDITOR

FILE INCLUDE (FILE JUDUL) xxx.h

FILE PROGRAM SUMBER yyy.c

KOMPILER

FILE PUSTAKA

FILE OBYEK

FILE OBYEK LAIN

(library file)

LINKER

FILE EXECUTABLE

Gambar 1.1 Proses Kompilasi-Linking dari program C Keterangan Gambar : 

Pertama-tama program C ditulis dengan menggunakan editor. Program ini disimpan dalam file yang disebut file program sumber (dengan ciri utama memiliki ekstensi .c).



File include (umumnya memiliki ekstensi .h, misalnya stdio.h, atau biasa disebut dengan file judul (header file)) berisi kode yang akan dilibatkan dalam program C (Pada program tertentu bisa saja tidak melibatkan file include).



Berikutnya, kode dalam file program sumber maupun kode pada file include akan dikompilasi oleh kompiler menjadi kode obyek.

Kode obyek ini disimpan pada file yang biasanya

berekstensi .obj, atau .o (bergantung kepada lingkungan/environment sistem operasi yang dipakai). Kode obyek berbentuk kode mesin, oleh karena itu tidak dapat dibaca oleh pemrogram. Akan tetapi kode ini sendiri juga belum bisa dipahami komputer. 

Supaya bisa dimengerti oleh komputer, maka kode obyek bersama-sama dengan kode obyek yang lain (kalau ada) dan isi file pustaka (library file, yaitu file yang berisi rutin untuk melaksanakan tugas tertentu. File ini disediakan oleh pembuat kompiler, biasanya memiliki ekstensi .lib) perlu dikaitkan (linking) dengan menggunakan linker, membentuk sebuah program yang executable (program yang dapat dijalankan/dieksekusi secara langsung dalam lingkungan sistem operasi).



Program hasil linker ini disimpan dalam file yang disebut file executable, yang biasanya berekstensi .exe.

1.4. Struktur Penulisan Program C Untuk dapat memahami bagaimana suatu program ditulis, maka struktur dari program harus dimengerti terlebih dahulu. Tiap bahasa komputer mempunyai struktur program yang berbeda. Struktur program memberikan gambaran secara luas, bagaimana bentuk program secara umum. Program C pada hakekatnya tersusun atas sejumlah blok fungsi. Sebuah program minimal mengandung sebuah fungsi. Fungsi pertama yang harus ada dalam program C dan sudah ditentukan namanya adalah main().

Setiap fungsi terdiri atas satu atau beberapa pernyataan, yang secara

keseluruhan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas khusus. Bagian pernyataan fungsi (sering disebut tubuh fungsi) diawali dengan tanda kurung kurawal buka ({) dan diakhiri dengan tanda kurung kurawal tutup (}). Di antara kurung kurawal itu dapat dituliskan statemen-statemen program C. Namun pada kenyataannya, suatu fungsi bisa saja tidak mengandung pernyataan sama sekali. Walaupun fungsi tidak memiliki pernyataan, kurung kurawal haruslah tetap ada. Sebab kurung kurawal mengisyaratkan awal dan akhir definisi fungsi. Berikut ini adalah struktur dari program C main() { statemen-statemen;

fungsi utama

} fungsi_fungsi_lain() { statemen-statemen; }

fungsi-fungsi lain yang ditulis oleh pemrogram

Bahasa C dikatakan sebagai bahasa pemrograman terstruktur karena strukturnya menggunakan fungsi-fungsi sebagai program-program bagiannya (subroutine). Fungsi-fungsi yang ada selain fungsi utama (main()) merupakan program-program bagian. Fungsi-fungsi ini dapat ditulis setelah fungsi utama atau diletakkan di file pustaka (library). Jika fungsi-fungsi diletakkan di file pustaka dan akan dipakai di suatu program, maka nama file judulnya (header file) harus dilibatkan dalam program yang menggunakannya dengan preprocessor directive berupa #include. 1.5.Pengenalan Program C 1.5.1. Pengenalan Fungsi-Fungsi Dasar a. Fungsi main() Pada program C, main() merupakan fungsi yang istimewa. Fungsi main() harus ada pada program, sebab fungsi inilah yang menjadi titik awal dan titik akhir eksekusi program. Tanda { di awal fungsi menyatakan awal tubuh fungsi dan sekaligus awal eksekusi program, sedangkan tanda } di akhir fungsi merupakan akhir tubuh fungsi dan sekaligus adalah akhir eksekusi program. Jika program terdiri atas lebih dari satu fungsi, fungsi main() biasa ditempatkan pada posisi yang paling atas dalam pendefinisian fungsi. Hal ini hanya merupakan kebiasaan. Tujuannya untuk memudahkan pencarian terhadap program utama bagi pemrogram. Jadi bukanlah merupakan suatu keharusan. b. Fungsi printf(). Fungsi printf() merupakan fungsi yang umum dipakai untuk menampilkan suatu keluaran pada layar peraga. Untuk menampilkan tulisan Selamat belajar bahasa C misalnya, pernyataan yang diperlukan berupa: printf(“Selamat belajar bahasa C”); Pernyataan di atas berupa pemanggilan fungsi printf() dengan argumen atau parameter berupa string. Dalam C suatu konstanta string ditulis dengan diawali dan diakhiri tanda petik-ganda (“). Perlu juga diketahui pernyataan dalam C selalu diakhiri dengan tanda titik koma (;). Tanda titik koma dipakai sebagai tanda pemberhentian sebuah pernyataan dan bukanlah sebagai pemisah antara dua pernyataan. Tanda \ pada string yang dilewatkan sebagai argumen printf() mempunyai makna yang khusus. Tanda ini bisa digunakan untuk menyatakan karakter khusus seperti karakter baris-baru ataupun karakter backslash (miring kiri). Jadi karakter seperti \n sebenarnya menyatakan sebuah karakter. Contoh karakter yang ditulis dengan diawali tanda \ adalah: \”

menyatakan karakter petik-ganda

\\

menyatakan karakter backslash

\t

menyatakan karakter tab

Dalam bentuk yang lebih umum, format printf() printf(“string kontrol”, daftar argumen); dengan string kontrol dapat berupa satu atau sejumlah karakter yang akan ditampilkan ataupun berupa penentu format yang akan mengatur penampilan dari argumen yang terletak pada daftar argumen. Mengenai penentu format di antaranya berupa: %d untuk menampilkan bilangan bulat (integer) %f untuk menampilkan bilangan titik-mengambang (pecahan) %c untuk menampilkan sebuah karakter %s untuk menampilkan sebuah string Contoh: #include <stdio.h> main( ) { printf(“No : %d\n”, 10); printf(“Nama : %s\n”, “Ali”); printf(“Nilai : %f\n”,80.5); printf(“Huruf : %c\n”,‘A’); } 1.5.2. Pengenalan Praprosesor #include #include merupakan salah satu jenis pengarah praprosesor (preprocessor directive). Pengarah praprosesor ini dipakai untuk membaca file yang di antaranya berisi deklarasi fungsi dan definisi konstanta. Beberapa file judul disediakan dalam C. File-file ini mempunyai ciri yaitu namanya diakhiri dengan ekstensi .h. Misalnya pada program #include <stdio.h> menyatakan pada kompiler agar membaca file bernama stdio.h saat pelaksanaan kompilasi. Bentuk umum #include: #include “namafile” Bentuk pertama (#include ) mengisyaratkan bahwa pencarian file dilakukan pada direktori khusus, yaitu direktori file include. Sedangkan bentuk kedua (#include “namafile”) menyatakan bahwa pencarian file dilakukan pertama kali pada direktori aktif tempat program sumber dan seandainya tidak ditemukan pencarian akan dilanjutkan pada direktori lainnya yang sesuai dengan perintah pada sistem operasi. Kebanyakan program melibatkan file stdio.h (file-judul I/O standard, yang disediakan dalam C). Program yang melibatkan file ini yaitu program yang menggunakan pustaka I/O (input-output) standar seperti printf().

1.5.3. Komentar dalam Program Untuk keperluan dokumentasi dengan maksud agar program mudah dipahami di suatu saat lain, biasanya pada program disertakan komentar atau keterangan mengenai program. Dalam C, suatu komentar ditulis dengan diawali dengan tanda /* dan diakhiri dengan tanda */. Contoh : /* Tanda ini adalah komentar */ #include <stdio.h> main() { printf(“Coba\n”); }

/* Ini adl program pertama */

Kesimpulan : •

Akar dari bahasa C adalah bahasa BCPL yang dikembangkan oleh Martin Richards pada tahun 1967.



Bahasa C pertama kali digunakan pada komputer Digital Equipment Corporation PDP-11 yang menggunakan sistem operasi UNIX.



C adalah bahasa yang standar, artinya suatu program yang ditulis dengan versi bahasa C tertentu akan dapat dikompilasi dengan versi bahasa C yang lain dengan sedikit modifikasi. Standar bahasa C yang asli adalah standar dari UNIX.



Interpreter adalah suatu jenis penerjemah yang menerjemahkan baris per baris intsruksi untuk setiap saat, sedangkan kompiler merupakan jenis penerjemah cara kerjanya adalah menerjemahkan seluruh instruksi dalam program sekaligus.



Program C pada hakekatnya tersusun atas sejumlah blok fungsi.



Fungsi main() merupakan fungsi istimewa yang harus ada pada program, sebab fungsi inilah yang menjadi titik awal dan titik akhir eksekusi program.



Fungsi printf() merupakan fungsi yang umum dipakai untuk menampilkan suatu keluaran pada layar peraga.



#include merupakan salah satu jenis pengarah praprosesor (preprocessor directive) yang dipakai untuk membaca file yang di antaranya berisi deklarasi fungsi dan definisi konstanta.



Untuk keperluan dokumentasi, di dalam program disertakan komentar yang ditulis dengan diawali dengan tanda /* dan diakhiri dengan tanda */.

Latihan : Buatlah potongan program untuk soal-soal di bawah ini 1. Apakah keluaran dari program di bawah ini : #include <stdio.h> main() { printf("The black dog was big. "); printf("The cow jumped over the moon.\n"); } 2.

Gunakan pernyataan printf() untuk menampilkan (di layar) nilai dari sebuah variabel (misalkan namanya = sum) yang bertipe integer.

3.

Gunakan pernyataan printf() untuk menampilkan (di layar) string “Welcome” yang diikuti dengan sebuah perintah ganti baris.

4.

Gunakan pernyataan printf() untuk menampilkan (di layar) sebuah karakter dari variabel yang bertipe karakter (misalkan namanya = letter).

5.

Gunakan pernyataan printf() untuk menampilkan (di layar) nilai dari sebuah variabel float (misalkan namanya = discount).

6.

Gunakan pernyataan scanf() untuk membaca masukan sebuah nilai desimal dari keyboard dan memasukkannya ke sebuah variabel integer (misalkan namanya = sum).

7.

Gunakan pernyataan scanf() untuk membaca masukan nilai float dari keyboard dan memasukkannya ke sebuah variabel float (misalkan namanya = discount_rate).

8.

Gunakan pernyataan scanf() untuk membaca masukan sebuah karakter dari keyboard dan memasukkannya ke sebuah variabel karakter (misalkan namanya = opr). BAB II DASAR-DASAR PEMROGRAMAN

Tujuan : 1. Menjelaskan tentang beberapa tipe data dasar (jenis dan jangkauannya) 2. Menjelaskan tentang Variabel 3. Menjelaskan tentang konstanta 4. Menjelaskan tentang berbagai jenis operator dan pemakaiannya 5. Menjelaskan tentang instruksi I/O 2.1. Tipe Data Dasar Data merupakan suatu nilai yang bisa dinyatakan dalam bentuk konstanta atau variabel. Konstanta menyatakan nilai yang tetap, sedangkan variabel menyatakan nilai yang dapat diubahubah selama eksekusi berlangsung, Data berdasarkan jenisnya dapat dibagi menjadi lima kelompok, yang dinamakan sebagai tipe data dasar. Kelima tipe data dasar adalah:



Bilangan bulat (integer)



Bilangan real presisi-tunggal



Bilangan real presisi-ganda



Karakter



Tak-bertipe (void), keterangan lebih lanjut tentang void dijelaskan dalam Bab V. Kata-kunci yang berkaitan dengan tipe data dasar secara berurutan di antaranya adalah int (short int, long int, signed int dan unsigned int), float, double, dan char. Tabel 2-1 memberikan informasi mengenai ukuran memori yang diperlukan dan kawasan dari masing-masing tipe data dasar.

Tabel 2-1. Ukuran memori untuk tipe data Tipe

Total bit

char int float double

8 32 32 64

Kawasan -128 s/d 127 -2147483648 s/d 2147483647 1.7E-38 s/d 3.4E+38 2.2E-308 s/d 1.7E+308

Keterangan karakter bilangan integer bilangan real presisi-tunggal bilangan real presisi-ganda

Untuk tipe data short int, long int, signed int dan unsigned int, maka ukuran memori yang diperlukan serta kawasan dari masint-masing tipe data adalah sebagai berikut : Tabel 2-2 Ukuran memori untuk tipe data int Tipe

Total bit

short int long int signed int unsigned int

16 32 32 32

Kawasan -32768 s/d 32767 -2147483648 s/d 2147483647 -2147483648 s/d 2147483647 0 s/d 4294967295

Keterangan short integer long integer biasa disingkat dengan int bilangan int tak bertanda

Catatan : 

Ukuran dan kawasan dari masing-masing tipe data adalah bergantung pada jenis mesin yang digunakan (misalnya mesin 16 bit bisa jadi memberikan hasil berbeda dengan mesin 32 bit).

2.2 Variabel 2.2.1 Aturan Pendefinisan Variabel Aturan penulisan pengenal untuk sebuah variabel, konstanta atau fungsi yang didefinisikan oleh pemrogram adalah sebagai berikut : 

Pengenal harus diawali dengan huruf (A..Z, a..z) atau karakter garis bawah ( _ ).



Selanjutnya dapat berupa huruf, digit (0..9) atau karakter garis bawah atau tanda dollar ($).



Panjang pengenal boleh lebih dari 31 karakter, tetapi hanya 31 karakter pertama yang akan dianggap berarti.



Pengenal tidak boleh menggunakan nama yang tergolong sebagai kata-kata cadangan (reserved words) seperti int, if, while dan sebagainya.

2.2.2 Mendeklarasikan Variabel Variabel digunakan dalam program untuk menyimpan suatu nilai, dan nilai yang ada padanya dapat diubah-ubah selama eksekusi program berlangsung. Variabel yang akan digunakan dalam program haruslah dideklarasikan terlebih dahulu. Pengertian deklarasi di sini berarti memesan memori dan menentukan jenis data yang bisa disimpan di dalamnya. Bentuk umum deklarasi variabel: tipe daftar-variabel;

Pada pendeklarasian varibel, daftar-variabel dapat berupa sebuah variabel atau beberapa variabel yang dipisahkan dengan koma. Contoh: int var_bulat1; float var_pecahan1, var_pecahan2; 2.2.3 Memberikan Nilai ke Variabel Untuk memberikan nilai ke variabel yang telah dideklarasikan, maka bentuk umum pernyataan yang digunakan adalah : nama_variabel = nilai;

Contoh: int var_bulat = 10; double var_pecahan = 10.5; 2.2.4 Inisialisasi Variabel Adakalanya dalam penulisan program, setelah dideklarasikan, variabel langsung diberi nilai awal. Sebagai contoh yaitu variabel nilai : int nilai; nilai = 10; Dua pernyataan di atas sebenarnya dapat disingkat melalui pendeklarasian yang disertai penugasan nilai, sebagai berikut : int nilai= 10; Cara seperti ini banyak dipakai dalam program C, di samping menghemat penulisan pernyataan, juga lebih memberikan kejelasan, khususnya untuk variabel yang perlu diberi nilai awal (diinisialisasi). 2.3 Konstanta Konstanta menyatakan nilai yang tetap. Berbeda dengan variabel, suatu konstanta tidak dideklarasikan. Namun seperti halnya variabel, konstanta juga memiliki tipe. Penulisan konstanta mempunyai aturan tersendiri, sesuai dengan tipe masing-masing.



Konstanta karakter misalnya ditulis dengan diawali dan diakhiri dengan tanda petik tunggal, contohnya : ‘A’ dan ‘@’.



Konstanta integer ditulis dengan tanda mengandung pemisah ribuan dan tak mengandung bagian pecahan, contohnya : –1 dan 32767.



Konstanta real (float dan double) bisa mengandung pecahan (dengan tanda berupa titik) dan nilainya bisa ditulis dalam bentuk eksponensial (menggunakan tanda e), contohnya : 27.5f (untuk tipe float) atau 27.5 (untuk tipe double) dan 2.1e+5 (maksudnya 2,1 x 105 ).



Konstanta string merupakan deretan karakter yang diawali dan diakhiri dengan tanda petik-ganda (“), contohnya :“Pemrograman Dasar C”.

2.4 Operator Operator merupakan simbol atau karakter yang biasa dilibatkan dalam program untuk melakukan sesuatu operasi atau manipulasi, seperti menjumlahkan dua buah nilai, memberikan nilai ke suatu variabel, membandingkan kesamaan dua buah nilai. Sebagian operator C tergolong sebagai operator binary, yaitu operator yang dikenakan terhadap dua buah nilai (operand). Contoh : a+b Simbol + merupakan operator untuk melakukan operasi penjumlahan dari kedua operand-nya (yaitu a dan b). Karena operator penjumlahan melibatkan dua operator ini tergolong sebagai operator binary. -c Simbol - (minus) juga merupakan operator. Simbol ini termasuk sebagai operator unary, yaitu operator yang hanya memiliki sebuah operand (yaitu c pada contoh ini). 2.4.1. Operator Aritmatika 



Operator untuk operasi aritmatika yang tergolong sebagai operator binary adalah : *

perkalian

/

pembagian

%

sisa pembagian

+

penjumlahan

-

pengurangan

Adapun operator yang tergolong sebagai operator unary. -

tanda minus

+

tanda plus

Contoh pemakaian operator aritmatika misalnya untuk memperoleh nilai diskriminan dari suatu persamaan kuadrat : D = b2 – 4ac /* File program : diskrim.c Menghitung diskriminan pers kuadrat ax^2 + bx + c = 0 */

# include <stdio.h> main() { float a,b,c,d; a = 3.0f; b = 4.0f; c = 7.0f; d = b*b-4*a*c; printf(“Diskriminan =%f\n”,d); } Contoh eksekusi : Diskriminan = -84.000000 Operator yang telah dituliskan di atas, yang perlu diberi penjelasan lebih lanjut adalah operator sisa pembagian. Beberapa contoh berikut kiranya akan memperjelas makna dari operator ini . •

Sisa pembagian bilangan 7 dengan 2 adalah 1 (7 % 2  1)



Sisa pembagian bilangan 6 dengan 2 adalah 0 (6 % 2  0)



Sisa pembagian bilangan 8 dengan 3 adalah 1 (8 % 3  2) Kegunaan operator ini diantaranya bisa dipakai untuk menentukan suatu bilangan bulat

termasuk ganjil atau genap, berdasarkan logika : “Jika bilangan habis dibagi dua (sisanya nol), bilangan termasuk genap. Sebaliknya, termasuk ganjil”. 2.4.2. Operator Penurunan dan Penaikan Masih berkaitan dengan operasi aritmatika, C menyediakan operator yang disebut sebagai operator penaikan dan operator penurunan, yaitu : ++

operator penaikan

-- operator penurunan Operator penaikan digunakan untuk menaikkan nilai variabel sebesar satu. Penempatan operator terhadap variabel dapat dilakukan di muka atau di belakangnya, contohnya : x = x+1; y = y+1; Bisa ditulis menjadi : ++x; --y; atau : x++;

y--; Bergantung pada kondisi yang dibutuhkan oleh pemrogram. Di bawah ini adalah contoh yang akan menunjukkan perbedaan pemakaian dan hasil dari ++x dengan x++ (atau pemakaian y-dengan –-y). /* File program : pre_post.c Contoh penggunaan pre & post Increment operator */ #include <stdio.h> main() { int count = 0, loop; loop = ++count; /* count=count+1; loop=count; */ printf("loop = %d, count = %d\n", loop, count); loop = count++; /* loop=count; count=count+1; */ printf("loop = %d, count = %d\n", loop, count); } Contoh eksekusi : loop = 1, count = 1 loop = 1, count = 2 2.4.3. Prioritas Operator Aritmatika Tabel di bawah ini

memberikan penjelasan mengenai prioritas dari masing-masing

operator. Operator yang mempunyai prioritas tinggi akan diutamakan dalam hal pengerjaan dibandingkan dengan operator yang memiliki prioritas lebih rendah. Tabel 2.3 Tabel prioritas operator aritmatika dan urutan pengerjaannya PRIORITAS Tertinggi

Terendah *)

OPERATOR

URUTAN PENGERJAAN

dari kiri ke kanan

( ) !

++

--

*

/

%

+

-

=

+=

+

dari kanan ke kiri *)

-

dari kiri ke kanan dari kiri ke kanan *)

-=

*=

/=

%=

dari kanan ke kiri

Bentuk unary + dan unary – memiliki prioritas yang lebih tinggi daripada bentuk binary + dan binary -

2.4.4. Operator Penugasan Operator penugasan (assignment operator) digunakan untuk memindahkan nilai dari suatu ungkapan (expression) ke suatu pengenal. Operator pengerjaan yang umum digunakan dalam bahasa pemrograman, termasuk bahasa C adalah operator sama dengan (=). Contohnya :

fahrenheit = celcius * 1.8 + 32; Maka ‘=’ adalah operator penugasan yang akan memberikan nilai dari ungkapan : celcius * 1.8 + 32 kepada variabel fahrenheit. Bahasa C juga memungkinkan dibentuknya statemen penugasan menggunakan operator pengerjaan jamak dengan bentuk sebagai berikut : pengenal1 = pengenal2 = … = ungkapan ; Misalnya : a = b = 15; maka nilai variabel ‘a ‘ akan sama dengan nilai variabel ‘b‘ akan sama dengan 15. 2.4.5 Operator Kombinasi (Pemendekan) C menyediakan operator yang dimaksudkan untuk memendekkan penulisan operasi penugasan semacam x = x + 2; y = y * 4; menjadi x += 2; y *= 4; Daftar berikut memberikan seluruh kemungkinan operator kombinasi dalam suatu pernyataan serta pernyataan padanannya. Tabel 2.4 Seluruh kemungkinan operator kombinasi dan padanannya x +=

2;

kependekan dari x = x + 2;

x -= 2;

kependekan dari x = x - 2;

x *=

2;

kependekan dari x = x * 2;

x /=

2;

kependekan dari x = x / 2;

x %=

2;

kependekan dari x = x % 2;

x <<= 2;

kependekan dari x = x << 2;

x >>= 2;

kependekan dari x = x >> 2;

x &=

2;

kependekan dari x = x & 2;

x |=

2;

kependekan dari x = x | 2;

x ^=

2;

kependekan dari x = x ^ 2;

2.5. Menampilkan Data ke Layar Untuk keperluan menampilkan data/informasi, C menyediakan sejumlah fungsi. Beberapa di antaranya adalah berupa printf() dan putchar().

2.5.1. Fungsi printf() Fungsi printf() merupakan fungsi yang paling umum digunakan dalam menampilkan data. Berbagai jenis data dapat ditampilkan ke layar dengan memakai fungsi ini. Bentuk umum pernyataan printf() : printf(“string kontrol”,argumen1, argumen2,...); String kontrol dapat berupa keterangan yang akan ditampilkan pada layar beserta penentu format (seperti %d, %f,%c). Penentu format dipakai untuk memberi tahu kompiler mengenai jenis data yang akan ditampilkan. Argumen sesudah string kontrol (argumen1, argumen2,...)adalah data yang akan ditampilkan ke layar. Argumen ini dapat berupa variabel, konstanta dan bahkan ungkapan. Misal : printf(“%d”,20);

/* argumen berupa konstanta */

printf(“%d”,a);

/*argumen berupa variabel */

printf(“%d”,a+20); /*argumen berupa ungkapan */ Penentu format untuk data string atau karakter : %c %s

untuk menampilkan sebuah karakter untuk menampilkan sebuah string

Untuk menampilkan data bilangan, penentu format yang dipakai berupa salah satu dari bentuk dalam Tabel 2.5. Tabel 2.5 Penentu format pada printf() %u %d %i %o %x %X %f %e %E %g %G l

L h

untuk menampilkan data bilangan tak bertanda (unsigned) dalam bentuk desimal. untuk menampilkan bilangan integer bertanda (signed) dalam bentuk desimal untuk menampilkan bilangan bulat tak bertanda dalam bentuk oktal. untuk menampilkan bilangan bulat tak bertanda dalam bentuk heksadesimal (%x  notasi yang dipakai : a, b, c, d, e dan f sedangkan %X  notasi yang dipakai : A, B, C, D, E dan F ) untuk menampilkan bilangan real dalam notasi : dddd.dddddd untuk menampilkan bilangan real dalam notasi eksponensial untuk menampilkan bilangan real dalam bentuk notasi seperti %f,%E atau %F bergantung pada kepresisian data (digit 0 yang tak berarti tak akan ditampilkan) merupakan awalan yang digunakan untuk %d,%u,%x,%X,%o untuk menyatakan long int (misal %ld). Jika diterapkan bersama %e,%E,%f,%F,%g atau %G akan menyatakan double Merupakan awalan yang digunakan untuk %f,%e,%E,%g dan %G untuk menyatakan long double Merupakan awalan yang digunakan untuk %d,%i,%o,%u,%x, atau %X, untuk menyatakan short int.

Contoh di bawah ini akan menjelaskan perbedaan format %g, %e dan %f dalam menampilkan bilangan real.

/*File program : form_efg.c Perbedaan format %g, %e dan %f */ #include <stdio.h> main() { float x = 251000.0f; printf(“Format e => %e\n”, x); printf(“Format f => %f\n”, x); printf(“Format g => %g\n”, x); } Contoh eksekusi : Format e => 2.510000e+005 Format f => 251000.000000 Format g => 251000 Tampak bahwa penentu format %e menampilkan bilangan dalam bentuk eksponensial. Jika penentu fomat yang digunakan berupa %f, bagian pecahan secara default akan ditampilkan dalam bentuk 6 digit. Sedangkan jika digunakan penentu format %g, maka digit yang tak berarti tak akan ditampilkan. Untuk menentukan panjang medan yang disediakan bagi tampilan data, maka sesudah tanda % dalam penentu format dapat disisipi dengan bilangan bulat yang menyatakan panjang medan. 

Untuk data yang berupa bilangan bulat, misal pada : printf(“Abad %4d”, 20); %4d menyatakan medan untuk menampilkan bilangan 20 adalah sepanjang 4 karakter. printf(“Abad %4d”, 20);

A b a d



2 0

Untuk data yang berupa bilangan real, spesifikasi medannya berupa m.n

m = panjang medan n = jumlah digit pecahan

Contoh pada pernyataan : printf(“Harga : Rp %8.2f\n”, 500.0); %8.2f menyatakan panjang medan dari bilangan real yang akan ditampilkan adalah 8 karakter dengan jumlah digit pecahan 2 buah. printf(“Harga : Rp %8.2f\n”, 500.0);

H a r g a : R p

5 0 0 . 0 0

Kalau hanya jumlah digit pecahan yang perlu ditentukan, panjang medan tak perlu disertakan, misal : printf(“%.2f\n”, 600.0); printf(“%.2f\n”, 7500.25); hasilnya : 600.00 7500.25 

Untuk data yang berupa string, contoh : printf(“%12s”, “Bahasa C”); maka akan ditampilkan sebagai berikut B a h a

s a

C

Tampak dalam berbagai jenis data di atas, penentu format yang mengandung panjang medan, secara default akan menampilkan data dalam bentuk rata kanan terhadap panjang medan yang diberikan. Untuk data string yang biasanya dikehendaki untuk ditampilkan dalam bentuk rata kiri, maka sesudah tanda % pada penentu format %s perlu disisipkan tanda – (minus), contoh : printf(“%-12s”, “Bahasa C”); menyatakan bahwa string akan ditampilkan dalam medan dengan panjang 12 karakter dan diatur rata kiri. Sehingga tampilan di atas berubah menjadi : B a h a

s a

C

/* File program : formatpjg.c Contoh penggunaan format panjang medan data */ #include <stdio.h> main() { int nilai1 = 20; float nilai2 = 500.0f; printf("Abad %5d\n", nilai1); printf("%10.2f\n", nilai2); printf("%10s\n", "Bahasa C"); printf("%-10s\n", "Bahasa C"); } Contoh eksekusi : Abad 20 500.00 Bahasa C

Bahasa C _____________________________________________________________________ 2.5.2 Fungsi putchar() Fungsi putchar() digunakan khusus untuk menampilkan sebuah karakter di layar. Penampilan karakter tidak diakhiri dengan perpindahan baris. Contoh : putchar(‘A’); menghasilkan keluaran yang sama dengan printf(“%c”,’A’);

2.6. Memasukan Data dari Keyboard Data dapat dimasukan lewat keyboard saat eksekusi berlangsung. Untuk keperluan ini, C menyediakan sejumlah fungsi, di antaranya adalah scanf(), getchar(). 2.6.1. Fungsi scanf() Fungsi scanf() merupakan fungsi yang dapat digunakan untuk memasukkan berbagai jenis data. Misalnya untuk memasukkan data jari-jari lingkaran pada contoh program lingkaran.c, maka penulisan radius = 20; dapat diganti menjadi scanf(“%f”,&radius); Selengkapnya, terlihat dalam contoh program di bawah ini. /* File program : lingkaran.c Menghitung keliling dan luas lingkaran */ #include <stdio.h> main() { double radius, keliling, luas; printf("Masukkan jari-jari lingkaran : "); scanf("%lf",&radius); keliling = 2 * 3.14 * radius; /* PI = 3.14 */ luas = 0.5 * 3.14 * radius * radius; printf("\nData lingkaran\n"); printf("Jari-jari = %8.2lf\n", radius); printf("Keliling = %8.2lf\n", keliling); printf("Luas = %8.2lf\n", luas); }

Contoh eksekusi : Masukkan jari-jari lingkaran = 5 Data lingkaran Jari-jari = 5.00 Keliling = 31.40 Luas = 39.25 Bentuk scanf() sesungguhnya menyerupai fungsi printf(). Fungsi ini melibatkan penentu format yang pada dasarnya sama digunakan pada printf(). Secara umum bentuk scanf() adalah sebagai berikut : scanf(“string kontrol”, daftar_argumen); Dengan string kontrol dapat berupa : 

Penentu format



Karakter spasi-putih (white-space)



Karakter bukan spasi-putih

Penentu format menyatakan jenis data yang akan dibaca. Pada scanf() penentu format dapat berupa salah satu di antara yang ada pada daftar berikut : Tabel 2.6 Penentu format scanf() %c %s %i atau %d %e atau %f %o %x %u l L h

membaca sebuah karakter membaca sebuah string (dibahas pada bab vii) membaca sebuah integer desimal membaca sebuah bilangan real (bisa dalam bentuk eksponensial) membaca sebuah integer oktal membaca sebuah integer heksadesimal membaca sebuah integer tak bertanda awalan untuk membaca data long int (misal : %ld) atau untuk membaca data double (misal : %lf) awalan untuk membaca data long double (misal : %Lf) awalan untuk membaca data short int

Pada bentuk scanf(), daftar_argumen dapat berupa satu atau beberapa argumen dan haruslah berupa alamat. Misalnya hendak membaca bilangan real dan ditempatkan ke variabel radius, maka yang ditulis dalam scanf() adalah alamat dari radius. Untuk menyatakan alamat dari variabel, di depan variabel dapat ditambahkan tanda & (tanda & dinamakan sebagai operator alamat). Sehingga &radius menyatakan alamat dari radius. Dalam bentuk yang lengkap : scanf(“%f”, &radius); berarti (bagi komputer) : “bacalah sebuah bilangan real (%f) dan tempatkan ke alamat dari radius (&radius)”.

2.6.3 Fungsi getchar() Fungsi getchar() digunakan khusus untuk menerima masukan berupa sebuah karakter dari keyboard. Contoh : c = getchar(); maka variabel c akan berisi karakter yang diketikkan oleh user atau EOF (end of file) jika ditemui akhir dari file. Kesimpulan : •

Data merupakan suatu nilai yang bisa dinyatakan dalam bentuk konstanta atau variabel.



Konstanta menyatakan nilai yang tetap, sedangkan variabel menyatakan nilai yang dapat diubah-ubah selama eksekusi berlangsung,



Variabel yang akan digunakan haruslah dideklarasikan terlebih dahulu, adakalanya langsung dideklarasikan sekaligus diberi nilai (diinisialisasi).



Operator merupakan simbol atau karakter yang biasa dilibatkan dalam program untuk melakukan sesuatu operasi atau manipulasi



Operator yang terkait dengan operasi aritmatika antara lain adalah operator aritmatika, operator penurunan dan penaikan, operator penugasan (assignment) dan operator kombinasi (pemendekan)



Untuk menampilkan data/informasi ke layar digunakan fungsi printf() dan putchar().



Untuk memasukkan data melalui keyboard saat eksekusi berlangsung digunakan fungsi scanf() dan getchar().

Latihan : 1. Mengapa nama-nama variabel di bawah ini tidak valid ? (a) (b) (c) (d)

value$sum exit flag 3lotsofmoney char

2. Berapakah hasil akhir dari program berikut : #include <stdio.h> main() { int a = 22; a = a + 5; a = a-2; printf("a = %d\n", a); }

3. Berapakah nilai x setelah pernyataan-pernyataan berikut dijalankan, apabila x bertipe int : (a) x = (2 + 3) – 10 * 2; (b) x = (2 + 3) – (10 * 2); (c) x = 10 % 3 * 2 + 1; 4. Nyatakan dalam bentuk pernyataan : (a)

y = bx2 + 0,5x – c

(b) y =

0,3xz 2a

5. Apa hasil eksekusi dari program berikut : #include <stdio.h> main() { char kar = ‘A’; kar = kar + 32; printf("%c\n",kar); } BAB III PENGAMBILAN KEPUTUSAN 3.1.1. Operator Relasi Operator relasi biasa dipakai untuk membandingkan dua buah nilai. Hasil pembandingan berupa keadaan benar atau salah. Keseluruhan operator relasi pada C ditunjukkan pada Tabel 3-1. Tabel 3-1. Operasi relasi Makna

Operator > >= < <= == !=

Lebih dari Lebih dari atau sama dengan Kurang dari Kurang dari atau sama dengan Sama dengan Tidak sama dengan

Khususnya untuk operator relasi sama dengan (==) harap dibedakan dengan operator (=) yang merupakan operator penugasan (assignment). Contoh: Pembandingan

Hasil

1>2

Salah

1<2

Benar

A == 1

Benar, jika A bernilai 1 Salah, jika A tidak bernilai 1

'A' < 'B'

Benar, karena kode ASCII untuk karakter ‘A’ kurang dari kode ASCII untuk karakter ‘B’ *)

kar == 'Y'

Benar, jika kar berisi 'Y' Salah, jika kar tidak berisi 'Y'

*)

Dalam daftar ASCII standar, kode untuk karakter ‘A’ = 65 sedangkan karakter ‘B’ = 66, ‘C’ = 67,

‘D’ = 68 dan seterusnya sampai dengan karakter ‘Z’ = 90. 3.1.2. Operator Logika. Operator logika biasa dipakai untuk menghubungkan ekspresi relasi. Keseluruhan operator logika ditunjukkan pada tabel 3-2. Tabel 3-2. Operator logika Operator && || ! Bentuk pemakaian operator && dan || adalah

Makna dan (AND) atau (OR) tidak (NOT)

operand1 operator operand2

Baik operand1 maupun operand2 dapat berupa ekspresi relasi ataupun ekspresi logika. Hasil ekspresi bias bernilai benar atau salah. Pada C nilai hasil dari sebuah ekspresi relasi atau ekspresi logika jika dinyatakan dengan angka adalah : 

Salah  nilai = 0



Benar  nilai != 0 (misalnya nilai = 1)

Tabel 3-3 memberikan penjelasan hasil operasi ekspresi logika yang menggunakan operator && maupun || untuk berbagai kemungkinan keadaan operand-nya. Tabel 3-3. Kemungkinan pada operasi logika && dan || Operand2 Operand1 Salah Salah Salah Benar Benar Salah Benar Benar Tampak bahwa operator atau (||) menghasilkan nilai

Hasil || && 0 0 1 0 1 0 1 1 1 jika ada operand yang benar. Hasil

berupa 0 jika semua operand adalah salah. Adapun operator logika dan (&&) memberikan hasil 1 hanya jika kedua operand adalah benar. Beberapa contoh ekspresi logika di antaranya : 

(kar > 'A') && (kar < 'Z') Hasil operasi logika && adalah benar hanya jika kar > 'A' dan kar < 'Z' (dalam hal ini yang diperbandingkan adalah kode ASCII dari karakter tsb).



(pilihan == 'Y') || (pilihan == 'y')

Hasil operasi logika || adalah benar jika pilihan berupa 'Y' atau 'y' Sedangkan bentuk pemakaian operator logika ! adalah : dengan operand dapat berupa ekspresi logika ataupun ekspresi relasi. Hasil operasi ! bernilai : 

1 jika operand bernilai salah



0 jika operand bernilai benar

Perhatikan contoh potongan program di bawah ini : if (!sudah_benar) printf(“Masukan Anda salah!\n”); Pada contoh potongan program di atas, dilakukan pengecekan kondisi terhadap nilai dari variabel sudah_benar. Jika variabel sudah_benar bernilai 0, maka kondisi !sudah_benar akan bernilai benar (true) sehingga instruksi : printf(“Masukan Anda salah!\n”); akan diproses. Penjelasan lebih rinci tentang pengecekan kondisi dengan pernyataan if dibahas pada sub bab 3.2. 3.1.3 Prioritas Operator Logika dan Relasi Tabel berikut ini memberikan penjelasan singkat mengenai prioritas di antara berbagai operator logika dan operator relasi. Tabel 3-4 Prioritas operator logika dan relasi Tertinggi :

Terendah:

! > = = && ||

>= !=

<

<=

Berdasarkan prioritas yang ditunjukkan pada tabel 3-4, maka ekspresi seperti (kar > 'A') && (kar < 'Z') sama saja kalau ditulis menjadi kar > 'A' && kar < 'Z' Hanya saja penulisan dengan menggunakan tanda kurung akan lebih memberikan kejelasan. 3.2 Pernyataan if Pernyataan if mempunyai bentuk umum : if (kondisi ) pernyataan;

Bentuk ini menyatakan :



jika kondisi yang diseleksi adalah benar (bernilai logika = 1), maka pernyataan yang mengikutinya akan diproses.



Sebaliknya, jika kondisi yang diseleksi adalah tidak benar (bernilai logika = 0), maka pernyataan yang mengikutinya tidak akan diproses.

Mengenai kodisi harus ditulis diantara tanda kurung, sedangkan pernyataan dapat berupa sebuah pernyataan tunggal, pernyataan majemuk atau pernyataan kosong. Diagram alir dapat dilihat seperti gambar 3.1

kondis

salah

benar

pernyataan

Gambar 3.1. Diagram alir if Contoh penggunaan pernyataan if adalah untuk menentukan besarnya potongan harga yang diterima oleh seorang pembeli, berdasarkan kriteria : 

tidak ada potongan harga jika total pembelian kurang dari Rp. 100.000 (dalam hal ini potongan harga diinisialisasi dengan nol).



bila total pembelian lebih dari atau sama dengan Rp. 100.000, potongan harga yang diterima dirubah menjadi sebesar 5% dari total pembelian.

/* File program : discount.c Contoh penggunaan if untuk menghitung nilai discount */ #include <stdio.h> main() { double total_pembelian, discount = 0; /* discount diinisialisasi dengan nilai 0 */ printf("Total pembelian = Rp “); scanf("%lf", &total_pembelian); if(total_pembelian >= 100.000) discount = 0.05 * total_pembelian; printf("Besarnya discount = Rp %.2lf\n", discount); }

Contoh eksekusi : Total pembelian = Rp 200000 Besarnya discount = Rp 10000.00 Untuk pernyataan if yang diikuti dengan pernyataan majemuk, bentuknya adalah sebagai berikut : if (kondisi) {

/* tanda awal pernyataan majemuk*/ pernyataan-1; pernyataan–2; . . . pernyataan-n;

}

/* tanda akhir pernyataan majemuk */

Pernyataan-pernyataan yang berada dalam tanda kurung { dan } akan dijalankan hanya bila kondisi if bernilai benar. 3.3. Pernyataan if-else Pernyataan if-else memiliki bentuk : if (kondisi) pernyataan-1; else pernyataan-2;

Diagram alir dapat dilihat seperti gambar 3.2.

kondis

salah

benar

pernyataan1

pernyataan2

Gambar 3.2. Diagram alir if-else Arti dari pernyataan if-else : 

Jika kondisi benar, maka pernyataan-1 dijalankan.



Sedangkan bila kondisi bernilai salah, maka pernyataaan-2 yang dijalankan.

Masing-masing pernyataan-1 dan pernyataan-2 dapat berupa sebuah pernyataan tunggal, pernyataan majemuk ataupun pernyataan kosong. Contoh penggunaan pernyataan if-else adalah untuk menyeleksi nilai suatu bilangan pembagi. Jika nilai bilangan pembagi adalah nol, maka hasil pembagian dengan nilai nol akan mendapatkan hasil tak berhingga. Jika ditemui nilai pembaginya nol, maka proses pembagian tidak akan dilakukan. /* File program : bagi.c Pemakaian if-else untuk menyeleksi bilangan pembagi */ #include <stdio.h> main() { float a, b; printf("Masukkan nilai a : "); scanf("%f", &a); printf("Masukkan nilai b : "); scanf("%f", &b); if (b == 0) printf("\n%g dibagi dengan nol = TAK BERHINGGA\n", a); else printf("\n%g dibagi dengan %g = %g\n", a, b, a/b); } Contoh eksekusi : Masukkan nilai a : 5 Masukkan nilai b : 0 5 dibagi dengan nol = TAK BERHINGGA 3.4. Pernyataan if di dalam if Di dalam suatu pernyataan if (atau if-else) bisa saja terdapat pernyataan if (atau if-else) yang lain. Bentuk seperti ini dinamakan sebagai nested if. Secara umum, bentuk dari pernyataan ini adalah sebagai berikut : if (kondisi-1) if (kondisi-2) . . if(kondisi-n) pernyataan; else pernyataan; . . else pernyataan; else pernyataan;



Kondisi yang akan diseleksi pertama kali adalah kondisi yang terluar (kondisi-1). Jika kondisi-1 bernilai salah, maka statemen else yang terluar (pasangan if yang bersangkutan) yang akan diproses. Jika else (pasangannya tsb) tidak ditulis, maka penyeleksian kondisi akan dihentikan.



Jika kondisi-1 bernilai benar, maka kondisi berikutnya yang lebih dalam (kondisi-2) akan diseleksi. Jika kondisi-2 bernilai salah, maka statemen else pasangan dari if yang bersangkutan yang akan diproses. Jika else (untuk kondisi-2) tidak ditulis, maka penyeleksian kondisi akan dihentikan.



Dengan cara yang sama, penyeleksian kondisi akan dilakukan sampai dengan kondisi-n, jika kondisi-kondisi sebelumnya bernilai benar.

/* File program : determinan1.c Program untuk menghitung determinan dan akar-akar persamaan kuadrat menggunakan if bersarang */ #include <stdio.h> #include <math.h> main() { float a, b, c, d = 0; double x1, x2, imaginair; printf("MENCARI AKAR-AKAR PERSAMAAN KUADRAT a+bx+c=0\n"); printf("\nMasukkan nilai a : "); scanf("%f", &a); printf("Masukkan nilai b : "); scanf("%f", &b); printf("Masukkan nilai c : "); scanf("%f", &c); d = b*b-4*a*c; /* menghitung determinan */ if (d >= 0) if (d == 0) { x1 = -b / (2 * a); printf("\nDua akar real kembar yaitu : \n"); printf("x1 = x2 = %g\n", x1); } else { x1 = (-b + sqrt(d))/(2*a); x2 = (-b - sqrt(d))/(2*a); printf("\nDua akar real berlainan yaitu :\n"); printf("x1 = %g\n", x1); printf("x2 = %g\n", x2); } else { imaginair = (sqrt(-d)/(2*a)); x1 = -b/(2*a);

printf("\nDua akar imaginair berlainan yaitu : \n"); printf("x1 = %g + %gi\n", x1, imaginair); printf("x2 = %g - %gi\n", x1, imaginair); } } Contoh eksekusi : MENCARI AKAR-AKAR PERSAMAAN KUADRAT a+bx+c=0 Masukkan nilai a : 3 Masukkan nilai b : 6 Masukkan nilai c : 2 Dua akar real berlainan yaitu : X1 = -0.42265 X2 = -1.57735 3.5 Pernyataan else-if Contoh implementasi nested if ini misalnya pembuatan sebuah program kalkulator sederhana. User memberikan masukan dengan format : operand1 operator operand2

Jenis operasi yang dikenakan bergantung pada jenis operator ang dimasukkan oleh user. Oleh karena itu program akan mengecek apakah operator berupa tanda ‘*’, ‘/’, ‘+’, ataukah tanda ‘-‘ . 

Jika operator berupa tanda ‘*’ maka operand1 akan dikalikan dengan operand2.



Jika operator berupa tanda ‘/’ maka operand1 akan dibagi dengan operand2.



Jika operator berupa tanda ‘+’ maka operand1 akan dijumlahkan dengan operand2.



Jika operator berupa tanda ‘-’ maka operand1 akan dikurangi dengan operand2.



Kalau operator yang dimasukkan bukan merupakan salah satu dari jenis operator di atas, maka ekspresi tersebut tidak akan diproses, dan user akan mendapatkan pesan berupa : “Invalid operator !”

/* File program : kalkulator1.c Contoh penggunaan else if untuk mengimplementasikan program kalkulator sederhana */ #include <stdio.h> main() { int valid_operator = 1; /* valid_operator diinisialisasi dengan logika 1 */ char operator; float number1, number2, result; printf("Masukkan 2 buah bilangan dan sebuah operator\n"); printf("dengan format : number1 operator number2\n\n"); scanf("%f %c %f", &number1, &operator, &number2); if(operator == '*') result = number1 * number2; else if(operator == '/') result = number1 / number2; else if(operator == '+')

result = number1 + number2; else if(operator == '-') result = number1 - number2; else valid_operator = 0; if(valid_operator) printf("\n%g %c %g is %g\n", number1, operator, number2, result ); else printf("Invalid operator!\n"); } Contoh eksekusi : Masukkan 2 buah bilangan dan sebuah operator dengan format : number1 operator number2 23.2 + 12 23.2 + 12 is 35.2 3.6 Pernyataan switch Pernyataan switch merupakan pernyataan yang dirancang khusus untuk menangani pengambilan keputusan yang melibatkan sejumlah alternatif, misalnya untuk menggantikan pernyataan if bertingkat. Bentuk umum pernyataan switch adalah : switch (ekspresi) { case konstanta-1: pernyataan-1; ...... break; case konstanta-2: . . . case konstanta-n: pernyataan-n; ....... break; default: ....... ....... break; }

Dengan ekspresi dapat berupa ekspresi bertipe integer atau bertipe karakter. Demikian juga konstanta-1, konstanta-2, …, konstanta-n dapat berupa konstanta integer atau karakter. Setiap pernyataan-i (pernyataan-1, … , pernyataan-n) dapat berupa pernyataan tunggal ataupun pernyataan jamak. Dalam hal ini urutan penulisan pernyataan case tidak berpengaruh. Proses penyeleksian berlangsung sebagai berikut :



pengujian pada switch akan dimulai dari konstanta-1. Kalau nilai konstanta-1 cocok dengan ekspresi maka pernyataan-1 dijalankan. Kata kunci break harus disertakan di bagian akhir setiap pernyataan case, yang akan mengarahkan eksekusi ke akhir switch.



Kalau ternyata pernyataan-1 tidak sama dengan nilai ekspresi, pengujian dilanjutkan pada konstanta-2, dan berikutnya serupa dengan pengujian pada konstanta-1.



Jika sampai pada pengujian case yang terakhir ternyata tidak ada kecocokan, maka pernyataan yang mengikuti kata kunci default yang akan dieksekusi. Kata kunci default ini bersifat opsional.



Tanda kurung kurawal tutup (}) menandakan akhir dari proses penyeleksian kondisi case.

Di bawah ini contoh program pemakaian pernyataan switch untuk menggantikan if-else bertingkat pada program kalkulator1.c di atas. /* File program : kalkulator2.c Contoh penggunaan pernyataan switch untuk mengimplementasikan kalkulator sederhana */ #include <stdio.h> main() { int valid_operator = 1; char operator; float number1, number2, result; printf("Masukkan 2 buah bilangan dan sebuah operator\n"); printf("dengan format : number1 operator number2\n\n"); scanf("%f %c %f", &number1, &operator, &number2); switch(operator) { case '*' : result = number1 * number2; break; case '/' : result = number1 / number2; break; case '+' : result = number1 + number2; break; case '-' : result = number1 - number2; break; default : valid_operator = 0; } if(valid_operator) printf("%g %c %g is %g\n", number1, operator, number2,result); else printf("Invalid operator!\n"); } Contoh eksekusi : Masukkan 2 buah bilangan dan sebuah operator Dengan format : number1 operator number2 23.2 = 12 invalid operator !

Kesimpulan : •

Operator kondisi adalah operator yang digunakan untuk menghasilkan kondisi benar (true) dan salah (false), yang terdiri atas operator relasi dan operator logika.



Operator relasi biasa dipakai untuk membandingkan dua buah nilai.



Operator logika biasa dipakai untuk menghubungkan ekspresi relasi.



Untuk penyeleksian kondisi dalam rangka pengambilan keputusan bisa digunakan salah satu dari pernyataan berikut ini : a. Pernyataan if, bentuk umumnya : if (kondisi ) pernyataan;

b. Pernyataan if-else, bentuk umumnya : if (kondisi) pernyataan-1; else pernyataan-2;

c. Pernyataan if di dalam if, bentuk umumnya : if (kondisi-1) if (kondisi-2) . . if(kondisi-n) pernyataan; else pernyataan; . . else pernyataan; else pernyataan;

d.

Pernyataan else-if, bentuk umumnya : if (kondisi-1) pernyataan-1; else if (kondisi-2) pernyataan-2; . . else if(kondisi-n) pernyataan-n; else pernyataan-(n+1);

e.

Pernyataan switch, bentuk umumnya : switch (ekspresi) { case konstanta-1: pernyataan-1; ...... break; case konstanta-2: . . . case konstanta-n: pernyataan-n; ....... break; default: ....... ....... break; }

Latihan : Buatlah potongan program untuk soal-soal di bawah ini 1.

Gunakan statemen if untuk membandingkan nilai dari sebuah variabel integer (sum) dengan nilai 65. Jika lebih kecil, maka tampilkan pesan : “Maaf, Anda harus mencoba lagi!”.

2.

Jika variabel total sama dengan variabel tebak, cetaklah nilai dari total, jika tidak sama, maka cetaklah nilai dari tebak.

3.

Jika variabel sum sama dengan 10 dan variabel total kurang dari 20, maka tampilkan pesan : “Tidak sesuai!”

4.

Jika variabel flag sama dengan 1 atau variabel letter bukan ‘X’, maka assign nilai 0 kepada variabel exit_flag, jika tidak, maka set exit_flag sama dengan 1.

5. Tulislah kembali pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan menggunakan pernyataan switch if( letter == 'X' ) sum = 0; else if ( letter == 'Z' ) valid_flag = 1; else if( letter == 'A' ) sum = 1; else printf("Unknown letter -->%c\n", letter );

BAB IV PENGULANGAN PROSES Tujuan : 6. Menjelaskan proses pengulangan menggunakan pernyataan for 7. Menjelaskan proses pengulangan menggunakan pernyataan while 8. Menjelaskan proses pengulangan menggunakan pernyataan do-while 9. Menjelaskan penggunaan pernyataan break 10. Menjelaskan penggunaan pernyataan continue 11. Menjelaskan penggunaan pernyataan goto 12. Menjelaskan loop di dalam loop (nested loop) dan contoh kasusnya 13. Menjelaskan penggunaan exit() untuk menghentikan eksekusi program dan contoh kasusnya 4.1 Pernyataan for Mengulang suatu proses merupakan tindakan yang banyak dijumpai dalam pemrograman. Pada semua bahasa pemrograman, pengulangan proses ditangani dengan suatu mekanisme yang disebut loop. Dengan menggunakan loop, suatu proses yang berulang misalnya menampilkan tulisan yang sama seratus kali pada layar dapat diimpelementasikan dengan kode program yang pendek. Pernyataan pertama yang digunakan untuk keperluan pengulangan proses adalah pernyataan for. Bentuk pernyataan ini : for (ungkapan1; ungkapan2; ungkapan3) pernyataan;

Kegunaan dari masing-masing ungkapan pada pernyataan for. •

Ungkapan1 : digunakan untuk memberikan inisialisasi terhadap variabel pengendali loop.



Ungkapan2 : dipakai sebagai kondisi untuk keluar dari loop.



Ungkapan3 : dipakai sebagai pengatur kenaikan nilai variabel pengendali loop.

Ketiga ungkapan dalam for tersebut harus dipisahkan dengan tanda titik koma (;). Dalam hal ini pernyatan bisa berupa pernyataan tunggal maupun jamak. Jika pernyataannya berbentuk jamak, maka pernyataan-pernyataan tersebut harus diletakkan di antara kurung kurawal buka ({) dan kurung kurawal tutup (}), sehingga formatnya menjadi : for (ungkapan1; ungkapan2; ungkapan3) { pernyataan; pernyataan; . . . }

Contoh penggunaan for, misalnya untuk menampilkan deretan angka sebagai berikut : 20 30 40 50 . . . 100 Untuk keperluan ini, pernyataan for yang digunakan berupa : for (bilangan = 20; bilangan <= 100; bilangan += 10) printf("%d\n", bilangan); Kalau digambarkan dalam bentuk diagram alir, akan terlihat sbb :

bilangan = 20

salah bilangan <=100

benar

Cetak bilangan

bilangan = bilangan + 10

Keluar loop

Gambar 4.1. Diagram alir for

/* File program : for1.c Contoh pemakaian for untuk membentuk deret naik */ #include <stdio.h> main() { int bilangan; for(bilangan = 20; bilangan <= 100; bilangan += 10) printf("%d\n", bilangan); } Contoh eksekusi : 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Pada program di atas, kenaikan terhadap variabel pengendali loop sebesar 10 (positif), yang dinyatakan dengan ungkapan bilangan += 10 yang sama artinya dengan bilangan = bilangan + 10 Pada contoh yang melibatkan pernyataan for di atas, kenaikan variabel pengendali loop berupa nilai positif. Sebenarnya kenaikan terhadap variabel pengendali loop bisa diatur bernilai negatif. Cara ini dapat digunakan untuk memperoleh deret sebagai berikut : 60 50 40 30 20 10 Untuk itu selengkapnya program yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : /* File program : for2.c Contoh pemakaian for untuk membentuk deret turun */ #include <stdio.h> main()

{ int bilangan; for (bilangan = 60; bilangan >= 10; bilangan -= 10) printf("%d\n", bilangan); } Contoh eksekusi : 60 50 40 30 20 10 Kadang-kadang dijumpai adanya pernyataan for yang tidak mengandung bagian ungkapan yang lengkap (beberapa ungkapan dikosongkan). Dengan cara ini, pernyataan for (bilangan = 20; bilangan <= 100; bilangan += 10) printf(“%d\n”, bilangan); dapat ditulis menjadi : bilangan = 20; /* inisialisasi di luar for */ for ( ; bilangan <= 100; ) ungkapan kosong { printf(“%d\n”, bilangan); bilangan += 10; } Tampak bahwa ungkapan yang biasa dipakai untuk inisialisasi variabel pengendali loop tak ada. Sebagai gantinya pengendalian loop diatur sebelum pernyataan for, berupa bilangan = 20; Pengosongan ini juga dilakukan pada ungkapan yang biasa dipakai untuk menaikkan nilai variabel pengendali loop. Sebagai gantinya, di dalam tubuh loop diberikan pernyataan untuk menaikkan nilai variabel pengendali loop, yaitu berupa bilangan += 10; Ungkapan yang tidak dihilangkan berupa bilangan <=100. Ungkapan ini tetap disertakan karena dipakai sebagai kondisi untuk keluar dari loop. Sesungguhnya ungkapan yang dipakai sebagai kondisi keluar dari loop juga bisa dihilangkan, sehingga bentuknya menjadi for (;;) pernyataan Suatu pertanyaan mungkin timbul “Lalu bagaimana caranya kalau ingin keluar dari loop pada bentuk di atas?”. Caranya adalah dengan menggunakan pernyataan yang dirancang khusus untuk keluar dari loop. Mengenai hal ini akan dibahas pada sub bab yang lain. 4.2 Pernyataan while

Pada pernyataan while, pengecekan terhadap loop dilakukan di bagian awal (sebelum tubuh loop). Lebih jelasnya, bentuk pernyataan while adalah sebagai berikut : while (kondisi) pernyataan;

dengan pernyataan dapat berupa pernyataan tunggal, pernyataan majemuk ataupun pernyataan kosong. Proses pengulangan terhadap pernyataan dijelaskan pada gambar berikut :

salah kondisi benar pernyataan

keluar loop

Gambar 4.2. Diagram alir while Dengan melihat gambar 4.2, tampak bahwa ada kemungkinan pernyataan yang merupakan tubuh loop tidak dijalankan sama sekali, yaitu kalau hasil pengujian kondisi while yang pertama kali ternyata bernilai salah. Contoh pemakaian while misalnya untuk mengatur agar tombol yang ditekan oleh pemakai program berupa salah satu diantara 'Y','y', 'T' atau 't'. Impelementasinya :

/*File program : pilihan.c Untuk membaca tombol Y atau T */ #include <stdio.h> main() { char pilihan; /* diberi nilai salah lebih dahulu */ int sudah_benar = 0; printf("Pilihlah Y atau T.\n"); /* program dilanjutkan jika tombol Y,y,T atau t ditekan */ while(!sudah_benar) {

pilihan = getchar(); /* baca tombol */ sudah_benar = (pilihan == 'Y') || (pilihan == 'y')|| (pilihan == 'T') || (pilihan == 't'); } /* memberi keterangan tentang pilihan */ switch(pilihan) { case 'Y': case 'y': puts("\nPilihan anda adalah Y"); break; case 'T': case 't': puts("\nPilihan anda adalah T"); } } Contoh eksekusi : Pilihlah Y atau T Pilihan anda adalah Y Inisialisasi terhadap variabel sudah_benar yang akan dijalankan pada kondisi while dengan memberi nilai awal bernilai false (sudah_benar = 0) dimaksudkan agar tubuh loop { pilihan = getchar( ); /* baca tombol */ sudah_benar = (pilihan == 'Y') || (pilihan== 'y')|| (pilihan == 'T') || (pilihan == 't');

} dijalankan minimal sekali.

Contoh lain pemakaian while dapat dilihat pada program yang digunakan untuk menghitung banyaknya karakter dari kalimat yang dimasukkan melalui keyboard (termasuk karakter spasi). Untuk mengakhiri pemasukan kalimat, tombol ENTER (‘\n’) harus ditekan. Karena itu, tombol ENTER inilah yang dijadikan kondisi penghitungan jumlah spasi maupun karakter seluruhnya. Lengkapnya, kondisi yang dipakai dalam while berupa : while((kar = getchar()) != '\n') Ungkapan di atas mempunyai arti : •

Bacalah sebuah karakter dan berikan ke variabel kar



Kemudian bandingkan apakah karakter tersebut = ‘\n’ (ENTER)

Ungkapan menghasilkan nilai benar jika tombol yang ditekan bukan ENTER. Pada program kalau tombol yang ditekan bukan ENTER , maka : •

Jumlah karakter dinaikkan sebesar satu melalui pernyataan : jumkar++;



Kalau karakter berupa SPASI, maka jumlah spasi dinaikkan sebesar satu, melalui pernyataan :

if (kar == ‘ ‘) jumspasi++;

/* File program : jumkar.c

Menghitung jumlah kata dan karakter dalam suatu kalimat */ #include <stdio.h> main() { char kar; int jumkar = 0, jumspasi = 0; puts("Masukkan sebuah kalimat dan akhiri dgn ENTER.\n"); puts("Saya akan menghitung jumlah karakter "); puts("pada kalimat tersebut.\n"); while((kar = getchar()) != '\n') { jumkar++; if (kar == ' ') jumspasi++; } printf("\nJumlah karakter printf("\nJumlah SPASI

= %d", jumkar); = %d\n\n", jumspasi);

} Contoh eksekusi : Masukkan sebuah kalimat, akhiri dgn ENTER. Saya akan menghitung jumlah karakter pada kalimat tersebut. Belajar bahasa C sangat menyenangkan Jumlah karakter = 36 Jumlah SPASI =4 4.3 Pernyataan do-while Bentuk pernyataan do-while do pernyataan; while (kondisi)

Pada pernyataan do-while, tubuh loop berupa pernyataan,dengan pernyataan bisa berupa pernyataan tunggal, pernyataan majemuk ataupun pernyataan kosong. Pada pernyataan do, mulamula pernyataan dijalankan. Selanjutnya, kondisi diuji. Sendainya kondisi bernilai benar, maka pernyataan dijalankan lagi, kemudian kondisi diperiksa kembali, dan seterusnya. Kalau kondisi bernilai salah pada saat dites, maka pernyataan tidak dijalankan lagi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.3. Berdasarkan Gambar 4.3 terlihat bahwa tubuh loop minimal akan dijalankan sekali.

pernyataan

Tubuh loop

benar kondisi

salah keluar loop

Gambar 4.3. Diagram alir do-while Program berikut memberikan contoh pemakaian do-while untuk mengatur penampilan tulisan "BAHASA C" sebanyak sepuluh kali. Contoh: i = 0; do { puts("BAHASA C"); i++; } while(i<10); Pada program di atas, variabel pencacah dipakai untuk menghitung jumlah tulisan yang sudah ditampilkan pada layar. Selama nilai pencacah kurang dari 10, maka perintah puts("BAHASA C"); akan dilaksanakan kembali Penanganan pembacaan tombol pada contoh program pilihan.c yang memakai while di atas, kalau diimplementasikan dengan memakai do-while adalah sebagai berikut

/* File program : pilihan2.c Untuk membaca tombol Y atau T */ #include <stdio.h> main() { char pilihan; int sudah_benar; printf("Pilihlah Y atau T.\n");

/* program dilanjutkan kalau tombol Y,y,T atau t ditekan */ do { pilihan = getchar( ); /* baca tombol */ sudah_benar = (pilihan == 'Y') || (pilihan== 'y')|| (pilihan == 'T') || (pilihan == 't'); } while(! sudah_benar); /* memberi keterangan tentang pilihan */ switch(pilihan) { case 'Y': case 'y': puts("\nPilihan anda adalah Y"); break; case 'T': case 't': puts("\nPilihan anda adalah T"); } } Contoh eksekusi : Pilihlah Y atau T Pilihan anda adalah T

Mula-mula tombol dibaca dengan menggunakan getchar() dan kemudian diberikan ke variabel pilihan. Sesudah itu, variabel sudah_benar akan diisi dengan nilai benar (1) atau salah (0) tergantung dari nilai pilihan. Kalau pilihan berisi salah satu diantara ‘Y’,‘y’, ‘T’ atau ‘t’, maka sudah berisi salah satu diantara ‘Y’, ‘y’, ‘T’ atau ‘t’, maka sudah_benar akan berisi benar. Nilai pada vaiabel sudah_benar ini selanjutnya dijadikan sebagai kondisi do-while. Pengulangan terhadap pembacaan tombol akan dilakukan kembali selama sudah_benar benilai salah. 4.4 Pernyataan break. Pernyataan break sesungguhnya telah diperkenalkan pada pernyataan switch. Pernyataan ini berfungsi untuk keluar dari loop for, do-while dan while. Sedangkan pada switch yaitu untuk menuju ke akhir struktur switch. Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar 4.4. Kalau for(keluar ( ; ; dari) ) { pernyataan break dijalankan maka eksekusi akan dilanjutkan ke pernyataan yang terletak sesudah .

akhir tubuh loop. for.

if ( …… ) break;

. . } puts(“\nSelesai…”);

/* akhir tubuh loop for */

Gambar 4.4 Ilustrasi pengaruh break Pada contoh potongan program berikut, pembacaan dan penampilan terhadap tombol yang ditekan akan berakhir kalau tombol yang ditekan adalah ENTER (‘\n’). Pernyataan yang digunakan untuk keperluan ini : if (kar == ‘\n’) break; /* keluar dari loop for */ Yang menyatakan “Jika tombol yang ditekan berupa ENTER, maka keluarlah dari loop for”. Untuk lebih jelasnya, perhatikan program di bawah ini. /* File program : tamat.c Pemakaian break untuk keluar dari looping */ #include <stdio.h> main() { char kar; printf("Ketik sembarang kalimat"); printf(" dan akhiri dengan ENTER\n\n"); for ( ; ; ) { kar = getchar(); if(kar == '\n') break; } printf("Selesai\n"); } Contoh eksekusi : Ketik sembarang kalimat dan akhiri dengan ENTER : Menulis apa saja Selesai

Jika pernyataan break berada dalam loop yang bertingkat (nested loop), maka pernyataan break hanya akan membuat proses keluar dari loop yang bersangkutan (tempat break dituliskan), bukan keluar dari semua loop. 4.5 Pernyataan Continue Pernyataan continue digunakan untuk mengarahkan eksekusi ke iterasi (proses) berikutnya pada loop yang sama. Pada do-while dan while, pernyataan continue menyebabkan eksekusi menuju ke kondisi pengujian pengulangan, seperti yang dilukiskan pada Gambar 4.5.

Pada loop for,

pernyataan contunue menyebabkan bagian penaik variabel pengendali loop dikerjakan (ungkapan3 pada struktur for) dan kondisi untuk keluar dari loop for (ungkapan2 pada struktur for) diuji kembali. Program ini digunakan untuk memasukkan data harus diulangi dan hal ini dikendalikan dengan continue. Untuk mengakhiri pemasukan data, data yang dimasukkan harus bernilai kurang dari 0. Perlu diketahui kondisi bernilai 1.

while (kondisi) do { continue; }

{ continue; } while (kondisi)

Gambar 4.5 Pengaruh continue pada while dan do-while Menyatakan bahwa kondisi selalu dianggap benar. Untuk keluar dari loop, pernyataan yang digunakan berupa break. Pengaruh continue pada loop for diperlihatkan pada dibawah ini. Program ini dipakai untuk menampilkan bilangan ganjil yang terletak antara 7 sampai dengan 25, kecuali 15. /* File program : ganjil.c menampilkan bilangan ganjil antara 7 - 25 kecuali 15 */ #include <stdio.h> main() { int x; for (x = 7; x <= 25; x += 2) { if (x == 15) continue; printf("%4d", x); } printf("\n"); } Contoh eksekusi :

7 9 11 13 17 19 21 23 25 Pada program di atas, untuk menghindari agar nilai 15 tidak ditampilkan ke layar, pernyataan yang digunakan berupa if ( x == 15) continue; Artinya, jika kondisi x == 15 bernilai benar, pernyataan continue menyebabkan pernyataan sisanya yaitu printf(“%d”,x); diabaikan dan eksekusi diarahkan kepada ungkapan : x += 2 dan kemudian menguji kondisi : x <= 25 Pada program di atas, pernyataan : for (x = 7; x <= 25; x += 2) { if (x == 15) continue; printf("%4d", x); } dapat ditulis dalam bentuk lain sebagai berikut : for (x = 7; x <= 25; x += 2) if (x != 15) printf(“%4d”, x); 4.6 Loop Di Dalam Loop Dalam suatu loop bisa terkandung loop yang lain. Loop yang terletak di dalam loop biasa disebut dengan loop di dalam loop (nested loop). Salah satu contoh nested loop misalnya pada permasalahan untuk membuat tabel perkalian: 1 2 3 4 5 6 7 8 1 1 2 3 4 5 6 7 8 2 2 4 6 8 10 12 14 16 3 3 6 9 12 15 18 21 24 4 4 8 12 16 20 24 28 32 5 5 10 15 20 25 30 35 40 6 6 12 18 24 30 36 42 48 7 7 14 21 28 35 42 49 56 8 8 16 24 32 40 48 56 64 Implementasi dalam program selengkapnya adalah sebagai berikut : /* File program : tblkali.c Loop for bersarang untuk membuat tabel perkalian */ #include <stdio.h>

#define MAKS 8 main() { int baris, kolom, hasil_kali; for (baris = 1; baris <= MAKS; baris++) { for (kolom = 1; kolom <= MAKS; kolom++) { hasil_kali = baris * kolom; printf ("%2d", hasil_kali); } printf("\n"); /* pindah baris */ } } Bagian yang terletak dalam bingkai di depan dapat dapat diperoleh melalui for (baris = 1; baris <= MAKS; baris++) { hasil_kali = baris * kolom; printf (“%2d”, hasil_kali); } dengan MAKS didefinisikan bernilai 8. Bagian loop yang terdalam : for (kolom = 1; kolom <= MAKS; kolom++) { hasil_kali = baris * kolom; printf (“%2d”, hasil_kali); } digunakan untuk mencetak suatu deret hasil perkalian dalam satu baris. Untuk berpindah ke baris berikutnya, pernyataan yang digunakan yaitu printf(“\n”); Adapun pencetakan untuk semua baris dikendalikan melalui for (baris = 1; baris <= MAKS; baris++) Pernyataan di atas mempunyai arti “dari baris ke-1 sampai dengan baris ke-MAKS”.

4.7 Pernyataan goto Pernyataan goto merupakan intruksi untuk mengarahkan eksekusi ke pernyataan yang diawali dengan suatu label. Label sendiri berupa suatu pengenal (identifier) yang diikuti dengan tanda titik dua (:)

Contoh pemakaian goto ditujukan pada program dibawah ini: Pernyataan goto cetak; Mengisyaratkan agar eksekusi dilanjutkan ke pernyataan yang diawali dengan label cetak: Pernyataan if (++pencacah <= 10) goto cetak; Mempunyai arti : •

Naikkan nilai pencacah sebesar 1



Kemudian, jika pencacah kurang dari atau sama dengan 10 maka eksekusi menuju ke label cetak. Penerapan goto biasanya dilakukan pada loop di dalam loop (nested loop), dengan tujuan

memudahkan untuk keluar dari loop terdalam menuju ke pernyataan yang terletak di luar loop terluar. 4.8. Menggunakan exit ( ) Untuk Menghentikan Eksekusi Program. Suatu eksekusi program dapat dihentikan (secara normal) melalui pemanggilan fungsi exit( ). Hal ini biasa dilakukan, jika di dalam suatu eksekusi terdapat suatu kondisi yang tak dikehendaki. Prototipe dari fungsi exit() didefinisikan pada file stdlib.h, yang memiliki deklarasi sebagai berikut : void exit(int status); Menurut kebiasaan, nilai nol diberikan pada argumen exit() untuk menunjukkan penghentian program yang normal. Sedangkan untuk menunjukkan kesalahan, nilai yang diberikan pada argumen fungsi diisi dengan nilai bukan-nol. Pada contoh program berikut, eksekusi program akan dihentikan hanya jika tombol ‘X’ ditekan /* File program : keluar.c Pemakaian exit() untuk menghentikan eksekusi program */ #include <stdio.h> #include <stdlib.h> main() { char kar;

printf("Tekanlah X untuk menghentikan program.\n"); for ( ; ;) {

while ((kar = getchar()) == 'X') exit(0); } } Kesimpulan : •

Pada semua bahasa pemrograman, pengulangan proses ditangani dengan suatu mekanisme yang disebut loop.



Pernyataan-pernyataan yang bisa digunaan untuk keperluan pengulangan proses (looping) adalah : (a) Pernyataan for, dengan bentuk umum sebagai berikut:

for (ungkapan1; ungkapan2; ungkapan3) pernyataan;

Jika pernyataannya berbentuk jamak, maka pernyataan-pernyataan tersebut harus diletakkan di antara kurung kurawal buka ({) dan kurung kurawal tutup (}) (b) Pernyataan while, dengan bentuk umum sebagai berikut: while (kondisi) pernyataan;

(c) Pernyataan do-while, dengan bentuk umum sebagai berikut : do pernyataan; while (kondisi)



Pernyataan break berfungsi untuk keluar dari loop for, do-while dan while.



Pernyataan continue digunakan untuk mengarahkan eksekusi ke iterasi (proses) berikutnya pada loop yang sama.



Dalam suatu loop bisa terkandung loop yang lain (nested loop).



Pernyataan goto merupakan intruksi untuk mengarahkan eksekusi ke pernyataan yang diawali dengan suatu label. Label sendiri berupa suatu pengenal (identifier) yang diikuti dengan tanda titik dua (:)



Suatu eksekusi program dapat dihentikan (secara normal) melalui pemanggilan fungsi exit( ). Hal ini biasa dilakukan, jika di dalam suatu eksekusi terdapat suatu kondisi yang tak dikehendaki.

Latihan : Buatlah potongan program untuk soal-soal di bawah ini

1.

Gunakan loop for untuk menampilkan nilai 1 sampai dengan 10 dalam baris-baris yang terpisah.

2.

Gunakan loop for untuk mendapatkan tampilan sbb : 1 22 333 4444 55555

3.

Gunakan loop for untuk menjumlahkan seluruh bilangan antara 10 sampai dengan 100 ke dalam sebuah variabel total. Asumsikan bahwa variabel total tidak diinisialisasi terlebih dahulu dengan nilai nol.

4.

Gunakan loop for untuk menampilkan seluruh karaker dari A sampai dengan Z dalam barisbaris yang terpisah.

5. Hitunglah bilangan triangular dari masukan pengguna, yang dibaca dari keyboard dengan menggunakan scanf().

Bilangan triangular adalah penjumlahan dari bilangan masukan

dengan seluruh bilangan sebelumnya, sehingga bilangan triangular dari 7 adalah : 7 + 6 + 5 + 4+3+2+1 6. Gunakan loop while untuk menampilkan bilangan integer antara 1 sampai dengan 10 di layar sbb : 123456768910 7. Gunakan nested while loop untuk mendapatkan keluran sbb : 1 22 333 4444 55555

BAB V FUNGSI Tujuan :

1. Memecah program dalam fungsi fungsi yang sederhana. 2. Menjelaskan tentang pemrograman terstruktur. 3. Mengetahui perbedaan antara variabel lokal, eksternal, statis dan register Fungsi adalah suatu bagian dari program yang dirancang untuk melaksanakan tugas tertentu dan letaknya dipisahkan dari program yang menggunakannya. Elemen utama dari program bahasa C berupa fungsi-fungsi, dalam hal ini program dari bahasa C dibentuk dari kumpulan fungsi pustaka (standar) dan fungsi yang dibuat sendiri oleh pemrogram. Fungsi banyak digunakan pada program C dengan tujuan : a.

Program menjadi terstruktur, sehingga mudah dipahami dan mudah dikembangkan. Dengan memisahkan langkah-langkah detail ke satu atau lebih fungsi-fungsi, maka fungsi utama (main()) menjadi lebih pendek, jelas dan mudah dimengerti.

b. dapat mengurangi pengulangan (duplikasi) kode. Langkah-langkah program yang sama dan dipakai berulang-ulang di program dapat dituliskan sekali saja secara terpisah dalam bentuk fungsi-fungsi. Selanjutnya bagian program yang membutuhkan langkah-langkah ini tidak perlu selalu menuliskannya, tetapi cukup memanggil fungsi-fungsi tersebut. 5.1 Dasar Fungsi Fungsi standar C yang mengemban tugas khusus contohnya adalah ; 

printf() , yaitu untuk menampilkan informasi atau data ke layar.



scanf() , yaitu untuk membaca kode tombol yang diinputkan. Pada umumnya fungsi memerlukan nilai masukan atau parameter yang disebut sebagai

argumen. Nilai masukan ini akan diolah oleh fungsi. Hasil akhir fungsi berupa sebuah nilai (disebut sebagai return value atau nilai keluaran fungsi). Oleh karena itu fungsi sering digambarkan sebagai "kotak gelap" seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Parameter

Keluaran Fungsi

Gambar 5.1 Fungsi sebagai sebuah kotak gelap Penggambaran sebagai kotak gelapFUNGSI di antaranya menjelaskan bahwa bagian dalam fungsi bersifat pribadi bagi fungsi. Tak ada suatu pernyataan di luar fungsi yang bisa mengakses bagian dalam fungsi, selain melalui parameter (atau variabel eksternal yang akan dibahas belakangan). Misalnya melakukan goto dari pernyataan di luar fungsi ke pernyataan dalam fungsi adalah tidak diperkenankan. Bentuk umum dari definisi sebuah fungsi adalah sebagai berikut ; tipe-keluaran-fungsi nama-fungsi (deklarasi argumen) { tubuh fungsi }

Keterangan : 

tipe-keluaran-fungsi, dapat berupa salah satu tipe data C, misalnya char atau int . Kalau penentu tipe tidak disebutkan maka dianggap bertipe int (secara default).



tubuh fungsi berisi deklarasi variabel (kalau ada) dan statemen-statemen yang akan melakukan tugas yang akan diberikan kepada fungsi yang bersangkutan. Tubuh fungsi ini ditulis di dalam tanda kurung kurawal buka dan kurung kurawal tutup. Sebuah fungsi yang sederhana bisa saja tidak mengandung parameter sama sekali dan tentu saja untuk keadaan ini deklarasi parameter juga tidak ada. Contoh ; inisialisasi() { return(0); }

Pada fungsi di atas : 

tipe keluaran fungsi tidak disebutkan, berarti keluaran fungsi ber tipe int.



inisialisasi adalah nama fungsi



Tanda () sesudah nama fungsi menyatakan bahwa fungsi tak memiliki parameter.



Tanda { dan } adalah awal dan akhir fungsi



return(0) merupakan sebuah pernyataan dalam tubuh fungsi.

inisialisasi() { return(0); }

Nama fungsi Sepasang tanda kurung, tanpa argumen Tak ada tanda titik koma Awal fungsi Tubuh fungsi Akhir fungsi

Gambar 5.2 Penjelasan definisi sebuah fungsi 5.2 Memberikan Nilai Keluaran Fungsi Suatu fungsi dibuat untuk maksud menyelesaikan tugas tertentu. Suatu fungsi dapat hanya melakukan suatu tugas saja tanpa memberikan suatu hasil keluaran atau melakukan suatu tugas dan kemudian memberikan hasil keluaran. Fungsi yang hanya melakukan suatu tugas saja tanpa memberikan hasil keluaran misalnya adalah fungsi untuk menampilkan hasil di layar. Dalam tubuh fungsi, pernyataan yang digunakan untuk memberikan nilai keluaran fungsi berupa return. Sebagai contoh, pada fungsi inisialisasi() di atas terdapat pernyataan return(0);

merupakan pernyataan untuk memberikan nilai keluaran fungsi berupa nol. Selengkapnya perhatikan program di bawah ini

/* File program : inisial.c Contoh pembuatan fungsi */ int inisialisasi(); #include <stdio.h> main() { int x, y; x = inisialisasi(); printf("x = %d\n", x); y = inisialisasi(); printf("y = %d\n", y); } int inisialisasi() { return(0); } Contoh eksekusi : x=0 y=0 Program di atas sekaligus menjelaskan bahwa suatu fungsi cukup didefinisikan satu kali tetapi bisa digunakan beberapa kali. Pada keadaan semacam ini seandainya tubuh fungsi mengandung banyak pernyataan, maka pemakaian fungsi dapat menghindari duplikasi kode dan tentu saja menghemat penulisan program maupun kode dalam memori. main() { int x, y; x = inisialisasi(); printf("x = %d\n", x); y = inisialisasi(); printf("y = %d\n", y);

int inisialisasi() { return(0); }

definisi fungsi

}

pemanggilan fungsi

Gambar 5.3 Proses pemanggilan fungsi Misalnya pada saat pernyataan x = inisialisasi();

dijalankan, mula-mula eksekusi akan diarahkan ke fungsi inisialisasi(), selanjutnya suatu nilai keluaran (hasil fungsi) akhir fungsi diberikan ke x. Proses yang serupa, dilakukan untuk pernyataan y = inisialisasi(); Bagi suatu fungsi, jika suatu pernyataan return dieksekusi, maka eksekusi terhadap fungsi akan berakhir dan nilai pada parameter return akan menjadi keluaran fungsi. Untuk fungsi yang tidak memiliki pernyataan return, tanda } pada bagian akhir fungsi akan menyatakan akhir eksekusi fungsi. Di bawah ini diberikan contoh sebuah fungsi yang mengandung dua buah pernyataan return. Fungsi digunakan untuk memperoleh nilai minimum di antara 2 buah nilai yang menjadi parameternya. int minimum(int x, int y) { if (x < y) return(x); else return(y); } Pada fungsi di atas terdapat dua buah parameter berupa x dan y. Oleh karena itu fungsi juga mengandung bagian untuk mendeklarasikan parameter, yang menyatakan x dan y bertipe int. Adapun penentuan nilai keluaran fungsi dilakukan pada tubuh fungsi, berupa pernyataan if (x < y) return(x); else return(y); yang menyatakan : 

jika x < y maka nilai keluaran fungsi adalah sebesar nilai x.



untuk keadaan lainnya (x >= y) maka keluaran fungsi adalah sebesar y.

Selengkapnya perhatikan program di bawah ini. /* File program : minimum1.c */ #include <stdio.h> int minimum (int, int); main() { int a, b, kecil; printf("Masukkan nilai a : "); scanf("%d", &a); printf("Masukkan nilai b : "); scanf("%d", &b); kecil = minimum(a, b);

printf("\nBilangan terkecil antara %d dan %d adalah %d\n\n", a, b, kecil); } int minimum(int x, int y) { if (x < y) return(x); else return(y); } Contoh eksekusi : Masukkan nilai a = 4 Masukkan nilai b = 2 Bilangan terkecil antara 4 dan 2 adalah 2 5.3 Fungsi Dengan Nilai Keluaran Bertipe Bukan Integer Untuk fungsi yang mempunyai keluaran bertipe bukan integer, maka fungsi haruslah didefiniskan dengan diawali tipe keluaran fungsinya (ditulis di depan nama fungsi). Sebagai contoh untuk menghasilkan nilai terkecil di antara dua buah nilai real, maka definisinya berupa : float minimum(float x, float y) { if (x < y) return(x); else return(y); } Perhatikan, di depan nama minimum diberikan tipe keluaran fungsi berupa float. Seluruh parameter sendiri juga didefinisikan dengan tipe float. Selengkapnya adalah sebagai berikut : /* File program : minimum2.c */ #include <stdio.h> float minimum (float, float); main() { float a, b, kecil; printf("Masukkan nilai a : "); scanf("%f", &a); printf("Masukkan nilai b : "); scanf("%f", &b); kecil = minimum(a, b); printf("\nBilangan terkecil antara %g dan %g adalah %g\n\n", a, b, kecil); } float minimum(float x, float y)

{ if (x < y) return(x); else return(y); } Contoh eksekusi : Masukkan nilai a = 5.5 Masukkan nilai b = 6.23 Bilangan terkecil antara 5 dan 6.23 adalah 5.5 Khusus untuk fungsi yang dirancang tanpa memberikan nilai keluaran (melainkan hanya menjalankan suatu tugas khusus) biasa didefinisikan dengan diawali kata kunci void (di depan nama fungsi). Sebagai contoh perhatikan program di bawah ini. /* File program : void.c Contoh fungsi tanpa nilai keluaran (pamakaian void) */ #include <stdio.h> void info_program();

/* deklarasi fungsi */

main() { info_program();

/* pemanggilan fungsi */

} void info_program() /* definisi fungsi */ { puts("=================================="); puts("Progam dibuat oleh Moh. Izzuddin "); puts("Tanggal : 12 Juni 2001 "); puts(" "); puts("Selamat menggunakannya....... "); puts("=================================="); } Contoh eksekusi : ================================== Progam dibuat oleh Moh. Izzuddin Tanggal : 12 Juni 2001 Selamat menggunakannya....... ================================== 5.4 Prototipe Fungsi Prototipe fungsi digunakan untuk menjelaskan kepada kompiler mengenai : 

tipe keluaran fungsi



jumlah parameter



tipe dari masing-masing parameter.

Bagi kompiler, informasi dalam prototipe akan dipakai untuk memeriksa keabsahan (validitas) parameter dalam pemanggilan fungsi. Salah satu keuntungannya adalah, kompiler akan melakukan konversi seandainya antara tipe parameter dalam fungsi dan parameter saat pemanggilan fungsi tidak sama, atau akan menunjukan kesalahan bila jumlah parameter dalam definisi dan saat pemanggilan berbeda. Contoh prototipe fungsi; float jumlah (float x, float y); atau float jumlah (float, float); Penjelasannya adalah sbb : Nama fungsi Diakhiri dengan titik koma Tipe parameter kedua Tipe parameter pertama Tipe keluaran fungsi

float jumlah (float, float);

Gambar 5.4 Prototipe fungsi Perhatikan contoh program di bawah ini. /* File program : jumlah.c contoh pemakaian prototipe fungsi */ #include <stdio.h> float jumlah(float, float);

/* prototipe fungsi */

main() { float a, b,c; printf("Masukkan nilai a : "); scanf("%f", &a); printf("Masukkan nilai b : "); scanf("%f", &b); c = jumlah(a, b); printf("\nHasil penjumlahan a + b = %g\n", c); } float jumlah(float x, float y) { return(x + y); }

/* definisi fungsi */

Contoh eksekusi : Masukkan nilai a : 4.5 Masukkan nilai b : 7.65 Hasil penjumlahan a + b = 12.15 Untuk fungsi yang tidak memiliki argumen (contoh program void.c), maka deklarasinya adalah void info_program(void); menyatakan bahwa info_program() tidak memiliki parameter

Catatan : Untuk fungsi-fungsi pustaka, prototipe dari fungsi-fungsi berada di file-file judulnya (header



file). Misalnya fungsi pustaka printf() dan scanf() prototipenya berada pada file dengan nama stdio.h Untuk fungsi pustaka pencantuman pada prototipe fungsi dapat dilakukan dengan menggunakan



preprocessor directive #include. 5.5 Parameter formal dan Parameter Aktual Parameter formal adalah variabel yang ada pada daftar parameter dalam definisi fungsi. Pada contoh program di atas misalnya, maka dalam fungsi jumlah() variabel x dan y dinamakan sebagai parameter formal. Adapun parameter aktual adalah parameter (tidak selalu berupa variabel) yang dipakai dalam pemanggilan fungsi. main() {

... c = jumlah(a, b); ...

float jumlah(float x, float y) { return(x + y); }

} parameter formal

parameter aktual

Gambar 5.5 Paramater formal dan parameter aktual

Pada pernyataan : x = jumlah(a, b); y = jumlah(20.1, 45.6); a dan b merupakan parameter aktual dari fungsi jumlah() dalam hal ini parameter berupa variabel. Demikian juga 20.1 dan 45.6 adalah parameter aktual, dalam hal ini berupa konstanta. Bahkan bisa juga parameter aktual berupa ungkapan yang melibatkan operator, misalnya :

printf("%g\n", jumlah(2+3, 3+6)); ungkapan

5.6 Cara melewatkan Parameter Ada dua cara untuk melewatkan parameter kedalam fungsi, yaitu berupa ; 

Pemanggilan dengan nilai (call by value)



Pemanggilan dengan referensi (call by reference) Pemanggilan dengan nilai merupakan cara yang dipakai untuk seluruh fungsi buatan yang

telah dibahas didepan. Pada pemanggilan dengan nilai, nilai dari parameter aktual akan disalin ke parameter formal. Dengan cara ini nilai parameter aktual tidak bisa dirubah sekalipun nilai parameter formal berubah. Untuk lebih jelasnya lihat pada fungsi tukar() pada contoh berikut ini.; /* File program : tukar1.c Untuk melihat pengaruh pemanggilan nilai pada fungsi untuk penukaran dua data */ #include <stdio.h> void tukar (int, int); main() { int a,b; a = 88; b = 77; printf("Nilai sebelum pemanggilan fungsi\n"); printf("a = %d b = %d\n", a, b); tukar(a,b); printf("\nNilai setelah pemanggilan fungsi\n"); printf("a = %d b = %d\n", a, b); } void tukar(int x, int y) { int z; z = x; x = y; y = z; printf("\nNilai di akhir fungsi tukar()\n"); printf("x = %d y = %d\n", x, y); } Contoh eksekusi : Nilai sebelum pemanggilan fungsi

a = 88

b = 77

Nilai di akhir fungsi tukar() x = 77 y = 88 Nilai setelah pemanggilan fungsi a = 88 b = 77 Tampak bahwa sekeluarnya dari pemanggilan fungsi tukar(), variabel a dan b (yang dilewatkan ke fungsi tukar() tidak berubah, walaupun pada fungsi tukar() telah terjadi penukaran antara parameter x dan y . Mengapa hal ini bisa terjadi ? Sebab x hanyalah salinan dari a dan y adalah salinan dari b (Lihat gambar 5.6 di bawah ini). Pada saat pemanggilan fungsi, maka : 

x bernilai 88 (nilai a)



y bernilai 77 (nilai b)

Sesudah pernyataan-pernyataan berikut dijalankan, maka : z = x; x = y; y = z; x akan bernilai 77 dan y bernilai 88. x

y

88

77

z ?

x

y

z

88

77

88

mula-mula

sesudah : z = x

x

y

z

x

y

z

77

77

88

77

88

88

sesudah : x = y

sesudah : y = z

Gambar 5.6 Proses penukaran nilai Gambar 5.6 menjelaskan bahwa a dan b tidak berubah. Yang berubah hanyalah parameter x dan y. Pemanggilan dengan referensi (call by reference) merupakan upaya untuk melewatkan alamat dari suatu variabel ke dalam fungsi. Cara ini dapat dipakai untuk mengubah isi suatu variabel di luar fungsi dengan pelaksanaan pengubahan dilakukan di dalam fungsi. Sebagai contoh perhatikan program tukar2.c yang merupakan modifikasi dari tukar1.c. Perubahan yang pertama terletak dalam definisi fungsi, yang kini berupa void tukar(int *px, int *py) { int z; z = *px; *px = *py; *py = z; printf("\nNilai di akhir fungsi tukar()\n");

printf("x = %d

y = %d\n", *px, *py);

} Adapun perubahan dalam parameter aktualnya menjadi : tukar(&a,&b);

/* alamat a dan alamat b */

Dalam deklarasi parameter int *px, int *py menyatakan bahwa px dan py adalah suatu variabel pointer. Yang dimaksudkan sebagai variabel pointer adalah suatu variabel yang menunjuk ke variabel lain. Lebih jelasnya, variabel pointer berisi alamat dari variabel lain. Adapun pada pemanggilan fungsi, &a dan &b masing-masing berarti "alamat a" dan "alamat b". Dengan pemanggilan seperti ini, hubungan antara variabel pointer px dan py dengan variabel a dan b adalah seperti ditunjukkan pada gambar 5.7. Dalam hal ini, px dikatakan menunjuk variabel a dan py menunjuk variabel b. px

py

alamat a

alamat b

a

b

Gambar 5.7 Variabel pointer px menunjuk variabel a dan variabel pointer py menunjuk variabel b /* File program : tukar2.c Untuk melihat pengaruh pemanggilan nilai pada fungsi untuk penukaran dua data */ #include <stdio.h> void tukar (int *px, int *py); /* prototype fungsi */ main() { int a,b; a = 88; b = 77; printf("Nilai sebelum pemanggilan fungsi\n"); printf("a = %d b = %d\n", a, b); tukar(&a,&b);

/* alamat a dan alamat b */

printf("\nNilai setelah pemanggilan fungsi\n"); printf("a = %d b = %d\n", a, b);

} void tukar(int *px, int *py) { int z; z = *px; *px = *py; *py = z; printf("\nNilai di akhir fungsi tukar()\n"); printf("x = %d y = %d\n", *px, *py); } Contoh eksekusi : Nilai sebelum pemanggilan fungsi a = 88 b = 77 Nilai di akhir fungsi tukar() x = 77 y = 88 Nilai setelah pemanggilan fungsi a = 77 b = 88 Setelah px menunjuk a dan py menunjuk b, proses penukaran isi a dan b dilakukan dengan cara sebagai berikut : z = *px; *px = *py; *py = z;

/* 1 */ /* 2 */ /* 3 */

Pertama variabel z diisi dengan nilai yang ditunjuk oleh px. Kedua, yang ditunjuk oleh px diisi dengan yang ditunjuk oleh py (berarti a diisi dengan b). Ketiga, yang ditunjuk oleh py diberi nilai z. Dengan melalui tiga pernyataan di atas, nilai a dab b dapat diubah di dalam fungsi. Catatan : Pembahasan lebih lanjut mengenai pointer dapat dilihat pada bab VIII.

5.7 Penggolongan Variabel berdasarkan kelas Penyimpanan Suatu variabel, di samping dapat digolongkan berdasarkan jenis/tipe data juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kelas penyimpanan (storage class). Penggolongan berdasarkan kelas penyimpanan berupa : 

variabel lokal



variabel eksternal



variabel statis



variabel register

5.7.1

Variabel Lokal

Variabel lokal adalah variabel yang dideklarasikan dalam fungsi, dengan sifat : 

secara otomatis diciptakan ketika fungsi dipanggil dan akan sirna (lenyap) ketika eksekusi terhadap fungsi berakhir.



Hanya dikenal oleh fungsi tempat variabel tersebut dideklarasikan



Tidak ada inisialisasi secara otomatis (saat variabel diciptakan, nilainya tak menentu). Dalam banyak literatur, variabel lokal disebut juga dengan variabel otomatis. Variabel yang

termasuk dalam golongan ini bisa dideklarasikan dengan menambahkan kata kuci auto di depan tipedata variabel. Kata kunci ini bersifat opsional, biasanya disertakan sebagai penjelas saja. Contoh variabel lokal ditunjukkan pada gambar 5.8.

void fung_x(void) { int x; x adalah variabel lokal bagi fungsi fung_x()

Gambar 5.8 Variabel lokal Pada fung_x(), deklarasi int x; dapat ditulis menjadi auto int x; Penerapan variabel lokal yaitu bila variabel hanya dipakai oleh suatu fungsi (tidak dimaksudkan untuk dipakai oleh fungsi yang lain). Pada contoh berikut, antara variabel i dalam fungsi main() dan fung_1() tidak ada kaitannya, sebab masing-masing merupakan variabel lokal.

/* File program : lokal.c */ #include <stdio.h> void fung_1(void);

main() { int i = 20; fung_1(); printf("nilai i di dalam main() = %d\n", i); } void fung_1(void) { int i = 11; printf("nilai i di dalam fung_1() = %d\n", i); }

Contoh eksekusi : nilai i di dalam fung_1() = 11 nilai i di dalam main() = 20 5.7.2

Variabel Eksternal

Variabel eksternal merupakan variabel yang dideklarasikan di luar fungsi, dengan sifat : 

dapat diakses oleh semua fungsi



kalau tak diberi nilai, secara otomatis diinisialisasi dengan nilai sama dengan nol. Contoh variabel eksternal ada pda program ekstern1.c yaitu berupa variabel i. Pada

pendeklarasian int i = 273; Menyatakan bahwa i merupakan variabel eksternal dan diberi nilai awal sama denan 273. Nilai dari variabel i selanjutnya dapat diubah oleh fungsi tambah() maupun main(). Setiap fungsi tambah() dipanggil maka nilai i akan bertambah satu. /* File program : ekstern1.c Contoh program dengan variabel eksternal */ #include <stdio.h> int i = 273;

/* variabel eksternal */

void tambah(void); main() { printf("Nilai awal i = %d\n", i); i += 7; printf("Nilai i kini = %d\n", i); tambah(); printf("Nilai i kini = %d\n", i); tambah(); printf("Nilai i kini = %d\n", i); } void tambah(void) { i++; } Contoh eksekusi : Nilai awal i = 273 Nilai i kini = 280 Nilai i kini = 281 Nilai i kini = 282 Pada contoh di atas, terlihat bahwa i hanya dideklarasikan di bagian atas program, dan tak dideklarasikan lagi dalam fungsi main() maupun tambah(). Oleh karena i merupakan variabel eksternal maka dapat digunakan oleh kedua fungsi tsb. Namun ada satu hal yang perlu diketahui, variabel eksternal haruslah dideklarasikan sebelum definisi fungsi yang akan mempergunakannya. Untuk memperjelas bahwa suatu variabel dalam fungsi merupakan variabel eksternal, di dalam fungsi yang menggunakannya dapat mendeklarasikan variabel itu kembali dengan menambahkan kata kunci extern di depan tipe data variabel. Sebagai contoh, program ekstern1.c ditulis kembali menjadi seperti pada ekstern2.c. /* File program : ekstern2.c Contoh program yang menggunakan variabel eksternal dan memakai kata kunci extern */ #include <stdio.h> int i = 273;

/* variabel eksternal */

void tambah(void); main() { extern int i;

/* variabel eksternal */

printf("Nilai awal i = %d\n", i); i += 7; printf("Nilai i kini = %d\n", i); tambah();

printf("Nilai i kini = %d\n", i); tambah(); printf("Nilai i kini = %d\n", i); } void tambah(void) { extern int i;

/* variabel eksternal */

i++; } Contoh eksekusi : Nilai awal i = 273 Nilai i kini = 280 Nilai i kini = 281 Nilai i kini = 282 Kalau dalam suatu program terdapat suatu variabel eksternal, suatu fungsi bisa saja menggunakan nama variabel yang sama dengan variabel eksternal, namun diperlakukan sebagai variabel lokal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh program di bawah ini. /* File program : ekstern3.c Contoh program yang menggunakan variabel eksternal dan variabel lokal dengan nama yang sama */ #include <stdio.h> int i = 273;

/* variabel eksternal */

void tambah(void); main() { extern int i;

/* variabel eksternal */

printf("Nilai awal i = %d\n", i); i += 7; printf("Nilai i kini = %d\n", i); tambah(); printf("Nilai i kini = %d\n", i); tambah(); printf("Nilai i kini = %d\n", i); } void tambah(void) { int i; i++; } Contoh eksekusi : Nilai awal i = 273 Nilai i kini = 280

/* variabel lokal */

Nilai i kini = 280 Nilai i kini = 280 Pada program di atas, bagi fungsi main() i adalah variabel eksternal. Namun bagi fungsi tambah(), i merupakan variabel lokal, sebab pada fungsi ini i dideklarasikan tanpa kata kunci extern. Hal ini terlihat jelas dengan mengamati hasil eksekusi program. Pernyataan: i++; Pada fungsi tambah() tidak mempengaruhi nilai i yang ditampilkan pada fungsi main() (bandingkan dengan hasil eksekusi pada ekstern2.c). 5.7.3 Variabel Statis Variabel statis dapat berupa variabel internal (didefinisikan di dalam fungsi) maupun variabel eksternal. Sifat variabel ini : 

Kalau variabel statis bersifat internal, maka variabel hanya dikenal oleh fungsi tempat variabel dideklarasikan



Kalau variabel statis bersifat eksternal, maka variabel dapat dipergunakan oleh semua fungsi yang terletak pada file yang sama, tempat variabel statis dideklarasikan



Berbeda dengan variabel lokal, variabel statis tidak akan hilang sekeluarnya dari fungsi (nilai pada variabel akan tetap diingat).



Inisialisasi akan dilakukan hanya sekali, yaitu saat fungsi dipanggil yang pertama kali. Kalau tak ada inisialisasi oleh pemrogram secara otomatis akan diberi nilai awal nol Variabel statis diperoleh dengan menambahkan kata kunci static di depan tipe data variabel.

Sebagai contoh perhatikan program di bawah ini.

/* File program : statis.c Contoh variabel statis */ #include <stdio.h> void fung_y(void); main() { int y = 20; fung_y();

fung_y(); printf("Nilai y dalam main() = %d\n", y); } void fung_y(void) { static int y; y++; printf("Nilai y dalam fung_y() = %d\n", y); } Contoh eksekusi : Nilai y dalam fung_y() = 1 Nilai y dalam fung_y() = 2 Nilai y dalam main() = 20

5.7.4 Variabel Register Variabel register adalah variabel yang nilainya disimpan dalam register dan bukan dalam memori RAM. Variabel yang seperti ini hanya bisa diterapkan pada variabel yang lokal atau parameter formal, yang bertipe char atau int. Variabel register biasa diterapkan pada variabel yang digunakan sebagai pengendali loop. Tujuannya untuk mempercepat proses dalam loop. Sebab variabel yang dioperasikan pada register memiliki kecepatan yang jauh lebih tinggi daripada variabel yang diletakkan pada RAM. Contoh pemakaiannya bisa dilihat pada program di bawah ini. /* File program : var_reg.c Contoh variabel register */ #include <stdio.h> main()

{ register int i;

/* variabel register */

int jumlah = 0; for(i = 1; i <= 100; i++) jumlah = jumlah + i; printf("1 + 2 + 3 + ... + 100 = %d\n", jumlah); } Contoh eksekusi : 1 + 2 + 3 + ... + 100 = 5050 5.8 Menciptakan Sejumlah Fungsi Pada C, semua fungsi bersifat sederajat. Suatu fungsi tidak dapat didefinisikan di dalam fungsi yang lain. Akan tetapi suatu fungsi diperbolehkan memanggil fungsi yang lain, dan tidak tergantung kepada peletakan definisi fungsi pada program. Komunikasi antara fungsi dalam C ditunjukkan dalam gambar 5.9.

Gambar tersebut menjelaskan kalau suatu fungsi katakanlah

fungsi_a() memanggil fungsi_b(), maka bisa

saja fungsi_b() memanggil fungsi_a().

Contoh

program yang melibatkan fungsi yang memanggil fungsi yang lain ada pada program kom_fung.c, yaitu fungsi_1() dipanggil dalam main(), sedangkan fungsi_2() dipanggil oleh fungsi_1(). fungsi_b()

fungsi_a()

fungsi_c()

Gambar 5.9 Komunikasi antar fungsi dalam C /* File program : kom_fung.c contoh fungsi yang memanggil fungsi yang lain */ #include <stdio.h> void fungsi_1(void); void fungsi_2(void); main() { fungsi_1();

} void fungsi_1() { puts("fungsi 1 dijalankan"); fungsi_2(); } void fungsi_2() { puts("fungsi 2 dijalankan"); } Contoh eksekusi : fungsi 1 dijalankan fungsi 2 dijalankan 5.9 Rekursi Fungsi dalam C dapat dipakai secara rekursi, dalam artian suatu fungsi dapat memanggil dirinya sendiri. Sebagai contoh penerapan fungsi rekursi yaitu untuk menghitung nilai xn dengan n berupa bilagnan bulat positif. Solusi dari persoalan ini dapat berupa : 

Jika n = 1, maka xn = x



Selain itu maka xn = x * xn-1

Misalnya x = 2 dan n = 3, proses pemecahannya seperti diuraikan pada gambar 5.10.

21 = 2

22 = 2 *

23 = 2 *

21

22

4

8

Gambar 5.10 Pemecahan secara rekursi Penuangan dalam bentuk program

2

/* File program : faktor.c Contoh penerapan rekursi untuk memperoleh nilai factorial */ #include <stdio.h> int faktorial(int); main() { int x; puts("MENCARI FAKTORIAL DARI X!"); printf("Masukkan nilai x (bulat positif) : "); scanf("%d", &x); printf("Faktorial dari %d = %d\n", x, faktorial(x)); } int faktorial(int m) { if(m == 1) return(1); else return(m * faktorial(m-1)); } Contoh eksekusi : MENCARI FAKTORIAL DARI X! Masukkan nilai x (bulat positif) : 4 Faktorial dari 4 = 24 Rekursi jarang dipakai, di antaranya disebabkan : 

Biasanya rekursi akan menjadikan fungsi sulit dimengerti. Hanya cocok untuk persoalan tertentu saja (misalnya pada binary tree atau pohon biner). Untuk fungsi rekursi pada program faktor.c di atas misalnya, akan lebih mudah dipahami kalau ditulis menjadi : int faktorial(int m) { int i, fak; fak = 1; for(i = 1; i <= m; i++) fak = fak * i; return(fak); }



Memerlukan stack dengan ukuran yang lebih besar. Sebab setiap kali fungsi dipanggil, variabel lokal dan parameter formal akan ditempatkan ke stack dan adakalanya akan menyebabkan stack tak cukup lagi (stack overflow).

5.10 Pengenalan Konsep Pemrograman Terstruktur Fungsi sangat bermanfaat untuk membuat program yang terstruktur. Suatu program yang terstruktur dikembangkan dengan menggunakan “top-down design” (rancang atas bawah). Pada C suatu program disusun dari sejumlah fungsi dengan tugas tertentu. Selanjutnya masing masing fungsi dipecah-pecah lagi menjadi fungsi yang lebih kecil. Pembuatan program dengan cara ini akan memudahkan dalam pencarian kesalahan ataupun dalam hal pengembangan dan tentu saja mudah dipahami/ dipelajari. Dalam bentuk diagram, model suatu program C yang terstruktur adalah seperti yang tertera pada bagan berikut ini. Namun sekali lagi perlu diketahui, bahwa pada C semua fungsi sebenarnya berkedudukan sederajat. Fungsi main() terdiri dari fungsi_a() sampai dengan fungsi_n(), menegaskan bahwa dalam program fungsi main() akan memanggil fungsi_a() sampai dengan fungsi_n(). Adapun fungsifungsi yang dipanggil oleh fungsi main() juga bisa memanggil fungsi-fungsi yang lain.

fungsi utama main()

fungsi_a()

fungsi_a1()





fungsi_n()

fungsi_am()

Gambar 5.11 Model terstruktur Program C Kesimpulan



Fungsi digunakan untuk memecah program yang besar menjadi program-program kecil sesuai dengan fungsi masing-masing.



Fungsi bisa memberikan nilai balik dan bisa tanpa memberikan nilai balik kepada fungsi yang memanggilnya.



Fungsi yang memberikan nilai balik harus memiliki tipe dan ditulis didepan nama fungsi.



Bila fungsi tidak memberikan nilai balik maka fungsi tersebut bertipe “void “ dan ditulis didepan nama fungsi.

Latihan : Buatlah potongan program untuk soal-soal di bawah ini 1.

Buatlah sebuah fungsi yang berfungsi untuk menampilkan sebuah string (di layar) = “Pilihan Menu” (misalkan nama fungsinya = menu). Fungsi tersebut tidak memiliki nilai kembalian (return value) dan juga tidak menerima parameter masukan apapun.

2. Tulislah prototipe fungsi untuk fungsi pada soal nomor 1 di atas. 3.

Buatlah sebuah fungsi (misalkan nama fungsinya = cetak) yang berfungsi untuk menampilkan sebuah string (di layar). Fungsi tersebut tidak memiliki nilai kembalian (return value), tetapi menerima parameter masukan berupa string yang akan dicetak (catatan : string merupakan array karakter).

4. Tulislah prototipe fungsi untuk fungsi pada soal nomor 3 di atas. 5.

Buatlah sebuah fungsi (misalkan nama fungsinya = total) yang berfungsi untuk menjumlah total nilai dari array integer yang dikirim sebagai parameter masukan fungsi tsb. Fungsi tersebut memberikan nilai kembalian (return value) bertipe integer yang berisi total hasil perhitungannya. Dalam hal ini fungsi tsb memiliki 2 parameter masukan berupa array integer dan sebuah variabel integer yang menunjukkan jumlah elemen dari array tsb.

6. Tulislah prototipe fungsi untuk fungsi pada soal nomor 5 di atas. BAB VI ARRAY Tujuan : 14. Menjelaskan tentang array berdimensi satu 15. Menjelaskan tentang array berdimensi dua 16. Menjelaskan tentang array berdimensi banyak 17. Menjelaskan tentang inisialisasi array tak berukuran. 18. Menjelaskan array sebagai parameter fungsi Dalam beberapa literatur, array sering disebut (diterjemahkan) sebagai larik. Array adalah kumpulan dari nilai-nilai data bertipe sama dalam urutan tertentu yang menggunakan sebuah nama yang sama. Nilai-nilai data di suatu array disebut dengan elemen-elemen array. Letak urutan dari elemen-elemen array ditunjukkan oleh suatu subscript atau indeks.

Array bisa berupa array berdimensi satu, dua, tiga atau lebih. Array berdimensi satu (onedimensional array) mewakili bentuk suatu vektor. Array berdimensi dua (two-dimensional array) mewakili bentuk dari suatu matriks atau tabel. Array berdimensi tiga (three-dimensional array) mewakili bentuk suatu ruang. 6.1 Array Berdimensi Satu 6.1.1 Mendeklarasikan Array Suatu array berdimensi satu dideklarasikan dalam bentuk umum berupa : tipe_data nama_var[ukuran];

dengan : 

tipe_data : untuk menyatakan tipe dari elemen array, misalnya int, char, float.



nama_var : nama variabel array



ukuran

: untuk menyatakan jumlah maksimal elemen array.

Contoh pendeklarasian array : float nilai_tes[5]; menyatakan bahwa array nilai_tes mengandung 10 elemen bertipe float. 6.1.2 Mengakses Elemen Array Pada C, data array akan disimpan dalam memori yang berurutan. Elemen pertama mempunyai indeks bernilai 0. Jika variabel nilai_tes dideklarasikan sebagai array dengan 5 elemen, maka elemen pertama memiliki indeks sama dengan 0, dan elemen terakhir memiliki indeks 4. Gambar 6.1 di bawah ini menjelaskan urutan komponen dalam array.

nilai_tes[0]

tipe float

nilai_tes[1] total 5 elemen

nilai_tes[2] nilai_tes[3] nilai_tes[4] float nilai_tes[5]

Gambar 6.1 Array berdimensi satu Bentuk umum pengaksesan array adalah sbb :

nama_var[indeks]

sehingga, untuk array nilai_tes, maka : nilai_tes[0]  elemen pertama dari nilai_tes nilai_tes[4]  elemen ke-5 dari nilai_tes Contoh : nilai_tes[0] = 70; scanf(“%f”, &nilai_tes[2]);

/* contoh 1 */ /* contoh 2 */

Contoh pertama merupakan pemberian nilai 70 ke nilai_tes[0]. Sedangkan contoh 2 merupakan perintah untuk membaca data bilangan dari keyboard dan diberikan ke nilai_tes[2]. Pada contoh 2 ini &nilai_tes[2] berarti “alamat dari nilai_tes[2]”. Perlu diingat bahwa scanf() memerlukan argumen berupa alamat dari variabel yang digunakan untuk menyimpan nilai masukan. program di bawah ini /* File program : nilai_tes.c Pemakaian array utk menyimpan sejumlah nilai tes */ #include <stdio.h> #define MAKS 5 main() { int i; float total = 0, rata; float nilai_tes[MAKS];

/* deklarasi array */

for(i=0; i < MAKS; i++) /* pemasukan data nilai_tes */ { printf("Nilai tes ke-%d : ", i+1); scanf("%f", &nilai_tes[i]); /* menghitung jumlah seluruh nilai */ total = total + nilai_tes[i]; } rata = total / MAKS; /* hitung nilai rata-rata */ /* cetak nilai rata-rata */ printf("\nNilai rata-rata = %g\n", rata); } Contoh eksekusi : Nilai tes ke-1 : 56.5 Nilai tes ke-2 : 67.75 Nilai tes ke-3 : 80

Selengkapnya perhatikan contoh

Nilai tes ke-4 : 77 Nilai tes ke-5 : 78.5 Nilai rata-rata = 71.95 6.1.3 Inisialisasi Array Berdimensi Satu Sebuah array dapat diinisialisasi sekaligus pada saat dideklarasikan. Untuk mendeklarasikan array, nilai-nilai yang diinisialisasikan dituliskan di antara kurung kurawal ({}) yang dipisahkan dengan koma. /* File program : jhari.c */ #include <stdio.h> main() { int bulan, tahun, jhari; int jum_hari[12] = {31, 28, 31, 30, 31, 30, 31, 31, 30, 31, 30, 31}; puts("MEMPEROLEH JUMLAH HARI"); puts("PADA SUATU BULAN DAN SUATU TAHUN"); puts("--------------------------------"); printf("Masukkan bulan (1..12) : "); scanf("%d", &bulan); printf("Masukkan tahunnya : "); scanf("%d", &tahun); if(bulan == 2) if((tahun % 4 == 0) && (tahun % 100 != 0)) jhari = 29; else jhari = 28; else jhari = jum_hari[bulan-1]; printf("\nJumlah hari dalam bulan %d tahun %d adalah %d hari\n", bulan, tahun, jhari); } Contoh eksekusi : MEMPEROLEH JUMLAH HARI PADA SUATU BULAN DAN SUATU TAHUN -------------------------------Masukkan bulan (1..12) :2 Masukkan tahunnya : 1988 Jumlah hari dalam bulan 2 tahun 1988 adalah 29 hari Pada program jhari.c di atas int jum_hari[12] = {31, 28, 31, 30, 31, 30, 31, 31, 30, 31, 30, 31};

merupakan instruksi untuk mendeklarasikan array jum_hari yang memiliki 12 elemen yang bersifat statis dan sekaligus melakukan inisialisasi terhadap masing-masing elemen array. /* File program : inisial.c */ #include <stdio.h> main() { int i; int values[] = {1,2,3,4,5,6,7,8,9}; char word[] = {'H','e','l','l','o'}; for(i = 0; i < 9; ++i ) printf("values[%d] is %d\n", i, values[i]); printf("\n"); for(i = 0; i < 6; ++i ) printf("word[%d] is %c\n", i, word[i]); } Contoh eksekusi : values[0] is 1 values[1] is 2 values[2] is 3 values[3] is 4 values[4] is 5 values[5] is 6 values[6] is 7 values[7] is 8 values[8] is 9 word[0] is H word[1] is e word[2] is l word[3] is l word[4] is o Perhatikan, pada contoh inisial.c di atas, pendeklarasian nama variabel array tidak disertai ukuran yang mengindikasikan besarnya array. Dalam kondisi seperti ini, C akan menginisialisasi ukuran array tersebut sejumlah elemen yang diberikan di dalam kurung kurawal pada saat proses inisialisasi. Sehingga array values terdiri atas 9 elemen dan array word memiliki 5 elemen. 6.1.4 Beberapa Variasi dalam Mendeklarasikan Array Ada beberapa variasi cara mendeklarasikan sebuah array (dalam hal ini yang berdimensi satu), di antaranya adalah sebagai berikut : 

int numbers[10];



int numbers[10] = { 34, 27, 16 };



int numbers[] = { 2, -3, 45, 79, -14, 5, 9, 28, -1, 0 };



char text[] = "Welcome to New Zealand.";



float radix[12] = { 134.362, 1913.248 };



double radians[1000];

 6.2 Array Berdimensi Dua Data seperti yang disajikan pada Tabel 6-1, dapat disimpan pada sebuah array berdimensi dua. Dimensi pertama dari array digunakan untuk menyatakan kode program kursus dan dimensi kedua untuk menyatakan tahun kursus. Tabel 6-1. Data Kelulusan Siswa Pada Sebuah Kursus Komputer Tahun Program 1. (INTRO) 2. (BASIC) 3. (PASCAL) 4. (C)

1998

1999

2000

80 15 8 10

540 83 12 129

1032 301 15 257

6.2.1 Mendeklarasikan Array Berdimensi Dua Pendeklarasian yang diperlukan untuk menyimpan data kelulusan siswa pada Tabel 6-1 adalah: int data_lulus[4][3]; Nilai 3 untuk menyatakan banyaknya tahun dan 4 menyatakan banyaknya program kursus. Gambar 6.2 memberikan ilustrasi untuk memudahkan pemahaman tentang array berdimensi dua.

0 1 2 3 indeks pertama (program kursus)

0

1

2

80 15 8 10

540 83 12 129

1032 301 15 257

indeks kedua (tahun)

int data_lulus[4][3]; Gambar 6.2 Array berdimensi dua

Sama halnya pada array berdimensi satu, data array aka ditempatkan pada memori yang berurutan. Perhatikan Gambar 6.3. 80

540

1032

15

83

301

80

Gambar 6.3 Model penyimpanan array dimensi dua pada memori 6.2.2 Mengakses Elemen Array Array seperti data_lulus dapat diakses dalam bentuk data_lulus[indeks pertama, indeks kedua]

Contoh : (1) data_lulus[0][1] = 540; merupakan instruksi untuk memberikan nilai 540 ke array data_lulus untuk indeks pertama = 0 dan indeks kedua bernilai 1. (2) printf(“%d”,data_lulus[2][0]); merupakan perintah untuk menampilkan elemen yang memiliki indeks pertama = 2 dan indeks kedua = 0.

0

1

2

540

0 1 2 3

data_lulus[0][1] = 540; Gambar 6.4. Pemberian nilai ke array berdimensi dua Perhatikan contoh program di bawah ini. /* File program : lulus.c Contoh pemakaian array berdimensi dua */ #include <stdio.h> main( ) { int tahun, kode_program; int data_lulus[4][3] ; /* Memberikan data ke array */ data_lulus[0][0] = 80; data_lulus[0][1] = 540; data_lulus[0][2] = 1032; data_lulus[1][0] = 15; data_lulus[1][1] = 83; data_lulus[1][2] = 301; data_lulus[2][0] = 8; data_lulus[2][1] = 12; data_lulus[2][2] = 15; data_lulus[3][0] = 10; data_lulus[3][1] = 129; data_lulus[3][2] = 257; /* proses utk memperoleh informasi jml siswa yg lulus */ printf("Masukkan tahun dr data yg ingin anda ketahui "); printf("(1998..2000) : ");

scanf("%d", &tahun); printf("Masukkan kode program kursus yang ingin anda ketahui"); printf("(1 = INTRO, 2 = BASIC, 3 = PASCAL, 4 = C) : "); scanf("%d", &kode_program); printf("\nTotal kelulusan program tsb = %d\n", data_lulus[kode_program - 1][tahun - 1998] ); } Contoh eksekusi : Masukkan tahun dr data yg ingin anda ketahui (1998…2000) : 2000 Masukkan kode program kursus dari data yang ingin anda ketahui (1 = INTRO, 2 = BASIC, 3 = PASCAL, 4 = C) : 3 Total kelulusan program tsb = 15

6.2.3 Inisialisasi Array Berdimensi Dua Gambar berikut memberikan penjelasan tentang inisialisasi yang dilakukan terhadap array berdimensi dua : 0 0 0 1 1 1 1 0

1 1 1 1 1 1 1 0

1 0 0 1 0 0 0 0

1 0 0 1 0 0 0 0

1 0 0 1 0 0 0 0

1 1 1 1 0 0 0 0

0 0 0 1 1 1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0

Gambar 6.5 Representasi inisialisasi array berdimensi dua Untuk itu, deklarasi dan inisialisasi yang dilakukan berupa : INT HURUF_A[8][8] = { { 0, 1, 1, 1, 1, 1, 0, 0 } , { 0, 1, 0, 0, 0, 1, 0, 0 } , { 0, 1, 0, 0, 0, 1, 0, 0 } , { 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 0 } , { 1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0 } , { 1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0 } , { 1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0 } , { 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0 } }; atau bisa juga ditulis sebagai berikut : int huruf_A[8][8] =

{ 0, 1, 1, 1, 1, 1, 0, 0, 0, 1, 0, 0, 0, 1, 0, 0, 0, 1, 0, 0, 0, 1, 0, 0, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 0, 1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0, 1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0, 1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0 }; Contoh program berikut memenfaatkan data yang ada pada array huruf_A untuk membentuk karakter A dengan ukuran besar. Setiap nilai satu pada array akan diganti dengan karakter ber-ASCII 219 (DBh) dan nilai 0 akan diganti dengan karakter spasi. /* File program : hurufA.c Contoh inisialisasi array dimensi dua */ #include <stdio.h> main() { int i,j; int huruf_A[8][8] = { { 0, 1, 1, 1, 1, 1, 0, 0 } , { 0, 1, 0, 0, 0, 1, 0, 0 } , { 0, 1, 0, 0, 0, 1, 0, 0 } , { 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 0 } , { 1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0 } , { 1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0 } , { 1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0 } , { 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0 } }; for(i = 0; i < 8; i++) { for(j = 0; j < 8; j++) if(huruf_A[i][j] !=0 ) putchar('\xDB\n'); else putchar (' '); putchar('\n'); } } Contoh eksekusi :

/* spasi */

6.3. Array Berdimensi Banyak. C memungkinkan untuk membuat array yang dimensinya lebih dari dua. Bentuk umum pendeklarasian array berdimensi banyak : tipe nama_var[ukuran 1][ukuran2}…[ukuranN]; sebagai contoh : int data_huruf[2][8][8]; merupakan pendeklarasian array data_huruf sebagai array berdimensi tiga. Sama halnya dengan array berdimensi satu atau dua, array berdimensi banyak juga bisa diinisialisasi. Contoh inisialisasi array berdimensi tiga : int data_huruf [2][8][8] = { { { 0, 1, 1, 1, 1, 1, 0, 0 } , { 0, 1, 0, 0, 0, 1, 0, 0 } , { 0, 1, 0, 0, 0, 1, 0, 0 } , { 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 0 } , { 1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0 } , { 1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0 } , { 1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0 } , { 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0 } }, { {1, 1, 1, 1, 1, 1, 0, 0 } , {1, 0, 0, 0, 0, 1, 0, 0 } , {1, 0, 0, 0, 0, 1, 0, 0 } , {1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 0 } , {1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0 } , {1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0 } , {1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 0 } , {0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0 } } }; atau bisa juga ditulis menjadi int data_huruf [2][8][8] = 0, 1, 1, 1, 1, 1, 0, 0, 0, 1, 0, 0, 0, 1, 0, 0, 0, 1, 0, 0, 0, 1, 0, 0, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 0, 1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0, 1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0, 1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0,

0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 0, 0, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0, 0, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0, 0, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 0, 1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0, 1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0 }; Program berikut merupakan pengembangan dari Program 8 – 4, digunakan untuk menampilkan dua buah huruf dengan ukuran besar. /* File program: data_huruf.c Contoh inisialisasi array dimensi tiga */ # include <stdio.h> main() { int i, j, k; int data_huruf[2][8][8] = { {{ 0, 1, 1, 1, 1, 1, 0, 0 }, { 0, 1, 0, 0, 0, 1, 0, 0 }, { 0, 1, 0, 0, 0, 1, 0, 0 }, { 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 0 }, { 1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0 }, { 1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0 }, { 1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0 }, { 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0 } }, {{1, 1, 1, 1, 1, 1, 0, 0 }, {1, 0, 0, 0, 0, 1, 0, 0 }, {1, 0, 0, 0, 0, 1, 0, 0 }, {1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 0 }, {1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0 }, {1, 1, 0, 0, 0, 0, 1, 0 }, {1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 0 }, {0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0 } } }; for(i = 0; i < 2; i++) /* Tampilkan huruf */ { for(j = 0; j < 8; j++) { for(k = 0; k < 8; k++) if(data_huruf[i][j][k] != 0) putchar('\xDB'); else putchar(' '); /* spasi */ printf("\n"); /* pindah baris */ }

printf("\n");

/* pindah baris */

} } Contoh Eksekusi :

6.4. Inisialisasi Array Tak Berukuran Inisialisasi array yang tak berukuran dapat dilakukan untuk array berdimensi satu atau lebih. Untuk array berrdimensi lebih dari satu, dimensi terkirilah yang boleh tak berukuran. Dengan cara ini tabel dalam array dapat diperluas atau dikurangi tanpa mengubah ukuran array. Sebagai contoh : tak berukuran int skala[] = { 1, 2, 4, 6, 8 }; merupakan pendeklarasian array berdimensi satu yang tak berukuran. Secara otomatis skala[ 0 ] bernilai 1 skala[ 1 ] bernilai 2 skala[ 2 ] bernilai 4 skala[ 3 ] bernilai 6 skala[ 4 ] bernilai 8 Contoh lain : char konversi[][2] = { ’A’, ’T’, ’E’, ’M’, ’I’, ’V’, ’O’, ’S’, ’U’, ’J’, };

Pada contoh ini, konversi[0][0] bernilai ’A’ konversi[0][1] bernilai ’T’ konversi[1][0] bernilai ’E’ konversi[1][1] bernilai ’M’ …….. Contoh berikut akan menyandikan suatu kalimat yang dimasukkan melalui keyboard dengan menggunakan data yang ada pada tabel konversi. Misal, huruf A akan diganti menjadi T, huruf T akan diganti menjadi A. /* File program : sandi.c contoh inisialisasi array tak berukuran */ #include <stdio.h> #include <stdlib.h> #define JUM_KOLOM 2 #define MAX_KAR 256 main() { char konversi[][JUM_KOLOM] = { 'A', 'T', 'a', 't', 'E', 'M', 'e', 'm', 'I', 'V', 'i', 'v', 'O', 'S', 'o', 's', 'U', 'J', 'u', 'j' }; char kalimat[MAX_KAR], karakter; int i = 0, j, jum_kar, jum_penyandi; printf("Masukkan sebuah kalimat dan akhiri dengan ENTER\n"); printf("Kemudian kalimat tsb akan saya sandikan\n"); printf("Kalimat: "); /* Memasukkan data karakter ke array kalimat */ while((kalimat[i] = getchar()) != '\n') i++; jum_kar = i ;

/* sandikan dan menampilkan ke layar */ printf("\nHasil setelah disandikan: "); jum_penyandi = sizeof(konversi) / JUM_KOLOM; for(i = 0; i < jum_kar; i++) { karakter = kalimat [i]; for(j = 0; j < jum_penyandi; j++) { if(karakter == konversi[j][0]) { karakter = konversi[j][1]; break; /* keluar dari for terdalam */ } if(karakter == konversi[j][1]) { karakter = konversi[j][0]; break; /* keluar dari for terdalam */ } } putchar (karakter); } printf("\n\n"); } Contoh Eksekusi : Masukkan sebuah kalimat dan akhiri dengan ENTER Kemudian kalimat tsb akan saya sandikan Kalimat : Saya belajar Hasil setelah disandikan: Otyt bmltutr Pada program diatas , sizeof(konversi)/JUM_KOLOM) merupakan ungkapan untuk memperoleh banyaknya baris (ukuran dari dimensi pertama) dalam array konversi. Dengan cara ini tabel konversi dapat diperluas tanpa perlu memberitahu banyaknya jumlah dimensi pertama secara ekplisit. 6.5. Array Sebagai Parameter Array juga dapat dilewatkan sebagai parameter fungsi. Sebagai contoh ditujukan pada program sorting.c. Program digunakan untuk memasukkan sejumlah data, kemudian data tersebut diurutkan naik (ascending) dan dicetak ke layar.

Untuk melakukan sorting (proses pengurutan data), cara yang dipakai yaitu metode buble sort (suatu metode pengurutan yang paling sederhana, dan memiliki kecepatan pengurutan yang sangat lambat). Algoritma pada metode pengurutan ini adalah sebagai berikut : 1. Atur i bernilai 0 2. Bandingkan x[i] dengan x[j], dengan j berjalan dari i + 1 sampai dengan n-1. 3. Pada setiap pembandingan, jika x[i] > x[j], maka isi x[i] dan x[j] ditukarkan 4. Bila i < (n – 1), ulangi mulai langkah 2. Catatan:

i

=

indeks array

x

=

nama array untuk menyimpan data

n

=

jumlah data

Algoritma diatas berlaku untuk pengurutan menaik (ascending). Untuk pengurutan menurun (descending), penukaran dilakukan jika x[i] < x[j]. Penjelasan proses pengurutan terhadap 5 buah data ditunjukkan pada gambar 6.6. Data semula (sebelum pengurutan) adalah 50,5 30,3

20,2

25,2

31,3

Setelah pengurutan menaik (secara ascending), hasil yang diharapkan berupa 20,2 25,2

i=0

30,3

j=1

31,3

50,5

j=2

j=3

j=4

0

50.5

30.3

20.2

20.2

1

30.3

50.5

50.5

50.5

2

20.2

20.2

30.3

30.3

3

25.2

25.2

25.2

25.2

4

31.3

31.3

31.3

31.3

i=1

j=2

j=3

j=4

0

20.2

20.2

20.2

1

50.5

30.3

25.2

2

30.3

50.5

50.5

03

25.2 20.2

25.2 20.2

30.3

14

31.3 25.2

31.3 25.2

31.3

2

30.3

30.3

3

50.5

31.3

4

31.3

i=3

j=4

50.5

Hasil akhir

i=2

j=3

j=4

0

20.2

20.2

1

25.2

25.2

2

50.5

30.3

3

30.3

50.5

4

31.3

31.3

Gambar 6.6 Proses pengurutan data secara ascending dengan metode Buble Sort /* File program : sorting.c */ #include <stdio.h> #define MAKS 20 void pemasukan_data(float [], int *); void pengurutan_data(float [], int); void penampilan_data(float [], int); main() { float data[MAKS]; int jum_data; pemasukan_data(data, &jum_data); pengurutan_data(data, jum_data); penampilan_data(data, jum_data); } void pemasukan_data(float x[], int *pjumlah) { int jum, i; printf("Jumlah data = "); scanf("%d", &jum); for(i=0; i<jum; i++) { printf("Data ke-%d : ", i+1); scanf("%f", &x[i]); } *pjumlah = jum; } void pengurutan_data(float x[], int jumlah) { int i, j; float smtr; for(i=0; i<jumlah-1; i++)

for(j=i+1; j<jumlah; j++) if(x[i] > x[j]) { smtr = x[i]; x[i] = x[j]; x[j] = smtr; }

/* penukaran data */

} void penampilan_data(float x[], int jumlah) { int i; printf("\nData setelah diurutkan :\n\n"); for (i=0; i<jumlah; i++) printf("Data ke-%d : %g\n", i+1, x[i]); } Contoh Eksekusi : Jumlah data = 5 Data ke-1 : 50.5 Data ke-2 : 30.3 Data ke-3 : 20.2 Data ke-4 : 25.2 Data ke-5 : 31.3 Data setelah diurutkan Data ke-1 : 20.2 Data ke-2 : 25.2 Data ke-3 : 30.3 Data ke-4 : 31.3 Data ke-5 : 50.5 Pada fungsi main( ); 

float data[MAKS]; merupakan instruksi untuk mendeklarasikan array data dengan elemen bertipe float dan jumlahnya sebanyak MAKS elemen.



pemasukan_data(data, &jum_data); merupakan instruksi untuk memanggil fungsi pemasukan_data ( ). Pada pemanggilan fungsi, data merupakan array. Yang perlu diperhatikan, parameter array ditulis tanpa diawali dengan &, sekalipun tujuan dari pemanggilan fungsi yaitu untuk mengisikan data ke array. Sebab nama array tanpa kurung siku dalam parameter fungsi berarti ”alamat dari array”. Sedangkan &jum_data berarti ”alamat dari jum_data”. Tanda & harus disertakan sebab variabel jum_data akan diisi oleh fungsi pemasukan_data ().



pengurutan_data(data, jum_data);

Merupakan instruksi untuk menjalankan fungsi pengurutan _data (), dalam hal ini data dilewatkan ke fungsi dengan referensi (memberikan alamat array), karena memang hal ini merupakan cara satu-satunya untuk melewatkan array. Sedangkan jumlah data dilewatkan ke fungsi dalam bentuk nilai (pemanggilan dengan nilai). 

penampilan_data(data,jum_data); Merupakan instruksi untuk memanggil fungsi penampilan_data().

Pada fungsi untuk pemasukan data, pengurutan data maupun penampilan data, data[i] menyatakan elemen data ke-i. Beberapa hal tambahan yang perlu diketahui: 

Untuk menyatakan alamat dari suatu elemen array, bentuk umumnya adalah &nama_array[indeks] Misalnya, &data[1] menyatakan alamt dari elemen ke-1. Adapun &data[0]

sama saja dengan: data 

Suatu array berdimensi satu dalam parameter formal dideklarasikan dengan bentuk tipe nama_array[]

dengan di dalam tanda kurung siku tak disebutkan mengenai jumlah elemen. Jumlah elemen dinyatakan dalam parameter tersendiri (atau dinyatakan dalam bentuk variabel eksternal). Untuk array berdimensi lebih dari satu, kurung siku terkirilah yang kosong.

Kesimpulan :



Array adalah kumpulan dari nilai-nilai data bertipe sama dalam urutan tertentu yang menggunakan sebuah nama yang sama.



Nilai-nilai data di suatu array disebut dengan elemen-elemen array.



Letak urutan dari elemen-elemen array ditunjukkan oleh suatu subscript atau indeks.



Array bisa berupa array berdimensi satu, dua, tiga atau lebih.



Data array akan disimpan dalam memori yang berurutan, dengan elemen pertama mempunyai indeks yang bernilai 0.



Sebuah

array

dapat

diinisialisasi

sekaligus

pada

saat

dideklarasikan,

caranya

saat

mendeklarasikan array, nilai-nilai yang diinisialisasikan dituliskan di antara kurung kurawal ({}) yang dipisahkan dengan koma. •

Array juga dapat dilewatkan sebagai parameter fungsi.

Latihan : Buatlah potongan program untuk soal-soal di bawah ini 1.

Deklarasikan sebuah variabel array (misalkan nama variabelnya = letters) yang mengalokasikan untuk 10 elemen bertipe char.

2.

Masukkan karakter ‘Z’ pada elemen yang ke-empat dari array letters.

3.

Gunakan loop for untuk menghitung nilai akumulasi (total) dari seluruh isi sebuah array integer (array of int, misalkan namanya = numbers) yang memliki 5 elemen.

4.

Deklarasikan sebuah array multidimensi yang elemennya bertipe float (array of float, misalkan namanya = balances) yang memiliki 3 baris dan 5 kolom.

5.

Gunakan loop for untuk menghitung nilai total dari seluruh isi array balances di atas.

6.

Deklarasikan sebuah array karakter (array of char, mislakan namanya = words) dan sekaligus inisialisasikan dengan nilai string = “Hello”

7.

Deklarasikan sebuah array karakter (array of char, mislakan namanya = stuff) dengan alokasi 50 elemen. Selanjutnya isikan dengan nilai string = “Welcome” pada body programnya (bukan pada saat deklarasi)

8.

Gunakan statemen printf() untuk menampilkan (di layar) isi elemen ke-tiga dari sebuah array integer (array of int, misalkan namanya = totals)

9.

Gunakan statemen printf() untuk menampilkan (di layar) string yang merupakan isi dari sebuah array karakter (array of char, misalkan namanya = words)

10.

Gunakan

statemen scanf()

untuk membaca

string masukan

dari keyboard

dan

memasukkannya ke array words. 11.

Tuliskan loop for untuk membaca 5 karakter (gunakan statemen scanf()) dan memasukkannya ke dalam array words, mulai dari indeks 0.

BAB VII STRING Tujuan : 1. Menjelaskan tentang konsep string 2. Menjelaskan operasi I/O pada string. 3. Menjelaskan cara mengakses elemen string 4. Menjelaskan berbagai fungsi mengenai string 7.1 Konstanta dan Variabel String String merupakan bentuk data yang biasa dipakai dalam bahasa pemrograman untuk keperluan menampung dan memanipulasi data teks, misalnya untuk menampung (menyimpan) suatu kalimat.

Pada bahasa C, string bukanlah merupakan tipe data tersendiri, melainkan hanyalah

kumpulan dari nilai-nilai karakter yang berurutan dalam bentuk array berdimensi satu. 7.1.1 Konstanta String Suatu konstanta string ditulis dengan diawali dan diakhiri tanda petik ganda, misalnya: “ABCDE” Nilai string ini disimpan dalam memori secara berurutan dengan komposisi sebagai berikut: memori rendah A B

C D

memori tingi

E \0

Gambar 7.1 Komposisi penyimpanan string dalam memori Setiap karakter akan menempati memori sebesar 1 byte. Byte terakhir otomatis akan berisi karakter NULL (\0). Dengan mengetahui bahwa suatu string diakhiri nilai NULL, maka akhir dari nilai suatu string akan dapat dideteksi. Sebagai sebuah array karakter, karakter pertama dari nilai string mempunyai indeks ke-0, karakter kedua mempunyai indeks ke-1, dan seterusnya. 7.1.2 Variabel String Variabel string adalah variabel yang dipakai utuk menyimpan nilai string. Misalnya char name[15];

merupakan instruksi untuk mendeklarasikan variabel string dengan panjang maksimal 15 karakter (termasuk karakter NULL). Deklarasi tersebut sebenarnya tidak lain merupakan deklarasi array bertipe char.

7.2 Inisialisasi String Suatu variabel string dapat diinisialisasi seperti halnya array yang lain. Namun tentu saja elemen terakhirnya haruslah berupa karakter NULL. Sebagai contoh : char name[] = {'R','I','N', 'I',’\0’}; yang menyatakan bahwa name adalah variabel string dengan nilai awal berupa string : “RINI” . Bentuk inisialisasi yang lebih singkat : char name[] = “RINI”; Pada bentuk ini, karakter NULL tidak perlu ditulis. Secara implisit akan disisipkan oleh kompiler. Perlu diperhatikan, bila name dideklarasikan sebagai string, penugasan (assignment) suatu string ke variabel string seperti name = “RINI”; adalah tidak diperkenankan.

Pengisian string ke variabel string akan dibahas pada sub bab

berikutnya. 7.3 Input Output Data String 7.3.1 Memasukkan Data String Pemasukan data string ke dalam suatu variabel biasa dilakukan dengan fungsi gets() atau scanf(). Bentuk umum pemakaiannya adalah sebagai berikut : #include <stdio.h> gets(nama_array); atau #include <stdio.h> scanf(“%s”, nama_array); Perhatikan :

 nama_array adalah variabel bertipe array of char yang akan digunakan untuk menyimpan string masukan.

 Di depan nama_array tidak perlu ada operator & (operator alamat), karena nama_array tanpa kurung siku sudah menyatakan alamat yang ditempati oleh elemen pertama dari array tsb.  Kalau memakai scanf(), data string masukan tidak boleh mengandung spasi. Di bawah ini diberikan contoh program untuk memasukkan data nama seseorang ke dalam array bernama name. /* File program : yourname.c Contoh memasukkan data string dari keyboard */ #include <stdio.h> main() { char name[15]; printf("Masukkan nama Anda : "); gets(name); printf("\nHalo, %s. Selamat belajar string.\n", name); }

Contoh eksekusi : Masukkan nama Anda : SAIFUDDIN Halo, SAIFUDDIN. Selamat belajar string. Ruang yang disediakan setelah deklarasi: char name[15]; name : Setelah data yang dimasukkan berupa : SAIFUDDIN S A :I F U D D I N \0 name

karakter NULL byte sisa tak dipakai

Gambar 7.2 Variabel string dan data string Pada gambar di atas nama array tanpa kurung siku (name) menyatakan alamat dari lokasi data string. Dan dengan pemasukan data seperti di atas, lokasi memori yang terletak sesudah lokasi yang berisi ‘N’ akan secara otomatis terisi karakter NULL (lihat gambar 7.2) Perlu diketahui, fungsi gets() akan membaca seluruh karakter yang diketik melalui keyboard sampai tombol ENTER ditekan. Dalam hal ini tidak ada pengecekan terhadap batasan panjang array yang merupakan argumennya. Jika string yang dimasukkan melebihi ukuran array, maka sisa string (panjang string masukan dikurangi ukuran array plus karakter NULL) akan ditempatkan di lokasi sesudah bagian akhir dari array tersebut. Tentu saja kejadian seperti ini bisa menimbulkan hal yang tidak diinginkan, misalnya berubahnya isi variabel yang dideklarasikan sesudah array tersebut karena tertumpuki oleh string yang dimasukkan (overwrite), atau perilaku program yang sama sekali berbeda dengan kemauan user yang dalam hal ini pelacakan kesalahannya (debugging) sangat sulit dilakukan, atau bahkan terjadi penghentian program secara tidak normal. Untuk mengatasi hal itu, disarankan untuk menggunakan fungsi fgets() untuk menggantikan fungsi gets() dalam memasukkan data string. Bentuk umum pemakaian fgets() adalah : #include <stdio.h> fgets(nama_array, sizeof nama_array, stdin); Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh penggunaan fungsi fgets() ini pada contoh program untuk menghitung karakter masukan (hitkar.c) di halaman

??????.

7.3.2 Menampilkan Isi Variabel String Untuk menampilkan isi variabel string, fungsi yang digunakan adalah puts() atau printf(). Bentuk umum pemakaiannya adalah sebagai berikut : #include <stdio.h> puts(var_string); atau printf("%s",var_string); Dalam hal ini var_string adalah sebuah variabel yang berupa sebuah array of char. Fungsi puts() akan menampilkan isi dari var_string dan secara otomatis menambahkan karakter '\n' di akhir string. Sedangkan fungsi printf() akan menampilkan isi variabel string tanpa memberikan tambahan '\n'.

Sehingga, agar kedua pernyataan di atas memberikan keluaran yang sama, maka pada pernyataan printf() dirubah menjadi : printf("%s\n", var_string); Contoh program berikut akan menampilkan isi variabel kompiler_c, berdasarkan dua bentuk inisialisasi string yang dibahas pada sub bab 7.3 /* File program : initstr.c Contoh inisialisasi string */ #include <stdio.h> void bentuk1(void); void bentuk2(void); main() { bentuk1(); bentuk2(); } void bentuk1(void) { char kompiler_c[] = {'V','i','s','u','a','l',' ','C','+','+','\0'}; puts(kompiler_c); } void bentuk2(void) { char kompiler_c[] = "Visual C++"; printf("%s\n", kompiler_c); } Contoh eksekusi : Visual C++ Visual C++

7.4 Mengakses Elemen String Variabel string merupakan bentuk khusus dari array bertipe char. Oleh karena itu, elemen dari variabel string dapat diakses seperti halnya pengaksesan elemen pada array. Program berikut menunjukkan cara mengakses elemen array untuk menghitung total karakter dari string yang dimasukkan melalui keyboard.

/* File Program : hitkar.c Contoh untuk menghitung banyaknya karakter dari suatu string yang dimasukkan melalui keyboard */ #include <stdio.h> #define MAKS 256 main() { int i, jumkar = 0; char teks[MAKS]; puts("Masukkan suatu kalimat (maks 255 karakter)."); puts("Saya akan menghitung jumlah karakternya.\n"); fgets(teks, sizeof teks, stdin); for(i=0; teks[i]; i++) jumkar++; printf("\nJumlah karakter = %d\n", jumkar); } Contoh eksekusi : Masukkan satu kalimat (maks 255 karakter). Saya akan menghitung jumlah karakternya. SAYA SUKA BELAJAR BAHASA C Jumlah karakter = 26 Perhitungan jumlah karakter dari string teks dapat dilakukan dengan memeriksa elemen dari string dimulai dari posisi yang pertama (indeks ke-0) sampai ditemukannya karakter NULL. Elemen yang ke-i dari teks dinyatakan dengan teks[i] Pemeriksaan terhadap teks[i] selama tidak berupa karakter NULL (dimulai dari indeks ke-0) dilakukan dengan instruksi for(i=0; teks[i]; i++) jumkar++; Kondisi teks[i] pada for mempunyai makna yang secara implisit berupa teks[i] != ‘\0; atau “karakter yang ke-i dari teks tidak sama dengan karakter NULL” Contoh berikut ini akan memberikan gambaran mengenai cara menyalin nilai ke suatu variabel string.

/* File program : salinstr.c Contoh menyalin suatu string */ #include <stdio.h> #define MAKS 30

main() { int i; char keterangan[] = “Saya menyukai bahasa C”; char kalimat[MAKS]; i=0; while (keterangan[i] != ‘\0’) { kalimat[i] = keterangan[i]; i++; } kalimat[i] = ‘\0’; /* beri karakter NULL */ printf(“Isi kalimat : %s\n”, kalimat); } Contoh eksekusi : Isi kalimat : Saya menyukai bahasa C Untuk menyalin isi variabel string keterangan ke kalimat, pernyataan yang digunakan berupa i=0; while (keterangan[i] != ‘\0’) { kalimat[i] = keterangan[i]; i++; } Selama keterangan[i] tidaklah berupa karakter NULL, maka keterangan[i] disalin ke kalimat[i]. Jelas bahwa di dalam loop while tidak terdapat penyalinan karakter NULL dari keterangan ke kalimat. Oleh karena itu sekeluarnya dari loop while, pemberian karakter NULL ke kalimat perlu dilakukan. Pernyataan yang digunakan berupa kalimat[i] = ‘\0’; Bentuk yang lebih singkat untuk melakukan penyalinan dari keterangan ke kalimat berupa i=0; while (kalimat[i] = keterangan[i]) i++;

Dengan penulisan seperti di atas, penyalinan karakter NULL juga akan dilakukan secara otomatis. Setelah menyalin karakter NULL (karena kondisi bernilai NULL) maka eksekusi terhadap loop akan dihentikan. Dengan demikian sekeluarnya dari loop tidak perlu lagi ada pernyataan. kalimat[i] = ‘\0’; 7.5 Fungsi-Fungsi Mengenai String Berikut ini akan dibahas beberapa fungsi pustaka yang umumnya disediakan oleh kompiler C untuk mengoperasikan suatu nilai string. Fungsi-fungsi pustaka untuk operasi string, prototypeprototype nya berada di file judul string.h. Beberapa di antara fungsi pustaka untuk operasi string akan dibahas di bawah ini. 7.5.1 Fungsi strcpy() untuk Menyalin Nilai String Bentuk pemakaian : #include <string.h> strcpy(tujuan, asal) Fungsi ini dipakai untuk menyalin string asal ke variabel string tujuan termasuk karakter '\0'. Keluaran dari fungsi ini (return value) adalah string tujuan. Dalam hal ini, variabel tujuan haruslah mempunyai ukuran yang dapat digunakan untuk menampung seluruh karakter dari string asal. Contoh implementasinya bisa dilihat pada program salinstr2.c di bawah ini. /* File program :salinstr2.c Contoh menyalin isi str2 ke str1 */ #include <stdio.h> #include <string.h> #define MAKS 80 main() { char str1[MAKS]; char str2[]="ABCDE"; strcpy(str1, str2); /* menyalin isi str2 ke str1 */ printf("String pertama adalah : %s\n", str1); printf("String kedua adalah : %s\n", str2); } Contoh eksekusi : String pertama adalah : ABCD String kedua adalah : ABCD

7.5.2

Fungsi strlen() untuk Mengetahui Panjang Nilai String Bentuk pemakaian : #include <string.h> strlen(var_string); Fungsi ini digunakan untuk memperoleh banyaknya karakter di dalam string yang menjadi

argumennya (var_string). Keluaran dari fungsi ini adalah panjang dari var_string. Karakter NULL tidak ikut dihitung. Contoh implementasinya bisa dilihat pada program panjangstr.c di bawah ini.

/* File program : panjangstr.c Contoh memperoleh panjang suatu string */ #include <stdio.h> #include <string.h> main() { char salam[] = "Halo"; printf("Panjang string = %d karakter\n", strlen(salam)); } Contoh eksekusi : Panjang string = 4 karakter 7.5.3 Fungsi strcat() untuk Menggabung Nilai String Bentuk pemakaian : #include <string.h> strcat(tujuan, sumber); Menggabungkan dua buah nilai string tidak dapat dilakukan dengan operator ‘+’, karena operator ini bukan operator untuk operasi string.

Penggabungan dua buah nilai string dapat

dilakukan dengan fungsi pustaka strcat() dengan menambahkan string sumber ke bagian akhir dari string tujuan. Keluaran dari fungsi ini adalah string tujuan. Contoh implementasinya bisa dilihat pada program gabungstr.c di bawah ini.

/* File program :gabungstr.c Contoh menggabungkan isi string1 dengan string2 */

#include <stdio.h> #include <string.h> #define PJG 15 main() { char str1[PJG], str2[PJG]; strcpy(str1, “sala”); strcpy(str2, “tiga”);

/* str1 diisi “sala” */ /* str2 diisi “tiga” */

strcat(str1, str2); /* tambahkan str2 ke akhir str1 */ printf(“str1  %s str2  %s\n”, str1, str2); } Contoh eksekusi : str1  salatiga

str2  tiga

Dalam hal ini str1 (“sala”) digabungkan dengan str2 (“tiga”) dengan hasilnya berada di str1 (“salatiga”). 7.5.4 Fungsi strcmp() untuk Membandingkan Dua Nilai String Membandingkan dua nilai string juga tidak dapat digunakan dengan operator hubungan, karena operator tersebut tidak untuk operasi string. Membandingkan dua buah nilai string dapat dilakukan dengan fungsi pustaka strcmp(). Contoh bentuk pemakaian fungsi : #include <string.h> strcmp(str1, str2); Fungsi ini dipakai untuk membandingkan string str1 dengan string str2. Keluaran dari fungsi ini bertipe int yang berupa nilai : 

-1, jika str1 kurang dari str2



0, jika str1 sama dengan str2



1, jika str1 lebih dari str2 Pembandingan dilakukan untuk karakter pada posisi yang sama dari str1 dan str2, dimulai

dari karakter terkiri. Acuan pembandingan dari dua buah karakter didasarkan oleh nilai ASCII-nya. Misal, karakter ‘A’ lebih kecil daripada ‘B’ dan karakter ‘B lebih kecil daripada ‘C’. Contoh implementasinya bisa dilihat pada program bandingstr.c di bawah ini.

/* File program :bandingstr.c Contoh membandingkan isi dua buah string */ #include <stdio.h> #include <string.h> main() { char str1[]="HALO”; char str2[]="Halo"; char str3[]="HALO”; printf(“Hasil pembandingan %s dengan %s --> %d\n”, str1, str2, strcmp(str1, str2)); printf(“Hasil pembandingan %s dengan %s --> %d\n”, str2, str1, strcmp(str2, str1)); printf(“Hasil pembandingan %s dengan %s --> %d\n”, str1, str3, strcmp(str1, str3)); } Contoh eksekusi : Hasil pembandingan HALO dengan Halo --> -1 Hasil pembandingan Halo dengan HALO --> 1 Hasil pembandingan HALO dengan HALO --> 0

7.5.5 Fungsi strchr() untuk Mencari Nilai Karakter dalam String Bentuk pemakaian : #include <string.h> strchr(var_string, kar); Fungsi ini dapat digunakan untuk mencari suatu nilai karakter yang berada dalam suatu nilai string. Dalam hal ini adalah mencari karakter kar dalam string var_string. Keluaran dari fungsi ini adalah alamat posisi dari karakter pertama pada nilai string, yang sama dengan karakter yang dicari. Jika karakter yang dicari tidak ada dalam nilai string, maka fungsi ini akan memberikan hasil nilai pointer kosong (null). Contoh implementasinya bisa dilihat pada program carikar.c di bawah ini.

/* File program : carikar.c Contoh mencari karakter dalam sebuah string */ #include <stdio.h> #include <string.h> main() { char str[]="ABcde”;

/* inisialisasi string */

char *hasil1,*hasil2; /* var bertipe pointer to char, agar bisa ditampilkan isi dari alamat yang ditunjuk oleh hasil1 & hasil2 */ hasil1 = strchr(str, ‘B’); hasil2 = strchr(str, ‘X’); printf(“Dari string ABcde\n”); printf(“Mencari karakter B = %s\n”, hasil1); printf(“Mencari karakter X = %s\n”, hasil2); } Contoh eksekusi : Dari string ABcde Mencari karakter B = Bcde Mencari karakter X = (null) Contoh di atas menunjukkan penggunaan fungsi strchr() untuk mencari nilai karakter ‘B’ dan karakter ‘X’ dalam string ‘ABcde’. Karakter ‘B’ ada dalam nilai string yang dicari, sehingga fungsi strchr() memberikan hasil alamat dari karakter B tersebut yang kemudian alamat ini disimpan dalam variabel pointer hasil1. Jika variabel pointer hasil1 ini ditampilkan dengan menggunakan kode format untuk nilai string (%s), maka mulai dari alamat tersebut sampai dengan akhir dari nilai string yang bersangkutan akan ditampilkan, sehingga didapatkan keluaran : Mencari karakter B = Bcde Sedangkan pencarian karakter ‘X’ memberikan hasil null karena karakter tersebut tidak ditemukan dalam string ‘ABcde”, sehingga didapatkan keluaran : Mencari karakter X = (null) Keterangan lebih lanjut tentang pointer ini, akan dibahas pada bab XIII.

Kesimpulan : •

String merupakan bentuk data yang biasa dipakai dalam bahasa pemrograman untuk keperluan menampung dan memanipulasi data teks.



Pada bahasa C, string bukanlah merupakan tipe data tersendiri, melainkan hanyalah kumpulan dari nilai-nilai karakter yang berurutan dalam bentuk array berdimensi satu



Suatu konstanta string ditulis dengan diawali dan diakhiri tanda petik ganda



Pemasukan data string ke dalam suatu variabel biasa dilakukan dengan fungsi gets() atau scanf().



Untuk menampilkan isi variabel string, fungsi yang digunakan adalah puts() atau printf().



Untuk mengoperasikan suatu nilai string ada beberapa fungsi pustaka yang prototype-prototypenya berada di file judul string.h, sehingga dalam suatu program yang di dalamnya terdapat manipulasi string, haruslan ditambah : #include <string.h>.



Beberapa fungsi untuk manipulasi string adalah sbb : a. Fungsi strcpy() untuk menyalin nilai string b. Fungsi strlen() untuk mengetahui panjang nilai string c. Fungsi strcat() untuk menggabung nilai string d. Fungsi strcmp() untuk membandingkan dua nilai string e. Fungsi strchr() untuk mencari nilai karakter dalam string

Latihan : Buatlah potongan program untuk soal-soal di bawah ini 1.

Ketikkan sebuah kalimat melalui keyboard dengan menggunakan gets() (atau fgets()) kemudian didapatkan keluaran berupa laporan tentang jumlah huruf kecil dan huruf kapital dalam kalimat tsb.

2. Masukkan nama Anda, rubah ke dalam huruf besar semua, balikkan urutan hurufnya, selanjutnya tampilkan hasilnya di layar. 3. Ketikkan sebuah kalimat, hitung dan tampilkan jumlah spasinya. 4. Ketikkan sebuah kalimat, kemudian tampilkan kalimat tsb satu kata perbaris. Asumsikan ada satu spasi yang memisahkan setiap kata dan kalimat diakhiri dengan sebuah tanda titik. 5. Ketikkan sebuah kalimat melalui keyboard kemudian didapatkan keluaran berupa laporan apakah kalimat tsb palindrom ataukah bukan. Misal : Kalimat : KASUR RUSAK Termasuk PALINDROM

Kalimat : MAKAN MALAM Bukan PALINDROM Catatan : disebut palindrom adalah bila urutan kalimat dibalik akan menghasilkan kalimat yang sama. Gunakan berbagai fungsi berkaitan dengan string yang sudah dijelaskan di atas.

BAB VIII Pointer Tujuan : 1. Menjelaskan tentang konsep dari variabel pointer 2. Menjelaskan tentang pointer array 3. Menjelaskan tentang pointer string 4. Menjelaskan tentang array pointer 5. Menjelaskan tentang pointer dalam fungsi 6. Menjelaskan tentang pointer sebagai parameter fungsi 7. Menjelaskan tentang pointer yang menunjuk pointer. 8.1 Konsep Dasar Pointer Variabel pointer sering dikatakan sebagai variabel yang menunjuk ke obyek lain. Pada kenyataan yang sebenarnya, variabel pointer berisi alamat dari suatu obyek lain (yaitu obyek yang dikatakan ditunjuk oleh pointer). Sebagai contoh, px adalah variabel pointer dan x adalah variabel

yang ditunjuk oleh px. Kalau x berada pada alamat memori (alamat awal) 1000, maka px akan berisi 1000. Sebagaimana diilustrasikan pada gambar 8.1 di bawah ini px 1000

zzzz Address

?

1000

x Gambar 8.1 Variabel pointer px menunjuk ke variabel x

8.2 Mendeklarasikan Variabel Pointer Suatu variabel pointer dideklarasikan dengan bentuk sebagai berikut : tipe *nama_variabel

dengan tipe dapat berupa sembarang tipe yang sudah dibahas pada bab-bab sebelumnya, maupun bab-bab berikutnya. Adapun nama_variabel adalah nama dari variabel pointer. Sebagai contoh : int px; char *pch1, *pch2;

/ *contoh 1 */ / *contoh 2 */

Contoh pertama menyatakan bahwa px adalah variabel pointer yang menunjuk ke suatu data bertipe int, sedangkan contoh kedua masing pch1 dan pch2 adalah variabel pointer yang menunjuk ke data bertipe char. menyatakan variabel pointer

char *pch1, *pch2;

tanda akhir pernyataan deklarasi nama variabel pointer

tipe data yang ditunjuk oleh variabel pointer

Gambar 8.2 Ilustrasi pendeklarasian variabel pointer 8.3 Mengatur Pointer agar Menunjuk ke Variabel Lain Agar suatu pointer menunjuk ke variabel lain, mula-mula pointer harus diisi dengan alamat dari variabel yang akan ditunjuk.

Untuk menyatakan alamat dari suatu variabel, operator &

(operator alamat, bersifat unary) bisa dipergunakan, dengan menempatkannya di depan nama variabel. Sebagai contoh, bila x dideklarasikan sebagai variabel bertipe int, maka

&x berarti “alamat dari variabel x”. Adapun contoh pemberian alamat x ke suatu variabel pointer px (yang dideklarasikan sebagai pointer yang menunjuk ke data bertipe int) yaitu : px = &x;

Pernyataan di atas berarti bahwa px diberi nilai berupa alamat dari variabel x. Setelah pernyataan tersebut dieksekusi barulah dapat dikatakan bahwa px menunjuk ke variabel x. 8.4 Mengakses Isi Suatu Variabel Melalui Pointer Jika suatu variabel sudah ditunjuk oleh pointer, variabel yang ditunjuk oleh pointer tersebut dapat diakses melalui variabel itu sendiri (pengaksesan langsung) ataupun melalui pointer (pengaksesan tak langsung). Pengaksesan tak langsung dilakukan dengan menggunakan operator indirection (tak langsung) berupa simbol * (bersifat unary). Contoh penerapan operator * yaitu : *px yang menyatakan “isi atau nilai variabel/data yang ditunjuk oleh pointer px” . Sebagai contoh jika y bertipe int, maka sesudah dua pernyataan berikut px = &x; y = *px;

y akan berisi nilai yang sama dengan nilai x. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh program ptr1.c /* Program : ptr1.c */ #include <stdio.h> main() { int y, x = 87; /* x & y bertipe int */ int *px; /* var pointer yang menunjuk ke data yang bertipe int */ x = 87; px = &x; y = *px;

/* px diisi dengan alamat dari variabel x */ /* y diisi dengan nilai yg ditunjuk oleh px */

printf("Alamat x = %p\n", &x); printf("Isi px = %p\n", px); printf("Isi x = %d\n", x); printf("Nilai yang ditunjuk oleh px = %d\n", *px); printf("Nilai y = %d\n", y); } Contoh eksekusi : Alamat x = 0012FF78 Isi px = 0012FF78 Isi x = 87 Nilai yang ditunjuk oleh px = 87 Nilai y = 87

Pada program di atas, dua pernyataan px = &x; y = *px;

sebenarnya dapat digantikan dengan sebuah pernyataan berupa y = x; Seandainya pada program di atas tidak terdapat pernyataan px = &x;

namun terdapat pernyataan y = *px;

maka y tidaklah berisi nilai x, sebab px belum diatur agar menunjuk ke variabel x. Hal seperti ini harap diperhatikan.

Kalau program melibatkan pointer, dan pointer belum diinisialisasi, ada

kemungkinan akan terjadi masalah yang dinamakan “bug” yang bisa mengakibatkan komputer tidak dapat dikendalikan (hang). Selain itu tipe variabel pointer dan tipe data yang ditunjuk harus sejenis. Bila tidak sejenis maka akan terjadi hasil yang tidak diinginkan. Lebih jelasnya perhatikan contoh program ptr2.c. /* Program : ptr2.c */ #include <stdio.h> main() { int *pu; int nu; int u = 1234; pu = &u; nu = *pu; printf("Alamat dari u = %p\n", &u); printf("Isi pu = %p\n", pu); printf("Isi u = %d\n", u); printf("Nilai yang ditunjuk oleh pu = %d\n", *pu); printf("Nilai nu = %d\n", nu); } Pada contoh di atas, saat penugasan pu = &u; maka pu akan menunjuk data berukuran 4 byte (tipe float) sekalipun u berukuran 2 byte (tipe int). Oleh karena itu, pernyataan nu = *pu; tidak akan membuat nu berisi nilai u. untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut. float *pu; float nu; int u;

u

data yang ditunjuk oleh pu

-------pu = &u;

Gambar 8.3 Ilustrasi kesalahan yang terjadi karena tipe tidak sejenis

bukan bagian dari u

8.5 Mengakses dan Mengubah isi suatu variabel Pointer Contoh berikut memberikan gambaran tentang pengubahan isi suatu variabel secara tak langsung (yaitu melalui pointer). Mula-mula pd dideklarasikan sebagai pointer yang menunjuk ke suatu data bertipe float dan d sebagai variabel bertipe float. Selanjutnya d = 54.5; digunakan untuk mengisikan nilai 54,5 secara langsung ke variabel d. Adapun pd = &d; digunakan untuk memberikan alamat dari d ke pd. Dengan demikian pd menunjuk ke variabel d. Sedangkan pernyataan berikutnya *pd = *pd + 10; (atau: *pd += 10; ) merupakan instruksi untuk mengubah nilai variabel d secara tak langsung. Perintah di atas berarti “jumlahkan yang ditunjuk pd dengan 10 kemudian berikan ke yang ditunjuk oleh pd”, atau identik dengan pernyataan d = d + 10; Akan tetapi, seandainya tidak ada instruksi pd = &d; maka pernyataan *pd = *pd + 10; tidaklah sama dengan d = d + 10; /* Program : ptr3.c */ #include <stdio.h> main() { float d = 54.5f, *pd; printf("Isi d mula-mula = %g\n", d); pd = &d; *pd += 10; printf("Isi d sekarang = %g\n", d); } Contoh eksekusi : Isi d mula-mula = 54.5 Isi d sekarang = 64.5

8.5 Pointer dan Array Hubungan antara pointer dan array pada C sangatlah erat. Sebab sesungguhnya array secara internal akan diterjemahkan dalam bentuk pointer. Pembahasan berikut akan memberikan gambaran hubungan antara pointer dan array. Misalnya dideklarasikan di dalam suatu fungsi static int tgl_lahir[3] = { 01, 09, 64 }; dan int *ptgl; Kemudian diberikan instruksi ptgl = &tgl_lahir[0]; maka ptgl akan berisi alamat dari elemen array tgl_lahir yang berindeks nol. Instruksi di atas bisa juga ditulis menjadi ptgl = tgl_lahir; sebab nama array tanpa tanda kurung menyatakan alamat awal dari array. Sesudah penugasan seperti di atas, *ptgl dengan sendirinya menyatakan elemen pertama (berindeks sama dengan nol) dari array tgl_lahir. Hal ini bisa dilihat melalui pembuktian program berikut. /* Program : ptr4.c */ #include <stdio.h> main() { static int tgl_lahir[] = {16, 4, 1974}; int *ptgl; ptgl = tgl_lahir; printf("Nilai yang ditunjuk oleh ptgl = %d\n", *ptgl); printf("Nilai dari tgl_lahir[0] = %d\n", tgl_lahir[0]); } Contoh eksekusi : Nilai yang ditunjuk oleh ptgl = 16 Nilai dari tgl_lahir[0] = 16 /* Program : ptr5.c */ #include <stdio.h> main() { static int tgl_lahir[] = {16, 4, 1974}; int *ptgl, i; ptgl = tgl_lahir; printf("Nilai yang ditunjuk oleh ptgl = %d\n", *ptgl); for (i=0; i<3; i++) printf("Nilai dari tgl_lahir[i] = %d\n", *(ptgl+i)); }

Contoh eksekusi: Nilai yang ditunjuk oleh ptgl = 16 Nilai dari tgl_lahir[0] = 16 Nilai dari tgl_lahir[1] =4 Nilai dari tgl_lahir[2] = 1974 /* Program : ptr6.c */ #include <stdio.h> main() { static int tgl_lahir[] = {16, 4, 1974}; int i; int *ptgl; ptgl = tgl_lahir; printf("Nilai yang ditunjuk oleh ptgl = %d\n", *ptgl); for (i=0; i<3; i++) printf("Nilai dari tgl_lahir[i] = %d\n", *ptgl++); } Keterangan : tgl_lahir[i] = *(ptgl+i) = *ptgl++ 8.6 Pointer dan String Contoh hubungan pointer dan string ditunjukkan pada program berikut. /* Program : ptr4.c */ #include <stdio.h> main() { /* pkota menunjuk konstanta string “SEMARANG” */ char *pkota = “SEMARANG”; printf(“String yang ditunjuk olej pkota = ”); puts(pkota); } Contoh eksekusi : String yang ditunjuk oleh pkota = SEMARANG Pada program di atas, char *pkota = “SEMARANG”; akan menyebabkan kompiler • mengalokasikan variabel pkota sebagai variabel pointer yang menunjuk ke obyek bertipe char dan menempatkan konstanta “SEMARANG” dalam suatu memori •

kemudian pointer pkota akan menunjuk ke lokasi string “SEMARANG”.

pkota

Lokasi awal string “SEMARANG” SEMARANG\0 Gambar 8.4 Pointer menunjuk data string

Pernyataan di atas menyerupai pernyataan char kota[] = “SEMARANG”; tetapi sebenarnya kedua pernyataan inisialisasi di depan tidaklah tepat sama. Sebab pkota adalah pointer (menyatakan alamat) yang dengan mudah dapat diatur agar menunjuk ke string lain (bukan string “SEMARANG”), sedangkan kota adalah array (array menyatakan alamat yang konstan, tak dapat diubah). Perhatikan dua program di bawah ini /* Program : arrnama.c Menukarkan isi 2 string tanpa pemakaian pointer */ #include <stdio.h> #include <string.h> #define PANJANG 20 char nama1[PANJANG] = "JAMES BOND"; char nama2[PANJANG] = "HERCULE POIROT"; main() { char namax[PANJANG]; puts("SEMULA : "); printf("nama1 --> %s\n", nama1); printf("nama2 --> %s\n", nama2); strcpy(namax, nama1); strcpy(nama1, nama2); strcpy(nama2, namax); puts("KINI : "); printf("nama1 --> %s\n", nama1); printf("nama2 --> %s\n", nama2); } /* Program : ptrnama.c Menukarkan isi 2 string dengan fasilitas pointer */ #include <stdio.h> #include <string.h> char *nama1 = "JAMES BOND"; char *nama2 = "HERCULE POIROT"; main() { char *namax; puts("SEMULA : "); printf("nama1 --> %s\n", nama1); /* nama1:pointer yg menunjuk ke string JAMES BOND */ printf("nama2 --> %s\n", nama2); /* nama2:pointer yg menunjuk ke string HERCULE POIROT */

namax = nama1; nama1 = nama2; nama2 = namax; puts("KINI : "); printf("nama1 --> %s\n", nama1); printf("nama2 --> %s\n", nama2); } 8.7 Array dari Pointer 

Suatu array bisa digunakan untuk menyimpan sejumlah pointer. Sebagai contoh: char *namahari[10]; merupakan pernyataan untuk mendeklarasikan array pointer. Array namahari terdiri dari 10 elemen berupa pointer yang menunjuk ke data bertipe char. ?

xxxx

? ? ? ?

namahari



Gambar 8.5 Array pointer

Array pointer bisa diinisialisasi sewaktu pendeklarasian. Sebagai contoh:

static char *namahari[] = {“Senin”, “Selasa”, “Rabu”, “Kamis”, “Jumat”, “Sabtu”, “Minggu” }; Pada contoh ini, namahari[0] berisi alamat yang menunjuk ke string “Senin”. namahari[1] berisi alamat yang menunjuk ke string “Selasa”. namahari[2] berisi alamat yang menunjuk ke string “Rabu”. dan sebagainya. 8.8 Pointer menunjuk Pointer Suatu pointer bisa saja menunjuk ke pointer lain. Gambar berikut memberikan contoh mengenai pointer menunjuk pointer. Pointer ptr2

Pointer ptr1

Variabel var_x

alamat ptr1

alamat ptr1

nilai

Gambar 8.6 Pointer yang menunjuk pointer



Untuk membentuk rantai pointer seperti pada gambar di atas, pendeklarasian yang diperlukan berupa int var_x; int *ptr1; int **ptr2;

Perhatikan pada deklarasi di depan: 

var_x adalah variabel bertipe int.



ptr1 adalah variabel pointer yang menunjuk ke data bertipe int.



ptr2 adalah variabel pointer yang menunjuk ke pointer int. (itulah sebabnya deklarasinya berupa int **ptr2; )

  

Agar ptr1 menunjuk ke variabel var_x, perintah yang diperlukan berupa ptr1 = &var_x; Sedangkan supaya ptr2 menunjuk ke ptr1, instruksi yang diperlukan adalah ptr2 = &ptr1; Contoh berikut memberikan gambaran cara pengaksesan nilai pada var_x melalui pointer ptr2 dan ptr1.

/* File program : ppointer.c Contoh program untuk pointer yang menunjuk pointer */ #include <stdio.h> main() { int var_x = 273; int *ptr1; int **ptr2; ptr1 = &var_x; ptr2 = &ptr1; printf("Nilai var_x = %d\n", *ptr1); printf("Nilai var_x = %d\n", **ptr2); } Contoh eksekusi : Nilai var_x = 273 Nilai var_x = 273 8.9 Pointer dalam Fungsi Pointer dan kaitannya dengan fungsi yang akan dibahas berikut meliputi : 

Pointer sebagai parameter fungsi



Pointer sebagai keluaran fungsi

8.9.1 Pointer sebagai parameter fungsi 

Penerapan pointer sebagai parameter yaitu jika diinginkan agar nilai suatu variabel internal dapat diubah oleh fungsi yang dipanggil.



Sebagai contoh dapat dilihat pada fungsi berikut.



void naikkan_nilai (int *x, int *y) { *x = *x + 2; *y = *y + 2; } Fungsi di atas dimaksudkan agar kalau dipanggil, variabel yang berkenaan dengan parameter aktual dapat diubah nilainya, masing-masing dinaikkan sebesar 2. Contoh pemanggilan :



naikkan_nilai(&a, &b); Perhatikan, dalam hal ini variabel a dan b harus ditulis diawali operator alamat (&) yang berarti menyatakan alamat variabel, sebab parameter fungsi dalam pendefinisian berupa pointer.

/* Program : argptr.c Fungsi dengan argumen berupa pointer */ #include <stdio.h> void naikkan_nilai(int *x, int *y); main() { int a = 3; int b = 7; printf("SEMULA : a = %d b = %d\n", a, b); naikkan_nilai(&a, &b); printf("KINI : a = %d b = %d\n", a, b); } void naikkan_nilai(int *x, int *y) { *x = *x + 2; *y = *y + 2; } Contoh eksekusi : Semula : a = 3 b = 7 Kini : a = 5 b = 9 8.9.2 Pointer sebagai keluaran fungsi (return value) 

Suatu fungsi dapat dibuat agar keluarannya berupa pointer. Misalnya, suatu fungsi menghasilkan keluaran berupa pointer yang menunjuk ke string nama_bulan, seperti pada contoh berikut.



char *nama_bulan(int n) { static char *bulan[]= {“Kode bulan salah”, “Januari”, “Februari”, Maret”, “April”, “Mei”, “Juni”, “Juli”, "Agustus”, “September”, “Oktober”, “Nopember”,“Desember” }; return ( (n<1 | | n>12) ? bulan[0] : bulan[n] ); } Pada definisi fungsi di atas, char *nama_bulan()

menyatakan bahwa keluaran fungsi nama_bulan() berupa pointer yang menunjuk ke obyek char (atau string). Dalam fungsi nama_bulan(), mula-mula array bernama bulan dideklarasikan dan sekaligus



diinisialisasi agar menunjuk sejumlah string yang menyatakan nama bulan. Di bagian akhir fungsi, pernyataan return ( (n<1 || n>12) ? bulan[0] : bulan[n] ); menyatakan bahwa hasil fungsi berupa pointer yang menunjuk ke  string “Kode bulan salah” (bulan[0]) jika masukan fungsi n<1 atau n>12  bulan[n] untuk n yang terletak antara 1 sampai dengan 12. /* File program : pbulan.c Fungsi dengan keluaran berupa pointer yang menunjuk string */ #include <stdio.h> char *nama_bulan(int n); main() { int bl; printf("Bulan 1..12 : "); scanf("%d", &bl); printf("Bulan ke-%d adalah %s\n", bl, nama_bulan(bl)); } char *nama_bulan(int n) { static char *bulan[] = { "Kode bulan salah", "Januari", "Februari", "Maret", "April", "Mei", "Juni", "Juli", "Agustus", "September", "Oktober", "November", "Desember" }; return ((n<1||n>12) ? bulan[0] : bulan[n]); } Kesimpulan •

Tipe variabel pointer adalah tipe variabel yang berisi alamat dari variabel yang sebenarnya.



Tipe variabel pointer harus sama dengan tipe varibel yang ditunjuk.



Hubungan antara pointer dan array pada C sangatlah erat, sebab sesungguhnya array secara internal akan diterjemahkan dalam bentuk pointer



Varibel pointer bisa berupa string, array atau tipe variabel yang lainnya.



Suatu pointer bisa saja menunjuk ke pointer lain (pointer to pointer)



Variabel pointer bisa digunakan sebagai parameter dalam sebuah fungsi, sebagaimana juga bisa dijadikan sebagai nilai balik (return value) dari sebuah fungsi.

Latihan : Buatlah potongan program untuk soal-soal di bawah ini 1.Berapa nilai dari z dan s pada output program dibawah ini. /* Program : lat1.c */ #include <stdio.h> main() { int z = 20, s = 30; int *pz, *ps; pz = &z; ps = &s; *pz += *ps; printf("z = %d\n", z); printf("s = %d\n", s); } 2. Bagaimana bentuk output dari program dibawah ini ? /* Program : ps1.c */ #include <stdio.h> main() { char c = 'Q'; char *char_pointer = &c; printf("%c %c\n", c, *char_pointer); c = '/'; printf("%c %c\n", c, *char_pointer); *char_pointer = '('; printf("%c %c\n", c, *char_pointer); } 3. Buat program untuk menampilkan sebaris string seperti contoh berikut ; “Selamat Pagi“ menggunakan variable pointer (pointer to string). 4. Buat potongan program untuk mencetak huruf ketiga ( L ) dari kata : “P O L I T E K N I K “ dengan menggunakan variabel pointer . BAB IX STRUKTUR

Tujuan : 1. Menjelaskan cara mendeklarasikan struktur 2. Menjelaskan cara menginisialisasi struktur 3. Menjelaskan cara mengakses elemen struktur 4.

Menjelaskan pemebentukan array dari struktur (array of struct)

5. Menjelaskan tentang hubungan antara struktur dengan fungsi 6. Menjelaskan tentang hubungan antara struktur dengan pointer Struktur adalah pengelompokan variabel-variabel yang bernaung dalam satu nama yang sama. Berbeda dengan larik (array) yang berisi kumpulan variabel-variabel yang bertipe sama dalam satu nama, maka suatu struktur dapat terdiri atas variabel-variabel yang berbeda tipenya dalam satu nama struktur.

Struktur biasa dipakai untuk mengelompokkan beberapa informasi yang

berkaitan menjadi sebuah kesatuan (dalam bahasa PASCAL, struktur disebut dengan record). Variabel-variabel yang membentuk suatu struktur, selanjutnya disebut sebagai elemen dari struktur atau field. Dengan demikian dimungkinkan suatu struktur dapat berisi elemen-elemen data berbeda tipe seperti char, int, float, double, dan lain-lain. Contoh sebuah struktur adalah informasi data tanggal (date) yang berisi : -

day

-

month, dan

-

year

9.1 Mendefinisikan & Mendeklarasikan Struktur Suatu struktur didefinisikan dengan menggunakan kata kunci struct. Contoh pendefinisian sebuah tipe data struktur : struct date { int month; int day; int year; }; yang mendefinisikan sebuah tipe data struktur bernama date yang memiliki tiga buah elemen (field) berupa :

- day - month - year

nama tipe struktur

kata kunci

mengawali dan mengakhiri elemen-elemen struktur

struct date { int month; int day; int year; };

masing-masing disebut field atau elemen struktur

Gambar 9.1 Pendefinisian tipe struktur

Untuk mendeklarasikan sebuah variabel today yang bertipe struktur date pernyataan yang diperlukan adalah sebagai berikut: struct date today; nama tipe struktur

variabel struktur

Gambar 9.2 Pendeklarasian variabel bertipe struktur Pernyataan di atas menyatakan bahwa variabel today bertipe struktur date. Dalam mendefinisikan sebuah struktur, elemen yang terkandung di dalamnya bisa juga berupa sebuah struktur, contoh : struct date { int month, day, year; }; struct person { char name[30]; struct date birthday; }; struct person student; Diagram struktur data dari variabel student dapat digambarkan sbb : name student

month birthday

day year

Gambar 9.3. Struktur data dari variabel student 9.2 Mengakses Elemen Struktur Elemen dari suatu variabel struktur dapat diakses dengan menyebutkan nama variabel struktur diikuti dengan operator titik (‘.’) dan nama dari elemen strukturnya. Cara penulisannya sebagai berikut variabel_struktur.nama_field

Untuk memberikan data nama ke field name dari variabel student di atas, maka pernyataan yang diperlukan misalnya adalah : strcpy(student.name, "MUHAMMAD IHSAN"); Pada pernyataan di atas, student.name dapat dibaca sebagai "field name dari student". Contoh berikut merupakan instruksi untuk mengisikan data pada field birthday : student.birthday.day = 10;

Sedangkan untuk mendapatkan isi suatu field dari variabel struktur, contohnya : 

tgl = student.birthday.day;



puts(student.name);

Contoh pertama merupakan instruksi untuk memberikan isi dari field day ke variabel tgl. Sedangkan contoh kedua merupakan instruksi untuk menampilkan isi dari field name. Program berikut merupakan contoh yang melibatkan variabel struktur. Mula-mula field dari struktur diisi dengan suatu data, kemudian isinya ditampilkan. /* File program : student1.c Mengisi field dr variabel struktur kemudian menampilkannya */ #include <stdio.h> #include <string.h> struct date { int month; int day; int year; };

/* definisi global dari tipe date */

struct person { /* definisi global dari tipe person */ char name[30]; struct date birthday; }; /* deklarasi global dari variabel student*/ struct person student; main() { /* memberikan nilai kepada field dari struktur student */ strcpy(student.name, "MUHAMMAD IHSAN"); student.birthday.month = 8; student.birthday.day = 10; student.birthday.year = 1970; /* menampilkan isi semua field dari struktur student */ printf("Name : %s\n", student.name); printf("Birthday : %d-%d-%d\n",student.birthday.month, student.birthday.day, student.birthday.year ); } Contoh eksekusi : Name : MUHAMMAD IHSAN Birthday : 8-10-1970 9.3 Menginisialisasi Struktur Sebuah struktur juga bisa diinisialisasi pada saat dideklarasikan. Hal ini serupa dengan inisialisasi array, yaitu elemen-elemennya dituliskan di dalam sepasang kurung kurawal (‘{ }‘) dengan masing-masing dipisahkan dengan koma. Deklarasi struktur didahului dengan kata kunci static, contoh

static struct zodiak bintang = {"Sagitarius", 22, 11, 21, 12}; Selengkapnya perhatikan contoh program di bawah ini. /* File program : zodiak.c Menentukan zodiak berdasarkan data tanggal lahir masukan */ #include <stdio.h> main() { struct zodiak { char nama[11]; int tgl_awal; int bln_awal; int tgl_akhir; int bln_akhir; }; static struct zodiak bintang = {"Sagitarius", 22, 11, 21, 12}; int tgl_lhr, bln_lhr, thn_lhr; printf("Masukkan tgl lahir Anda (XX-XX-XXXX): "); scanf("%d-%d-%d",&tgl_lhr, &bln_lhr, &thn_lhr); if((tgl_lhr >= bintang.tgl_awal && bln_lhr == bintang.bln_awal) || (tgl_lhr <= bintang.tgl_akhir && bln_lhr == bintang.bln_akhir)) printf("Bintang Anda adalah %s\n", bintang.nama); else printf("Bintang Anda bukan %s\n", bintang.nama); } Contoh eksekusi : Masukkan tgl lahir Anda (XX-XX-XXXX): 23–11-1972 Bintang Anda adalah Sagitarius 9.4 Array dan Struktur Elemen-elemen dari suatu array juga dapat berbentuk sebuah struktur. Misalnya array yang dipakai untuk menyimpan sejumlah data siswa (struct student). Array struktur berdimensi satu ini membentuk suatu tabel, dengan barisnya menunjukkan elemen dari array-nya dan kolomnya menunjukkan elemen dari struktur. Dalam hal ini maka deklarasi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : #define MAKS 20 . . . struct date { int month; int day;

/* definisi dari tipe date */

int year; }; struct person { /* definisi dari tipe person */ char name[30]; struct date birthday; }; /* deklarasi dari variabel array student */ struct person student[MAKS]; yang artinya, mendeklarasikan array student yang memiliki elemen yang bertipe struct person sebanyak MAKS. Setelah array student dideklarasikan, maka ruang yang disediakan ditunjukkan dalam gambar 9.4 di bawah ini.

birthday name

month

day

year

0 1

18 19

Gambar 9.4 Array dari struktur Elemen-elemen dari array stuktur tersebut bisa diakses dengan cara sebagai berikut : for (i=0; i<MAKS; i++) { printf("Name : "); fgets(student[i].name, sizeof student[i].name, stdin); printf("Birthday (mm-dd-yyyy): "); scanf("%d-%d-%d", &student[i].birthday.month, &student[i].birthday.day, &student[i].birthday.year); printf("\n"); /* hapus sisa data dalam penampung keyboard */ fflush(stdin); }; Selengkapnya perhatikan contoh program di bawah ini. /* File program : student2.c Array struktur untuk menyimpan data-data student */

#include <stdio.h> #define MAKS 20 struct date { int month; int day; int year; }; struct person { char name[30]; struct date birthday; };

/* definisi global dr tipe date */

/* definisi global dr tipe person */

/* deklarasi global dari variabel student */ struct person student[MAKS]; main() { int i=0, sudah_benar, jml; char lagi; /* memasukkan data */ do { printf("Name : "); fgets(student[i].name, sizeof student[i].name, stdin); printf("Birthday (mm-dd-yyyy): "); scanf("%d-%d-%d", &student[i].birthday.month, &student[i].birthday.day, &student[i].birthday.year); printf("\n"); i++; printf("Mau memasukkan data lagi [Y/T] ? "); do { lagi = getchar( ); /* baca tombol */ sudah_benar = (lagi == 'Y') || (lagi== 'y')|| (lagi == 'T') || (lagi == 't'); } while(! sudah_benar); /* hapus sisa data dalam penampung keyboard */ fflush(stdin); printf("\n"); } while(lagi == 'Y' || lagi == 'y'); jml = i; /* menampilkan data */

printf("DATA SISWA\n"); for (i=0; i<jml; i++) { printf("%d. Name : %s", i+1, student[i].name); printf(" Birthday : %d-%d-%d\n\n", student[i].birthday.month,student[i].birthday.day, student[i].birthday.year ); }; } Contoh eksekusi : Name : Salsabila Birthday (mm-dd-yyyy) : 10-25-1979 Mau memasukkan data lagi [Y/T] ? y Name : Wildan Birthday (mm-dd-yyyy) : 4-16-1974 Mau memasukkan data lagi [Y/T] ? t DATA SISWA 1. Name Birthday

: Salsabila : 10-25-1979

2. Name Birthday

: Wildan : 4-16-1974

Di samping cara pendeklarasian di atas, struktur juga dapat dideklarasikan dalam berbagai bentuk yang lain, di antaranya sbb : struct date { int month, day, year; } today, tomorrow; struct person { char name[30]; struct date birthday; } student[MAKS]; yaitu mendefinisikan struktur date, sekaligus mendeklarasikan variabel today dan tomorrow dengan tipe struktur date.

Demikian juga mendefinisikan struktur person, sekaligus mendeklarasikan

variabel array student sebanyak MAKS elemen dengan tipe struktur person. Atau cara lainnya mendefinisikan, mendeklarasikan sekaligus menginisialisasi struktur, sebagai berikut : struct date { int month, day, year; } today = {5,14,2001}; 9.5 Struktur dan Fungsi Melewatkan sebuah struktur untuk menjadi parameter sebuah fungsi dapat dilakukan sama dengan pengiriman parameter berupa variabel biasa. Fungsi yang mendapat kiriman parameter tersebut juga bisa mengirimkan hasil baliknya yang juga berupa sebuah struktur (pass by reference). 9.5.1 Melewatkan Elemen Struktur ke dalam Fungsi

Melewatkan parameter berupa elemen struktur dapat dilakukan sebagaimana pengiriman parameter berupa variabel biasa, dapat dilakukan baik secara nilai (pass by value) maupun secara acuan (pass by reference). /* File program : cetak1.c Melewatkan elemen struktur sbg parameter fungsi scr nilai */ #include <stdio.h> void cetak_tanggal(int mm, int dd, int yy); main() { struct date { int month; int day; int year; } today;

/* definisi lokal dari tipe date */

printf("Enter the current date (mm-dd-yyyy): "); scanf("%d-%d-%d", &today.month, &today.day, &today.year); cetak_tanggal(today.month, today.day, today.year); } void cetak_tanggal(int mm, int dd, int yy) { static char *nama_bulan[] = { "Wrong month", "January", "February", "March", "April", "May", "June", "July", "August", "September", "October", "November", "December" }; printf("Todays date is %s %d, %d\n\n", nama_bulan[mm],dd,yy); } Contoh eksekusi : Enter the current date (mm-dd-yyyy): 5-29-2001 Todays date is May 29, 2001 Tampak bahwa elemen dari struktur dilewatkan ke fungsi memakai bentuk pengaksesan elemen struktur, berupa : cetak_tanggal(today.month, today.day, today.year); Apabila nilai suatu elemen struktur diharapkan akan diubah oleh fungsi, maka yang dilewatkan haruslah berupa alamat dari elemen struktur (pass by reference). Untuk keperluan ini, operator alamat ditempatkan di depan nama variabel struktur (bukan di depan nama elemen struktur). /* File program : posisi1.c Melewatkan elemen struktur sbg parameter fungsi scr acuan */ #include <stdio.h> void tukar_xy(int *a, int *b);

main() { struct koordinat { int x; int y; } posisi; printf("Masukkan koordinat posisi (x, y) : "); scanf("%d, %d", &posisi.x, &posisi.y); printf("x, y semula = %d, %d\n", posisi.x, posisi.y); tukar_xy(&posisi.x, &posisi.y); printf("x, y sekarang = %d, %d\n", posisi.x, posisi.y); } void tukar_xy(int *a, int *b) { int z; z = *a; *a = *b; *b = z; } Contoh eksekusi : Masukkan koordinat posisi (x, y) : 34, 21 x, y semula = 34, 21 x, y sekarang = 21, 34 9.5.2 Melewatkan Struktur dalam Fungsi Pada program cetak1.c di atas misalnya, semua elemen dari struktur dikirimkan ke fungsi cetak_tanggal(), dengan maksud nilai elemen dari struktur akan ditampilkan di layar.

Untuk

keadaan seperti ini, lebih baik kalau parameter fungsi diubah menjadi bentuk struktur, sehingga parameter fungsi tidak lagi sebanyak tiga buah, melainkan hanya satu. Selengkapnya, perhatikan program di bawah ini. /* File program : cetak2.c Melewatkan struktur sebagai parameter fungsi */ #include <stdio.h> struct date { int month; int day; int year; };

/* definisi global dari tipe date */

void cetak_tanggal(struct date now); main() {

struct date today; printf("Enter the current date (mm-dd-yyyy): "); scanf("%d-%d-%d", &today.month, &today.day, &today.year); cetak_tanggal(today); } void cetak_tanggal(struct date now) { static char *nama_bulan[] = { "Wrong month", "January", "February", "March", "April", "May", "June", "July", "August", "September", "October", "November", "December" }; printf("Todays date is %s %d, %d\n\n", nama_bulan[now.month], now.day, now.year); } Contoh eksekusi : Enter the current date (mm-dd-yyyy): 5-29-2001 Todays date is May 29, 2001 9.6 Struktur dan Pointer (Pointer ke Struktur) Jika sebuah struktur mengandung banyak field dan diputuskan bahwa keseluruhan fieldnya akan diubah oleh fungsi, maka cara yang efisien adalah dengan melewatkan (passing) alamat dari struktur. Dengan demikian pada pendefinisian fungsi, parameter formalnya berupa pointer yang menunjuk ke struktur. Masalah pointer ke struktur dapat diterapkan dalam program posisi1.c. Argumen dari fungsi tukar_xy() dapat disederhanakan menjadi satu argumen saja, yakni sebagai berikut : void tukar_xy(struct koordinat *pos_xy) { int z; z = (*pos_xy).x; (*pos_xy).x = (*pos_xy).y; (*pos_xy).y = z; } Pada definisi fungsi di atas, struct koordinat *pos_xy menyatakan bahwa pos_xy adalah pointer yang menunjuk ke obyek bertipe struktur koordinat. Adapun penulisan : (*pos_xy).x menyatakan : elemen bernama x yang ditunjuk oleh pointer pos_xy Perlu diperhatikan bahwa penulisan tanda kurung seperti pada contoh (*pos_xy).x merupakan suatu keharusan. Sebab *pos_xy.x mempunyai makna yang berbeda dengan

(*pos_xy).x Ungkapan *pos_xy.x mempunyai makna yaitu : "yang ditunjuk oleh pos_xy.x " (sebab operator titik mempunyai prioritas yang lebih tinggi daripada operator *). /* File program : posisi2.c Fungsi parameternya berupa pointer yg menunjuk ke struktur */ #include <stdio.h> struct koordinat { int x; int y; }; void tukar_xy(struct koordinat *pos_xy); main() { struct koordinat posisi; printf("Masukkan koordinat posisi (x, y) : "); scanf("%d, %d", &posisi.x, &posisi.y); printf("x, y semula = %d, %d\n", posisi.x, posisi.y); tukar_xy(&posisi); printf("x, y sekarang = %d, %d\n", posisi.x, posisi.y); } void tukar_xy(struct koordinat *pos_xy) { int z; z = (*pos_xy).x; (*pos_xy).x = (*pos_xy).y; (*pos_xy).y = z; } Contoh eksekusi : Masukkan koordinat posisi (x, y) : 34, 21 x, y semula = 34, 21 x, y sekarang = 21, 34 Bentuk semacam : *pos_xy).x dapat ditulis dengan bentuk lain menjadi pos_xy->x Dalam C operator -> (berupa tanda minus - diikuti dengan tanda lebih dari >) disebut sebagai operator panah. Dengan menggunakan operator panah, maka fungsi tukar_xy() dalam program posisi2.c dapat ditulis menjadi

void tukar_xy(struct koordinat *pos_xy) { int z; z = pos_xy->x; pos_xy->x = pos_xy->y; pos_xy->y = z; }

Kesimpulan : •

Struktur adalah pengelompokan variabel-variabel yang bernaung dalam satu nama yang sama.



Variabel-variabel yang membentuk suatu struktur, selanjutnya disebut sebagai elemen dari struktur atau field.



Suatu struktur didefinisikan dengan menggunakan kata kunci struct.



Elemen dari suatu variabel struktur dapat diakses dengan menyebutkan nama variabel struktur diikuti dengan operator titik (‘.’) dan nama dari elemen strukturnya.



Sebuah struktur juga bisa diinisialisasi pada saat dideklarasikan.

Hal ini serupa dengan

inisialisasi array, yaitu elemen-elemennya dituliskan di dalam sepasang kurung kurawal (‘{ }‘) dengan masing-masing dipisahkan dengan koma. •

Elemen-elemen dari suatu array juga dapat berbentuk sebuah struktur (array of struct).



Melewatkan sebuah struktur untuk menjadi parameter sebuah fungsi dapat dilakukan sama dengan pengiriman parameter berupa variabel biasa. Fungsi yang mendapat kiriman parameter tersebut juga bisa mengirimkan hasil baliknya yang juga berupa sebuah struktur (pass by reference).



Jika sebuah struktur mengandung banyak field dan diputuskan bahwa keseluruhan field-nya akan diubah oleh fungsi, maka cara yang efisien adalah dengan melewatkan (passing) alamat dari struktur. Dengan demikian pada pendefinisian fungsi, parameter formalnya berupa pointer yang menunjuk ke struktur (pointer to struct).

Latihan : Buatlah potongan program untuk soal-soal di bawah ini 1.

Definisikan sebuah struktur (misalkan namanya = record) yang memiliki 3 buah field berupa sebuah integer (misalkan namanya = loop), sebuah array karakter

dengan 5 elemen

(misalkan namanya = word) dan sebuah float (misalkan namanya = sum). 2.

Deklarasikan sebuah variabel struktur (misalkan namanya = sample) yang didefinisikan memiliki tipe struktur record.

3.

Masukkan nilai 10 kepada field loop dari struktur sample yang bertipe struktur record tsb.

4.

Tampilkan ke layar (menggunakan fungsi printf()) string yang tersimpan dalam array word dari struktur sample.

5.

Definisikan sebuah struktur (misalkan namanya = date) yang memiliki 3 field bertipe int (misalkan namanya = day, month dan year). Kemudian tuliskan potongan program untuk memasukkan 5 buah tanggal yang disimpan dalam sebuah array struktur yang bertipe date.

BAB X DATA TINGKAT LANJUT Tujuan : 1

Menjelaskan tentang tipe data union

2. Menjelaskan penggunaan bitfield 3. Menjelaskan tentang tipe data enumerasi 4. Menjelaskan penggunaan typedef 5. Menjelaskan penggunaan ternary operator 6.

Menjelaskan tentang konversi tipe data (type casting) 10.1 Union Pada C, union memungkinkan suatu lokasi memori ditempati oleh dua atau lebih variabel

yang bisa saja tipenya berlainan. Di bawah ini diberikan contoh pendefinisian tipe union yang dinamakan sebagai bil_bulat, yang digunakan untuk menyatakan data bertipe karakter atau integer. union bil_bulat { unsigned int di; unsigned char dc[2];

}; Berikutnya, pendeklarasian suatu variabel union bernama bil_x yang bertipe bil_bulat dilakukan dengan cara penulisan sebagai berikut union bil_bulat bil_x; Catatan : Cara lain untuk mendefinisikan atau mendeklarasikan union adalah seperti pada struktur. Gambar 10.1 memperlihatkan di dan dc berbagi tempat pada lokasi yang sama (di dan dc[0] mempunyai alamat yang sama)

dc[0]

di

dc[1] Gambar 10.1 Variabel union dalam memori Dalam hal ini, kompiler dengan bijaksana akan menyediakan ruangan yang cukup untuk menampung field atau elemen pada union yang membutuhkan memori paling besar.

Pada

pendeklarasian variabel bil_x misalnya, memori yang ditempati variabel ini adalah 2 byte (yaitu ukuran dari tipe int). Seandainya tipe elemen dalam union berupa float, int dan char, memori yang dibutuhkan adalah sebesar ukuran float. Elemen dari sebuah union dapat diakses dalam bentuk sebagai berikut : variabel_union.nama_elemen

misal : bil_x.di = 321; adalah contoh untuk mengisikan 321 ke elemen union bernama di. Dengan pengisian nilai ini, maka dc[0] akan bernilai byte ke-0 dari di, sedangkan dc[1] bernilai byte ke-1 dari di. /* File program : union1.c Contoh pendeklarasian dan pengaksesan variabel union */ #include <stdio.h> main() { union { unsigned int di; unsigned char dc[2]; } bil_x; /* variabel union */ bil_x.di = 321; printf("di = %d dc[0] = %d dc[1] = %d\n", bil_x.di, bil_x.dc[0], bil_x.dc[1]);

} Contoh eksekusi : di = 321 dc[0] = 65 dc[1] = 1 Program di atas menjelaskan cara ntuk mengakses byte ke-0 atau byte ke-1 dari di, dc[0] atau dc[1] yang digunakan. 321

1

Nilai 321 dalam kesatuan unsigned int 65

Nilai 321 jika dinyatakan dalam dua buah unsigned char Byte rendah (byte ke-0)

Byte rendah (byte ke-0) Seperti halnya pada struktur, suatu variabel union dapat dilewatkan ke dalam suatu fungsi sebagai parameter.

Di bawah ini contoh program yang memberikan gambaran tentang cara

mengubah isi suatu variabel union melalui pemanggilan suatu fungsi. dilewatkan ke dalam fungsi berupa alamat dari variabel union. /* File program : union2.c Contoh untuk mengubah nilai variabel union melalui fungsi */ #include <stdio.h> union bil_bulat { unsigned int di; unsigned char dc[2]; };

/* definisi tipe union */

void beri_nilai(union bil_bulat *x); /*deklarasi fungsi */ main() { union bil_bulat bil_x; /* deklarasi var union */ /* melewatkan alamat union */ beri_nilai(&bil_x); printf("di = %d dc[0] = %d dc[1] = %d \n", bil_x.di, bil_x.dc[0], bil_x.dc[1]); } void beri_nilai(union bil_bulat *x) { x -> di = 321; /* elemen di yang ditunjuk */ } /* oleh x diberi nilai 321 */ Contoh eksekusi : di = 321 dc[0] = 65 dc[1] = 1 10.2 Bitfield

Dalam hal ini, yang

Suatu bit atau beberapa bit dalam sebuah data berukuran satu byte atau dua byte dapat diakses dengan mudah melalui bitfield. Dengan cara ini, suatu bit atau beberapa bit dapat diakses tanpa melibatkan operator pemanipulasi bit (seperti &, |). Selain itu, satu atau dua byte memori dapat dipakai untuk menyimpan sejumlah informasi. Sebagai contoh, untuk memperoleh informasi masing-masing bit dari suatu data satu byte, penulisan medan bit berupa struct info_byte { unsigned bit0:1; unsigned bit1:1; unsigned bit2:1; unsigned bit3:1; unsigned bit4:1; unsigned bit5:1; unsigned bit6:1; unsigned bit7:1; }; Jika disajikan dalam bentuk gambar, gambaran suatu struktur yang memiliki tipe seperti di atas adalah sebagai berikut : 7

6

5

4

3

2

1

0

b i t 7

b i t 6

b i t 5

b i t 4

b i t 3

b i t 2

b i t 1

b i t 0

bit

Gambar 10.2 Susunan bit dari memori sebuah data bertipe info_byte Pada pendefinisian struktur info_byte di atas, •

Nilai 1 setelah tanda titik-dua (:) menyatakan panjang dari bitfield



unsigned menyatakan bahwa bitfield dinyatakan dalam keadaan tak-bertanda (untuk contoh berikutnya, nantinya setiap bitfield memiliki kemungkinan nilai berkisar 1 atau 0). nama tipe struktur yang terdiri atas sejumlah bitfield struct info_byte { unsigned bit0:1; unsigned bit1:1; unsigned bit2:1; unsigned bit3:1; unsigned bit4:1; unsigned bit5:1; unsigned bit6:1; unsigned bit7:1; }; panjang/jumlah bit nama variabel bitfield

Catatan : sebuah variabel bitfield haruslah dideklarasikan berupa salah satu di antara int, unsigned dan signed. Contoh berikut memberikan gambaran tentang cara memberikan nilai kepada variabel struktur yang mengandung elemen berupa bitfield, dan cara mengakses setiap nilai dari bitfield. /* File program : bitf1.c Bitfield utk menampilkan bentuk biner dr karakter masukan */ #include <stdio.h> main() { struct info_byte /* definisi tipe bitfield */ { unsigned bit0:1; /* bit ke-0 */ unsigned bit1:1; /* bit ke-1 */ unsigned bit2:1; /* bit ke-2 */ unsigned bit3:1; /* bit ke-3 */ unsigned bit4:1; /* bit ke-4 */ unsigned bit5:1; /* bit ke-5 */ unsigned bit6:1; /* bit ke-6 */ unsigned bit7:1; /* bit ke-7 */ }; /* deklarasi variabel union dan elemen bitfield */ union { unsigned char karakter; struct info_byte byte; } ascii; printf(“Masukkan sebuah karakter : ”); scanf(“%c”, &ascii.karakter); printf(“\nKode ASCII dari karakter %c adalah %d\n”, ascii.karakter, ascii.karakter); printf("Bentuk biner dari nilai %d adalah ", ascii.karakter); printf("%d%d%d%d%d%d%d%d\n",ascii.byte.bit7, ascii.byte.bit6, ascii.byte.bit5, ascii.byte.bit4, ascii.byte.bit3, ascii.byte.bit2, ascii.byte.bit1, ascii.byte.bit0); } Contoh eksekusi : Masukkan sebuah karakter : A Kode ASCII karakter A adalah 65 Bentuk biner dari nilai 65 adalah 01000001 Pada program di atas, setelah pernyataan : scanf(“%c”, &ascii.karakter);

dan user memasukkan karakter : ‘A’ , berarti nilai ascii.karakter = ‘A’. Maka hal itu memberikan efek elemen byte juga akan bernilai seperti karakter, sebab byte dan karakter berbagi data pada memori yang sama. Namun, walaupun adanya sifat demikian, pernyataan : ascii.byte = 'A'; akan dianggap salah (saat kompilasi), sebab suatu variabel struktur yang mengandung elemen bitfield memang tidak diijinkan untuk diberi nilai secara langsung.

Pengaksesan nilai dapat

dilakukan melalui variabel bitfield, misalnya : printf("%d", ascii.byte.bit7); untuk mengambil nilai dari bitfield bit 7. Contoh lain ascii.byte.bit7 = 0; untuk mengubah bit7 agar bernilai 0. Kalau di depan sudah dibicarakan bitfield dengan panjang 1 bit, contoh berikut akan memberikan gambaran tentang bitfield dengan panjang 2 bit. struct data_gambar { unsigned piksel1:2; unsigned piksel2:2; unsigned piksel3:2; unsigned piksel4:2; } koord; Pada contoh di atas, variabel koord yang bertipe data_gambar akan menempati memori 1 byte (8 bit) dengan 4 informasi terkandung di dalamnya (masing-masing 2 bit), atau memegang nilai bulat antara 0 sampai dengan 3 (22 – 1). Untuk memberikan nilai kepada piksel1 misalnya, bisa digunakan pernyataan sebagai berikut :

koord.piksel1 = 3;

yang mengisikan 3 ke dalam bitfield tersebut. Bitfield biasanya dipakai untuk menghemat memori. Misalnya ada dua informasi dengan keterangan sebagai berikut : 

informasi pertama (info_x) memiliki kemungkinan nilai bilangan bulat antara 0 sampai dengan 3, dan



informasi kedua (info_y) memiliki kemungkinan nilai bilangan bulat 0 atau 1 saja.

Seandainya kedua informasi itu disimpan dalam memori (secara terpisah) sebagai tipe char, maka akan diperlukan total memori sebesar 2 byte. Namun jika disajikan dalam bentuk bitfield, memori yang dibutuhkan cukup 1 byte. Dalam hal ini info_x akan dinyatakan dalam 2 bit dan info_y dinyatakan dalam 1 bit. Penuangan deklarasinya adalah sebagai berikut : struct info { unsigned info_x:2; unsigned info_y:1; } status;

atau struct info { unsigned info_x:2; unsigned info_y:1; unsigned } status;

:5;

Pada pendeklarasian terakhir : unsigned

:5;

fungsinya hanya untuk memperjelas bahwa total bit dari bitfield adalah 8 bit (1 byte). Perhatikan, bahwa karena 5 bit terakhir tidak diperlukan, maka nama bitfield boleh tidak disertakan. Kalaupun mau diberi nama (misalnya : kosong), maka bentuk deklarasinya adalah : struct info { unsigned info_x:2; unsigned info_y:1; unsigned kosong:5; } status; /* File program : BITF2.C */ #include <stdio.h> main() { /* definisi tipe bitfield */ struct info { unsigned info_x:2; unsigned info_y:1; unsigned kosong:5; } status;

/* bisa dihilangkan */

status.info_x = 3; status.info_y = 1; printf("info_x = %d\n", status.info_x); printf("info_y = %d\n", status.info_y); } Contoh eksekusi : info_x = 3 info_y = 1 10.3 Enumerasi Tipe enumerasi merupakan himpunan dari konstanta integer yang diberi nama. Contoh enumerasi yaitu berupa jenis kelamin manusia yang berupa pria, wanita

Dalam C, suatu tipe data enumerasi dideklarasikan dengan bentuk : enum nama_tipe_enumerasi { konstanta_1, konstanta_2,… } variabel_1, …, variabel_n;

Sedangkan contoh deklarasi variabel enumerasi : enum manusia jns_kelamin; Pada contoh di atas, jns_kelamin adalah variabel enumerasi yang bertipe manusia. Selanjutnya variabel jns_kelamin dapat diisi dengan konstanta pria dan wanita. /* File program : enum1.c Contoh penggunaan enumerasi */ #include <stdio.h> main() { enum manusia { pria, wanita }; enum manusia jns_kelamin;

/* definsi tipe */

/* deklarasi var */

jns_kelamin = pria; /* diisi dgn pria */ printf("Isi jns_kelamin = %d\n", jns_kelamin); jns_kelamin = wanita; /* diisi dgn wanita */ printf("Isi jns_kelamin = %d\n", jns_kelamin); } Contoh eksekusi : Isi jns_kelamin = 0 Isi jns_kelamin = 1 Dengan adanya pendefinisan seperti : enum manusia {pria, wanita}; degnan sendirinya pria merupakan konstanta dengan nilai sama dengan 0, sedangkan wanita bernilai 1. Sehingga pernyataan jns_kelamin = pria; merupakan pernyataan untuk mengisikan konstanta pria (atau nilai 0) ke variabel jns_kelamin. Contoh lain, yaitu ; enum data_hari {senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, minggu}; Pada pendefinisian di atas, senin

menyatakan nilai 0

selasa

menyatakan nilai 1

rabu

menyatakan nilai 3

kamis

menyatakan nilai 4

jumat

menyatakan nilai 5

sabtu

menyatakan nilai 6

minggu

menyatakan nilai 7

Pemakaian enumerasi biasanya untuk memperjelas dokumentasi program C, seperti yang ditunjukkan dalam contoh program di bawah ini. /* File program : enum2.c Contoh pemakaian enumerasi */ #include <stdio.h> main() { /* definisi tipe data enumerasi */ enum data_hari {senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, minggu}; /* keterangan nama hari */ static char str[][7] = {"SENIN", "SELASA", "RABU", "KAMIS", "JUMAT", "SABTU", "MINGGU"}; /* deklarasi variabel enumerasi */ enum data_hari hari_kerja; int jam_kerja; int total_jam = 0; /* cetak nama hari dari senin s/d jumat */ for(hari_kerja=senin; hari_kerja<=jumat; hari_kerja++) { printf ("Jumlah jam kerja hari "); printf("%-6s (jam) : ", str[hari_kerja]); scanf("%d", &jam_kerja); total_jam = total_jam + jam_kerja; } printf("\nTotal jam kerja = %d\n", total_jam); } Contoh eksekusi : Jumlah jam kerja hari SENIN (jam) : 8 Jumlah jam kerja hari SELASA (jam) : 8 Jumlah jam kerja hari RABU (jam) : 8 Jumlah jam kerja hari KAMIS (jam) : 8 Jumlah jam kerja hari JUMAT (jam) : 6 Total jam kerja = 38 Penggalan pernyataan berikut for(hari_kerja=senin; hari_kerja<=jumat; hari_kerja++); lebih memberi kejelasan daripada penulisan : for(hari_kerja=0; hari_kerja<=5; hari_kerja++);

Jika dikehendaki, nilai urutan sebuah enumerasi juga bisa dirubah (yang secara default akan dimulai dari 0 dan naik satu demi satu berdasarkan urutan konstanta dalam pendefinisian). Sehingga dengan mendefinisikan seperti berikut : enum { staff = 4, manajer, direktur } jenjang_jab; maka staff tidak lagi berupa nilai 0, melainkan berupa nilai 4. Dengan sendirinya, manajer bernilai 5 dan direktur bernilai 6. /* File program : enum3.c Contoh mengubah nilai default dari suatu tipe enumerasi */ #include <stdio.h> main() { /* definisi tipe data enumerasi */ enum { staff = 4, manajer, direktur } jenjang_jab; for(jenjang_jab = staff; jenjang_jab <= direktur; jenjang_jab++) printf("%d\n", jenjang_jab); } Contoh eksekusi : 4 5 6 10.4 Typedef Untuk kepentingan memperjelas dokumentasi program C, user bisa menamakan suatu tipe data dengan pengenal (identifier) yang lebih memberi arti atau mudah diingat. Caranya adalah dengan memakai typedef. Sebagai contoh pengenal BYTE dapat digunakan untuk menyatakan unsigned char. Bentuk umum pernamaan suatu tipe data menggunakan typedef : typedef tipe_data nama_baru;

Contoh : typedef unsigned char BYTE; Contoh tsb menyatakan bahwa BYTE identik dengan unsigned char.

Sesudah pendefinisian

tersebut, BYTE dapat digunakan untuk mendeklarasikan variabel atau jenis parameter fungsi, bahkan juga keluaran fungsi. Misalnya : BYTE kode; untuk mendeklarasikan variabel kode agar bertipe BYTE (atau unsigned char) . Contoh lain : BYTE beri_nilai_awal(void);

Menyatakan bahwa keluaran fungsi beri_nilai _awal() bertipe BYTE. /* File program : typedef.c Contoh penggunaan typedef */ #include <stdio.h> /* BYTE merupakan nama baru dari unsigned char */ typedef unsigned char BYTE; BYTE beri_nilai_awal(void); /* deklarasi fungsi */ main() { BYTE kode;

/* deklarasi variabel karakter */

kode = beri_nilai_awal(); printf("Isi kode = %u\n", kode); } BYTE beri_nilai_awal(void) { return(143); } Contoh eksekusi : Isi kode = 143 Contoh lain penamaan tipe dengan typedef : 

typedef char *STRING; menyatakan bahwa tipe STRING adalah tipe pointer yang menunjuk data char (pointer to har).



typedef struct data_karakter { unsigned char ascii; unsigned char atribut; } karakter_layar; Pada contoh ini, karakter_layar adalah nama lain dari struct data_karakter { unsigned char ascii; unsigned char atribut; };

10.5 Ternary Operator C menyediakan sebuah operator yang tergolong sebagai operator ternary, yakni operator yang memiliki tiga buah operand.

Operator tersebut dinamakan sebagai operator kondisi.

ungkapan yang menggunakan operator ini : kondisi1 ? ungkapan1 : ungkapan2;

Bentuk

Maksud dari ungkapan kondisi : 

Jika kondisi bernilai benar, maka nilai ungkapan kondisi berupa ungkapan1



Jika kondisi bernilai salah, maka nilai ungkapan kondisi berupa ungkapan2 Contoh penggunaan misalnya untuk memperoleh nilai terbesar di antara dua buah bilangan

(berupa nila1 dan nilai2). Misalkan nilai terbesar tersebut diberikan (di-assign) ke variabel max. Penggunaannya : max = (nilai1 > nilai2) ? nilai1 : nilai2; Pada contoh di atas, kalau kondisi (nilai1 < nilai2) bernilai benar, maka max akan bernilai nilai1, dan keadaan sebaliknya akan bernilai nilai2. salah benar max = (nilai1 > nilai2) ? nilai1 : nilai2;

Catatan : penulisan kondisi (nilai1 < nilai2) sebenarnya bisa ditulis menjadi nilai1 < nilai2 tanpa menyertakan kurung, disebabkan operator > memiliki prioritas lebih tinggi daripada operator kondisi (?). Pemberian tanda kurung hanya untuk menambah kejelasan. Pernyataan : max = (nilai1 > nilai2) ? nilai1 : nilai2; kalau ditulis dengan menggunakan if-else adalah sebagai berikut : if (nilai1 > nilai2) max = nilai1; else max = nilai2; Sebagai contoh perhatikan program di bawah ini /* File program : max.c Menentukan nilai terbesar dengan ternary operator */ #include <stdio.h> main() { float nilai1, nilai2, max; printf("Masukkan dua buah nilai : "); scanf("%f %f", &nilai1, &nilai2); max = (nilai1 > nilai2) ? nilai1 : nilai2; printf("Nilai terbesar = %g\n", max); } Contoh eksekusi : Masukkan dua buah nilai : 9 10.5 Nilai terbesar = 10.5

10.6 Type Cast Type cast merupakan upaya untuk mengkonversikan suatu tipe data menjadi tipe yang lain. Bentuk umum type cast adalah : (tipe) ungkapan

dengan tipe dapat berupa pengenal tipe char, int. Misalnya, jika x dideklarasikan bertipe int.

Bila dikehendaki agar ungkapan : x/2

menghasilkan nilai pecahan (float), maka ungkapan x/2 perlu ditulis menjadi : (float) x/2; Perbedaan penggunaan type cast dengan yang tidak menggunakannya dapat dilihat pada contoh program di bawah ini. /* File program : typecast.c Melihat efek cast dalam konversi tipe */ #include <stdio.h> main() { int x = 21; float y; y = x/2; printf("y = x/2

= %f\n", y);

y = (float) x/2; printf("y = (float) x/2 = %f\n", y); y = (float) (x/2); printf("y = (float) (x/2) = %f\n", y); } Contoh eksekusi : y = x/2 = 10.000000 y = (float) x/2 = 10.500000 y = (float) (x/2) = 10.000000 

Tampak bahwa jika ungkapan y = x/2 tidak menggunakan type cast, maka variabel y akan bernilai 10.000000 untuk x = 21, tetapi jika ditulis y = (float) x/2, maka didapat nilai y = 10.500000.



Adanya (float) x/2 mengakibatkan x bertipe float. Berdasarkan sifat konversi, jika salah satu operand bertipe real, dengan sendirinya yang lain juga akan bertipe real.

Oleh karena itu

ungkapan (float) x/2 menghasilkan pembagian real. 

Pada ungkapan y = x/2, baik x maupun 2 bertipe integer, maka yang terjadi adalah operasi pembagian bulat, baru kemudian hasil pembagiannya dikonversikan secara otomatis (karena adanya tanda assignment '=') dengan tipe data dari y, sehingga y = 10.000000.



Penulisan (float) x/2 berbeda dengan (float) (x/2). Pada (float) (x/2), yang dikonversikan ke float adalah hasil dari x/2, sedangkan operasi pembagian x/2 sendiri dianggap sebagai operasi pembagian bulat.

10.7 Penggolongan Variabel berdasarkan kelas Penyimpanan Suatu variabel, di samping dapat digolongkan berdasarkan jenis/tipe data juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kelas penyimpanan (storage class). Penggolongan berdasarkan kelas penyimpanan berupa : 

variabel lokal



variabel eksternal



variabel statis



variabel register

10.7.1 Variabel Lokal Variabel lokal adalah variabel yang dideklarasikan dalam fungsi, dengan sifat : 

secara otomatis diciptakan ketika fungsi dipanggil dan akan sirna (lenyap) ketika eksekusi terhadap fungsi berakhir.



Hanya dikenal oleh fungsi tempat variabel tersebut dideklarasikan



Tidak ada inisialisasi secara otomatis (saat variabel diciptakan, nilainya tak menentu). Dalam banyak literatur, variabel lokal disebut juga dengan variabel otomatis. Variabel yang

termasuk dalam golongan ini bisa dideklarasikan dengan menambahkan kata kuci auto di depan tipedata variabel. Kata kunci ini bersifat opsional, biasanya disertakan sebagai penjelas saja. Contoh variabel lokal ditunjukkan pada gambar 5.8. void fung_x(void) { int x; x adalah variabel lokal bagi fungsi fung_x()

Gambar 10.3 Variabel lokal Pada fung_x(), deklarasi int x;

dapat ditulis menjadi auto int x; Penerapan variabel lokal yaitu bila variabel hanya dipakai oleh suatu fungsi (tidak dimaksudkan untuk dipakai oleh fungsi yang lain). Pada contoh berikut, antara variabel i dalam fungsi main() dan fung_1() tidak ada kaitannya, sebab masing-masing merupakan variabel lokal.

/* File program : lokal.c */ #include <stdio.h>

void fung_1(void);

main() { int i = 20; fung_1(); printf("nilai i di dalam main() = %d\n", i); } void fung_1(void) { int i = 11; printf("nilai i di dalam fung_1() = %d\n", i); } Contoh eksekusi : nilai i di dalam fung_1() = 11 nilai i di dalam main() = 20

10.7.2 Variabel Eksternal Variabel eksternal merupakan variabel yang dideklarasikan di luar fungsi, dengan sifat : 

dapat diakses oleh semua fungsi



kalau tak diberi nilai, secara otomatis diinisialisasi dengan nilai sama dengan nol. Contoh variabel eksternal ada pda program ekstern1.c yaitu berupa variabel i. Pada

pendeklarasian int i = 273; menyatakan bahwa i merupakan variabel eksternal dan diberi nilai awal sama denan 273. Nilai dari variabel i selanjutnya dapat diubah oleh fungsi tambah() maupun main(). Setiap fungsi tambah() dipanggil maka nilai i akan bertambah satu. /* File program : ekstern1.c Contoh program dengan variabel eksternal */ #include <stdio.h> int i = 273;

/* variabel eksternal */

void tambah(void); main() { printf("Nilai awal i = %d\n", i); i += 7; printf("Nilai i kini = %d\n", i); tambah(); printf("Nilai i kini = %d\n", i); tambah(); printf("Nilai i kini = %d\n", i); } void tambah(void) { i++; } Contoh eksekusi : Nilai awal i = 273 Nilai i kini = 280 Nilai i kini = 281 Nilai i kini = 282 Pada contoh di atas, terlihat bahwa i hanya dideklarasikan di bagian atas program, dan tak dideklarasikan lagi dalam fungsi main() maupun tambah(). Oleh karena i merupakan variabel eksternal maka dapat digunakan oleh kedua fungsi tsb. Namun ada satu hal yang perlu diketahui, variabel eksternal haruslah dideklarasikan sebelum definisi fungsi yang akan mempergunakannya. Untuk memperjelas bahwa suatu variabel dalam fungsi merupakan variabel eksternal, di dalam fungsi yang menggunakannya dapat mendeklarasikan variabel itu kembali dengan menambahkan kata kunci extern di depan tipe data variabel. Sebagai contoh, program ekstern1.c ditulis kembali menjadi seperti pada ekstern2.c.

/* File program : ekstern2.c Contoh program yang menggunakan variabel eksternal dan memakai kata kunci extern */ #include <stdio.h> int i = 273;

/* variabel eksternal */

void tambah(void); main() { extern int i;

/* variabel eksternal */

printf("Nilai awal i = %d\n", i); i += 7; printf("Nilai i kini = %d\n", i); tambah(); printf("Nilai i kini = %d\n", i); tambah(); printf("Nilai i kini = %d\n", i); } void tambah(void) { extern int i;

/* variabel eksternal */

i++; } Contoh eksekusi : Nilai awal i = 273 Nilai i kini = 280 Nilai i kini = 281 Nilai i kini = 282 Kalau dalam suatu program terdapat suatu variabel eksternal, suatu fungsi bisa saja menggunakan nama variabel yang sama dengan variabel eksternal, namun diperlakukan sebagai variabel lokal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh program di bawah ini. /* File program : ekstern3.c Contoh program yang menggunakan variabel eksternal dan variabel lokal dengan nama yang sama */ #include <stdio.h> int i = 273;

/* variabel eksternal */

void tambah(void); main() { extern int i;

/* variabel eksternal */

printf("Nilai awal i = %d\n", i); i += 7; printf("Nilai i kini = %d\n", i); tambah();

printf("Nilai i kini = %d\n", i); tambah(); printf("Nilai i kini = %d\n", i); } void tambah(void) { int i;

/* variabel lokal */

i++; } Contoh eksekusi : Nilai awal i = 273 Nilai i kini = 280 Nilai i kini = 280 Nilai i kini = 280 Pada program di atas, bagi fungsi main() i adalah variabel eksternal. Namun bagi fungsi tambah(), i merupakan variabel lokal, sebab pada fungsi ini i dideklarasikan tanpa kata kunci extern. Hal ini terlihat jelas dengan mengamati hasil eksekusi program. Pernyataan: i++; Pada fungsi tambah() tidak mempengaruhi nilai i yang ditampilkan pada fungsi main() (bandingkan dengan hasil eksekusi pada ekstern2.c). 10.7.3 Variabel Statis Variabel statis dapat berupa variabel internal (didefinisikan di dalam fungsi) maupun variabel eksternal. Sifat variabel ini : 

Kalau variabel statis bersifat internal, maka variabel hanya dikenal oleh fungsi tempat variabel dideklarasikan



Kalau variabel statis bersifat eksternal, maka variabel dapat dipergunakan oleh semua fungsi yang terletak pada file yang sama, tempat variabel statis dideklarasikan



Berbeda dengan variabel lokal, variabel statis tidak akan hilang sekeluarnya dari fungsi (nilai pada variabel akan tetap diingat).



Inisialisasi akan dilakukan hanya sekali, yaitu saat fungsi dipanggil yang pertama kali. Kalau tak ada inisialisasi oleh pemrogram secara otomatis akan diberi nilai awal nol Variabel statis diperoleh dengan menambahkan kata kunci static di depan tipe data variabel.

Sebagai contoh perhatikan program di bawah ini.

/* File program : statis.c Contoh variabel statis */

#include <stdio.h>

void fung_y(void);

main() { int y = 20;

fung_y(); fung_y(); printf("Nilai y dalam main() = %d\n", y); }

void fung_y(void) { static int y;

y++; printf("Nilai y dalam fung_y() = %d\n", y); } Contoh eksekusi : Nilai y dalam fung_y() = 1 Nilai y dalam fung_y() = 2 Nilai y dalam main() = 20

10.7.4 Variabel Register Variabel register adalah variabel yang nilainya disimpan dalam register dan bukan dalam memori RAM. Variabel yang seperti ini hanya bisa diterapkan pada variabel yang lokal atau parameter formal, yang bertipe char atau int. Variabel register biasa diterapkan pada variabel yang digunakan sebagai pengendali loop. Tujuannya untuk mempercepat proses dalam loop. Sebab variabel yang dioperasikan pada register memiliki kecepatan yang jauh lebih tinggi daripada variabel yang diletakkan pada RAM. Contoh pemakaiannya bisa dilihat pada program di bawah ini. /* File program : var_reg.c Contoh variabel register */

#include <stdio.h>

main() { register int i;

/* variabel register */

int jumlah = 0;

for(i = 1; i <= 100; i++) jumlah = jumlah + i;

printf("1 + 2 + 3 + ... + 100 = %d\n", jumlah); } Contoh eksekusi : 1 + 2 + 3 + ... + 100 = 5050 Kesimpulan : •

Union memungkinkan suatu lokasi memori dapat ditempati oleh dua atau lebih variabel yang bisa saja tipenya berlainan.



Seperti halnya pada struktur, suatu variabel union dapat dilewatkan ke dalam suatu fungsi sebagai parameter.



Suatu bit atau beberapa bit dalam sebuah data berukuran satu byte atau dua byte dapat diakses dengan mudah melalui bitfield. Dengan cara ini, suatu bit atau beberapa bit dapat diakses tanpa melibatkan operator pemanipulasi bit (seperti &, |). Selain itu, satu atau dua byte memori dapat dipakai untuk menyimpan sejumlah informasi.



Tipe enumerasi merupakan himpunan dari konstanta integer yang diberi nama.



Untuk kepentingan memperjelas dokumentasi program C, user bisa menamakan suatu tipe data dengan pengenal (identifier) yang

lebih memberi arti atau mudah diingat dengan

memakai typedef. •

C menyediakan sebuah operator yang tergolong sebagai operator ternary, yakni operator yang memiliki tiga buah operand. Operator tersebut dinamakan sebagai operator kondisi, yang merupakan cara lain dari if-else untuk penyeleksian kondisi.



Type cast merupakan upaya untuk mengkonversikan suatu tipe data menjadi tipe yang lain.

Latihan : Modifikasilah potongan program di bawah ini dengan menggunakan ternary operator if(total_pembelian >= 100.000) discount = 0.05 * total_pembelian; else discount = 0;

BAB XI OPERASI FILE Tujuan : 7. Menjelaskan tentang struktur file 8. Menjelaskan tentang tahap-tahap operasi pada file 9. Menjelaskan tentang fungsi untuk penyimpanan dan pembacaan file per-karakter 10. Menjelaskan tentang file biner dan file teks 11. Menjelaskan tentang operasi penyimpanan dan pembacaan file per-int 12. Menjelaskan tentang operasi penyimpanan dan pembacaan file per-blok 13. Menjelaskan cara membaca dan menyimpan data string pada file 14. Menjelaskan cara mengakses file biner secara acak 15. Menjelaskan cara menghapus file

16. Menjelaskan cara mengganti nama file 11.11 Struktur File Kebanyakan program melibatkan media disk sebagai tempat untuk membaca atau merekam data. Data sendiri disimpan dalam disk dalam bentuk suatu kesatuan yang disebut file. Suatu file merupakan organisasi dari sejumlah record. Masing-masing record dapat terdiri atas satu atau beberapa field dan setiap field terdiri atas satu atau beberapa byte. Adapun byte merupakan susunan dari 8 bit. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar 11.1 di bawah ini. Catatan : record adalah nama lain dari struktur (struct). FILE RECORD



RECORD

FIELD

FIELD



BYTE

BYTE

FIELD

(8 BIT)

Gambar 11.1 Struktur-data dari file 11.12 Tahapan Operasi File Operasi pada file pada dasarnya meliputi tiga tahapan, yaitu : 1. Membuka/mengaktifkan file 2. Melaksanakan proses file 3. Menutup file 11.12.1Membuka / Mengaktifkan File Sebelum file dapat diakses (dibaca atau ditulisi), mula-mula file haruslah diaktifkan terlebih dahulu. Untuk keperluan ini fungsi yang digunakan yaitu fopen(). Bentuk deklarasinya adalah sebagai berikut : FILE *fopen(char namafile, char mode); dengan : 

namafile berupa nama dari file yang akan diaktifkan



mode berupa jenis operasi yang akan dilakukan terhadap file



prototipe ada pada file stdio.h

Jenis operasi file dapat berupa salah satu di antara mode berikut : 

r menyatakan file hanya akan dibaca. Dalam hal ini, file yang akan diproses haruslah sudah ada dalam disk.



w menyatakan bahwa file baru diciptakan. Selanjutnya operasi yang akan dilakukan terhadap file adalah operasi perekaman data. Seandainya file tersebut sudah ada dalam disk, isinya yang lama akan terhapus.



a

untuk membuka file yang sudah ada dalam disk, dan operasi yang akan dilakukan adalah

penambahan data pada file.

Data baru akan ditempatkan di bagian belakang dari file.

Seandainya file belum ada, secara otomatis file akan diciptakan terlebih dahulu. 

r+ untuk membuka file yang sudah ada, dan operasi yang akan dilakukan berupa pembacaan serta penulisan.



w+ untuk membuka file dengan tujuan untuk pembacaan atau penulisan. Jika file sudah ada, isinya akan dihapus.



a+ untuk membuka file, dengan operasi yang dapat dilakukan berupa perekaman maupun pembacaan. Jika file sudah ada, isinya tak akan dihapus. Keluaran fungsi fopen() berupa pointer yang menunjuk ke tipe FILE, yaitu tipe struktur

yang definisinya ada pada stdio.h (oleh karena itu program yang menggunakan fopen() harus melibatkan file stdio.h). Berhasil tidaknya operasi pengaktifan file dapat dilihat pada keluaran fungsi fopen(). Jika keluaran fungsi berupa NULL (suatu makro yang didefinisikan pada file stdio.h), berarti operasi pengaktifan file gagal. Kejadian seperti ini bisa terjadi misalnya saat membuka file dengan mode “r” ternyata file yang dibuka tidak ada dalam disk. Contoh pemakaian fungsi fopen() : pf = fopen(“COBA.TXT”, “w”); dengan variabel pf dideklarasikan sebagai berikut : FILE *pf; Maksud dari pernyataan pf = fopen(“COBA.TXT”, “w”); adalah 

menciptakan dan mengaktifkan file bernama “COBA.TXT”



dengan mode yaitu “w” (mode penulisan ke file)



dan menempatkan pointer-ke-FILE ke variabel pointer pf Dengan instruksi di atas, seandainya file “COBA.TXT” sudah ada dalam disk, maka isi file tersebut akan menjadi hilang (data lama akan terhapus). pf

Informasi file COBA.TXT

pointer-ke-FILE struct FILE Gambar 11.2 Pointer-ke-FILE pf menunjuk ke file COBA.TXT Bentuk yang biasa dipakai untuk mengaktifkan file beserta pemeriksaan keberhasilannya adalah semacam berikut : if (pf = fopen(“COBA.TXT”, “w”) == NULL) { printf(“File tidak dapat diciptakan !\n”);

exit(1);

/* keluar dari program */

} Mula-mula pf diisi dengan keluaran dari fungsi fopen(). Seandainya nilainya adalah NULL (berarti operasi pengaktifan gagal), maka 

pada layar ditampilkan tulisan : File tidak dapat diciptakan !



program dihentikan (selesai).

11.12.2Menutup File Apabila suatu file sudah tidak diproses lagi, maka file tersebut perlu ditutup. Hal seperti ini sangat penting terutama jika melakukan pemrosesan file yang jumlahnya lebih dari satu. Alasannya di antaranya adalah karena adanya keterbatasan jumlah file yang dapat dibuka secara serentak. Untuk menutup file, fungsi yang digunakan adalah fclose(), dengan bentuk deklarasi sebagai berikut : int fclose(FILE *pf); dengan prototipe ada pada stdio.h. Pada waktu pemanggilan fungsi ini, pf haruslah berupa variabel pointer bertipe FILE yang digunakan dalam pengaktifan file. Fungsi fclose() menghasilkan keluaran berupa nol jika operasi penutupan berhasil dilakukan. Di samping fclose(), terdapat pula fungsi bernama fcloseall() yang digunakan untuk menutup semua file yang sedang terbuka. Bentuk deklarasinya : int fcloseall(void); Fungsi ini menghasilkan nilai EOF (EOF didefinisikan pada stdio.h, yaitu bernilai –1) jika terjadi kegagalan. Sedangkan bila berhasil, keluaran fungsi berupa jumlah file yang ditutup. 11.13 Operasi Penyimpanan dan Pembacaan File Per Karakter 11.3.1 Fungsi fputc() Sebuah karakter dapat disimpan dalam file dengan menggunakan fungsi fputc(). Bentuk deklarasi dari fungsi ini : int fputc(int kar, FILE *ptr_file); dengan ptr_file adalah pointer-ke-FILE yang berisi keluaran dari fopen(), dan kar berupa karakter yang akan disimpan dalam file. Sekalipun kar bertipe int (2 byte), sebenarnya hanya byte terendah dari kar yang akan disimpan ke dalam file. Byte tertinggi tak ikut disimpan. Seandainya operasi fputc() berjalan dengan sempurna, keluaran fungsi sama dengan nilai kar. Bila tak berhasil melaksanakan penyimpanan, keluaran fungsi berupa EOF (-1). Contoh program untuk menciptakan file dan digunakan untuk menyimpan sejumlah karakter : /* File program: fputc.c Menciptakan & mengisi file dgn data karakter dr keyboard */ #include <stdio.h> #include <stdlib.h> main()

{ FILE *pf; char kar;

/* Pointer-ke-FILE */

/* Ciptakan file */ if ((pf = fopen("COBA.TXT","w")) == NULL) { printf("file tak dapat diciptakan!\r\n"); exit(1); /* selesai */ } printf("Ketikkan apa saja, akhiri dengan ENTER.\n"); printf("Program akan membaca perkarakter"); printf(" dan menyimpannya dalam file COBA.TXT\n\n"); while((kar=getchar()) != '\n') /*baca kar dr keyboard*/ fputc(kar, pf); /*tulis ke file per karakter*/ fclose(pf);

/* tutup file */

} Contoh eksekusi : Ketikkan apa saja, akhiri dengan ENTER. Program akan membaca perkarakter dan menyimpannya dalam file COBA.TXT Mencoba menulis ke file COBA.TXT Program mula-mula menciptakan dan membuka file melalui pemanggilan fungsi fopen(), dengan mode file “w”. Kalau keluaran fungsi bernilai NULL, program dihentikan melalui exit( ). Kalau file COBA.TXT berhasil dibuka, maka pernyataan while((kar=getchar()) != ‘\n’) fputc(kar, pf); akan dijalankan, yang memungkinkan untuk memasukkan sejumlah karakter, sampai tombol ENTER ditekan (ENTER tidak ikut disimpan dalam file). Jika tombol ENTER ditekan, file akan ditutup dan eksekusi program selesai. Sedangkan file COBA.TXT yang dihasilkan oleh program di atas merupakan file teks, sehingga isinya bisa dilihat dengan menggunakan bantuan sebuah teks editor misalnya Notepad. 11.3.2 Fungsi fgetc() Untuk melihat isi file hasil program di atas, bisa juga melalui program dengan memakai fungsi fgetc(), yang digunakan untuk pembacaan per karakter dari isi file. Prototipe dari fungsi ini ada di stdio.h. Bentuk deklarasi fgetc() : int fgetc(FILE *ptr_file); Keluaran fungsi berupa nilai bertipe int dari sebuah karakter yang dibaca dari file. Jika akhir file ditemukan atau terjadi kegagalan membaca, keluaran fungsi berupa EOF. Program berikut digunakan untuk membaca isi file COBA.TXT dengan langkahlangkah sebagai berikut : 1. Buka file COBA.TXT dengan mode “r”

Jika tidak berhasil dibuka maka - beri keterangan pada layar bahwa file tak ada - selesai 2. Baca sebuah karakter dari file Jika karakter sama dengan EOF (tanda akhir file) maka ke langkah 4 3. Tampilkan karakter ke layar dan kembali ke langkah 2 4. Tutup file 5. Selesai

/* File program: fgetc.c contoh membaca isi file per karakter */ #include <stdio.h> #include <stdlib.h> main() { FILE *pf; char kar; if((pf=fopen("COBA.TXT","r")) == NULL ) { printf("file tak dapat dibuka !\r\n"); exit(1); } while((kar=fgetc(pf)) != EOF) putchar(kar);

/* buka file */ /* selesai */

/* baca kar dari file */ /* tampilkan ke layar*/

printf("\n"); fclose(pf);

/* tutup file */

} Contoh eksekusi : Mencoba menulis ke file COBA.TXT 11.4 File Biner dan File Teks Pada saat file dibuka, file bisa diperlakukan sebagai file biner atau file teks. File biner adalah file yang pola penyimpanan di dalam disk berbentuk biner, yaitu seperti bentuk pada memori RAM (komputer). Misalnya data bertipe int selalu akan menempati ruang 2 byte, berapapun harganya. Sedangkan file teks merupakan file yang pola penyimpanan datanya dalam bentuk karakter.

Bilangan bertipe int misalnya, bisa saja menempati ruang 1 byte, 2 byte atau lebih

bergantung kepada nilai dari bilangannya. Sebagai contoh, bilangan 54 akan disimpan dalam 2 byte (berupa karakter 5 dan 4), tetapi bilangan 123 akan disimpan dalam 3 byte. File seperti ini bisa

dilihat langsung dengan perintah TYPE melalui prompt DOS atau memakai editor teks (seperti Notepad). File teks biasanya dipakai untuk menyimpan data bertipe karakter atau string. Sedangkan file biner dipakai untuk menyimpan data bilangan atau data kompleks, seperti struktur (struct). Penambahan yang perlu dilakukan untuk menentukan mode teks atau mode biner berupa : 

t untuk mode teks



b untuk mode biner

Contoh : 

"rt"

Berarti mode file adalah teks dan file hendak dibaca



"rt+"

Berarti mode file adalah teks dan file bisa dibaca dan ditulisi. Bentuk penulisan yang lain (tetapi maknanya sama) : "r+t"



"rb"

Berarti mode file adalah biner dan file hendak dibaca.

Catatan : 

Jika pada mode file tidak terdapat karakter t atau b, mode file akan ditentukan oleh variabel global bernama _fmode (deklarasinya ada pada file fcntl.h). Jika _fmode tidak dilibatkan dalam program, maka mode file yang tak mengandung t atau b akan diperlakukan sebagai file teks (secara default).



Variabel _fmode bisa diisi dengan O_BINARY untuk menyatakan file biner, atau O_TEXT untuk menyatakan file teks. Contoh : _fmode = O_BINARY; pf = fopen("TEST1", "r"); Berarti bahwa "TEST1" adalah file biner dan hendak dibaca.



O_TEXT ataupun O_BINARY didefinisikan pada file fcntl.h

11.5 Operasi Penyimpanan dan Pembacaan File Per Int Untuk keperluan menyimpan atau membaca membaca file bertipe int, C menyediakan fungsi _putw() dan _getw(). Betuk deklarasinya : int _putw(int nilai, FILE *ptr_file); int _getw(FILE *ptr_file); Dengan prototipe ada pada stdio.h. Kegunaan masing-masing adalah : 

_getw() untuk membaca sebuah data bertipe int dari file



_putw() untuk menyimpan sebuah data (yang disimpan dalam variabel nilai) yang bertipe int ke file.

Contoh berikut merupakan program untuk menyimpan sejumlah data bertipe int ke dalam file bertipe biner bernama BILANGAN.DAT. Dalam hal ini, file BILANGAN.DAT akan diperlakukan sebagai file biner. /* File program: _putw.c contoh menyimpan data bertipe int menggunakan putw() */ #include <stdio.h> #include <stdlib.h> main( ) { FILE *pf; int nilai, sudah_benar; char jawab;

/* ptr-ke-FILE */

if((pf=fopen("BILANGAN.DAT", "wb")) == NULL ) /* ciptakan file*/ { printf("file gagal diciptakan!\n"); exit(1); } printf("MENYIMPAN DATA INTEGER KE FILE\n"); do { printf("\nBilangan yang akan disimpan: "); scanf("%d", &nilai); /* baca nilai dr keyboard */ _putw(nilai, pf); /* baca bilangan ke file */ printf("memasukkan data lagi (Y/T)? "); do { jawab = getchar(); /* baca jawaban dr keyboard */ sudah_benar = ((jawab == 'Y') || (jawab == 'y') || (jawab == 'T') || (jawab == 't')); } while(! sudah_benar); } while (jawab == 'y'|| jawab == 'Y'); printf("\nOke. Data sudah disimpan dalam file.\n"); fclose(pf); /* menutup file */ } Contoh eksekusi : Program untuk menyimpan data integer ke file Bilangan yang akan disimpan: 60 Memasukkan data lagi (Y/T)? y Bilangan yang akan disimpan: 998 Memasukkan data lagi (Y/T)? y Bilangan yang akan disimpan: -75 Memasukkan data lagi (Y/T)? t Oke. Data sudah disimpan dalam file.

Program yang digunakan untuk menampilkan isi file BILANGAN.DAT pada dasarnya sama dengan program fgetc.c yang menampilkan isi file teks COBA.TXT di atas. Hanya saja, untuk mendeteksi akhir dari file, diperlukan makro bernama feof(), yang memiliki bentuk deklarasi int feof(FILE *ptr_file); dengan prototipe dan definisinya ada pada file stdio.h Keluaran feof() berupa nilai nol (NULL) jika operasi pembacaan yang terakhir membaca tanda akhir file. Sebagai contohnya, perhatikan implementasi pada program di bawah ini. /* File program : _getw.c Contoh membaca isi file biner menggunakan getw() */ #include <stdio.h> #include <stdlib.h> main() { FILE *pf; /* ptr ke file */ int nilai, nomor = 0; /* Buka file biner untuk dibaca */ if((pf=fopen("BILANGAN.DAT","rb")) == NULL) { printf("File gagal dibuka.\n"); exit(1); } printf("Isi file BILANGAN.DAT : \n"); while(1) /* file berhasil dibuka */ { nilai = _getw(pf); /* Baca sebuah int dr file */ if (feof(pf) != 0) /*Jika akhir file, keluar loop*/ break; /* Tampilkan ke layar */ printf("%2d. %d \n", ++nomor, nilai); } fclose(pf);

/* Tutup file */

} Contoh eksekusi : Isi file BILANGAN.DAT : 1. 60 2. 998 3. –75 11.6 Operasi Penyimpanan dan Pembacaan File Per Blok Ada dua fungsi yang memungkinkan untuk menyimpan atau membaca data file dalam bentuk kesatuan blok (sejumlah byte), misalnya untuk menyimpan data bertipe float atau data bertipe struct. Kedua fungsi tersebut adalah fread() dan fwrite(), yang memiliki bentuk deklarasi sbb : int fread(void *buffer, int n, FILE *ptr_file); int fwrite(void *buffer, int jum_byte, int n, FILE *ptr_file);

dengan : 

buffer adalah -

pointer yang menunjuk ke daerah memori yang akan ditempati data dari file disk (untuk fread()), atau

-

pointer yang menunjuk ke daerah memori yang akan berisi data yang akan disimpan ke file disk (untuk fwrite()).



jum_byte menyatakan jumlah byte yang akan dibaca atau disimpan.



n menentukan banyaknya blok data berukuran jum_byte yang akan ditulis atau dibaca.



ptr_file berupa pointer-ke-FILE yang berisi nilai keluaran dari fopen(). Program berikut ini memberikan contoh penyimpanan data bertipe struktur ke dalam file disk

bernama DAFBUKU.DAT. /* File program : fwrite.c Menyimpan data bertipe struktur ke file memakai fwrite() */ #include <stdio.h> #include <stdlib.h> main() { FILE *f_struktur; char jawaban; int sudah_benar; struct { char judul[26]; char pengarang[20]; int jumlah; } buku;

/* variabel buku bertipe struktur */

/* Buka file */ if((f_struktur = fopen("DAFBUKU.DAT", "wb")) == NULL) { printf("File tidak dapat diciptakan !\n"); exit(1); } do { fflush(stdin); /* Hapus isi penampung keyboard */ printf("Judul buku : "); gets(buku.judul); printf("Nama pengarang : "); gets(buku.pengarang); printf("Jumlah buku : "); scanf("%d", &buku.jumlah); fflush(stdin); /* Hapus isi penampung keyboard */ /* Rekam sebuah data bertipe struktur */ fwrite(&buku, sizeof(buku), 1, f_struktur);

printf("\nMau merekam data lagi [Y/T] ?"); do { jawaban = getchar(); sudah_benar = ((jawaban == 'Y') || (jawaban == 'y')||(jawaban == 'T') || (jawaban == 't')); } while(!sudah_benar); printf("\n"); } while(jawaban == 'Y' || jawaban == 'y'); fclose(f_struktur); /* Tutup file */ } Contoh eksekusi : Judul buku : Relational Database Design Nama pengarang : Igor T. Hawryszkiewycz Jumlah :1 Mau merekam data lagi [Y/T] ? Y Judul buku : C Programming FAQs Nama pengarang : Steve Summit Jumlah :4 Mau merekam data lagi [Y/T] ? Y Judul buku : The C Programming Language Nama pengarang : Brian WK & Dennis MR Jumlah :2 Mau merekam data lagi [Y/T] ? T Pada program di atas, instruksi untuk menyimpan sebuah data bertipe struct ke file adalah fwrite(&buku, sizeof(buku), 1, f_struktur); yang menyatakan data sebanyak 1 x ukuran variabel struct buku (dalam satuan byte) dari lokasi buku (dinyatakan

dengan

&buku)

disimpan

dalam

file

f_struktur

(nama

filenya

adalah

DAFBUKU.DAT). Untuk membaca data yang ada pada file DAFBUKU.DAT, programnya adalah sbb : /* File program : fread.c Membaca data bertipe struktur ke file menggunakan fread() */ #include <stdio.h> #include <stdlib.h> main() { FILE *f_struktur; int i=1; struct { char judul[30]; char pengarang[30]; int jumlah; } buku;

/* variabel buku bertipe struktur */

/* Buka file */ if((f_struktur = fopen("DAFBUKU.DAT", "rb")) == NULL) { printf("File tidak dapat dibuka !\n"); exit(1); } printf("%2s. %-30s %-30s %s\n\n", "No", "Judul Buku", "Nama Pengarang", "Jumlah"); /* diulang selama masih ada record yg terbaca dlm file */ while(fread(&buku, sizeof(buku), 1, f_struktur) == 1) printf("%2d. %-30s %-30s %4d\n", i++, buku.judul, buku.pengarang, buku.jumlah); printf("\n"); fclose(f_struktur);

/* Tutup file */ } Contoh eksekusi : No Judul Buku Nama Pengarang 1. Relational Database Design Igor T. Hawryszkiewycz 2. C Programming FAQs Steve Summit 3. The C Programming Language Brian WK & Dennis MR 11.7 Menyimpan dan Membaca Data String pada File

Jumlah 1 4 2

Dua fungsi yang dipakai untuk membaca data string pada file yaitu fgets() dan fputs(). Bentuk deklarasinya : int fputs(char *str, FILE *ptr_file); char fgets(char *str, int n, FILE *ptr_file); dengan prototipe pada file stdio.h Kegunaannya : 

fputs() untuk menyimpan string str ke dalam file.



fgets() untuk membaca string dari file sampai ditemukannya karakter baris baru '\n' atau setelah (n-1) karakter, dengan n adalah panjang maksimal string yang dibaca per waktu-baca.

Keluaran fungsi : 

untuk fputs(): - Jika penyimpanan berhasil dilaksanakan, hasilnya berupa karakter yang terakhir ditulis ke file. - Jika gagal, hasilnya berupa EOF.



untuk fgets() : - Jika pembacaan berhasil dilaksanakan, hasilnya berupa pointer yang menunjuk string yang ditunjuk oleh str. - Jika gagal, hasilnya berupa NULL.

Catatan : 

Pada saat menyimpan string ke file, fputs() tidak menambahkan karakter baris-baru ('\n') dengan sendirinya, dan karakter null tidak ikut disimpan.



Pada saat pembacaan dengan fgets(), jika string yang dibaca mengandung karakter baris baru (CR/LF), hanya karakter LF yang akan disertakan pada string. Secara otomatis string akan diakhiri dengan karakter null



Baik fgets() maupun fputs() digunakan untuk file teks.

Perhatikan program-program di bawah ini : /* File program : fgets.c Membaca isi file teks */ #include <stdio.h> #include <stdlib.h> #define PANJANG 256 main() { FILE *f_teks; char string[PANJANG]; char namafile[65]; printf("PROGRAM UNTUK MELIHAT ISI FILE TEKS\n\n"); printf("Masukkan nama file : "); gets(namafile); printf("\nIsi file %s adalah sbb :\n", namafile); if((f_teks=fopen(namafile,"rt")) == NULL) { printf("File gagal dibuka\n"); exit(1); } while(fgets(string, sizeof string, f_teks)!= NULL); printf("%s\n\n", string); fclose(f_teks); } Contoh eksekusi : PROGRAM UNTUK MELIHAT ISI FILE TEKS Masukkan nama file : coba.txt Isi file %s adalah sbb : Mencoba menulis ke file COBA.TXT /* File program : fputs.c Membaca kemudian menyalin isi file teks */ #include <stdio.h> #include <stdlib.h> #include <string.h> #define PANJANG 256 main() {

FILE *pf_input, *pf_output; char string[PANJANG]; char namafile_inp[65], namafile_out[65]; printf("PROGRAM UNTUK MENYALIN ISI FILE TEKS\n\n"); printf("Masukkan nama file input : "); gets(namafile_inp); printf("Masukkan nama file output: "); gets(namafile_out); /* Buka file input */ if((pf_input=fopen(namafile_inp,"r+")) == NULL) { printf("File input gagal dibuka\n"); exit(1); } /* Buka file output */ if((pf_output=fopen(namafile_out,"w+")) == NULL) { printf("File output gagal dibuka\n"); exit(1); } /* menampilkan isi file input, merubahnya ke huruf besar & menyalinnya ke file output */ while(fgets(string, sizeof string, pf_input) != NULL) { printf("\nIsi file %s adalah :\n",namafile_inp); printf("%s\n", string); strupr(string); /* ubah menjadi huruf besar */ fputs(string, pf_output); /*menyalin ke file output*/ } fcloseall(); /* Buka file output */ if((pf_output=fopen(namafile_out,"r+")) == NULL) { printf("File output gagal dibuka\n"); exit(1); } /* tampilkan isi file output */ printf("\nIsi dari file %s adalah : \n",namafile_out); while(fgets(string, sizeof string, pf_output) != NULL) printf("%s\n\n",string); fclose(pf_output); } Contoh eksekusi : PROGRAM UNTUK MENYALIN ISI FILE TEKS Masukkan nama file input : coba.txt Masukkan nama file output: out.txt

Isi file coba.txt adalah : Mencoba menulis ke file COBA.TXT Isi file out.txt adalah : MENCOBA MENULIS KE FILE COBA.TXT 11.8 Mengakses File Biner secara Acak C juga menyediakan fasilitas yang memungkinkan pembacaan file secara random (acak). Dengan adanya fasilitas ini, seandainya diinginkan untuk membaca data yang berada di tengah file, tidaklah perlu untuk membaca record demi record dimulai dari awal file.

Oleh karenanya

pengaksesan suatu data dapat dilaksanakan dengan cepat. Untuk keperluan pengaksesan secara random, fungsi yang digunakan adalah fseek(). Bentuk deklarasinya : int fseek(FILE *ptr_file, long int offset, int posisi); dengan : 

ptr_file adalah pointer yang berasal dari keluaran fopen()



offset menyatakan jumlah byte terhadap posisi



posisi dapat diisi dengan salah satu nilai yang tertera pada tabel 11.1 Kegunaan fungsi fseek() yaitu untuk menempatkan penunjuk file ke suatu lokasi dalam file,

berdasarkan offset dan posisi. Tabel 11.1 Konstanta untuk menentukan posisi pada pengaksesan file secara acak

Konstanta

Nilai Lokasi file

SEEK_SET

0

Awal file

SEEK_CUR

1

Posisi penunjuk file saat ini

SEEK_END

2

Akhir file

Catatan : 

Konstanta simbolis SEEK_SET, SEEK_CUR dan SEEK_END didefinisikan pada file stdio.h



Prototipe fseek() ada pada stdio.h

Beberapa contoh : (1) fseek(pf, 3, SEEK_SET); Pernyataan seperti ini akan menempatkan penunjuk file ke posisi 3 byte sesudah awal file (SEEK_SET). 3 byte dari awal file file

awal file

posisi kini penunjuk file

posisi semula penunjuk

Gambar 11.3 Ilustrasi penggunaan SEEK_SET

(2) fseek(pf, 3, SEEK_END); Pernyataan seperti ini akan menempatkan penunjuk file ke posisi 3 byte sebelum akhir file (SEEK_END). posisi semula penunjuk file

3 byte dari akhir file

posisi kini penunjuk file akhir file Gambar 11.4 Ilustrasi penggunaan SEEK_END

(3) fseek(pf, 3, SEEK_CUR); Pernyataan seperti ini akan menempatkan penunjuk file ke posisi 3 byte sesudah posisi penunjuk file sedang berada saat ini. posisi semula penunjuk file

posisi kini penunjuk file

3 byte terhadap posisi semula

Gambar 11.5 Ilustrasi penggunaan SEEK_CUR /* File program : baca_acak.c Membaca isi file secara random */ #include <stdio.h> #include <stdlib.h> main() { struct { char judul[30]; char pengarang[30]; int jumlah; } buku; /* variabel buku bertipe struktur */ FILE *pf; char jawab; int i, no_record, sudah_benar; long int offset_byte; /* Buka file */ if((pf = fopen("DAFBUKU.DAT", "rb")) == NULL) { printf("File tidak dapat dibuka !\n");

exit(1); } do { i = 1; printf("Nomor record dr data yg mau ditampilkan : "); scanf("%d", &no_record); offset_byte = (no_record-1) * sizeof(buku); fseek(pf, offset_byte, SEEK_SET); if(fread(&buku, sizeof(buku), 1, pf) == 0) printf("Nomor record tdk dikenali!\n"); else { printf("\n%2s. %-30s %-30s %s\n\n", "No", "Judul Buku", "Nama Pengarang", "Jumlah"); printf("%2d. %-30s %-30s %4d\n", i++, buku.judul, buku.pengarang, buku.jumlah); } printf("\nMau mencoba lagi (Y/T)? "); do { jawab = getchar(); /*baca jawaban dr keyboard */ sudah_benar = ((jawab == 'Y') || (jawab == 'y') ||(jawab == 'T') || (jawab == 't')); } while(! sudah_benar); } while (jawab == 'y' || jawab == 'Y'); printf("\n"); fclose(pf);

/* Tutup file */ } Contoh eksekusi : Nomor record dr data yg mau ditampilkan : 1 No. Judul Buku 1. Relational Database Design

Nama Pengarang Igor T. Hawryszkiewycz

Jumlah 1

Mau mencoba lagi (Y/T)? Y Nomor record dari data yg mau ditampilkan : 3 No. Judul Buku Nama Pengarang 1. The C Programming Language Brian WK & Dennis MR

Jumlah 2

Mau mencoba lagi (Y/T)? Y Nomor record dari data yg mau ditampilkan : 7 Nomor record tidak dikenali! Mau mencoba lagi (Y/T)? T Mula-mula program menanyakan nomor record dari data yang ingin ditampilkan. Selanjutnya penunjuk file ditempatkan pada posisi data yang akan ditampilkan, melalui instruksi

offset_byte = (no_record-1) * sizeof(buku); fseek(pf, offset_byte, SEEK_SET); Langkah berikutnya, membaca data file dengan menggunakan fread().

Kalau keluaran fread()

bernilai 0, maka di layar akan dimunculkan pesan : "Nomor record tidak dikenali!" Kegunaan fseek() selain untuk membaca data secara random, juga memungkinkan untuk mengubah data secara acak, seperti pada program di bawah ini. /* File program : gantirec.c Mengganti isi suatu record secara random */ #include <stdio.h> #include <stdlib.h> #define SATU_RECORD 1 main() { struct { char judul[30]; char pengarang[30]; int jumlah; } buku; /* variabel buku bertipe struktur */ FILE *pf; /* pointer ke FILE */ char jawab; int no_record, sudah_benar, hasil_baca; long int offset_byte; /* Buka file yg berisi data buku */ if((pf = fopen("DAFBUKU.DAT", "rb+")) == NULL) { printf("File tidak dapat dibuka !\n"); exit(1); } /* Baca record secara random */ do { printf("Nomor record dari data yg mau diubah : "); scanf("%d", &no_record); /* atur penunjuk posisi-file ke record tsb */ offset_byte = (no_record-1) * sizeof(buku); fseek(pf, offset_byte, SEEK_SET); /*Baca record yg ditunjuk oleh penunjuk posisi_file*/ hasil_baca = fread(&buku, sizeof(buku), SATU_RECORD, pf); if(hasil_baca == 0) printf("Nomor record tdk dikenali!\n"); else

{ printf("\n%-30s %-30s %s\n\n","Judul Buku", "Nama Pengarang", "Jumlah"); printf("%-30s %-30s %4d\n\n", buku.judul, buku.pengarang, buku.jumlah); printf("Jumlah buku tsb kini = "); scanf("%d", &buku.jumlah); /*Atur penunjuk posisi-file ke posisi seblmnya */ fseek(pf, offset_byte, SEEK_SET); /* Rekam ulang */ fwrite(&buku, sizeof(buku), SATU_RECORD, pf); } printf("\nMau mengubah lagi (Y/T)? "); do { jawab = getchar(); /*baca jawaban dr keyboard */ sudah_benar = ((jawab == 'Y') || (jawab == 'y') ||(jawab == 'T') || (jawab == 't')); } while(! sudah_benar); } while (jawab == 'y' || jawab == 'Y'); printf("\n"); fclose(pf);

/* Tutup file */

} Contoh eksekusi : Nomor record dari data yg mau diubah : 2 Judul Buku Nama Pengarang Jumlah C Programming FAQs Steven Summit 4 Jumlah buku tsb kini = 5 Mau mengubah lagi (Y/T) ? T Proses penggantian data record dilakukan dengan mula-mula menempatkan penunjuk file pada posisi dari data yang akan diganti. Selanjutnya data dibaca (dengan fread()), dan akan ditampilkan di layar. Setelah data jumlah buku yang baru dimasukkan dari keyboard, penunjuk file ditempatkan kembali ke posisi tempat data yang dibaca tadi. Kemudian data baru (satu record) direkam ulang dengan fwrite(). 11.9 Menghapus File C menyediakan fungsi yang berguna untuk menghapus file yaitu remove(). deklarasinya : int remove (char *namafile); dengan namafile adalah pointer yang menunjuk ke nama file yang akan dihapus.

Bentuk

Fungsi ini menghasilkan keluaran berupa nilai nol bila operasi penghapusan file berhasil dilaksanakan. Kalu terjadi kegagalan, keluaran fungsi berupa selain nol. Prototipe dari fungsi ini ada pada stdio.h /* File program : hapusfile.c Contoh program untuk menghapus file */ #include <stdio.h> #include <stdlib.h> #define PJG 65 main() { int kode; char namafile[PJG]; printf("Nama file yang akan dihapus : "); gets(namafile); kode = remove(namafile); if(kode == 0) printf("File sudah dihapus\n"); else printf("Gagal dalam menghapus file\n"); } Contoh eksekusi : Nama file yang akan dihapus : bilangan.dat File sudah dihapus 11.10Mengganti Nama File Untuk mengganti nama file, fungsi yang digunakan yaitu rename(). Bentuk deklarasinya : int rename(char *namafilelama, char *namafilebaru); Jika operasi penggantian nama file lama menjadi nama file baru ini berhasil, maka keluaran fungsi berupa nol. Jika terjadi kegagalan, keluaran fungsi berupa selain nol. Prototipe dari fungsi ini ada pada file stdio.h /* File program : gantinama.c Contoh program untuk mengganti nama file */ #include <stdio.h> #include <stdlib.h> #define PJG 65 main() { int kode; char namafilelama[PJG], namafilebaru[PJG];

printf("Nama file yang akan diganti : "); gets(namafilelama); printf("Nama file yang baru : "); gets(namafilebaru); kode = rename(namafilelama, namafilebaru); if(kode == 0) printf("Nama file sudah diganti\n"); else printf("Gagal dalam mengganti nama\n"); } Contoh eksekusi : Nama file yang akan diganti : bilangan.dat Nama file yang baru : bilangan1.dat Nama file sudah diganti Kesimpulan : •

File merupakan organisasi dari sejumlah record. Masing-masing record dapat terdiri atas satu atau beberapa field dan setiap field terdiri atas satu atau beberapa byte.

Adapun byte

merupakan susunan dari 8 bit. •

Operasi pada file pada dasarnya meliputi tiga tahapan, yaitu : a. Membuka/mengaktifkan file b. Melaksanakan proses file c. Menutup file



Sebelum file dapat diakses (dibaca atau ditulisi), mula-mula file haruslah diaktifkan terlebih dahulu dengan menggunakan fungsi fopen().



Untuk menutup file, fungsi yang digunakan adalah fclose().



Sebuah karakter dapat disimpan dalam file dengan menggunakan fungsi fputc().



Untuk melihat isi file digunakan fungsi fgetc(), yang digunakan untuk pembacaan per karakter dari isi file.



File biner adalah file yang pola penyimpanan di dalam disk berbentuk biner, yaitu seperti bentuk pada memori RAM (komputer). Sedangkan file teks merupakan file yang pola penyimpanan datanya dalam bentuk karakter.



Untuk keperluan menyimpan atau membaca membaca file bertipe int, digunakan fungsi _putw() dan _getw().



Fungsi yang digunakan untuk menyimpan atau membaca data file dalam bentuk kesatuan blok (sejumlah byte), misalnya untuk menyimpan data bertipe float atau data bertipe struct adalah fread() dan fwrite().



Dua fungsi yang dipakai untuk membaca data string pada file yaitu fgets() dan fputs().



Untuk keperluan pengaksesan secara random, fungsi yang digunakan adalah fseek().



Fungsi yang berguna untuk menghapus file yaitu remove().



Untuk mengganti nama file, fungsi yang digunakan yaitu rename().

Latihan : Buatlah potongan program untuk soal-soal di bawah ini 1.

Deklarasikan sebuah variabel untuk menangani pemasukan data ke file (misalkan nama variabelnya = input_file) yang merupakan sebuah pointer ke sebuah FILE (pointer to a type FILE)

2.

Dengan menggunakan input_file, tuliskan pernyataan untuk membuka sebuah file (misalkan nama filenya = result.dat) dengan mode baca (read)

3.

Tuliskan pernyataan-pernyataan dalam program C untuk mengecek apakah input_file berhasil membuka file result.dat dengan sukses. Jika tidak, tampilkan pesan kesalahannya dan keluar dari program (exit)

4.

Tuliskan potongan program dalam bahasa C untuk membaca satu baris karakter (yang diakhiri dengan \n) dari input_file ke dalam array of character (misalkan nama array-nya = buffer). Array buffer diakhiri dengan NULL setelah mencapai akhir baris (membaca karakter \n). Terlebih dahulu deklarasikan semua variabel yang dipakai.

5.

Tuliskan pernyataan untuk menutup file (result.dat) yang terasosiasi dengan input_ file.

Related Documents

Pemograman Bahasa C
May 2020 5
Bahasa C
May 2020 3
Pemograman Web.docx
December 2019 20
Modul Pemograman
June 2020 22