Pemicu 2 Tanganku Memerah Tania Vandarina 405160001
Learning Issues 1. MM Mandala of Health 2. MM Dokter Keluarga (Definisi, Fungsi, Prinsip Kerja) 3. MM Genogram (Riwayat Penyakit) 4. MM Diagnosis Holistik 5. MM Keselamatan Kerja - Definisi - Faktor Penyebab PAK (Fisik, Biologi, Kimia, Psikologis, Ergonomis/Fisiologi) - Langkah - Langkah Diagnosis Okupasi - Pengendalian (Administrasi, Teknis, APD)
1. MM Mandala of Health
Blum - Model of Health
http://glocalhealthconsultants.com/a-brief-overview-ofhealthy-cities-evidence/
2. MM Dokter Keluarga (Definisi, Fungsi, Prinsip Kerja)
Definisi Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya (Ikatan Dokter Indonesia, 1982). Ilmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan faktor - faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya (PB IDI, 1983).
Prinsip Pelayanan Kedokteran Keluarga adalah memberikan / mewujudkan : 1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif 2. Pelayanan yang kontinu 3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan 4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif 5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya 6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggalnya 7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum 8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan 9. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu Prinsip – prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran WHO dan WONCA yang mencantumkan prinsip – prinsip ini dalam banyak terbitannya.
Karakteristik Pelayanan Dokter Keluarga Menurut Ikatan Dokter Indonesia (1982) a. Melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang, melainkan sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat sekitarnya. b. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang disampaikan. c. Mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkanderajat kesehatan seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobati penyakit sedini mungkin. d. Mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik - baiknya. e. Menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.
Fungsi Dokter Keluarga Dokter keluarga memiliki 5 fungsi yang dimiliki, yaitu (Azrul Azwar, dkk. 2004) : a. Care Provider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan) c. Decision Maker (Pembuat Keputusan) c. Community Leader d. Communicator (Penghubung atau Penyampai Pesan) e. Manager
PERBEDAAN DOKTER PRAKTEK UMUM DAN DOKTER KELUARGA DOKTER PRAKTEK UMUM
DOKTER KELUARGA
Cakupan Pelayanan
Terbatas
Lebih Luas
Sifat Pelayanan
Sesuai Keluhan
Menyeluruh, Paripurna, bukan sekedar yang dikeluhkan
Cara Pelayanan
Kasus per kasus dengan pengamatan sesaat
Kasus per kasus dengan berkesinambungan sepanjang hayat
Jenis Pelayanan
Lebih kuratif hanya untuk penyakit tertentu
Lebih kearah pencegahan, tanpa mengabaikan pengobatan dan rehabilitasi
Peran keluarga
Kurang dipertimbangkan
Lebih diperhatikan dan dilibatkan
Promotif & Preventif
Tidak jadi perhatian
Jadi perhatian utama
Hubungan dokterpasien
Dokter – pasien
Dokter – pasien – teman sejawat dan konsultan
Awal pelayanan
Secara individual
Secara individual sebagai bagian dari keluarga komunitas dan lingkungan (Qomariah, 2000)
3. MM Genogram (Riwayat Penyakit)
Genogram adalah peta atau riwayat keluarga yang menggunakan simbol-simbol khusus untuk menjelaskan hubungan, peristiwa penting, dan dinamika keluarga dalam beberapa generasi. Genogram memuat informasi tentang : a. Struktur keluarga/pohon keluarga b. Penyakit – penyakit pada anggota keluarga c. Kejadian dan tanggal penting dalam keluarga d. Hubungan antarkeluarga
https://en.wikipedia.org/wiki/Genogram
4. MM Diagnosis Holistik Merupakan Salah satu standar dalam praktik pelayanan kedokteran keluarga Melihat individu sebagai bagian dari komunitasnya (keluarga, tempat kerja, masyarakat, budaya, negara) Memahami bahwa pasien merupakan seorang makhluk yang utuh yang terdiri dari fisik, psikis dan jiwa (body, mind and spirit). Lima Aspek Dalam Diagnosis Holistik : 1. Aspek Personal
2.
Aspek Klinis
3.
Aspek Internal
4.
Aspek Eksternal (masalah psikososial dan keluarga)
5.
Aspek Status Fungsional (fungsi sosial pasien)
1. Aspek Personal : Alasan kedatangan, keluhan utama, persepsi, harapan, kekhawatiran. 2. Aspek Klinis : • Diagnosis klinis biologis, psikologis, intelektual, nutrisi, sertakan derajat keparahan . • Bila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup dengan diagnosis kerja/ diagnosis banding 3. Aspek Internal : Genetik, perilaku, gaya hidup (life style), kebiasaan, perilaku pengobatan.
4. Aspek Eksternal : pekerjaan, keluarga, lingkungan kerja, lingkungan rumah, ekonomi. 5. Aspek Status Fungsional : bagaimana kondisi penderita dalam fungsi sosial kesehariannya. 1 = Terbaring dan tidak dapat melakukan apa - apa 2 = Tidak mampu keluar rumah 3 = Terbatas dalam melakukan kegiatan sehari – hari. 4 = Ada sedikit hambatan dalam melakukan tugas sehari – hari 5 = Mampu melaksanakan tugas sehari – hari tanpa hambatan
5. MM Keselamatan Kerja Definisi • Kesehatan Kerja : bidang studi yang secara khusus meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja melalui berbagai upaya peningkatan kesehatan, pencegahan gangguan kesehatan atau penyakit yang mungkin dialami oleh tenaga kerja akibat pekerjaan/tempat kerja. • Keselamatan Kerja : merupakan ilmu dan penerapannya berkaitan dengan mesin, alat, bahan dan proses kerja guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan seluruh aset produksi agar terhindar dari kecelakaan kerja atau kerugian lainnya. Agar seorang tenaga kerj terjamin kesehatan dan produktivitas kerjanya optimal, maka diperlukan keseimbangn antara unsur – unsur, sbb : - Beban kerja - Beban tambahan (dari pekerjaan dan lingkungan) - Kapasitas kerja
Kecelakaan Kerja : kecelakaan yg terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. (Pasal 1, UU No.3/1992 tentang Jamsostek). Penyebab PAK 1. Faktor Fisis 2. Faktor Kimiawi 3. Faktor Biologis 4. Faktor MentalPsikologis 5. Faktor Fisiologis/Ergonomis
1. Faktor Fisis - Suara : dapat mengakibatkan tuli akibat kerja. - Radiasi : Radiasi sinar rontgen/radioaktif → penyakit susunan darah dan kelainan kulit. Radiasi inframerah → katarak, sinar UV → conjunctivitis photoelectrica. - Suhu : terlalu tinggi → heat stroke, heat cramps, terlalu rendah → frostbite. - Tekanan Udara : tek.udara tinggi dpt menyebabkan caisson disease. - Penerangan : Penerangan yg buruk dapat mengakibatkan kelainan pada indera penglihatan atau kesilauan memudahkan terjadinya kecelakaan. 2. Faktor Kimiawi - Debu : menyebabkan pnemokoniosis, di antaranya silikosis, asbestosis, dll. - Uap : metal fume fever, dermatosis, keracunan zat toksis uap formaldehida. - Gas : keracunan gas CO, H2S, dll. - Larutan : iritasi pd kulit - Awan/ kabut : racun serangga, racun jamur → keracunan
3. Faktor Biologis : bakteri, virus, jamur, racun hewan, parasit, vektor 4. Faktor Mental – Psikologis : beban kerja terlalu berat, hubungan antarpekerja tidak harmonis, pekerjaan yang terlalu monoton. Penyakit : depresi, penyakit psikosomatis. 5. Faktor Fisiologis/Ergonomis : kesalahan konstruksi mesin atau design tempat kerja yang kurang ergonomis, sikap badan yang tidak benar dalam melakukan pekerjaan, cara kerja yang tidak sesuai. Menimbulkan kelelahan fisik dan gangguan kesehatan bahkan perubahan fisik atau kecacatan pd tubuh pekerja.
Langkah - Langkah Diagnosis Okupasi 1. Menentukan Diagnosis Klinis 2. Menentukan Pajanan 3. 4. 5. 6. 7.
Menentukan Hubungan Antara Pajanan Dengan Penyakit Menentukan Besarnya Pajanan Menentukan Faktor Peranan Individu Menentukan Faktor Lain Diluar Pekerjaan Menentukan Diagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK)
http://prodiaohi.co.id/diagnosis-penyakit-akibat-kerja
1. Menentukan diagnosis klinis • Anamnesis (keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit saat ini, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit dahulu. Suatu anamnesis dapat dilakukan secara autoanamnesis (langsung pada pasien) atau pada keluarga, teman kerja dll (alloanamnesis). • Pemeriksaan fisik, dilakukan untuk menentukan kelainan suatu sistem atau organ tubuh dengan menggunakan 4 cara yaitu inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (mengetuk) dan auskultasi ( mendengar menggunakan alat stetoskop). Pemeriksaan fisik khusus juga dilakukan pemeriksaan tanda vital seperti nadi, pernafasan, tekanan darah, suhu tubuh, status gizi dan tingkat kesadaran. • Pemeriksaan penunjang : memperkuat diagnosis dari pemeriksaan fisik. Berupa : pemeriksaan laboratorium (darah, urin, feses dll) spirometri, audiometri, rontgen, USG, EKG dll. Bila perlu melibatkan dokter spesialis. D/ Okupasi belum dapat ditegakkan bila D/ klinis belum ditegakkan.
2. Menentukan Pajanan • Pajanan saat ini dan pajanan sebelumnya • Beberapa pajanan -> 1 penyakit atau sebailknya • Lakukan anamnesis (lebih bernilai bila ditunjang data obyektif, cth : MSDS/Material Safety Data Sheet): * deskripsi pekerjaan secara kronologis * periode waktu kerja masing-masing * apa yang diproduksi * bahan yang digunakan * cara bekerja 3. Menentukan hubungan antara pajanan dengan penyakit Evidence based dan ditunjang dengan bukti yang ada. Belum ada bukti → D/ okupasi tidak dapat ditegakkan.
4. Menentukan Besarnya Pajanan : mengerti patofisiologis dan ada bukti epidemiologis Kuantitatif → melihat data pengukuran pajanan terhadap lingkungan kerja dan masa kerja Kualitatif → mengamati atau anamnesis tentang : cara kerja, proses kerja, lingkungan kerja, masa kerja 5. Menentukan Faktor Peranan Individu Riwayat alergi, riwayat penyakit tertentu dalam keluarga, higiene perorangan. Perlu diperhatikan seberapa besar → yg terkena hanya individu tertentu (bukan semua). 6. Menentukan Faktor Lain Diluar Pekerjaan Faktor lain yang dimaksud adakah pajanan selain di tempat kerja, faktor gaya hidup yang dapat menunjang terjadinya penyakit dll. 7. Menentukan Diagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK) Hubungan PAK dengan pekerjaan/proses kerja/lingkungan kerja.
Tujuan dan Manfaat Diagnosis Okupasi • Tujuan: 1. Dasar terapi 2. Membatasi kecacatan & mencegah kematian 3. Melindungi pekerja lain 4. Memenuhi hak pekerja • Manfaat : 1. Pengendalian pajanan 2. Identifikasi pajanan baru secara dini 3. Asuhan medis dan upaya rehabilitasi pekerja yang sakit dan/atau cedera 4. Pencegahan terulang/makin berat kejadian penyakit/kecelakaan 5. Perlindungan pekerja lain 6. Pemenuhan hak kompensasi pekerja 7. Identifikasi ada hub baru pajanan vs penyakit https://hiperkes.wordpress.com/2008/04/04/langkah-diagnosispenyakit-akibat-kerja/
Pengendalian Bahaya Kerja Pengendalian Administratif : pengandalian dari sisi orang yang akan melakukan pekerjaan Seleksi karyawan, adanya standar operasi baku (SOP), pelatihan, pengawasan, modifikasi prilaku, jadwal kerja, rotasi kerja, pemeliharaan, manajemen perubahan, jadwal istirahat, investigasi atau pemeriksaan kesehatan. Pengendalian Teknis : terhadap sumber bahaya atau lingkungan , seperti: 1. Subtitusi yaitu menggantikan bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang kurang atau tidak berbahaya sama sekali. 2. Isolasi,yaitu memisahkan suatu sumber bahaya dengan pekerja , misalnya pengadaan ruang panel,larangan memasuki tempat kerja bagi yang tidak berkepentingan,menutup unit operasi yang berbahaya. 3. Cara basah,dimaksudkan untuk menekan jumlah partikel yang mengotori udara karena partikel debu mengalami berat. 4. Merubah proses,misalnya pada proses kering dirubah menjadi proses basah untuk menghindari debu. 5. Ventilasi keluar setempat ( lokal exhaust ventilation ), yaitu suatu cara yang dapat menghisap bahan-bahan berbahaya sebelum bahan berbahaya tersebut masuk keudara ruang kerja. http://minalinzhar.blogspot.co.id/2014/09/pengendalian-bahaya6. Minimalisasi di-tempat-kerja.html
Contoh pengendalian teknis : penutup mesin/machine guard, circuit breaker, interlock system, start-up alarm, ventilation system, sensor, sound enclosure. Sistem peringatan/warning system : pengendalian bahaya yang dilakukan dengan memberikan peringatan, instruksi, tanda, label yang akan membuat orang waspada akan adanya bahaya dilokasi tersebut. (alarm system, detektor asap, tanda peringatan) Alat Pelindung Diri : dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik (bukan pengganti). APD harus memenuhi persyaratan : 1. Enak/ nyaman dipakai 2. Tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan 3. Memberi perlindungan efektif terhadap berbagai macam bahaya yang dihadapi.
Contoh APD (menurut bagian tubuh yang dilindungi) : 1. Kepala : Pengikat rambut, penutup rambut, safety helmet, topi/tudung/tutup kepala. 2. Mata : protective goggles 3. Muka : face shields 4. Tangan dan jari : sarung tangan 5. Kaki : safety shoes 6. Alat pernapasan : masker 7. Telinga : sumbat telinga, tutup telinga 8. Tubuh : apron, pakaian kerja menurut keperluan/ketentuan tempat kerja 9. Lainnya : sabuk pengaman
Daftar Pustaka