Pemfis Ginjal Fix Tidak Ya.docx

  • Uploaded by: febrin nocitavera
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pemfis Ginjal Fix Tidak Ya.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,969
  • Pages: 11
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. (Dewi Sartika, 2010) Teknik Pemeriksaan fisik, antara lain Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya menggunakan alat khusus seperti optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997). Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997). Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan dan jarijari, untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan (Dewi Sartika,2010). Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di bawahnya (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997). Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-macam organ dan jaringan tubuh.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997). Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop.

1

1.2 Rumusan Masalah 1) Jelaskan yang dimaksud dengan pemeriksaan fisik! 2) Jelaskan macam-macam pemeriksaan fisik! 3) Pemeriksaan apa saja yang ada di batu ginjal?

1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan fisik 2. Untuk mengetahui penyakit batu ginjal 3. Untuk mengetahui cara pemeriksaan fisik dengan penyakit BPH

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan Fisik Struktur dan fungsi sistem ginjal dikaji dengan pemeriksaan kulit,abdomen, ginjal, kandung kemih, dan meatus urinarius. Pengkajian fisik system ginjal dapat dilakukan sebagai bagian dari pengkajian kesehatan total, sebagai bagian dari pengkajian abdomen, atau sebagai bagian dari pemeriksaan punggung (untuk ginjal). Teknik yang digunakan yaitu, inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Auskultasi segera setelah inspeksi karena perkusi atau palpasi dapat meningkatkan motilitas usus dan mengganggu transmisi suara selama auskultasi. Sebelum memulai pengkajian, minta pasien untuk mengambil specimen urine clean-catch (jika diinstruksikan) dan berikan pasien sebuah gelas specimen. Kaji warna, bau, dan kejernihan specimen sebelum anda kirim ke laboratorium. Pada permulaan pengkajian, pasien dapat duduk atau berbaring telentang. Sebelum pemeriksaan, kumpulkan semua peralatan yang dibutuhkan dan jelaskan teknik kepada pasien untuk mengurangi ansietas. Karena pemeriksaan melibatkan pembukaan area genital, berikan pasien selimut atau kain dan tutupi pasien dengan layak dan minimalkan area yang terbuka.

2.2 Jenis Pemeriksaan Fisik 

Perkusi ginjal Membantu mengkaji nyeri atau nyeri tekan. Bantu pasien untuk duduk dan anda berdiri di belakang pasien. Untuk perkusi tidak langsung, letakkan telapak tangan non dominan di atas sudut kontosvetebral, kepal tangan dominan, pukul area ini dengan permukaan ulnar. Untuk perkusi langsung, juga pukul area di atas sudut kostovetebra dengan permukaan ulnar kepalan tangan dominan. Ulangi teknik tersebut untuk ginjal satunya. Anda harus melakukan perkusi ginjal dengan tenaga secukupnya sehingga pasien merasakan pukulan ringan. Perkusi biasanya dilakukan di akhir pengkajian.

3



Palpasi ginjal Teknik ini sebaiknya dilakukan oleh praktisi lanjut, karena melibatkan palpasi dalam. Selain itu, ginjal sulit untuk dipalpasi. Bantu pasien pada posisi supine dan anda berdiri di samping kanan pasien.

Untuk memalpasi ginjal kiri, jangkau sisi pasien yang berlawanan dan letakkan tangan kiri anda di bawah panggul kiri pasien dengan telapak tangan menghadap ke atas. Naikkan panggul kiri pasien, geser ginjal ke arah atas. Minta pasien untuk menarik nafas dalam dan gunakan permukaan telapak tangan kanan anda untuk mempalpasi ginjal. Ulangi teknik tersebut untuk ginjal kanan.

2.3 BPH (Benigna Prostat Hypertrophy) Hipertrofi Prostat Benigna (HPB) merupakan penyakit laki-laki uasia lanjut. Pada usia 30 tahun prostat memiliki ukuran sebesar buah kenari (20cm³), ukurannya akan meningkat secara gradual sesuai peningkatan umur, dan cenderung menjadi HPB setelah umur lebih dari 60 tahun. Istilah hyperplasia sebenarnya lebih tepat dari hipertrofi karena pembesaran prostat merupakan akibat adanya pertumbuhan atau penambahan jumlah sel epitel dan sel stroma prostat.

Teknik/Temuan Normal  Pengkajian ginjal Auskultasi arteri renalis dengan meletakkan bell stetoskop secara lembut area arteri renalis, yang terletak di abdomen kuadran atas kiri dan kanan. Bunyi bruit terdengar pada arteri renalis merupakan tanda yang abnormal.

4

Perkusi ginjal apakah ada rasa nyeri tekan atau nyeri. Normalnya tidak ada nyeri tekan atau nyeri yang ditemukan. Palpasi ginjal bagian bawah ginjal kanan dapat di palpasi dalam; bagian lain ginjal kanan dan kiri normalnya tidak dapat di palpasi. Jika dapat di palpasi, seharusnya tidak ada nyeri tekan, secara bilateral ukuran dan densitasnya sama, dan tidak ada massa yang terpalpasi.  Pengkajian kandung kemih Perkusi kandung kemih untuk mengetahui bunyi dan posisinya. Kandung kemih harus terletak di garis tengah tanpa ada bunyi (dullness).

Temuan Abnormal  Bruit sistolik (suara “berdesir”) dapat mengindikasikan stenosis arteri renalis.  Nyeri

tekan

dan

nyeri

perkusi

di

sudut

kostovetebral

menunjukkan

glomerulonefritis atau glomerulonefrosis.  Massa atau benjolan dapat mengindikasikan tumor atau kista  Nyeri tekan atau nyeri pada palpasi dapat mengindikasikan proses inflamasi.  Ginjal lunak yang teraba seperti spons dapat mengindikasikan penyakit ginjal kronik  Pembesaran ginjal bilateral dapat mengindikasikan penyakit ginjal polikista.  Ukuran ginjal yang tidak sama dapat mengindikasikan hidronefrosis.  Bunyi dullness pada perkusi pada kandung kemih pada pasien yang baru saja berkemih dapat mengindikasikan retensi urine. Distensi kandung kemih dapat dipalpasi di beberapa titik dari simfisis pubis hingga umbilicus dan teraba seperti organ bundar yang keras.distensi kandung kemih mengindikasikan retensi urine.

Temuan Pemeriksaan Fisik -

Masa media yang tampak diatas simfisis pubis dari kadung kemih yang terdistensi.

-

Pembesaran prostat pada pemeriksaan rektal diginjal

5

2.4 Batu ginjal Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine, dan jika disertai infeksi didapatkan demam/ menggigil. Batu yang berada di utera anterior sering kali dapat diraba oleh pasien berupa benjolan keras di uretra pars bulbosa maupun pendularis, atau kadang-kadang tampak di metus uretra eksterna.

Teknik/temuan normal  Pengkajian Kulit Inspeksi kulit dan membrane mukosa, catat warna, turgor, dan ekskresi. Warna kulit dan membran mukosa harus sama dan sesuai dengan usia dan ras pasien; kulit harus kering tanpa ada ekskresi.  Pengkajian Abdomen Inspeksi abdomen, catat ukuran, simetrisitas, massa atau benjolan, pembengkakkan, distensi, mengilat atau kulit mengencang. Abdomen harus agak cekung, simetris, dan tidak ada distensi atau massa.  Pengkajian Meatus Urinarius Teknik ini bukan bagian dari pengkajian rutin, tetapi merupakan komponen penting pada pasien yang mengalami masalah kesehatan system ginjal. Untuk pasien pria: Pasien pada posisi duduk atau berdiri, tekan ujung glans penis menggunakan tangan bersarung tangan untuk membuka meatus urinarius. Untuk pasien wanita: pasien pada posisi litotomi dorsal, renggangkan labia menggunakan tangan bersarung tangan untuk membuka meatus urinarius. Meatus urinarius harus berada di garis tengah dan bebas dari kemerahan, lesi, atau rabas. Teknik/Temuan Abnormal  Kulit dan membrane mukosa pucat mengindikasikan penyakit ginjal yang menyebabkan anemia.  Penurunan turgor kulit dapat mengindikasikan dehidrasi.

6

 Edema (umum atau di ekstremitas bawah) mengindikasikan kelebihan volume cairan (perubahan turgor kulit dapat mengindikasikan insulfisiensi ginjal disertai kehilangan cairan atau retensi berlebihan).  Akumulasi Kristal asam urat (batu uremik) dapat dijumpai di kulit pasien pada gagal ginjal stadium lanjut.  Pembesaran atau asimetris mengindikasikan hernia atau massa superficial.  Jika kandung kemih distensi, distensi tersebut naik hingga di atas simfisis pubis dan tampak seperti massa bundar.  Distensi, mengilat, atau kulit mengencang dapat mengindikasikan retensi urine.  Ascites adalah akumulasi cairan dalam rongga peritoneum.  Pengingkatan kemerahan, pembengkakkan, atau rabas dari meatus urinarius dapat mengindikasikan infeksi atau infeksi menular seksual.  Ulserasi di meatus urinarius dapat mengindikasikan infeksi menular seksual.  Hipospadia adalah pergeseran meatus urinarius permukaan ventral penis. Epispadia adalah pergeseran meatus urinarius ke permukaan dorsal penis

Temuan Pemeriksaan Fisik -

Oliguria atau anuria, bergantung pada fase gagal ginjal

-

Trakikardia

-

Crackle bibasilar

-

Iritabilitas, mengantuk atau konfusi

-

Perubahan tingkat kesadaran

-

Abnormalitas prdarahan

-

Kulit kering dan pruritus

-

Memberan mukosa kering

-

Bau nafas uremik

2.5 CKD (Chronic Kidney Disease) Status mental, tanda-tanda vital termasuk suhu, bunyi jantung dan paru, dan nadi perifer, haluaran urine (jika ada), berat badan, warna, kelembaban, kondisi kulit, adanya edema (periorobital atau tungkai), bising usus, adanya dan letak fistula, pirau, atau tandur AV, atau kateter peritoneum.

7



Kesadaran Rasional: akumulasi sampah ureum dalam darah dapat menyebabkan gangguan neurologis, seperti penurunan kesadaran, tidak dapat berkonsentrasi, dan kejang (Smeltzer & Bare, 2004). Selain itu, dapat terjadi neuropati perifer, burning feet, restless leg syndrome, paraplegia, pelupa, rentang perhatian menyempit, koma, nistagmus, disartia, dan depresi SSP (Black & Hawks, 2005).



Kepala Rasional: penumpukkan kadar ureum dalam darah dapat menyebabkan rambut tipis dan rapuh dan mudah rontok (Black & Hawks, 2005). Konjungtiva pucat merupakan salah satu indikasi anemia tersebab oleh penurunan hormon eritropoetin yang mengakibatkan penurunan produksi sel darah merah dan sering kali di ikuti kelemahan, keletihan, intoleran dingin (Smeltzer & Bare, 2004)



Leher Rasional: overload cairan dan gagal jantung dapat menimbulkan peningkatan tekanan vena jugularis. Kelenjar getah bening yang membesar dapat mengindikasikan terjadinya infeksi di area kepala dan leher (Smeltzer & Bare, 2004).



Dada Rasional: Manifestasi CKD pada system pernapasan, yang timbul akibat overload cairan dan penumpukan sampah ureum dalam darah, dapat berupa edema paru, pleuritis, uremik, lung atau pneumonitis, dan asidosis metabolic yang menyebabkan peningkatan kecepatan dan kedalaman pernapasan (Black & Hawks, 2005).



Abdomen Rasional: Anemia, mual dan muntah, sering terjadi pada klien yang mengalami uremia akumulasi gastrin menjadi penyebab utama penyakit ulkus. Gastritis, colitis, perdarahan saluran cerna, dan diare dapat timbul (Black & Hawks, 2005).



Integumen Rasional: kulit menjadi kering tersebab oleh artrofi kelenjar keringat, pruritus tersebab oleh hyperparatyroidisme sekunder dan deposit kalsium dalam kulit.

8

Pruritus dapat menyebabkan ekskoriasi kulit. Perdarahan pada kulit, dapat tersebab oleh peningkatan lemak, petekie, dan purpura. 

Ekstremitas Rasional: Overload cairan pada klien CKD menyebabkan edema perifer, edema paru, dan hipertensi. Syndrome uremik juga menyebabkan ekstremitas, kram otot dan lebih lanjut dapat menyebabkan neuropati motorik (Ignatavicius & Workman, 2006).



Eliminasi Urine Rasional: jumlah dan komposisi urine berubah seiring penurunan fungsi ginjal. Klien biasanya oliguria. Volume urine biasanya berubah lagi setelah klien menjalani hemodialis (Ignatavicius & Workman, 2006).



Kondisi Psikologis Rasional: Perubahan psikologis terjadi akibat gangguan fisiologis dan pengalaman mendapat penyakit kronik yang mengancam jiwa. Masalah psikososial yang dipengaruhi oleh CKD meliputi hubungan dengan keluarga, aktivitas social, citra tubuh, pilihan pengobatan, seperti hemodialisis, dan perubahan kehidupan seksual (Black & Hawks, 2005)

Temuan Pemeriksaan Fisik - Penurunan haluaran urine - Hipotensi atau hipertensi - Perubahan tingkat kesadaran - Edema perifer - Aritmia jantung - Crackle bibasilar - Gesekan pluritik - Ulserasi dan perdarahan gusi - Fetor uremik - Nyeri abdomn saat dipalpasi - Turgor kulit buruk

9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan: Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. (Dewi Sartika, 2010). Pemeriksaan fisik terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Struktur dan fungsi sistem ginjal dikaji dengan pemeriksaan kulit,abdomen, ginjal, kandung kemih, dan meatus urinarius. Pengkajian fisik system ginjal dapat dilakukan sebagai bagian dari pengkajian kesehatan total, sebagai bagian dari pengkajian abdomen, atau sebagai bagian dari pemeriksaan punggung (untuk ginjal). Teknik yang digunakan yaitu, inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Auskultasi segera setelah inspeksi karena perkusi atau palpasi dapat meningkatkan motilitas usus dan mengganggu transmisi suara selama auskultasi

3.2 Saran Semoga makalah ini berguna untuk pembaca. Mohon maaf apabila ada kekurangan dalam isi makalah kami. Dan dapat diaplikasikan dengan baik untuk membantu lebih mengerti mengenai pemeriksaan fisik.

10

Daftar Pustaka

Baradero, Mary. 2009. Klien Gangguan Ginjal: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC Bayhakki. 2013. Klien Gagal Ginjal Kronik: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC Purnomo, Basuki B. 2014. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: CV Sagung Seto Setiati, Siti, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Ed. 6. Jakarta: InternaPublishing

11

Related Documents

Pemfis Borang.docx
December 2019 33
Ginjal
May 2020 19
Ginjal
May 2020 33
Ginjal
June 2020 31
Pemfis Ppok
November 2019 25

More Documents from ""