Pemeriksaan Sensorik.docx

  • Uploaded by: Yosi Meichi Sianturi
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pemeriksaan Sensorik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,193
  • Pages: 7
PEMERIKSAAN SENSORIK Pengkajian Kaji adanya keluhan mengenai sensibilitas (intensitasnya apakah timbul pada waktu-waktu tertentu, faktor-faktor yang mencetuskan kelainan ini, lokasi) Persiapan Alat 1. Pemeriksaan raba-raba   

Kapas yang digulung memanjang Kertas Kain

2. Pemeriksaan rasa Suhu   

Dua tube berisi air hangat dan air Dingin Dingin : 10-200C. Panas : 40-500C.

3. Pemeriksaan Rasa Nyeri       

Jarum Steril Peniti Ujung Jarum Pada Hammer reflek. Api (*) Hawa Dingin (*) Larutan Kimia (*) (*) Tidak Dianjurkan karena berbahaya.

4. Pemeriksaan rasa gerak dan sikap (Kinetik)  

Hammer reflek Garpu tala frekuensi 128 Hz.

PERSIAPAN PASIEN     

Pasien harus sadar, cukup inteligen dan cukup kooperatif Perlu diterangkan kepada pasien maksud, cara dan respon yang diharapkan pada pemeriksaan. Pasien bisa dalam posisi duduk atau berbaring yang nyaman. Pasien dalam Posisi duduk saat dilakukan Pengkajian syaraf Pengkajian fungsi Sensorik, motorik dan reflek membutuhkan pasien dalam berbagai posisi. Lakukan seluruh pengujian sensori dalam mata pasien tertutup, meliputi pengkajian pada tangan, lengan bawah abdomen, kaki dan tungkai bawah.



Berikan rangsangan dalam suatu urutan acak, minta pasien untuk mengkomunikasikan kepada pemeriksa kapan dan dimana masing-masing rangsangan terasa.

PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Pemeriksaan Sensasi Superfisial/eksteroseptif. a. Pemeriksaan raba-raba 

 

 

Minta pasien untuk mengatakan kapan sensasi itu terasa, lakukan dengan melihat kesimetrisan pada setiap bagian tubuh kanan dan kiri yang kemungkinan mengalami defisit sensori. Lakukan usapan ringan dengan kapas ke titik-titik yang berbeda sepanjang permukaan kulit. Bila ternyata ada kelainan rasa raba-raba pada satu tempat, batas kelainan sensibilitas ini perlu ditentukan dengan memeriksa rasa raba mulai daerah yang terganggu menuju ke daerah yang normal. Normal : Pasien akan mengatakan ada rasa saat benda tersebut dirabakan pada kulitnya (Thigmestesia) Abnormal : bila rasa raba ini hilang (Thigmanesthesia)

b. Pemeriksaan rasa nyeri.  

     

Dibagian dalam : Nyeri tusuk dan tumpul; nyeri cepat dan lamban. Nyeri tusuk : Tekankan ujung dan konus jarum secara bergantian, tunggu sekitas 2 detik diantara dua perangsangan, perhatian area dimana terasaa baal atau sebaliknya terjadi peningkatan kepekaan. Nyeri tumpul : tekan jari manis klien dengan benda tumpul. Minta pasien untuk mengidentifikasi dan menyebutkan jenis nyeri yang dirasakan (tajam atau tumpul) Minta Pasien mengidentifikasi kecepatan munculnya nyeri yang dirasa (cepat atau lamban) Daerah yang peka nyeri : Lidah, bibir, kemaluan, ujung jari, kulit. Normal : akan muncul rasa nyeri pada lokasi rangsang. Abnormal : baal (tidak muncul rasa nyeri atau rasa nyeri muncul bukan pada daerah rangsang)

c. Pemeriksaan rasa suhu    

Minta pasien untuk mengatakan kapan dan dimana sensasi panas dan dingin terasa. Sentuh kulit pasien dengan kedua tube secara bergantian. Minta pasien mengtakan “dingin” atau “panas” bila dirangsang dengan tabung reaksi yang berisi air dingin atau air panas. Lakukan pada bagian seluruh tubuh untuk melihat kesemetrisan pada lokasi, situasi dan kondisi yang sama.

 

Normal : bisa membedakan suhu panas dan dingin pada lokasi rangsang dan sesuai jenis rangsang, bisa membedakan tingkatan suhu 2-50C. Abnormal : therm anasthesia (tidak merasakan suhu), hipestesia-suhu/therm : kurang merasa suhu, hiperesterisia suhu/therm : lebih merasa tidak bisa membedakan derajat suhu.

2. Pemeriksaan Proprioseptif (Pemeriksaan rasa gerak dan sikap kinetik)    



Macam rasa gerak : rasa getar, rasa raba kasar, rasa raba tekan, rasa nyeri dalam. Pegang jari atau ibu jari kaki pasien menggunakan jari-jari pemeriksa, lalu gerakkan jari/ibu jari kaki pasien naik turun (sekitar 2 derajat atau 1mm) Minta Pasien mengatakan apakah jari/ibu jari kakinya sedang naik turun (mata pasien ditutup dan ekstremitas lemas dan tubuh diistirahatkan) Minta Pasien memberitahu jari pada posisi apa yang digerakkan.

Gambar 10.1 Pmeriksaan Posisi Minta Pasien melakukan tes ataksia : minta pasien tunjuk hidung dengan telunjuknya sendiri.

Gambar 10.2 Pemeriksaan Ataksia

  

Minta pasien Menempatkan lututnya pada tumit kaki satunya dengan mata tertutup Lakukan tes romberg : rapatkan kaki dan tutup mata (bila sinkop : romberg (+) : ada indikasi tabes dorsalis Minta pasiem untuk mengatakan kapan sensasi itu terasa.

Gambar 10.3 Pemeriksaan Tes Romberg 

     

Getarkan garputala dan tempatkan garputala tersebut pada ibu jari kaki atau tulang maleolus. Pasien ditanyakan apakah ia merasakan getarannya dan disuruh memberitahu bila ia mulai tidak merasakan getarannya lagi. Bila getaran mulai tidak dirasakan, garputala kita pindahkan ke pergelangan atau sternum atau klavikula atau kita bandingkan dengan jari-jari kita sendiri : Frekuensi : 128 Hz. Lakukan pemeriksaan kesimetrisan pada anggota tubuh. Normal : teraba getaran pada daerah sesuai rangsangan. Abnormal : Palneshesia (tidak atau berkurang terasa getaran) Tekan dengan jari atau benda tumpul pada kulit. N : Piesthesia (bisa menyatakan terasa teraba). Baresthesia(bisa membedakan rasa tekan)

Gambar : 10.4 Pemeriksaan Getar.



Pencet atau ketuk ringan otot tendon dan serabut saraf, lakukan dengan pencet otot lengan atas, lengan bawah, paha, betis dan tendon achiles.

3. Pemeriksaan Somestesia Luhur a. Diskriminasi   

 

Merupakan Kemampuan untuk mengetahui apakah kita ditusuk dengan dua jarum atau satu jarum pada waktu yang bersamaan. Siapkan dua jarum atau satu jarum menggunakan jangka weber atau peniti. Bagian-bagian dari badan kita tusuk pada waktu yang bersamaan dengan dua jarum. Jarak ini berbeda-beda pada bagian tubuh, misalnya pada lidah, telapak tangan punggung tangan, ujung jari, lengan atas dan paha. Normal : Mampu mengetahui apakah ia ditusuk dengan satu atau dua jarum. Abnormal : hilangnya kemampuan diskriminasi dapat menunjukkan adanya lesi di lobus parietalis.

Gambar 10.5 Pemeriksaan Diskriminasi. b. Barognosia  Merupakan kemampuan untuk mengenal berat benda yang dipegang, atau kemampuan membedakan-bedakan berat benda.  Untuk memeriksa ini, gunakan benda-benda yang bentuk dan ukurannya sama serta terbuat dari zat yang sama, namun beratnya dibuat berbeda, misalnya dengan menambahkan pemberat (misalnya timbal) di dalamnya.  Normal : mampu mengenal berat benda yang dipegang pasien/pemeriksa atau mampu mebeda-bedakan berat benda.  Abnormal : Barognesia. c. Stereonosia   

Merupakan kemampuan untuk mengenal bentuk benda dengan jalan meraba, tanpa melihat. Minta pasien menutup mata, kemudian tempatkan bermacam-macam benda ke dalam tanganya. Benda yang ditempatkan ini hendaklah benda sederhana dan telah dikenal sehari-hari, misalnya kunci, gelas, uang logam atau arloji.

    

Minta pasien menyebutkan benda apa yang sedang dipegangnya, Jika pasien tidak mampu menyebutkan nama benda tersebut, minta pasien melukiskan ukuran, bentuk dan materi benda tersebut. Jika tangan pasien Lumpuh, pemeriksa dapat menolong atau mengenggam benda tersebut. Normal : mampu mengenal bentuk benda dengan meraba tanapa melihat. Abnormal : Asterognosia atau agnosia taktil.

Gambar 10.6 Pemeriksaan Stereognosis d. Topostesia  Merupakan kemmapuan untuk melokalisasi tempat dari raba-raba.  Minta pasien untuk menutup matanya.  Minta pasien untuk melokalisasi tempat dari raba-raba. Sesuai dengan yang dilakukan pemeriksa.  Hilangnya kemampuan ini disebut topagnosis atau topoanestesia.  Teknik pemeriksaan sama dengan untuk rasa nyeri. e. Grafestesia     

Merupakan kemampuan untuk mengenali huruf-huruf atau angka yang ditulis pada kulit, sedangkan mata tertutup. Minta pasien menutup matanya. Dapat digunakan pensil atau benda halus yang tumpul lainnya. Tulis huruf atau angka pada kulit, kemudian menanyakan huruf atau angka yang ditulis tersebut. Bila kemampuan pasien hilang untuk mengenali huruf atau angka tersebut, maka disebut grafenestesia.

EVALUASI Evaluasi Respon Pasien. DOKUMENTASI 1. Catat waktu pelaksanaan.

2. Catat respon pasien 3. Catat nama dan berikan tanda tangan perawat.

Related Documents

Pemeriksaan Bta
October 2019 29
Pemeriksaan Luar.docx
December 2019 27
Pemeriksaan Feses.docx
June 2020 13
Pemeriksaan Feses
October 2019 30
Pemeriksaan Penunjang.docx
December 2019 25
Pemeriksaan Fisik.docx
April 2020 16

More Documents from "Dinda Faullya Zein"

Bab 1 2 3.docx
June 2020 4
Jurnal 6.pdf
April 2020 2
Obesitas.docx
April 2020 2
Uts Ski.docx
November 2019 12