A. PEMERIKSAAN PENUNJANG BARIUM ENEMA 1. Pengertian Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan
penunjang
atau
diagnostik
untuk
saluran
pencernaan di definisikan sebagai pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari: a) Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk memperoleh jaringan dari dalam tubuh) b) Rontgen c) Ultrasonografi (usg) d) Perunut radioaktif e) Pemeriksaan kimiawi. Pemeriksaan-pemeriksaan
tersebut
bisa
membantu
dalam
menegakkan diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati
penyakit
pada
sistem
pencernaan.Pada
beberapa
pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus. Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan pemeriksaan fisik.tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti. Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya. 2. Pengertian Pemeriksaan Barium Enema Barium enema adalah pemeriksaan x-ray terhadap usus besar. Barium sulfat ( zat kontras tunggal ) atau barium sulfat dan udara ( kontras ganda atau kontras udara ) diberikan secara perlahan melalui selang rektal. Proses pengisian dimonitor melalui fluoroskopi, dan kemudian dilakukan foto ronsen. Kolon harus bebas dari bahan-bahan
1
tinja sehingga barium memperlihatkan gambaran usus besar untuk dideteksi adanya berbagai gangguan.Teknik kontras ganda (barium dan udara) sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi polip. Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih
pada
foto
rontgen
dan
membatasi
saluran
pencernaan,
menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus halus. Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan.Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan keberadaan barium.Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam. Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat menilai: 1. Fungsi kerongkongan dan lambung 2. Kontraksi kerongkongan dan lambung 3. Penyumbatan dalam saluran pencernaan. Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian bawah.Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau kelainan struktur lainnya.Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman. Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus
segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit yang berarti.Obat pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium. 3. Tujuan Pemeriksaan Barium Enema Barium enema dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan polip, tumor, atau lesi lain dari usus besar dan menunjukkan adanya kelainan anatomi atau gangguan fungsi usus. (brunner& suddarth’s, 2010)
2
4. Kontra Indikasi Dan Indikasi Pada Pemeriksaan Barium Enema a. Kontra indikasi diantaranya : 1) Perforasi 2) Obstruksi akut atau penyumbatan 3) Diare berat b. Indikasi diantaranya : 1) Colitis : penyakit2 inflamasi pada colon 2) Carsinoma 3) Diverticulum : merupakan kantong yg menonjol pada dinding kolon, terdiri lapisan mukosa dan muskularis mukosa 4) Polyps : penonjolan pada selaput lendir 5) Volvulus : penyumbatan isi usus karena terbelitnya usus ke bagian yang lain 6) Invagination : melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu sendiri 7) Intussusception 8) Atresi ani : tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya ada 9) Stenosis : penyempitan saluran usus besar 10) Mega colon : suatu kelainan kongenital yang terjadi karena tidak adanya sel ganglion di pleksus mienterik dan submukosa pada segmen colon distal menyebabkan feses sulit melewati segmen ganglionik. 5. Persiapan Alat Dan Persiapan Pasien Pada Pemeriksaan Barium Enema. a. Persiapan alat untuk pemeriksaan barium enema 1) Larutan barium sulfat dengan kepekatan 1 : 8 dan temperature 37 derajat celsius, sebanyak 2 liter
3
2) Rectal kateter 3) Irigator set . Dewasa ini sering digunakan disposible barium enema kits yang terdiri dari: a) Enema bag, biasanya dari bahan translusen dengan kapasitas 3 liter. b) Dekat bagian atas kantong enema, terdapat lubang untuk menambah larutan barium. c) Kateter yang panjangnya 1,5 meter serta clip, untuk mengatur laju bahan kontras saat dilakukan pemeriksaan dalam berbagai posisi. d) Rectal kateter. 4) Glycerin 5) Kayu pengaduk barium ( bila menggunakan irrigator set) 6) Receiver (ember) 7) Kain laken ( penutup meja pemeriksaan ) b. Persiapan Pasien Pada Pemeriksaan Barium Enema (Brunner & Suddarth’s, 2010) 1) Persiapan pasien a) Pasien
makan
makanan
lunak
dua
hari
sebelum
pemeriksaan. b) Pasien
dianjurkan
untuk
menghentikan
minum
obat,
dikhawatirkan dapat menimbulkan gambaran radioopak, kecuali obat-obat yang esensial seperti digitalis atau steroid dan obat-obat kontrasepsi. c) Minum obat pencahar pada jam 7.00 malam, setelah itu puasa
sampai
pemeriksaan
radiografi
dilakukan.boleh
minum samapai jam 11. 00 malam d) Pasien tidak boleh merokok dan harus mengurangi bicara. e) Premedikasi biasanya diberikan glucagon atau buscopan, untuk memperlemah gerak peristaltik.
4
f) Untuk pasien dirawat biasanya dilakukan klisma. 2) Pra – persiapan a) Informed consent, serta beri penjelasan tentang procedure tindakan, indikasi, dan kemungkinan yang terjadi agar menghilangkan rasa cemas. b) Diet rendah sisa 1 sampai 2 hari sebelum pemeriksaan. c) Anjuran klien untuk diet cair bening malam sebelum pemeriksaan. d) Berikan pencahar (minyak kastor atau magnesium sitrat )yang sebaiknya dilakukan sehari sebelum pemeriksaan pada sore hari atau menejlang malam ( 16.00 – 18.00 ) e) Enema atau laksatif supositoria mis . Bisakodil (dulcolax) dapat diberikan pada malam sebelum pemeriksaan 3) Pasca – pemeriksaan a) Menginformasikan tentang meningkatkan asupan fluida b) Mengevaluasi buang air besar untuk mengeluarkan barium c) Mencatat peningkatan buang air berar
karena barium,
osmolaritas tinggi, dapat menarik cairan kedalam usus sehingga meningkatan isi intraluminal dan menghasilkan outpus yang lebih besar. 6. Sop barium enema A. Pengertian Pemeriksaan radiologi terhadap daerah usu besar dengan memasukan kontras media negative, positif atau keduanya. B. Tujuan Untuk melihat kelainan daerah kolon C. Persiapan alat dan bahan 1) Barium powder 2) Air 3) Folley chateter no 24 atau 18
5
4) Gunting klem 5) Spuit 50 cc 6) Jelly 7) Handscone D. Tehnik pemeriksaan 1) Pertama lakukan foto polos abdomen,hal ini bertujuan untuk melihat persiapan pasien dan untuk mendapatkan faktor ekposi yang tepat 2) Siapkan barium yang sudah dicampur air 3) Masukan fellow cateter no 24 yang sudah diberi jelly ke dalam anus pasien dan buat balon pada kateter agar cateter tidak lepas. 4) Setelah itu masukan barium sebanyak 100cc 5) Agar barium tidak keluar lagi dari cateter, maka ujung luar cateter di kelm. 6) Buat foto lateral dan abdomen prone 7) Masukan barium semuanya secara perlahan-lahan dan diberi juga kontras udara, kemudian pasien digulinggulingkan sebanyak 5x. 8) Buat foto abdomen prone,supine, dengan tampak seluruh kolon. 9) Persilahkan pasien ke toilet untuk mengeluarkan bahan kontras. 10) Bereskan alat 11) Pemeriksaan colon in loop selesai. E. Dokumentasi Catat semua tindakan yang dilakukan perawat, beri nama, tanggal, waktu dan tanda tangan perawat. Gambar Barium Enema :
6
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG USG ABDOMEN 1. Pengertian Usg Abdomen Ultrasonography adalah teknik diagnostic invasive dimana gelombang suara frekuensi tinggi yang masuk ke struktur tubuh internal dan gema ultrasonic dicatat pada osiloskop karena mereka menyerang jaringan kepadatan yang berbeda. (brunner& suddarth’s, 2010 hal 987). Usg merupakan suatu prosedur diagnosis yang dilakukan diatas permukaan kulit atau diatas rongga tubuh untuk menghasilkan suatu ultrasound di dalam jaringan. (uliyah,2008) Hal ini sangat berguna dalam mendeteksi sebuah kantong empedu yang membesar atau pankreas, adanya batu empedu,
7
ovarium membesar,kehamilan ektopik, atau usus buntu. Baru-baru ini teknik ini telah terbukti bermanfaat dalam mendiagnosis diverticulitis kolon akut. Usg menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi yang dihasilkan oleh kristal piezo-elektrik pada transduser gelombang tersebut berjalan melewati tubuh dan dipantulkan kembali secara bervariasi,
tergantung
pada
jenis
jaringan
yang
terkena
gelombang.Alat ini dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk membantu
menegakkan
diagnosis
penyakit
dalam,
terutama
pemeriksaan organ2 tubuh bagian dalam.
2. Tujuan Pemeriksaan Usg Abdomen Mendeteksi kelainan pada empedu, kandung kemih, dan pankreas
yang
memungkinkan
adanya
pembesaran
ovarium
kehamilan, atau usus buntu. (brunner& suddarth’s, 2010) 3. Kontra Indikasi Dan Indikasi Pada Pemeriksaan Usg Abdomen a. Kontra indikasi diantaranya : Tidak terdapat kontraindikasi pada pemeriksaan usg, karena pemeriksaan ini sama sekali tidak memperburuk penyakit klien. Usg akan berdampak negatif jika dilakukan lebih dari 400 kali, dampaknya hanya panas yang tak berbahaya, usg mempunyai peranan penting untuk menentukan kelainan berbagai organ tubuh. Dalam pengunaan usg untuk menegakkan diagnose medis tidak memiliki kontraindikasi atau efek samping terhadap pasien. b. Indikasi diantaranya : 1. Nyeri abdomen/colic. 2. Inflamed apnedikx/pembengkakan apendik. 3. Pembesaran organ pada abdomen. 4. Tersangka batu empedu atau batu ginjal. 5. Aneurysma pada aorta. 6. Peradangan pada organ rongga abdomen.
8
7. Otot-otot pada rongga abdomen. 8. Abses ataupun koleksi cairan ( ascites ). 4. Persiapan Alat Dan Persiapan Pasien Pada Pemeriksaan Usg Abdomen a. Persiapan alat 1) Hidupkan
peralatan
usg
sesuai
dengan
tatacara
yang
dianjurkan oleh pabrik pembuat peralatan tersebut. 2) Panduan pengoperasian peralatan usg sebaiknya diletakkan di
dekat mesin usg, hal ini sangat penting untuk mencegah kerusakan alat akibat ketidaktahuan operator usg. 3) Perhatikan tegangan listrik pada kamar usg, karena tegangan
yang terlalu naik-turun akan membuat peralatan elektronik mudah rusak. 4) Bila
perlu pasang stabilisator tegangan listrik dan ups.
Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan usg. 5) Bersihkan semua peralatan dengan hati-hati, terutama pada
transduser (penjejak) yang mudah rusak. Bersihkan transduser dengan memakai kain yang lembut dan cuci dengan larutan anti kuman yang tidak merusak transduser (informasi ini dapat diperoleh dari setiap pabrik pembuat mesin usg). 6) Selanjutnya taruh kembali transduser pada tempatnya, rapikan
dan bersihkan kabel-kabelnya, jangan sampai terinjak atau terjepit. Setelah semua rapih, tutuplah mesin usg dengan plastik penutupnya. Hal ini penting untuk mencegah mesin usg dari siraman air atau zat kimia lainnya. Agar alat ini tidak mudah rusak,
tentukan
seseorang
sebagai
penanggung
jawab
pemeliharaan alat tersebut. b. Persiapan pasien 1) Penderita obstipasi sebaiknya diberikan laktasif di malam sebelumnya.
9
2) Untuk pemeriksaan organ-organ di rongga perut bagian atas, sebaiknya
dilakukan
dalam
keadaan
puasa
agar
tidak
menimbulkan gas dalam perut karena akan mengaburkan gambar organ yang diperiksa. 3) Untuk
pemeriksaan
sekurang-kurangnya
kandung 6
jam
empedu sebelum
dianjurkan pemeriksaan,
puasa agar
diperoleh dilatasi pasif yang maksimal. 4) Untuk pemeriksaan kebidanan dan daerah pelvis, buli-buli harus dalam keadaan penuh. c. Persiapan dan pelaksanaan (Uliyah,2008) : 1) Lakukan informed consent. 2) Anjurkan untuk puasa makan dan minum 8-12 jam sebelum pemeriksaan usg aorta abdomen, kandung empedu, hepar, limpa, pancreas. 3) Oleskan jelly koduktif pada permukaan kulit yang akan dilakukan usg. 4) Transduser dipegang dengan tangan dan gerakkan ke depan dan belakang diatas permukaan kulit. 5) Lakukan antara 10-30 menit. 6) Premedikasi jarang dilakukan, hanya bila pasien dalam keadaan gelisa. 7) Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk mencegah masuknya udara. 8) Pada pemeriksaan obstetrik (trimester pertama dan ke dua), pelvis dan ginjal, pasien dianjurkan untuk minum 4 gelas air dan tidak boleh berkemih. Sementara untuk trimester ke tiga, pemeriksaan pada pasien dilakukan pada saat kandung kemih kosong. 9) Bila pemeriksaan dilakukan pada otak, lepaskan semua perhiasan dari leher dan jepit rambut dari kepala.
10
10) Bila pemeriksaan dilakukan pada jantung, anjurkan untuk bernapas secara perlahan-lahan dan menahannya setelah inspirasi dalam. 5. Sop Ultrasonografi (usg) A. Pengertian Ultrasonografi (usg) adalah suatu pemeriksaan diagnostik non invasif dengan menggunakan gelombang frekuensi tinggi kedalam abdomen.Gelombang-gelombang ini dipantulkan kembali dari permukaan
struktur
organ
sehingga
komputer
dapat
menginterprertasikan densitas jaringan berdasarkan gelombanggelombang tersebut. B. Tujuan 1. Mendeteksi adanya massa diabdomen. 2. Membedakan antara kista yang berisi air atau massa padat. 3. Mengevaluasi dan memetakan organ di abdomen sebelum dilakukan biopsi. 4. Mengevaluasi kelainan-kelainan lain yang terdapat dalam rongga abdomen. C. Tindakan 1. Pengkajian Mengkaji Program/Instruksi Medik Untuk Prosedur Pemeriksaan Usg Abdomen.Mengkaji Tingkat Pengetahuan Klien Tentang Prosedur Yang Akan Dliakukan. 2. Intervensi Persiapan Alat : a. Status atau rekam medik klien. b. Hasil pemeriksaan diagnostik sebelumnya. c. Formulir pesanan pemeriksaan usg. Persiapan Klien :
11
Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan. 3. Implementasi a. Melaporkan / membuat perjanjian dengan petugas usg. b. Mencuci tangan. c. Membawa
klien
ketempat
pemeriksaan
dengan
menggunakan kursi roda atau meja dorong (sesuai kondisi klien) bersama rekam medik dan formulir usg klien. d. Menjelaskan kepada klien prosedur yang akan dilalkukan. e. Menjamin kebutuhan privacy klien. f. Mengatur posisi klien (berbaring pada tempat pemeriksaan dan mengolesi jelly / lubricant pada area permukaan kulit yang akandiperiksa). g. Untuk usg kandung kemih : 2 jam sebelum pemeriksaan klien diberi banyak minum dan diminta menahan buang air kecil sampai pemeriksaan selesai. h. Merapihkan klien dan membawa klien kembali keruang perawatan. i.
Mencuci tangan.
4. Evaluasi Mengevaluasi respon klien selama dan sesudah prosedur. 5. Dokumentasi Mencatat tanggal dan waktu pemeriksaan, mencatat respon klien selama, dan sesudah prosedur.Catat semua tindakan yang dilakukan perawat, beri nama, tanggal, waktu dan tanda tangan perawat. 6. Sikap a) Sistematis. b) Hati-hati. c) Berkomunikasi.
12
d) Mandiri. e) Teliti. f) Tanggap terhadap respon klien. g) Rapih. h) Menjaga privacy. i) Sopan. Gambar Pemeriksaan Usg Abdomen
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG ENDOSKOPI 1. Pengertian Endoskopi Endoskopi
adalah
pemeriksaan
struktur
dalam
dengan
menggunakan selang/tabung serat optik yang disebut endoskop. Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa: a. Kerongkongan (esofagoskopi) b. Lambung (gastroskopi) c. Usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
13
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa: a. Rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi) b. Keseluruhan usus besar (kolonoskopi). Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari sekitar 30 cm-150 cm. Sistem video seratoptik
memungkinkan
endoskop
menjadi
fleksibel
menjalankan
fungsinya sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan.banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang abnormal. Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang mengalami iritasi,
ulkus,
peradangan
abnormal.biasanya pemeriksaan
diambil
dan
pertumbuhan
contoh
lainnya.endoskop
jaringan
juga
bisa
jaringan untuk
yang
keperluan
digunakan
untuk
pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa dimasukkan melalui sebuah
saluran
kecil
di
dalam
endoskop:
elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan
menghentikan
perdarahan
atau
untuk
mengangkat
suatu
pertumbuhan yang kecil. Sebuah jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan menghentikan perdarahannya.Tindakan endoskopi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : 1. Gastroskopi : untuk melihat dan mengetahui keadaan bagian dalam saluran cerna bagian atas dan melakukan tindakan terapi atau pengobatan dalam rongga saluran cerna bagian atas mulai dari tenggorokan (esofagus), lambung (maag), sampai ke usus 12 jari. 2. Kolonoskopi : untuk melihat dan mengetahui keadaan bagian dalam saluran cerna bagian bawah dan melakukan tindakan terapi 14
atau pengobatan dalam rongga saluran cerna bagian bawah (usus besar). 2. Tujuan Pemeriksaan Endoskopi (Agus Priyanto Dkk,2009) a. Untuk menentukan atau menegakkan diagnosis yang pada pemeriksaan radiologi menunjukkan hasil yang meragukan atau kurang jelas. b. Untuk menentukan diagnosis pada klien yang sering mengeluh nyeri
epigastrum,
muntah-muntah,
sulit
atau
nyeri
telan.
Sedangkan radiologi menunjukkan hasil yang normal. c. Melaksanakan biopsi atau sitologi pada lesi-lesi di saluran pencernaan yang diduga keganasan. d. Untuk menentukan sumber pendarahan secara cepat dan tepat. e. Memantau residif pada keganasan maupun menilai klien pascabedah. f. Menentukan diagnosis pada kelainan pankreatobiliter. 3. Kontra Indikasi Dan Indikasi Pada Pemeriksaan Endoskopi a. Kontra indikasi diantaranya : Kontraindikasi absolut 1) Pasien tidak cooperactive / menolak prosedur 2) Renjatan berat karena pendarahan 3) Oklusi koroner akut 4) Gagal jantung berat 5) Koma 6) Emfisema dan penyakit paru obstruksi berat 7) Pada keadaan-keadaan tersebut, pemeriksaan endoskopi harus ditunda dulu sampai keadaan penyakitnya membaik.
Kontraindikasi Relatif 1) Luka korosif akut pada esofagus, aneurisma aorta, aritmia jantung berat.
15
2) Kifoskoliosis berat, divertikulum zenker, osteofit bear pada tulang servikal, struma besar. 3) Pasien gagal jantung. 4) Penyakit infeksi akut (pneumonia, peritonitis, kolesistitis) 5) Anemia berat seperti pendarahan, harus diberikan transfusi darah terlebih dahulu sampai hb sedikitnya 10 g % 6) Toksemia pada kehamilan terutama bila disertai hipertensi atau kejang-kejang 7) Pasien pasca bedah abdomen yang baru 8) Gangguan kesadaran 9) Tumor mediastinum 10) Pasien dalam keadaan demam b. Indikasi diantaranya : 1) Menerangkan perubahan radiologist yang meragukan atau tidak jelas. 2) Pasien dengan gejala menetap disfagia, nyeri epigastrium, muntah yang pada pemeriksaan radiologist tidak didapatkan kelainan. 3) Pada pemeriksaan radiologist dicurigai adanya kelainan 4) Pendarahan saluran cerna bagian atas / melena 5) Endoskopi ulang untuk memantau penyembuhan tukak jinak dan tukak yang dicurigai ganas 6) Observasi pasien pasca gastrectomi 7) Kasus syndrome dispepsia dengan usia lebih atau di bawah 45 tahun dengan tanda bahaya, pemakaian anti inflamasi nonsteroid (oains) dan riwayat kanker pada keluarga. Tanda-tanda: muntah-muntah hebat, demam, hematemesis, anemia, ikterus, dan penurunan berat badan. 8) Prosedur terapetik: polipektomi, pemasangan selang makanan, dilatasi esophagus, dll.
16
4. Persiapan Alat Dan Persiapan Pasien Pada Pemeriksaan Endoskopi a. Persiapan alat 1) Peralatan kardio pulmuner untuk resusitasi (blue code) & monitor kardio pulmuner 2) Oxygen saturation 3) Blood pressure 4) Pulse rade 5) Suction, air, wate 6) Light source 7) Biopsi forsep baik dan lengkap 8) Cairan formalin tersedia dalam botol kecil 9) Scope endoskopi harus berfungsi dengan baik 10) Alat foto / printer 11) Obat-obat
premedikasi
endoskopi)minor
(sebelum
tranquilizer
dan
(untuk
selama
anxietas,
pemeriksaan kenyamanan),
diazepam 5 - 10 mg iv atau midazolam 2,5 - 5 mg iv atau pethidine 25 - 50 mg atau propofol (anesthesis). Sulfas atropin masih kontroversi ada yang menganjurkan ada yang tidak untuk mencegah vagal reflex. Buscopan diberikan 5 - 10 menit sebelum prosedur untuk mengurangi gerakan lambung yang berlebihan. Untuk
mengurangi
gerakan
busa-busa
yang
menghalangi
gambaran endoskopi dapat diberikan, oksigen selama prosedur, obat anestesi lokal spray xylocain jelly mouth piece. b. Persiapan pasien 1) Mental dan psikologis pasien dalam keperawatan endoskopi. 2) Fisik pasien 3) Pastikan pasien berpuasa 6 - 8 jam sebelum tindakan. 4) Observasi tanda-tanda vital. 5) Pastikan pasien sudah terpasang infus (darurat), kolaborasi dengan dokter.
17
6) Check lab. Hb, ctbt, trombosit, anti hcv, anti hiv, hbsag 7) Ekg terbaru 5. Sop endoskopi A. Pengertian Gastroscopy adalah suatu tindakan pemeriksaan terhadap esophagus, lambung, dan duodenum dengan menggunakan alat endoscope fiberoptic yang fleksibel. Melaului endoskop dapat juga dimasukkan forcep biopsy atau brush cytology untuk pemeriksaan jaringan. Pemeriksaan gastroscopy memmerlukan anesthesi local dan dilakukan diruangan endoskopi. B. Tujuan pemeriksaan Untuk melihat adanya sumber perdarahan, lesi pada permukaan atau proses penyembuhan pada jaringan. Menilai adanya perdarahan akut atau kronik, anameia perniciosa, injury esophagus, massa, striktura, dyspaghia, nyeri substernal, nyeri epigastrik, atau inflamasi pada penyakit usus. Dan mengambil jaringan sebagai bahan pemeriksaan cytology atau biopsy. C. Tindakan 1. Pengkajian a) Mengkajiprogram/instruksi
medik
tentang
rencana gastroscopy dan persiapannya. b) Mengkaji tanda-tanda vital. c) Mengkaji adanya riwayat penyakit kardiovaskuler berat. d) Mengkaji keadaan rongga mulut dan catat jumlah gigi yang hilang atau adanya lesi pada mulut. e) Mengkaji kemampuan klien untuk menelan. 2. Intervensi Persiapan alat : 1. Surat ijin tindakan (informed concent).
18
2. Pemeriksaan diagnostik sebelumnya, satus atau kartu opname klien. 3. Alat pemeriksaan tanda-tanda vital. Persiapan klien : 1. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang tujuan dan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Menjelaskan jenis anesthesi yang akan dilakukan. 3. Meminta
tanda
tangan
persetujuan
tindakan (informed
concent). 3. Implementasi Menginstruksikan kepada klien untuk puasa 8 – 12 jam sebelum pemeriksaan, melepaskan perhiasan dan gigi palsu klien, menjelaskan kepada klien bahwa ruangan pemeriksaan mungkin akan dingin dan gelap, serta klien tidak dapat berbicara
selama
pemeriksaan gastroscopy.Menjelaskan
prosedur yang akan dilakukan selama pemeriksaan : a. Selama pemeriksaan klien dalam keadaan sadar. b. Pemberian anesthesi local spray pada pharing posterior. c. Pemberian sedatif, opiat, untuk penenang. d. Posisi klien selama prosedur adalah lateral recumbent ke kiri. e. Endoskopi akan masuk melalui mulut, esofagus samapi ke duodenum. f. Selama pemeriksaan, tanda-tanda vital klien ; tekanan darah, denyut nadi, pernafasan dan pulse oximetry akan dimonitor. g. Jika diperlukan akan dilakukan pemeriksaan laboratorium. h. Mengantarkan klien ke ruang endoscopy. i.
Menganjurkan kepada klien untuk menarik nafas dalam saat pemeriksaan atau bila merasa mual.
19
j.
Setelah klien kembali dari ruang endoscopy , monitor tandatanda vital, dan adanya tanda-tanda perdarahan, serta perforasi.
k. Menganjurkan klien untuk tidur dengan posisi sims samapi sedasi lokal anesthesi berkurang l.
Menganjurkan kepada klien untuk puasa 1 – 2 jam setelah pemeriksaan atau sampai gag refleks kembali normal.
4. Evaluasi Mengevaluasi respon serta toleransi klien sebelum, selama,
dan sesudah prosedur, mengevaluasi apakah gag
refleks sudah mengkaji
kembali
adanya
dengan
menilai
operdarahan
selama
refleks
menelan,
dan
sesudah
pemeriksaan gfastroscopy dan mengobservasi tanda-tanda vital pasca prosedur secara periodik. 5. Dokumentasi Mencatat selama,
dan
perdarahan,
respon sesudah
hematoma
serta
toleransi
prosedur, pada
klien
acat dan
klien
sebelum,
adanya mencatat
tandahasil
pemeriksaan tanda-tanda vital.Catat semua tindakan yang dilakukan perawat, beri nama, tanggal, waktu dan tanda tangan perawat. 6. Sikap a) Sistematis. b) Hati-hati. c) Berkomunikasi. d) Mandiri. e) Teliti. f) Tanggap terhadap respon klien. g) Rapih. h) Menjaga privacy.
20
Gambar Pemeriksaan Endoskopi :
21
DAFTAR PUSTAKA Batiansyah, E.2008.Panduan Lengkap: Membaca Hasil Kesehatan. Jakarta: EGC Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2000. Pedoman Perawat Endoskopi. Jakarta. Depkes Ri Priyanto, A. 2009.Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika
22
Disusun Oleh : Kelompok II Marwia Sopalatu Zahra Juniar Ipaenin Chirty E. Maolo Iin Inayah Kohonussa Novita Pelletimu Septiyadi A Marahina
23
KEMENTRIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KEMENKES MALUKU PRODI KEPERAWATAN MASOHI T.A 2017/2018
24