Setelah penanaman terlihat koloni berwarna krem keputihan dan permukaannya mengkilap seperti ragi, menghasilkan bau yang menyengat, dan pinggirannya rata. SDA adalah media sintetik yang diciptakan oleh Raymond Saboroud. SDA mengandung dektrosa, pepton dan bahan agar (dengan kadar gula relatif tinggi dan pH rendah). Media ini terbukti sangat baik untuk pembiakan jamur secara umum (Anonimus,2004). Pada pmeriksaan mikroskopis tampak sel ragi (blastofora) dengan bentuk oval bertunas yang tumbuh dengan pengumpulan yang rapat, sangat banyak serta berwarna putih transparan. Berdasarkan pengamatan morfologi jamur di bawah mikroskop, terlihat jamur berbentuk oval, bulat dan silindris, mempunyai pseudohifa dan blastospora. Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat didiagnosa bahwa jamur yang diperiksa adalah Candida sp. Jamur yang diamati masih belum tumbuh sempurna, sehingga kunci identifikasi yang digunakan adalah bentuk khas blastosfora yang teramati. Hasil pewarnaan Gram menunjukkan sel ragi (blastosfora) yang berbentuk oval dengan dominasi warna ungu. Pewarnaan gentian Violet yang berasal dari modifikasi pewarnaan Gram oleh Hucker. Semua jamur adalah Gram positif dikarenakan memiliki dinding sel terbuat dari kitin yang menghambat pencucian zat warna Gentian Violet oleh alkohol. Pewarnaan ini ditujukan untuk mengamati bentuk jamur agar terlihat lebih jelas (larone, 1975) Diperolah hasil bahwa jamur ini memiliki morfologi jamur berbentuk oval, bulat dan silindris, mempunyai pseudohifa dan blastospora. koloni berwarna krem keputihan dan permukaannya mengkilap seperti ragi, menghasilkan bau yang menyengat, dan pinggirannya rata. Sehingga dapat diidentifikasikan bahwa jamur tersebut adalah Candida sp. Pada pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan Gram-positif dapat ditemulan Candida albicans dalam bentuk yeast, berbentuk oval dengan diameter kurang lebih 5µm dan bereproduksi dengan membentuk budding. C. albicans sering juga ditemukan dalam bentuk mycelium dengan pseudohyphae dan kadang-kadang dapat ditemukan dalam bentuk septate mycelium (Kayser et al, 2005) C. albicans dapat tumbuh baik pada media agar Saboroud, tetapi dapat juga tumbuh pada media kultur biasa. Setelah proses inkubasi, pada media agar terlihat koloni C. albicans berbentuk bulat, berwarna putih dengan permukaan koloni yang terlihat agak kasar (Arenas, 2001; Kayser et al, 2005) candida tampak sebagai ragi lonjong, kecil, berdinding tipis, bertunas, gram positif, berukuran 2-3 x 4-6 μm, yang memanjang menyerupai hifa (pseudohifa). Candida membentuk pseudohifa ketika tunas-tunas terus tumbuh tetapi gagal melepaskan diri, menghasilkan rantai sel-sel yang memanjang yang terjepit atau tertarik pada seotasi-septasi diantara sel. Candida albicans bersifat dimorfik, selain ragi-ragi dan pseudohifa, ia juga bisa menghasilkan hifa sejati. Candida berkembang biak dengan budding. Pada agar sabouraud yang dierakan pada suhu kamar atau 37Oc selama 24 jam, spesies candida menghasilkan kolonikoloni halus bewarna krem yang mempunyai bau seperti ragi. Pertumbuhan permukaan terdiri atas sel-sel bertunas lomjong. Pertumbuhan dibawahnya terdiri atas pseudomiselium. Ini terdiri atas pseudohifa yang membentuk blastokonidia pada nodus-nodus dan kadang-kadangklamidokonidia pada ujung-ujungnya. (Brooks G.F., Carrol K.C., Butel J.S., & Morse S.A. Medical Microbiology. 24th ed, Mc Graw Hill, 2007 : 642-5) Sel jamur Candida berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong.
Koloninya pada medium padat sedikit timbul dari permukaan medium, dengan permukaan halus, licin atau berlipat-lipat, berwarna putih kekuningan dan berbau ragi. Besar koloni bergantung pada umur. Pada tepi koloni dapat dilihat hifa semu sebagai benang-benang halus yang masuk ke dalam medium. Pada medium cair jamur biasanya tumbuh pada dasar tabung (Suprihatin, 1982) Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 μ x 3-6 μ hingga 2-5,5 μ x 5-28 μ . Kerokan kulit atau swab mukosa ditetesi dengan KOH 10% atau dapat diwarnai dengan pewarnaan Gram, dan selanjutnya dilihat dibawah mikroskop, yang dapat dilihat adalah berbentuk oval dengan sel anakan, dan berbentuk filament. Media yang digunakan adalah agar dekstrosa sabaroud dengan atau tanpa antibiotik. Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang dapat tumbuh bersama jamur. Biakan akan tumbuh setelah 3 hari dengan inkubasi pada suhu kamar (25°C-30°C), dengan ukuran 2-5,5µ × 3-6µ tergantung dari lama inkubasinya. Koloni Candida berwarna krem, timbul diatas permukaan media, permukaan koloni halus dan licin, dan berbau khas ragi untuk kultur murni dipilih koloni yang terpisah. Pada media cair, candida biasanya tumbuh pada dasar tabung (Jawest, 2004). Jamur Candida tumbuh dengan cepat pada suhu 25-37oC pada media perbenihan sederhana sebagai sel oval dengan pembentukan tunas untuk memperbanyak diri, dan spora jamur disebut blastospora atau sel ragi/sel khamir. Morfologi mikroskopis C. albicans memperlihatkan pseudohyphae dengan cluster di sekitar blastokonidia bulat bersepta panjang berukuran 3-7x3-14 µm. Jamur membentuk hifa semu/pseudohifa yang sebenarnya adalah rangkaian blastospora yang bercabang, juga dapat membentuk hifa sejati.3-7 Pseudohifa dapat dilihat dengan media perbenihan khusus. Candida albicans dapat dikenali dengan kemampuan untuk membentuk tabung benih/germ tubes dalam serum atau dengan terbentuknya spora besar berdinding tebal yang dinamakan chlamydospore. Formasi chlamydospore baru terlihat tumbuh pada suhu 30-37oC, yang memberi reaksi positif pada pemeriksaan germ tube. Identifikasi akhir semua spesies jamur memerlukan uji biokimiawi.1,3-8 Pemeriksaan Langsung Candida albicans dengan Larutan KOH Pemeriksaan langsung dengan Larutan KOH dapat berhasil bila jumlah jamur cukup banyak. Keuntungan pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cara sederhana, dan terlihat hubungan antara jumlah dan bentuk jamur dengan reaksi jaringan.5-6 Pemeriksaan langsung
harussegera dilakukan setelah bahan klinis
diperoleh sebab C. albicans berkembang cepat dalam suhu kamar sehingga dapat memberikan gambaran yang tidak sesuai dengan keadaan klinis.5-6 Gambaran pseudohifa pada sediaan langsung/apus
dapat
dikonfirmasi melalui pemeriksaan kultur, merupakan piliha untuk menegakkan diagnosis kandidiasis superfisial. Pemeriksaan Langsung Candida albicans dengan Pewarnaan Gram Pemeriksaan langsung dengan pewarnaan Gram sedikit membutuhkan waktu dibandingkan pemeriksaan dengan KOH. Pemeriksaan ini dapat melihat jamur C. albicans berdasarkan morfologinya, tetapi tidak dapat
mengidentifikasi spesiesnya. Pemulasan dengan pewarnaan Gram dapat 5-6 disimpan untuk penilaian ulangan. Pewarnaan Gram memperlihatkan gambaran seperti sekumpulan jamur dalam bentuk blastospora, hifa atau pseudohyfae, atau campuran keduanya. Sel jaringan seperti epitel, leukosit, eritrosit, dan mikroba lain seperti bakteri atau parasit juga dapat terlihat dalam sediaan. Jamur muncul dalam bentukan budding yeast cells dan pseudomycelium juga terlihat pada sebagian besar sediaan seperti pada 4-6 Gambar 2. Pemeriksaan Kultur pada Candida albicans Media kultur yang dipakai untuk biakan C. albicans adalah Sabouraud dextrose agar/SDA dengan atau tanpa antibiotik,5-6 ditemukan oleh Raymond Sabouraud (1864-1938) seorang ahli dermatologi berkebangsaan Perancis. Pemeriksaan kultur dilakukan dengan mengambil sampel cairan atau kerokan sampel pada tempat infeksi, kemudian diperiksa secara berturutan menggunakan Sabouraud’s dextrose broth kemudian Sabouraud’s dextrose agar plate. Pemeriksaan kultur darah sangat berguna untuk endokarditis kandidiasis dan sepsis. Kultur sering tidak memberikan hasil yang positif pada bentuk penyakit diseminata
lainnya.5-6
Sabouraud’s dextrose broth/SDB berguna untuk membedakan C. albicans dengan spesies jamur lain seperti Cryptococcus, Hasenula, Malaesezzia. Pemeriksaan ini juga berguna mendeteksi jamur kontaminan untuk produk farmasi. Pembuatan SDB dapat ditempat dalam tabung atau plate dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam, setelah 3 hari tampak koloni C. albicans sebesar kepala jarum pentul, 1-2 hari kemudian koloni dapat dilihat dengan jelas. Koloni C. albicans berwarna putih kekuningan, menimbul di atas permukaan media, mempunyai permukaan yang pada permulaan halus dan licin dan dapat agak keriput dengan bau ragi yang khas. Pertumbuhan pada SDB baru dapat dilihat setelah 4-6 minggu, sebelum dilaporkan sebagai hasil negatif. Jamur dimurnikan dengan mengambil koloni yang terpisah, kemudian ditanam seujung jarum biakan pada media yang baru untuk selanjutnya dilakukan identifikasi jamur. Pertumbuhan C. albicans dan jamur lain/C. dublinensis pada SDB dapat dilihat pada Gambar 3 di berikut ini.14-15 Sabouraud’s dextrose agar plate/SDA plate direkomendasikan untuk sampel atau bahan klinis yang berasal dari kuku dan kulit. Media ini selektif untuk fungi dan yeast melihat pertumbuhan dan identifikasi C. albicans yang mempunyai pH asam/pH 5,6. Penambahan antibiotika membuat media ini lebih selektif yang bertujuan untuk menekan bakteri yang tumbuh bersama jamur di dalam bahan klinis. Pertumbuhan pada SDA plate terlihat jamur yang menunjukkan tipikal kumpulan mikroorganisma yang tampak seperti krim putih dan licin disertai bau khas/yeast odour. Pertumbuhan SDA plate dapat dilihat pada Gambar Identifikasi Candida albicans dengan Germ Tube Germinating blastospores/germ tube terlihat berbentuk bulat lonjong seperti tabung memanjang dari yeast cells (Reynolds-Braude phenomenon) pada serum manusia yang ke dalamnya disuntikkan koloni yang diduga sebagai strain Kandida ke dalam tabung kecil dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 2-3 jam. Germ tube terbentuk dalam dua jam setelah proses inkubasi. Bagian ujung yang menempel pada yeast cells terlihat adanya pengerutan/pengecilan (tidak ada konstriksi). Bentuk germ tube dari C. albicans dapat dilihat pada Gambar 4.7,10,21
Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 μ x 3-6 μ hingga 2-5,5 μ x 5-28 μ. Candida dapat mudah tumbuh didalam media Sabaroud dengan membentuk koloni ragi dengan sifat-sifat khas, yakni : menonjol dari permukaan medium, permukaan koloni halus licin, berwarna putih kekuning-kuningan, dan berbau ragi. Pada keadaan tertentu sifat candida dapat berubah menjadi pathogen dan dapat menyebabkan penyakit yang disebut kandidiasis atau kandidosis. (Siregar, 2005) Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas, spora jamur disebut blastospora. Membentuk hifa semu (pseudohifa) yang sebenarnya adalah rangkaian blastospora. Berdasarkan bentukbentuk jamur tersebut dikatakan bahwa C. albicans menyerupai ragi (yeast like), untuk membedakannya dari jamur yang hanya membentuk blastospora. (Jawetz, 2004). a. Mikroskopik
Kerokan kulit atau swab mukosa ditetesi dengan KOH 10% atau dapat diwarnai dengan pewarnaan Gram, dan selanjutnya dilihat dibawah mikroskop, yang dapat dilihat adalah berbentuk oval dengan sel anakan, dan berbentuk filament. (Jawetz, 2004) b. Makroskopik
Media yang biasa digunakan adalah SGA dengan atau tanpa antibiotik. Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang dapat tumbuh bersama jamur. Biakan akan o o tumbuh setelah 3 hari dengan inkubasi pada suhu kamar (25 C-30 C), dengan ukuran 3-6 μ tergantung dari lama inkubasinya. Koloni Candida berwarna krem, timbul diatas permukaan media, permukaan koloni halus dan licin, dan berbau khas ragi. (Jawetz, 2004)