Pemeriksaan Fungsi Syara Cranial I-VI Disusun Oleh: 1. Fanny Desfa 4. Luthfi Ulil A 2. Lidya Febrianti 5. Elfira Sandra 3. Lucia Lista
Nerves I (Olfaktorius) a.
b.
c.
Definisi Saraf ini berasal dari epithelium olfaktori mukosa nasal. Berkas sarafnya menjulur ke bulbus olfaktorius dan melewati traktus olfaktori sampai ke ujung lobus temporal (girus olfaktori). dan termasuk jenis saraf sensoris.Indikasi pemeriksaan. Tujuan Pemeriksaan Untuk mendeteksi adanya gangguan menghirup,selain itu untuk mengetahui apakah gangguan tersebut disebabkan olehgangguan saraf atau penyakit hidung lokal Peralatan yang dibutuhkan untuk pemeriksaan Dekongestan nasal, zat yang sudah dikenal klien seperti kopi, teh, tembakau, atau cengkeh
d.
Prosedur Pemeriksaan • Periksa lubang hidung, apakah ada sumbatan atau adanya polip atau sekret. Hal ini dapat mengurangi ketajaman penciuman sehingga mempengaruhi hasil pemeriksaan. (bersihkan sekret kemudian kalau perlu gunakan dekongestan hidung). • Zat pengetes yang digunakan adalah zat yang sudah dikenal klien seperti kopi, teh, tembakau, atau cengkeh. Hindarkan zat yang dapat mengiritasi hidung seperti mentol, amoniak, alkohol atau cuka. • Lakukan pemeriksaan terhadap hidung satu persatu. • Klien tutup mata, dan minta klien atau pemeriksa menutup salah satu lubang hidung klien,kemudian klien disuruh mencium salah satu zat pengetes dan ditanya apakah klien mencium bau sesuatu dan apa yang diciumnya. • Ulangi untuk lubang hidung yang lainnya.
e. Evaluasi Pemeriksaan normosmi jika klien dapat mengenal semua zat pengetes dengan baik, bila daya penciuman berkurang disebut hiposmi, jika tidak dapat mencium sama sekali disebut anosmi
Nerves II (Optikus) a.
b.
c.
Definisi Saraf ini bekerja membawa impuls (rangsangan) dari sel kerucut dan sel batang di retina mata untuk dibawa ke badan sel akson yang membentuk saraf optic di bola mata. Setiap saraf optic keluar dari bola mata pada bintik buta dan masuk ke rongga kranial melewati foramen optic. Nervus Optikus termasuk jenis saraf sensoris. Tujuan Pemeriksaan Untuk mengukur ketajaman penglihatan ( visus) dan menentukan apakah kelainan pada penglihatan disebabkan oleh kelainan okuler lokal atau oleh kelainan saraf. Untuk mempelajari lapang pandang. Peralatan yang dibutuhkan untuk pemeriksaan Penglihatan sentral diperiksa dengan kartu snellen, Penglihatan perifer diperiksa dengan tes konfrontasi atau dengan perimetri / kompimetri.
d.
Prosedur Pemeriksaan 1. Pemeriksaan penglihatan sentral (visual acuity): – Inspeksi mata klien terhadap kelainan – klien dianjurkan duduk pada jarak 5 atau 6 meter menghadap table – mata kanan dan kiri diperiksa bergantian dgn menutup sebelah mata – Klien disuruh membaca huruf yg ditunjuk oleh pemeriksa pada tabel snellen mulai dari atas kebawah – Bila klien dapat membaca sampai baris paling bawah,maka ketajaman penglihatannya normal(6/6).Jika tidak maka visusnya tdk normal.
2. Pemeriksaan Penglihatan Perifer(visual field): – klien disuruh duduk atau berdiri berhadapan dgn pemeriksa pd jarak 60-100 cm.jelaskan prosedur pemeriksaan – Jika mata kanan yg akn diperiksa,maka mata kiri klien hrs ditutup,misalnya dgn tangan klien atau kertas,sementara pemeriksa harus menutup mata kanannya.Kemudian klien disuruh melihat terus (memfiksasi matanya)pd mata kiri pemeriksa dan pemeriksa hrs selalu melihat ke mata kanan klien. – kemudian pemeriksa menggerakkan jari tangannya di bidang pertengahan antara pemeriksa dgn klien.Gerakan dilakukan dari arah luar kedalam – Jika klien melihat jari pemeriksa klien akn memberitahu pemeriksa,dan akn dibandingkan apakah pemeriksa jg melihatya.Bila ada gangguan penglihatan maka pemeriksa akan melihat terlebih dahulu. – Lakukan pemeriksaan ini dgn gerakan jari tangan dari semua jurusan dan kedua mata diperiksa secara bergantian.
e. Evaluasi Pemeriksaan Jika selama pemeriksaan penglihatan sentral dan penglihatan perifer pasien tidak mengalami gangguan maka tidak ada gangguan maupun kelainan pada saraf optikus
Nerves III (Okulomotor), Nervers IV (Throklear), Nerves VI (Abdusen) a.
b. c.
Definis Nervus III, IV dan VI merupakan serabut saraf motorik yang dapat berfungsi untuk menggerakkan bola mata. Nervus III (okulomotor) mensarafi otot levator palpebra superior dan semua otot ekstra okular kecuali otot rektus lateralis dan otot oblikus superior. Nervus III (okulomotor) berperan dalam kontraksi otot pupil dan membuka mata. Nervus IV (throklear) mensarafi otot oblikus superior untuk mengarahkan mata melihat ke arah hidung (rotasi internal dan depresi). Sedangkan nervus VI (abdusen) mensarafi otot rektus lateralis untuk menggerakkan mata ke samping. Peralatan yang dibutuhkan untuk pemeriksaan Senter atau penlight Tujuan Pemeriksaan Untuk mendeteksi apakah ada ptosis atau juling
d.
Prosedur pemeriksaan: • Inspeksi mata pasien untuk mendeteksi apakah ada ptosis atau juling • Pasien diminta untuk duduk tegak dan tidak menggerakkan kepala, minta pasien untuk melihat gerakan tangan atau jari pemeriksa dengan arah huruf H. Pemeriksa menggerakkan tangan atau jari ke arah samping kanan kiri, atas, bawah dan diagonal). Bola mata harus bergerak secara bersamaan dan simetris • Saat mengarahkan tangan ke samping (arah lateral), perhatikan apakah ada nistagmus pada pasien atau tidak • Refleks pupil disarafi oleh nervus II (optikus) dan nervus III (okulomotor). Nervus II untuk menghantarkan rangsangan cahaya sedangkan nervus III untuk kontraksi otot pupil. Pupil pasien diperiksa dengan menggunakan senter atau penlight. Pupil yang normal akan mengecil (konstriksi) bila disinari cahaya. Refleks konsensual (refleks tak langsung) diperiksa dengan menyinari salah satu mata dan menghalangi mata sebelahnya dengan meletakkan tangan pemeriksa di hidung pasien. Refleks pupil konsensual yang normal adalah kedua pupil akan mengecil secara bersamaan walaupun hanya 1 mata yang disinari cahaya
e. Evaluasi Pemeriksaan Jika selama pemeriksaan, bola mata pasien tidak memberikan reflek ketika kita menggerakan tangan atau jari maka pasien ada nistagmus
Nerves V (Trigeminus) a.
b. c.
Definisi Saraf gabungan tetapi beberapa bagian terdiri dari saraf sensorik. Bagian ini membentuk saraf sensorik terutama pada wajah dan rongga nasal serta rongga oral Peralatan yang dibutuhkan untuk pemeriksaan Kapas, jarum tumpul Tujuan Pemeriksaan Untuk mendeteksi apakah ada gangguan sensori pada wajah
d. Prosedur pemeriksaan • Pasien diminta untuk menutup mata • Gunakan kapas dan jarum tumpul untuk memeriksa sensorik di wajah. Sentuh tiga bagian kulit wajah pasien dan tanyakan apakan pasien dapat merasakan stimulus tersebut dan dapat membedakan sentuhan halus dan nyeri • Reflek kornea diperiksa dengan menyentuhkan ujung kornea dengan pilinan kapas. Dikatakan normal bila pasien segera mengedipkan mata • Pemeriksaan fungsi motorik nervus V (trigeminal) dengan mempalpasi otot maaseter dan temporalis. Pasien diminta untuk mengatupkan gigi rapat-rapat dan membuka mulut. Lesi nervus trigeminal unilateral dapat menyebabkan deviasi rahang ke bagian yang lumpuh Refleks hentakan rahang (jaw jerk reflect) dapat diperiksa dengan meminta pasien merilekskan otot rahangnya dan membuka sedikit mulut. Pemeriksa menempatkan ibu jari ke dagu pasien dan memukulkan palu refleks dengan ibu jari pasien sebagai alasnya.
e. Evaluasi Pemeriksaan Refleks yang normal adalah pasien sedikit megatupkan mulutnya setelah mendapatkan rangsangan.