Pemeriksaan Fisik Kardio.docx

  • Uploaded by: Neny
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pemeriksaan Fisik Kardio.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,479
  • Pages: 13
1. Pengertian kardio (Jantung) Terletak di rongga dada, di antara paru, disebut mediastinum. Bentuk jantung kerucut, memiliki apeks, tepat di atas diafragma, sebelah kiri garis tengah. Ujung jantung mengarah kebawah, depan, kiri. Bagian kiri jantung di pisahkan dengan bagian kanan oleh sekat rongga jantung. Dinding jantung mendapat vaskularisasi dari A. Coronar kiri dan kanan. Jantung di bagi menjadi empat bagian : ventrikel kanan dan kiri, atrium kanan dan kiri Dinding jantung : Keempat ruang jantung tersusun atas otot jantung a. Myokardium b. Endokardium Jantung dibungkus membran pericardium yang terdiri dari 3 lapis a. Perikardium fibrosa b. Perikardium perietalis Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005) Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010). 2. Tujuan 1. Untuk mengetahui jenis pemeriksaan fisik pada jantung 2. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan jantung 3. Untuk mengetahui normal atau abnormal 3.

Persiapan Alat

4. Prosedur Pemeriksaan kardiovaskular Inspeksi dada 1. Buka baju klien dan perlihatkan badan klien sebatas pinggangnya 2. Atur posisi klien duduk dan berdiri 3. Beri penjelasan pada klien apa yang akan dilakukan oleh pemeriksa dan anjurkan klien untuk tetap santai dan rileks 4. Lakukan pengamatan bentuk dada dari 4 sisi, yaitu 1. Depan : Perhatikan klavikula, sternum, dan tulang rusuk 2. Belakang : perhatikan bentuk tulang belakang, kesimetrisan skapula 3. Sisi kanan 4. Sisi kiri klien 5. Inspeksi bentuk dada secara keseluruhan untuk mengetahui kelainan bentuk dada dan tentukan frekuensi respirasi 6. Amati keadaan kulit dada, apakah terdapat retraksi interkostalis selama bernapas, jaringan perut, atau kelainan lainnya. Palpasi Dada Ekspansi dada 1. Berdiri di depan klien dan letakkan kedua telapak tangan secara datar pada dinding dada klien 2. Anjurkan klien untuk menarik napas 3. Rasakan gerakan dinding dada dan bandingkan sisi kanan dan sisi kiri 4. Pemeriksa berdiri di belakang klien, letakkan tangan pemeriksa disisi dada lateral klien, perhatikan getaran kesamping sewaktu klien bernapas 5. Letakkan kedua tangan pemeriksa di punggung klien-ibu jari diletakkan sepanjang penonjolan spina setinggi iga ke-10 dengan telapak menyentuh permukaan posterior. Jari-

jari harus terletak kurang lebih 5 cm terpisah dengan titik ibu jari pada sepina dan jari lain ke lateral 6. Setelah Ekshalasi, minta klien untuk bernapas dalam, observasi gerakan ibu jari pemariksa. 7. Bandingkan gerakan kedua sisi dinding dada. Teknik pemeriksaan

Kemungkinan temuan/ abnormal

Area nyeri tekan

Misalnya fraktur iga

Abdornalitasyang terlihat Misalnya massa, saluran sinus Ekspansi dada

Gangguan, kedua sisi pada PPOM dan penyakit parurestriktif

Taktil fremitus

Peningkatan atau penurunan local atau umum

Perkusi dada 1. aturkan posisi klien supinasi/telentang 2. Untuk perkusi paru anterior, perkusi dimulai dari atas klavikula kebawah pada sepasium interkostalis dengan interval 4-5 cm mengikuti pola sistematik. 3. Batas paru dextra : Perkusi dimulai dari bawah clavicula sampai dengan ICS 5. 4. Untuk menentukan batas paru sinistra: Mulai bawah clavicula sampai dengan ICS 3. 5. Bandingkan sisi kiri dan kanan 6. Anjurkan posisi klien duduk atau berdiri 7. Untuk perkusi paru posterior, lakukan perkusi mlai dari puncak paru kebawah 8. Bandingkan sisi kiri dan kanan 9. Instruksikan klien untuk menarik napas panjang dan menahannya untuk mendeterminasi gerak diafragma 10. Lakukan perkusi sepanjang garis skapula sampai pada lokasi batas bawah sampai resonan berubah menjadi redup 11. Tandai area redupnya bunyi dengn pensil/spidol 12. Instruksikan klien untuk menghembuskan napas secara maksimal dan menahannya

13. Lakukan perkusi dari bunyi redup/tanda I ke atas. Biasanya bunyi redup ke-2 ditemukan diatas tanda I 14. Beri tanda pada kulit tempat ditemukannya bunyi redup (tanda II) 15. Ukur jarak antara tanda I dan tanda II. Pada wanita jarak antara kedua tanda ini normalnya 3-5 cm, pada pria 5-6 cm 3. Prosedur Pemeriksaan kardiovaskuler (Jantung) Inspeksi dan palpasi 1. Posisikan klien terlentang dengan pemeriksa berada disebelah kanan klien 2. Lokalisasi tanda pada dada, pertama dengan memalpasi sudut louis atau sudut sternal yang teraba, seperti suatu tonjolan datar memanjang pada sternum kurang lebih 5 cm dibawah takik sentral 3. Gerakan jari-jari sepanjang sudut pada masing-masing sisi sternum untuk meraba iga kedua yang berdekatan 4. Palpasi spasium interkostal ke-2 kanan untuk menentukan area aorta dan spasium interkostalis ke-2 kiri untuk area pulmonal 5. Inspeksi dan kemudian palpasi area aorta dan area pulmonal untuk mengetahui ada/tidaknya pulsasi 6. Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area trikuspidalis/ventrikular amati adanya pulsasi 7. Dari area trikuspidalis, pindahkan tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavikula iri untuk menemukan area apical atau titik denyut maksimal (Point of Maximal Impuls, PMI) 8. Inspeksi dan palpasi area apical tersebut untuk mengetahui pulsasi 9. Untuk mengetahui pulsasi aorta lakukan inspeksi dan palpasi pada area epigastrik tepat dibawah ujung sternum. Inpeksi palpasi jantung Normal

Mencari iktus cordis

Denyutan dinding thorax karena pukulan ventrikel kiri pada dinding thorax

Inspeksi palpasi jantung Abormal

Letak impuls

Bergeser kekiri pada wanita hamil

Diameter

Peningkatan diameter amplitudo dan durasi pada dilatasi ventrikel kiri karena gagal jantung kongestif atau kardiomiopati iskemik

Amplitudo—biasanya seperti ketukan

Terus menerus pada hipertrofi ventrikel kiri : menyebar pada gagal jantung kongestif

Durasi Raba : impuls vertikel Kuatnya impuls diduga pembesaran ventrikel kanan kanan pada parasternum kiri dan area epigastrik Palpasi interkostal Pulpasi pembuluh darah besar, S2 yang menonjol ; thril pada stenosis kanan dan kiri dekat aorta atau pulmonal dengan sternum Pembesaran jantung

Ictus cordis sampai ke linea axila anterior

Normal

di ICS V Linea Medio Clavikula Sinistra selebar 1 cm

Perkusi 1. Buka area dan beri tahu klien. 2. Lakukan perkusi dari lateral kiri ke medial untuk mengetahui batas kiri jantung. 3. Lakukan perkusi dari sisi kanan ke kiri untuk mengetahui batas kanan jantung. 4. Lakukan perkusi dari atas kebawah untuk menentukan batas atas jantung. Auskultasi Bunyi Jantung

Normal  



SI : bunyi menutupnya katup aorta (A) dan katup pulmonalis (P), (Lup) Normalnya SI (M&T) dan S2 (A&P) bunyi tunggal, karena menutupnya katup M bersamaan dengan T dan A bersamaan dengan P (dup) S2 split baik sat Insp – Eks, tanda spesifik ASD atau stenosis katup P.

BUNYI JANTUNG III (S3)

   

Tempat mendengar

Bunyi Jantung untuk 4 katup : o Katup aorta : di ICS 2 linea sternalis kanan, disimak S2 – Aorta o Katup pulmonalis : di ICS 2 linea sternalis kiri, disimak S2 – Pulmonalis o Katup trikuspidalis : di ICS 4 linea sternalis kiri, disimak BJ I – T o Katup mitral : di ICS 5 linea medio clavikularis kiri, disimak S1 Mitral o Pada orang dewasa/tua yang disertai gejala payah jantung : oedema, dyspnea, S3 merupakan tanda yang cukup khas o S3 pada dekomp cordis disebut irama pacu kuda o Irama pacu kuda timbul akibat derasnya pengisian diastole dari atrium kiri ke ventrikel kiri yang sudah membesar, darah jatuh ke ruang yg lebar kemudian timbul getaran BUNYI JANTUNG IV (S4) 

Adalah bunyi berfrekwensi rendah yang terdengar tepat sebelum S1



Paling baik dengan stetoskop bel



Akibat berkurangnya kelenturan bertambahnya volume pengisian



Adalah bunyi diastolik yg terjadi selama fase pengisian akhir diastolik



Klinis : didapat klien kardiomiopati, stenosis aorta, HT berat Tidak terdengar pada orang dewasa.



Fase sistole dan diastole

Didengar di daerah mitral Terdengar sesudah S2 dengan jarak cukup jauh namun tidak melewati separo pase diastol Nada rendah lebih jelas dengan sisi bel Pada anak-anak masih normal

    

ventrikel

atau

Fase sistol : fase antara S1 dan S2 Fase diastol : fase antara S2 dan S1 Fase diastol > lama dari pada fase sistol Dengarkan apakah didapat suara-suara tambahan pada fase sistol atau diastol Suara tambahan disebut bising jantung

5. Suara redup menunjukan jantung dibawah area yang diperkusi

Auskultasi 1. Anjurkan klien bernapas secara normal dan kemudian tahan napas saat ekspirasi 2. Dengarkan suara jatung 1/S1 sambil palpasi nada karotis, perhatikan adanya splitting S1 ( bunyi S1 ganda yang terjadi dalam waktu yang sangat berhimpitan) 3. Pada awal sistole dengarkan secara seksama untuk mengetahui adanya bunyi tambahan atau mur-mur S1 4. Pada periode diastole dengarkan secara saksama untuk mengetahui adanya bunyi tambahan atau murmur 5. Anjurkan klien bernapas normal, dengarkan S2 secara saksama untuk mengetahui adanya splitting S2 saat inspirasi 6. Periksakan frekuensi jantung, yaitu setelah kedua bunyi terdengar jelas seperti “lub dup”, hitunglah setiap kombinasi S1 dan S2 sebagai 1 denyut jantung. Hitunglah banyaknya denyut selama 1 menit. S3 atau galop ventrikuler terjadi tepat setelah S2 diakhiri diastole ventrikuler. 7. kombinasi S1, S2, S3 berbunyi ken-tuck-ky. 8. S4 atau gallop atrial terjadi tepat sebelum S1 atau systole ventrikuler. Bunyi S4 sampai dengan bunyi “Tennessee”

Auskultasi jantung

Kelainan

Bising jantung/mur-mur Adadalah vibrasi / getaran yang terjadi di dalam zzztabung atau pembuluh darah besar yang diadikibatkan oleh bertambahnya arus turbulensi darah. Arus darah normal adalh stream line. Pada saat terdeteksi adanya murmur, perawat mengauskultasi area katup mitral, trikuspid, dan pulmonal untuk mengetahui tempatnya pada siklus jantung (waktu), tempat dimana bunyi dapat didengar paling baik (lokasi), radiasi, kekerasan, nada dan kualitas.

Jika murmur terjadi antara S1 dan S2, makamurmur tersebut adalah murmur sistolik. Jika murmur terjadi antara S2 dan S1 berikutnya, maka murmur tersebut adalah murmur diastolic. Lokasi murmur tidak selalu diatas katup. Melalui pengalaman, perawat dapat mempelajari dimana setiap jenis murmur paling baik dibagian apeks jantung. Untuk mengkaji radiasi perawar mendengarkan adanya murmur di atas area selain di tempat murmur tersebut paling baik terdengar. Murmur terkadang dapat didengar di leher atau punggung. Intensitas berkaitan dengan kecepatan darah yang mengalir melewati jantung dan jumlah darah yang mengalami regurgitasi.Pada murmur serius perawat dapat merasakan adanya dorongan atau sensasi intermiten Yng dapat dipalpasi didaerah auskultasi.Getaran adalah sensasi kontinu yang dapat dipalpasi seperti dengkuran kucing. Intensitas dicatat dengan penilaian sebagai berikut : Nilai 1 = sangat sulit didengar Nilai 2 = dapat didengar dengan cepat tetapi redup Nilai 3 = kerasa, tanpa dorongan atau getaran Nilai 4 = keras, dengan dorongan atau getaran Nilai 5 = sangat keras dengan dorongan atau getaran; dapat didengar dengan stetoskop yang hanya ditempelkan sebagian Nilai 6 = lebh keras, dapat didengar tanpa stetoskop Murmur dapat berupa nada rendah, sedang, atau tinggi, bergantung pada kecepatan darah yang mengalir melewati katup.Murmur bernada rendah paling baik dengar dengan belstitoskop. Jika murmur tersebut paling baik didengar dengan diafragma, maka murmur tersebut bernada tinggi

Bila darah melewati celah sempit, terjadilah arus turbulensiBila didengar mur mur harus dideskripsi : M, T, A, P ) dan penjalarannya/ atau tidak menjalar Pase sistolik atau diastolik, atau continues mur mur Tempatnya : Hampir tak terdengar Terdengar lemah Terjadinya pada Agak keras Keras Derajatnya / grade Sangat kerasSampai saat stetoskope diangkat sedikit, masih terdengar keras Merupakan gambaran sempit/tidaknya celah yang dilalui darah. Makin sempit nada makin tinggi. Cresindo : Makin keras terdengar Decresendo : Makin melemah Musikal : cresindo – dekresindo Jika S1&S2 intervalnya tidak teratur disebut disritmia. Tinggi rendahnya nada

.Kualitasnya Bunyi jantung

5. Prosedur Pemeriksaan Payudara dan Ketiak Inspeksi 1. Atur posisi klien duduk menghadap kedepan, telanjang dada dengan kedua lenngan rileks disisi tubuh 2. Lakukan observasi sesuai garis imajiner yang membagi payudara menjadi 4 kuadran dan sebuah ekor 3. Inspeksi ukuran, bentuk, dan kesimetrisannya 4. Inspeksi warna kulit, lesi, edema, pembengkakan, massa, pendataran, lesung, dll 5. Inspeksi puting dan areola terhadap ukuran, warna dan bentuk, arah titik puting, serta keluaran

6. Inspeksi adanya retraksi dengan meminta klien melakukan 3 posisi : 1. Mengangkat lengan keatas 2. Menekankan tangan ke pinggang 3. Mengekstensikan tangan lurus kedepan saat duduk 7. Inspeksi ketiak dan klavikula untuk mengetahui adanya kemerahan, pembengkakan, inveksi, pigmentasi Teknik Pemeriksaan

Kemungkinan temuan

Inspeksi payudara dalam 4 posisi Ukuran dan simetri Kontur Penampilan kulit

Perkembangan, asimetri Pendataran Edema (Peu d’ orange) dijumpai pada kanker pada kanker payudara

Inspeksi puting Bandingkan ukuran untuk, dan arah Infersi, retraksi, deviasi putting Penyakit paget pada putting, galaktorea Perhatikan setiap ruam, ulkus, atau rabas putting

Palpasi 1. Lakukan palpasi disekeliling puting susu untuk mengetahui adanya keluaran 2. Palpasi daerah klavikula dan ketiak terutama pada area limfe nodi 3. Palpasi setiap payudara, untuk payudara yang berukuran besar terlebih dahulu palpasi dengan cara menekan telapak tangan/3 jari tengah ke permukaan payudara pada kuadran samping atas. Lakukan palpasi dengan gerakan memutar terhadap dinding dada dari tepi menuju areola dan memutar searah jarum jam 4. Palpasi payudara sebelahnya 5. Catat hasil pemeriksaan Massa payudara yang dapat di palpasi Usia

Lesi yang lazim ditemukan

Karakteristik

15-25

Fibroadenoma

Biasanya lunak, bulat, dapat digerakkan tidak ada nyeri tekan

25-50

Kista

Perubahan Fibrokistik kanker

Biasanya lunak sampai keras, bulat dapat digerakkan sering nyeri tekan. Nodular, seperti jalinan tali tidak teratur berbentuk stelata, keras, batasan tidak jelas dengan jaringan sekitar

50 atau lebih

Kanker sampai sebaliknya

terbukti Seperti di atas

Wanita hamil laktasi

Adenoma pada masa laktasi, Seperti di atas kista, mastitis, dan kanker

Catatan Hasil normal pemeriksaan payudara 1. Payudara umumnya melekat dari iga ketiga sampai iga keempat, dengan puting setinggi celah interkostal keempat. Salah satu payudara mungkin lebih kecil daripada payudara satunya. 2. Payudara bervariasi dari bentuknya, mulai dari cembung, menggantung atau bentuk kerucut. 3. Payudara berwarna seperti warna kulit disekitarnya, dan pola vena secara bilateral serupa. 4. Warna aerola berkisar mulai dari merah muda sampai coklat. Pada wanita berkulit terang aerola berubah menjadi coklat selama kehamilan dan tetap gelap. Pada wanita berkulita gelap aerola berwarna coklat sebelum kehamilan. 5. Puting sedikit tidak simetris adalah biasa. Kebanyakan mencuat keluar payudara. 6. Putting berwarna sama dengan aerola. 7. Normalnya tidak terjadi pengeluaran, pengeluaran berwarna kuning jernih setelah 2 hari kelahiran anak umum terjadi. 8. Kulit halus dan kering. 9. Pubertas : Kuncup payudara timbul, putting berwarna lebih gelap, diameter aerola bertambah dan salah satu payudara mungkin tumbuh lebih cepat. 10. Dewasa muda : payudara mencapai ukuran normal, bentuk biasanya simetris, dan salah satu payudara mungkin berukuran besar. 11. Kehamilan : Payudara membesar 2 atau 3 kali ukuran normalnya, putting membesar dan bias jadi ereksi, aerola menjadi lebih gelap, vena supervisial payudara mmungkin menonjol, dan cairan kekuningan (kolostrum) mmungkin keluar dari puting .

12. Monopause : payudara mengerut dan jaringannya menjadi lebih lunak dan terkadang menjadi kendur. 13. Usia lanjut : Penyakit kista kronik menurun setelah monopause. Jaringan lemak bertambah, jaringan glandular atrpopi, ligament penyokong rilek, dan payudara tampak memanjang atau menggantung, putting mengecil.

BAB III PENUTUP

1. Simpulan Pemeriksaan dada (Thorax) adalah untuk mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi dari dada dan organ di dalamnya. Pemeriksaan dilaksanakan dengan Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan thorax meliputi : pemeriksaan paru, jantung, payudara & ketiak, abdomen. 2. Saran Dengan penyusunan makalah ini diharapkan mahasiswa-mahasiswi dapat melakukan praktek pemeriksaan fisik sesuai prosedur yang sudah ada.

DAFTAR PUSTAKA

Syaifudin,Drs.H.(2006).Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta.

Kusyati, Eni.dkk.(2006). Keterampilan dan Prosedur Laboratorium.Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Bicklei S, Lynn. (2008).Pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan Bates. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Niluh Gede Yasmin Asih, S.kep dan Christantie Effeendy, S.kep (2006). Keperawatan Medikal Bedah Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Related Documents


More Documents from "bardah wasalamah"