I. Pemeriksaan Diagnostik 1. Mendeteksi antigen virus dengan PCR (Polimerase Chain Reaction) 2. Tes ELSA memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah ineksi 3. Hasil positi dikonfirmasi dengan pemeriksaaan western blot 4. Serologis : skraning HIV dengan ELISA, Tes wwestern blot, limfosit T 5. Pemeriksaan darah rutin 6. Pemeriksaan neurologist 7. Tes fungsi paru, broskoscopi
J. Penatalaksanaan Penyakit AIDS belum di temukan cara penyembuhanya, yang perlu di lakukan adalah pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan : a. Melakukan hubungan kelamin/sex dengan pasangan yang tidak terinfeksi. b. Melakukan pemeriksaan 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi. c. Menggunakan alat kontrasepsi atau pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status HIV nya. d. Tidak melakukan pertukaran jarum suntik,jaru tato,dan sebagainya. e.
Melakukan
pencegahan infeksi ke bayi baru lahir atau janin. e. Jika terinfeksi HIV, maka pengendaliannya yaitu : 1) Terapi Infeksi Opurtunistik : terapi ini bertujuan
menghilangkan, pemulihan
pengendalian infeksi , nasokomial, sepsis atau opurtunistik. Melakukan pengendalian inveksi yang aman untuk pencegahan kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis. 2) Terapi AZT (Azidotimidin) Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 >500 mm 3
3) Terapi Antiviral Baru Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus/memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah: a) Disanose b) Ribavirin c) Diedoxycytidine d) Recombinant CD 4 dapat larut e) Vaksin dan Rekonstruksi Virus Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS. f) Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. g) Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV). K. Pencegahan 1. A (Abstinence): artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi yang belum menikah. 2. B (Be faithful): artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak bergantiganti pasangan). 3. C (Condom): artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan menggunakan kondom. 4. D (Drug No): artinya Dilarang menggunakan narkoba. 5. E (Education): artinya pemberian Edukasi dan informasi yang benar mengenai HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya. L. Prognosis Para peneliti telah mengamati dua pola umum penyakit pada anak yang terinfeksi HIV.Sekitar 20 % dari anak-anak mengembangkan penyakit serius pada tahun pertama
kehiduan. Sebagian besar anak-anak ini meninggal pada usia 4 tahun. Perempuan yang terinfeksi HIV dan terdeteksi dini serta menerima pengobatan yang tepat bertahan lebih lama daripada pria. Orang tua yang didiagnosis HIV tidak cukup hidup selama orang muda yang memiliki virus ini. Meskipun D upaya yang signifikan, namun tidak ada vaksin yang efektif terhadap HIV. Oleh karena itu, hal ini dapat berakibat fatal jika tidak ada pengobatan. M. Advokasi dan Legal Etik Peran perawat sebagai Advokasi klien dengan HIV yaitu dapa melakukan perawatan dalam membantu klien, keluarga dalam mengiterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperatan yang diberikan kepada klien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak klien yang meliputi ha katas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri, dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalainan. 1. Asas menghormati otonomi klien Klien mempunyai kebebasan untuk mengetahui dan memutusakan apa yang akan dilakukan terhadapnya, untuk ini perlu diberikan informasi yang cukup. 2. Asas kejujuran Tenaga kesehatan hendaknya mengatakan yang sebenarnya tentang apa yang terjadi apa yang akan dilakukan serta resiko yang dapat terjadi.
3. Asas tidak merugikan Tenaga kesehatan tidak melakukan tindakan yang tidak diperlukan dan mengutamakan tidakn yang tidak merugikan klien serta mengupayakan risiko yang paling minimal atas tindakan yang dilakukan. 4. Asas manfaat Semuan tindakan yang dilakukna terhadap klien harus bermanfaat bagi klien utnuk mengurangi pernderitaan atau memperpanjang hidupnya. 5. Asas kerahasiaan Kerahasiaan klien harus dihormati meskipun klien telah meninggal. 6. Asa keadilan
Tanaga kesehatan harus adil, tidak membedakan kedudukan sosial ekonomi, oedidikan, gender, agama, dan lain sebagainya. Prinsip etik yang harus dipegang oleh seseorang, masyarkat, nasional, dan internasional dalam menghadapi HIV/AIDS adalah : 1. Empati Ikut merasakn penderitaab sesame termasuk ODHA dengan penuh kasih sayang dan kesediaan saling menolong. 2. Solidaritas Secara bersama-sma membantu meringankan dan melawan ketidakadilan yang diakibatkan oleh HIV/AIDS. 3. Tanggung Jawab Bertanggung jawab mencegah penyebaran dan memberikan perawatan pada ODHA (DepKes, 2003).
Satuan Acara Penyuluhan Judul
: Cara Perawatan Pasien HIV Di Rumah
Sasaran
: Keluarga Pasien
Tempat
: Ruang 29 RSSA Malang
Hari/Tanggal : Jumat, 23 Mei 2014 Waktu
: 30 menit
Media/Sarana : Power Point Metode
: Ceramah dan Tanya Jawab
A. LATAR BELAKANG Penemuan obat antiretroviral (ARV) pada tahun 1996 mendorong suatu revolusi dalam perawatan ODHA di negara maju. Meskipun belum mampu menyembuhkan penyakit dan menambah tantangan dalam hal efek samping serta resistensi kronis terhadap obat, namun secara dramatis terapi ARV menurunkan angka kematian dan kesakitan, meningkatkan kualitas hidup ODHA, dan meningkatkan harapan masyarakat, sehingga pada saat ini HIV dan AIDS telah diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang menakutkan.
Di Indonesia, sejak tahun 1999 telah terjadi peningkatan jumlah ODHA pada kelompok orang berperilaku risiko tinggi tertular HIV yaitu para penjaja seks komersial dan penyalah-guna NAPZA suntikan dibeberapa provinsi seperti DKI Jakarta, Riau, Bali, Jawa Barat dan Jawa Timur sehingga provinsi tersebut tergolong sebagai daerah dengan tingkat epidemi terkonsentrasi (concentrated level of epidemic). Tanah Papua sudah memasuki tingkat epidemi meluas (generalized epidemic). Hasil estimasi tahun 2009, di Indonesia terdapat 186.000 orang dengan HIV positif.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkansebanyak 278 rumah sakit rujukan
Odha
(Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
780/MENKES/SK/IV/2011 tentang Penetapan Lanjutan Rumah Sakit Rujukan Bagi Orang dengan HIV yang tersebar di hampir semua provinsi di Indonesia. Dari Laporan Situasi
Perkembangan HIV & AIDS di Indonesia sampai dengan September 2011 tercatat jumlah Odha yang mendapatkan terapi ARV sebanyak 22.843 dari 33 provinsi dan 300 kab/kota, dengan rasio laki-laki dan perempuan 3 : 1, dan persentase tertinggi pada kelompok usia 20-29 tahun. Program penanggulangan AIDS di Indonesia mempunyai 4 pilar, yang semuanya menuju pada paradigma Zero new infection, Zero AIDS-related death dan Zero Discrimination. Empat pilar tersebut adalah: 1. Pencegahan (prevention); yang meliputi pencegahan penularan HIV melalui transmisi seksual dan alat suntik, pencegahan di lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan, pencegahan HIV dari ibu ke bayi (Prevention Mother to Child Transmission, PMTCT), pencegahan di kalangan pelanggan penjaja seks, dan lain-lain. 2. Perawatan, dukungan dan pengobatan (PDP); yang meliputi penguatan dan pengembangan layanan kesehatan, pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik, pengobatan antiretroviral dan dukungan serta pendidikan dan pelatihan bagi ODHA. Program PDP terutama ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan rawat inap, angka kematian yang berhubungan dengan AIDS, dan meningkatkan kualitas hidup orang terinfeksi HIV (berbagai stadium). Pencapaian tujuan tersebut dapat dilakukan antara lain dengan pemberian terapi antiretroviral (ARV). 3. Mitigasi dampak berupa dukungan psikososio-ekonomi. 4. Penciptaan lingkungan yang kondusif (creating enabling environment) yang meliputi program peningkatan lingkungan yang kondusif adalah dengan penguatan kelembagaan dan manajemen, manajemen program serta penyelarasan kebijakan dan lain-lain.
B. TUJUAN INSTRUKTIONAL 1. Tujuan Umum Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta mampu mengetahui dan memahami tentang cara perawatan pasien HIV di rumah 2. Tujuan Khusus Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat: a. Mengetahui pengertian HIV b. Mengetahui cara perawatan pasien HIV c. Mengetahui tujuan perawatan pasien HIV
C. SUB POKOK BAHASAN 1. Pengertian HIV 2. Cara perawatan pasien dengan HIV 3. Tujuan perawatan pasien HIV
a. Kegiatan Penyuluhan Tahap
Waktu
Pendahuluan 5 menit
Kegiatan Perawat 1. Memberi salam 2. Memperkenalkan diri
Kegiatan Klien 1. Menjawab salam 2. Mendegarkan
3. Menhelaskan tujuan penyuluhan dan pokok materi
dan
Metode
Media
Ceramah
-
dan tanya jawab
memperhatikan 3. Mejawab pertanyaan
yang akan disampaikan 4. Menggali Pengetauan keluarga pasien tentang HIV Penyajian
15 menit
Menjelaskan materi : 1. Pengertian HIV
Mendengarkan dan
Ceramah
memperhatikan
dan
2. Cara perawatan
tanya
pasien dengan
jawab
HIV Penutup
10 menit
1. Penegasan Materi 2. Memberikan kesempatan kepada
1. Mengajukan pertanyaan 2. Menjawab pertanyaan
Tanya jawab
PPT
peserta untuk
yang diberikan
bertanya
oleh penyuluh
3. Meminta peserta untuk menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan dengan singkat menggunakan bahasa peserta sendiri 4. Memberikan pertanyaan kepada peserta tetang materi yang telah disampaikan 5. Menutup acara dan mengucapkan salam
3. Membalas salam
b. Evaluasi Peserta, diharapkan: Mampu memahami apa itu HIV Mengerti minimal 5 dari 11 tanda dan gejala HIV Mengerti cara penularan HIV Mengerti minimal 5 pencegahan penularan virus HIV Mampu mempraktekkan perawatan pasien HIV di rumah Proses, diharapkan: Berjalan dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan perencanaan Peserta memperhatikan selama kegiatan penyuluhan dilakukan c. Media Power Point d. Pengorganisasian Penyaji: Mahasiswa STIKES BETHESDA YAKKUM Materi Terlampir
MATERI A. Definisi HIV/ AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu virus yang menyerang sel darah putih manusia dan menyebabkan menurunnya kekebalan atau daya tahan tubuh, sehingga mudah terserang penyakit (ANCP-Aus AID, 2002), sedangkan AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrom) adalah sindrom dengan gejala infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi HIV (Human Immuno Deficiency Virus) yang biasanya akan membawa kematian pada akhirnya. B. Tanda dan Gejala Gejala utama/ mayor : 1. Demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan 2. Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus 3. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam tiga bulan. 4. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis. 5. Batuk kronis selama lebih dari satu bulan 6. nfeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur Candida Alcibicans. 7. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap diseluruh tubuh 8. Kandidiasis orofaringeal 9. Herpes simplek kronik progresif 10. Limfadenopati 11. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin. (Depkes RI, 2003). C. Cara penularan dan pencegahan HIV dapat ditularkan (Depkes RI, 2006): 1. Melalui hubungan seksual. Hubungan seks melalui vagina dan anus mempunyai resiko yang tinggi, sedang hubungan seks oral mempunyai resiko rendah. 2. Melalui jarum suntik atau spuit yang dipergunakan bersama untuk menyuntikkan obat-obatan atau steroid. 3. Infeksi dari ibu hamil kepada bayinya, sewaktu sedang hamil, melahirkan, atau sewaktu menyusui. 4. Waktu membuat tato. HIV tidak ditularkan melalui:
1. Tempat duduk WC 2. Sentuhan dengan pengidap HIV 3. Melalui bersin 4. Berpelukan 5. Hidup serumah dengan penderita HIV/ AIDS, dan 6. Hubungan sosial yang lain. D. Perawatan kompherensif berkesinambungan Perawatan kompherensif melibatkan suatu jejaring kerja diantaranya sumber daya yang ada dalam rangka memberikan pelayanan dan perawatan holistik, kompherensif dan dukungan yang luas bagi ODHA dan keluarganya. Sebelum diputuskan untuk memberikan perawatan kompherensif perlu ditimbangkan beberapa hal antara lain sumber daya yang memadai yaitu dukungan dana, bahan dan alat, sumber daya manusia baik dari pihak pemerintah atau masyarakat. Komponen perawatan kompherensif meliputi : 1. Konseling dan tes HIV sukarela (Voluntary counseling and Testing / VCT) adalah pelayanan dan perawatan, tempat mereka (ODHA) datang untuk bertanya, belajar, menerima status HIV/AIDS seseorang dengan privasi yang terjaga. 2. Tatalaksana klinis kasus infeksi simtomatik dengan diagnosa dini yang memadai, pengobatan yang rasional, maupun pemulangan yang terencana. 3. Asuhan keperawatan yang mampu memberikan kenyamanan pasien dan hegienis, mampu mengendalikan infeksi dengan baik, melatih dan mendidik keluarga tentang perawatan di rumah dan pencegahan penularan. 4. Promosi gizi yang baik, dukungan psikologis dan emosional, dukungan spritual, dan konseling. 5. Melakukan kontrol secara rutin dan meminum obat secara teratur agar HIV tidak resisten terhadap obat. 6. Menguranginya dan menyingkirkan stigma, membangun sikap positif dari masyarakat terhadap ODHA dan keluarganya, termasuk para petugas kesehatan. 7. Dukungan sosial atau rujukan kepada pelayanan sosial untuk mengatasi permasalahan tempat tinggal, pekerjaan, bantuan hukum, dan mencegah diskriminasi. (Depkes RI, 2003)
E. Perawatan HIV di Rumah 1. Penularan HIV Melalui seks vagina, anal atau mulut tanpa kondom dengan seseorang yang terinfeksi HIV Melalui penggunaan jarum suntik atau semprit bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV Dari ibu ke bayinya sebelum bayi dilahirkan, selama kelahiran atau melalui pemberian ASI. Petugas kesehatan seperti perawat, beresiko tertular HIV jika mereka tertusuk jarum yang mengandung darah yang tercemar HIV atau terpercik darah yang tercemar HIV pada mata, hidung, mulut atau pada luka atau radang yang terbuka Hanya sedikit orang yang tinggal serumah dengan ODHA atau orang yang merawat ODHA pernah terinfeksi. Infeksi mungkin terjadi melalui pemakaian pisau cukur bergantian, menyentuh darah ODHA pada luka atau radang yang terbuka, atau cara lain yang berhubungan dengan darah ODHA. 2. Bagaimana HIV tidak ditularkan: Kita tidak akan terinfeksi HIV dari udara, makanan, air, gigitan serangga, hewan, piring, pisau, garpu, sendok, Kloset/WC, cium pipi, bersalaman atau lainnya yang tidak melibatkan darah, air mani, cairan vagina, atau ASI. Kita tidak akan terinfeksi HIV dari kotoran, cairan hidung, air liur, keringat, air mata, air seni atau muntah kecuali cairan ini bercampur darah. Kita dapat membantu ODHA dengan makan, mengganti pakaian bahkan memandikannya tanpa resiko terinfeksi, asal kita dapat melindungi diri kita misalnya pakai sarung tangan sekali pakai jika harus membersihkan atau menolong ODHA yang sedang diare. Cucilah tangan dengan teliti setelah melepaskan sarung tangan. 3. Mencegah Penularan HIV di rumah Mencuci tangan Sarung tangan, gaun, dan masker Cuci piring yang digunakan penderita dengan air panas bersabun
Penderita AIDS tidak memerlukan kamar mandi dan dapur yang terpisah kecuali bila penderita mengalami inkontinen atau diare atau luka herpes. Bila darah, urin atau cairan tubuh lainnya tumpah, bersihkanlah segera dengan air sabun panas dan desinfektan. Cuci semua pakaian penderita secara terpisah.Gunakan sarung tangan saat mengurus pakaian kotor, cuci dalam air panas dan deterjen enzimatik Letakkan sarung tangan, tampon, bantalan linen-saver, tisu, dan barang lain dalam plastik bersegel sebelum dibuang Buang jarum injeksi yang telah digunakan ke dalam plastik tahan tusuk atau kaleng metal dan disegel. Jangan mematahkan jarum. Jangan berbagi barang seperti sikat gigi, pencukur, atau barang lainnya yang bisa mengandung darah yang terkontaminasi. 4. Menghindari ODHA terkena infeksi lainnya Cuci tangan sebelum : memasak, makan, menyuapi makanan dan memberi obat Cuci tangan setelah : memakai kertas tissu toilet, mengganti popok/pakaian dalam Gunakan air bersih (matang) untuk makan/minum terutama untuk anak-anak Cucilah seprei/handuk/baju dengan sabun dan air Simpanlah makanan dalam tempat tertutup sehingga tidak tercemar oleh kotoran/lalat Bila ada anggota keluarga yang sakit, cucilah gelas sebelum digunakan orang lain Jangan meludah disembarang tempat Cucilah dengan air bersih buah-buahan dan sayuran segar yang langsung dimakan tanpa dimasak Membuang sampah pada tempatnya, kelola dengan benar (ditimbun/dibakar).5. 5. Membantu ODHA merasa nyaman di rumah: Menghormati kemandirian dan kebebasan pribadinya. Membiarkan dia mengatur segala sesuatu yang dia bisa. Mintalah izin untuk masuk ke ruangannya, atau untuk duduk bersamanya, dan sebagainya. Perkataan Boleh saya bantu? membiarkan dia tetap bisa memegang kendali.
Menanyakan apa yang dapat kita lakukan untuk membuatnya nyaman. Banyak orang merasa malu untuk meminta bantuan, khususnya bantuan seperti memakai kakus, mandi, bercukur, makan, dan berpakaian. Menjaga rumah tetap bersih dan kelihatan bercahaya dan menyenangkan. Menempatkan kamar ODHA dekat kamar mandi. Menyediakan serbet kertas (tisu), handuk, keranjang sampah, selimut tambahan dan benda-benda lain yang mungkin diperlukan dekat ODHA, sehingga dia dapat menjangkaunya sendiri dari tempat tidur atau kursi.
DAFTAR PUSTAKAN Ursalam & Ninuk, K.D. (2007). Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika. Eliastam, M. (1998). Buku saku: Penuntun kedaruratan medis. Ed.6. Jakarta: EGC. Wikipedia. (2012). AIDS. Di akses dari http://id.wikipedia.org/w perawatan pasien HIV/ AIDS di rumah. iki/AIDS. Pada tanggal 17 September 2012. Pukul 20.00 WIB