Pembuatan Simplisia

  • Uploaded by: Monicha Sri Mahesa
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pembuatan Simplisia as PDF for free.

More details

  • Words: 1,759
  • Pages: 11
BAB I PENDAHULUAN

1. 1

DASAR TEORI

Simplisia

adalah bahan alamiah

yang dipergunakan

sebagai

obat

yang belum

mengalami penolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain. Simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikanatau mineral (Sutrisno, 1986). Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman, atauekssudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel yang secaraspontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zatnabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya. Simplisia hewani ialahsimplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisiayang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah dengan cara sederhanadan belum berupa zat kimia murni. Untuk menjalin keseragaman senyawa aktif, keamanan ,ataupun kegunaannya maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Untuk memenuhi persyaratan minimal itu,ada beberapa faktor yang berpengaruh antara lain: a. Bahan baku simplisia b. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia c. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia Pemilihan sumber tanaman obat sebagai sumber bahan baku simplisia nabati merupakan salah

satu

faktor

yang

sangat

berpengfaruh

pada

mutu

simplisia,

termasuk

di

dalamnya pemilihan bibit (untuk tumbuhan hasil budidaya) dan pengolahan maupun jenis tanah tempat tumbuh tanaman obat. Sebagai sumber simplisia, tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau tanaman budidaya. (Syamsuhidayat, 1991) Kementrian Negara Riset dan Teknologi mengakui bahwa aspek pasca penen merupakan hal yang selama ini kurang diperhatikan secara optimal. Secara garis besar, tahap-tahap pembuatan simplisia khususnya rimpang temu-temuan adalah:

1. Pengumpulan bahan baku 2. Sortasi basah 3. Pencucian 4. Perajangan 5. Pengeringan 6. Sortasi kering 7. Pengepakan dan penyimpanan Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yang menentukan mutu simplisia dalam berbagai artian, yaitu komposisi senyawa kandungan, kontaminasi, dan stabilitas bahan. Namun demikian, simplisia sebagai produk olahan, variasi senyawa kandungan dapat diperkecil, diatur, diajegkan. Hal ini karena penerapan iptek pertanian pasca panen yang terstandar.Dalam hal simplisia sebagai bahan baku dan produk siap dikonsumsi langsung dapat dipertimbangkan tiga konsep ungtuk menyusun parameter standar umum: (Harbone, 1987) 1. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya memenuhi 3 parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan biologis), serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan, dan transportasi) 2. Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat tetapdiupayakan memenuhi 3 paradigma seperti produk kefarmasian lainnya, yaitu: Quality/Safety/Efficacy (mutu/aman/manfaat). 3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggung jawab terhadap respon biologis harus mempunyai spesifikasi kimia, yaitu informasi, komposisi(jenis dan kadar) senyawa kandungan. Standarisasi simplisia tidak lain pemenuhan terhadap persyaratan sebagai bahan dan penetapan nilai berbagai parameter dai produk seperti yang telah ditetapkan. Standarisasisim plisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan untuk obat atau sebagai bahan baku harus memenuhi standar mutu. Sebagai parameter standar yang digunakan adalah persyaratan yang tercantum dalam monografi resmi terbitan DepKes RI seperti Materia Medika Indonesia. Sedangkan sebagai produk yang langsung dikonsumsi) masih harus memenuhi persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan peraturan yang berlaku. (Sutrisno, 1986)

Kingdom : Plantae Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Myrtales

Famili

: Myrtaceae

Genus

: Syzygium

Spesies

: Syzygium aqueum

Morfologi dapat dilihat berdasarkan bagian-bagiannya yaitu: (DepKes RI, 1980) 1. Akar (radix) Tanaman Perakaran memiliki percabangan yang berukuran relatif kecil, yang merupakan bagian dari akar tunggang.

2. Batang (Caulis) Tanaman Batang tanaman jambu air merupakan batang berkayu, memiliki struktur keras dan kuat, tekstur kasar, berwarna kecoklatan dan terdapat bercak coklat. Batang tumbuh dengan tegak dan mencapai ketinggian berkisar 3 m-10 m atau bahkan lebih.

3. Daun (Folium) Tanaman Daun tanaman jambu adalah jenis daun tunggal, berhadapan dan bertangkai. Panjang daun berkisar 15-20 cm dan lebar 4-6 cm atau lebih dengan pertulangan menyirip dan berwarna hijau.

4. Bunga Tanaman Bunga tanaman jambu adalah bunga jenis majemuk, karangan bunga berbentuk malai serta memiliki bunga berwarna kuning keputihan. Bunga tanaman jambu air terletak di ketiak daun, bagian kelopaknya berbentuk corong, benang sari berukuran 3-3,5 cm berwarna putih dan terdapat lebih dari 20 benang sari dengan ukuran putik 4-5 cm berwarna hijau pucat. Bunga tanaman jambu air juga disebut dengan bunga lengkap.

5. Buah tanaman Buah tanaman jambu berbentuk lonceng, kerucut atau berbentuk membulat keatas berwarna hijau ketika masih mudah dan berwarna kemerahan ketika sudah tua/matang. Biji tanaman

jambu air berbentuk seperti ginjal berwarna putih hingga coklat dengan berdiameter 1-1,5 cm, dan memiliki selaput berwarna putih. Jambu Air (Syzgii aqueum) memiliki khasiat pada setiap bagian tanamannya, yaitu: (Widiastuti, 2004)

Bijinya Digunakan sebagai obat diare, asma, serta menurunkan demam. Sedangkan biji buah segarnya dapat membantu menyembuhkan penyakit disentri, katarak, serta diabetes. Bunganya Digunakan untuk membantu menurunkan demam. Apabila dicampur dengan daunnya dan dihancurkan serta dijadikan masker, bunga jambu air dapat membantu meredakan cacar air. Daunnya Daun jambu air dapat dimanfaatkan sebagai obat mata serta melancarkan pencernaan. Batang kayunya Digunakan untuk mengatasi segala penyakit yang berhubungan dengan pernafasan, mulai dari asma, bronkitis hingga problem infeksi tenggorokan, serta diare, dan astringen Akarnya Akar jambu air dapat dimanfaatkan sebagai obat yang menyembuhkan penyakit epilepsi Buahnya Membantu mengatasi diabetes, menurunkan kadar kolestrol, serta mengurangi resiko terkena kanker payudara pada perempuan. Kandungan yang terdapat dalam tumbuhan jambu air, terutama pada batangnya yaitu Saponin, Tanin 11,5%, Flavonoid, Kuinon, Steroid/Terpenoid.

1. 2

TUJUAN PERCOBAAN a. Mahasiswa diharapkan dapat membuat simplisia termasuk uji kualitasnya secara makroskopis maupun mikroskopis b. Mahasiswa diharapkan dapat menetapkan parameter standarisasi simplisia meliputi; penetapan kadar air dan kadar abu, penetapan susut pengeriangan, dan penetapan kadar minyaka atsiri

BAB II METODOLOGI KERJA ο‚·

ALAT DAN BAHAN Alat: Mesh Oven Pisau Plastik Timbangan

Bahan: Air Kulit Jambu Air (Syzygii aqueum) ο‚·

CARA KERJA a. Dikumpulkan bahan baku, yaitu tumbuhan Syzygii aqueum b. Dilakukan sortasi basah c. Dilakukan pencucian d. Dilakukan perajangan e. Dilakukan pengeringan f. Dilakukan sortasi kering g. Dilakukan pengepakan dan penyimpanan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1

DATA PENGAMATAN ο‚·

Uji Organoleptis Kulit Jambu Air (Syzygii aqueum) Makroskopik: Potongan-potongan

kulit

panjang,

lebar,

dan

bervariasi,umumnya

agak

menggulung, kulit yang lebar menggulung pada kedua pinggir. Permukaan luar berwarna coklat keabuan, kulit yang bergabus warna coklat keabuan sampai coklat tua dengan garis-garis halus membujur tidak beraturan. Permukaan dalam rata atau tidak berserabut warna coklat lebih muda. Bekas patahan agak rata. Mikroskopik: Bentuk: serbuk Warna: coklat muda hingga coklat keabuan Rasa: tidak berasa namun kelamaan kelat Bau: agak harum Kegunaan:Antidiare dan astringen

Berat Awal

: 2000 gram

Berat sortasi basah

: 1500 gram

Berat sortasi kering

: 645 gram

Susut Pengeringan

: 57%

% Rendemen

: 43%

3.2

PERHITUNGAN a. Susut Pengeringan Berat sebelum pemanasan - Berat sesudah pemanas x 100% Berat sebelum pemanasan = 1500 – 645 x 100% 1500 = 57% b. % Rendemen π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘Žπ‘˜β„Žπ‘–π‘Ÿ π‘₯100% π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘ π‘’π‘π‘’π‘™π‘’π‘š π‘π‘’π‘šπ‘Žπ‘›π‘Žπ‘ π‘Žπ‘› 645 = 1500 π‘₯100%

= 43%

3.3

PEMBAHASAN Pada praktikum pembuatan simplisia Kulit Jambu Air (Syzygii aqueum cortex). Pada

umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu. a. Pengumpulan Bahan Baku Pengumpulan bahan baku dilakukan pada malam hari, dan dilakukan pengambilan batang secara merata. b. Sortasi Basah Batang yang sudah dikumpulkan dilakukan sortasi basah untuk memisahkan cortex dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastic untuk dilakukan pencucian, hasil dari sortasi basah didapatkan berat sebesar 1500 gram

c. Pencucian Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amatiair bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larutdalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubanglubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkandalam wadah plastik/ember.

d. Perajangan Perajangan dilakukan dengan pisau dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 1cm. Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember.Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.

e. Pengeringan Pengeringan dapat dilakukan yaitu dengan alat pemanas/oven pada suhu 40-50Β°C. Cortex yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa cortex tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah cortex yang dihasilkan yaitu 645 gram.

f. Sortasi Kering Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotorankotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemen nya). Berat cortex dari hasil sortasi kering yaitu…. Dan didaptkan berat rendemennya sebesar 43%

g. Pengepakan dan Penyimpanan Setelah bersih, cortex yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong kertas). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut.

Kondisi tempat penyimpanan harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30Β°C dan memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari darisinar matahari langsung), serta bersih. Dan pada tahapan ini dimasukkan silica gel pada wadah yang digunakan agar simplisia tidak lembab, karena sudah diserap sepenuhnya oleh silica gel. Jadi, simplisia dapat bertahan lama. Pada pembuatan simplisia Syzygii aqueum cortex, kelompok kami telah melakukan beberapa perhitungan, yaitu susut pengeringan dan rendemen. Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap dari suatu zat. Susut pengeringan berbeda dengan penetapan kadar air. Di dalam penetapan kadar susut pengeringan yang dihitung adalah zat-zat yang menguap yang ada dalam simplisia termasuk air. Selain air, zatlain yang mungkin menguap adalah minyak atsiri, minyak, dan lain-lain. Jadi secara teoritisangka susut pengeringan bias lebih besar dari angka kadar air. Dan pada simplisia kelompok kami, didapatkan susut pengeringan sebesar 57%. Sedangakan rendemen, rendemen adalah perbandingan jumlah (kuantitas) yang dihasilkan dari ekstraksi suatu tumbuhan. Rendemen menggunakan satuan persen (%). Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan hasil esktrak semakin banyak. Rendemen yang didapat dari simplisia Syzygii aqueum cortex ini adalah 43%.

BAB IV KESIMPULAN

Dari praktikum pembuatan simplisia Syzygii aqueum cortex ini, dapat disimpulkan: ο‚·

Simplisia merupakan bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami penolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain.

ο‚·

Tahapan pembuatan simplisia yaitu Pengumpulan bahan baku, Sortasi basah, Pencucian, Perajangan, Pengeringan, Sortasi kering, Pengepakan dan penyimpanan

ο‚·

Hasil rendemen yang didapat yaitu 43%

ο‚·

Hasil susut pengeringan yang didapat yaitu 57%

DAFTAR PUSTAKA

Harbone, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit ITB. Sutrisno, R. B. 1986. Analisis Jamu Edisi 1. Jakarta: Penerbit Universitas Pancasila. Syamsuhidayat, S. S., dan Hutapea, J. R. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Widiastuti S, dan Yuli, 2004, Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat komersial Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Swadaya Departemen Kesehatan RI. 1980. Materia Medika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Related Documents


More Documents from "Rimha"

Pembuatan Simplisia
August 2019 26
Narasi.docx
June 2020 21
Zr0612289300.pdf
December 2019 19
Tugas Perpajakan.docx
June 2020 23
You Are My Destiny.pdf
November 2019 22
Makalah Mo 2019.docx
May 2020 26