Pembuatan Preparat Polen Dan Spora.docx

  • Uploaded by: Hana Veronica
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pembuatan Preparat Polen Dan Spora.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,308
  • Pages: 14
PEMBUATAN PREPARAT POLEN DAN SPORA A. Tujuan Praktikum pembuatan preparat polen dan spora mempunyai tujuan sebagai berikut. 1. Untuk membuat preparat polen dan spora dengn metode asetolisis 2. Untuk mendeskripsikan spora dan polen spesimen 3. Untuk membandingkan polen berbagai tumbuhan 4. Untuk mengidentifikasi faktor penunjang pembuatan preparat secara asetolisis agar memperoleh sediaan yang baik. B. Dasar Teori Spora merupakan organ reproduksi generatif tumbuhan paku. Tjitrosoepomo (1994) mengungkapkan bahwa Pteridophyta dapat dikelompokkan kedalam empat kelas yaitu Psilophytinae, Lycopodiinae, Equisetinae dan Filiciane, sedangkan menurut Steennis (1988), tumbuhan pakupakuan dapat dibagi ke dalam 11 famili yaitu Salviniceae, Marsileaceae, Equicetaceae, Selagillaceae, Lycopodiaceae, Ophiglossaceae, Schizaeaceae, Gleicheniaceae, Cyatheaceae, Ceratopteridaceae, dan Polypodiaceae. Bentuk spora pada tumbuhan paku beragam. Spesies dari genus Lycopsida umunya mempunyai bentuk spora tetrahedral dengan pematang menjari tiga sedangkan ciri khas Psilotum dan Tmesipteris adalah spora bilateral. Spora Equisetum mempunyai keunikan karena mempunyau empat tonjolan mirip pita yang disebut sebagai elater yang berkembang pada permukaan setiap spora. Elater mempunyai sifat higroskopis yang melilit disekeliling spora apabila udara sekitar lembab, dan membentang jika udara sekitar kering (Soelisetijono, 2010). Polen merupakan mikrospora tumbuhan berbiji yang mengandung mikrogametofit matang atau belum matang. Serbuk sari atau polen merupakan alat reproduksi jantan yang terdapat pada tumuhan dan mempunyai fungsi yang sama dengan serma sebagai alat reproduksi jantan pada hewan. Polen berada dalam anthera (kepala sari) tepatnya dalam kantung yang disebut ruang serbuk sari (theca). Setiap anthera rata rata memiliki dua ruang polen yang berukuran relatif besar. Ukuran polen bervariasi antara 20 – 50 µ. Dinding polen berfungsi untuk melindungi inti sperma tumbuhan dari proses iradiasi selama perpindahan daria nthera menuju ke stigma. Butir polen dilapisi oleh lilin (wax) dan protein yang berupa elemen scalpturac. Polen/spora mempunyai dua lapisan dinding yaitu dinding luar yang disebut sebagai eksin dan dinding luar yang disebut sebagai intin seperti yang terlihat pada gambar 2. Intin adalah dinding pektoselulosa yang tipis mengelilingi butir polen yang masak sedangkan eksin merupakan lapisan diluar intin yang komponen utamanya adalah sporopolenin, yaitu suatu substansi keras yang memberikan daya tahan yang hebat kepada dinding butir polen (Soelisetijono, 2010). Eksin mempunyai mempunyai sepasang hiasan atau ornamen. Ornamen tersebut dapat berupa spina atau durui pada eksin echinatus (echinate) atau berupa spinula atau duri kecil. Dapat pula berupa pila atau batang kecil dengan ujung berupa bola, eksin piliferus. Pemukaan eksin ada yang mempunyai lubang atau lekuk (pits), eksin scrobilatus, ada yang berparit (streaks) atau parit yang membentuk jala, eksin reticulatus. namun ada juga polen atau spora yang permukaan eksinnya tidak mempunyai tonjolan, duri atau apapun juga sebagai

ornamen, polen semacam itu dinamai psilatum. Eksin polen / sporakuat sehingga tidak mudahrusak. Ornamen eksin tersebut dapat dipertahankan pada preparat awetan yang dibuat dengan menggunakan metode asetolisis (Soelisetijono, 2010). Metode asetolisis merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pembuatan preparat polen atau spora dengan menggunakan prinsip dimana sel polen akan dilisiskan dengan menggunakan asam sulfat pekat dan asam asetat anhidrat sehingga akan didapatkan morfologi dinding polen beserta dengan ornamennya. Asetolisis merupakan reaksi kimia untuk menurunkan polimer selulosa dan bahan organik melalui pergantian antara hidroksil dengan asetil. Metode asetolisis dapat menghasilkan poen yang lebih bersih sehingga morfologi polen dapat terlihat lebih jelas (Suntoro, 1983). C. Alat dan Bahan Alat  Vial  Centrifuge  Penangas air  Batang kaca pengaduk  Pipet  Kaca benda  Kaca penutup  Lap pembersih  Mikroskop Bahan  Spora paku tanduk rusa, Adiantum, Pteris, dan paku sisik naga  Pollen yang berasal dari Bunga Matahari (Helianthus sp.), Bunga Lamtoro (Leucaena multicapitulata), Bunga Sepatu (Hibiscus rosa var. sinensis),Bunga Kemuning (Murraya paniculate)  Asam cuka glasial  Asam asetat anhidrat  Asam sulfat pekat  Akuades  Natrium chlorat  HCl  Gliserin jelly  Safranin  Alkohol 50%, 70%, 80%, 96%  Alkohol absolut  Alkohol : Xylol = 3 : 1  Alkohol : Xylol = 2 : 2  Alkohol : Xylol = 1 : 3  Xylol  Entelan D. Prosedur Kerja

E. Data Pengamatan No

2

Bahan amatan Polen bunga heliantus

Pollen fabaceae

Gambar pengamatan Perbesaran 1 40x10

Keterangan: Ornamen: echinate. memiiki bentuk circular bunga Perbesaran 40x10

polen

Gambar tangan

Gambar literatur

Keterangan: Ornamen: granulate tipe aperture 3-colporate dan memiliki bentuk polen polar view berbentuk rectangular, yang equatorial view berbentuk speroidal 3

4

5

Pollen bunga Perbesaran 40x10 sapindaceae

Pollen lamtoro

Pollen hibiscus

Keterangan: Ornamen Reticulate Pollen memiliki circular bunga Perbesaran 40x10

bentuk

Keterangan: Ornamen exsine granulate tipe aparture polyad bunga Perbesaran 40x10

Keterangan: Ornamen: Echinate memiliki bentuk polen yang polar view berbentuk circular Data pengamatan Spora No

2

Bahan amatan Gambar pengamatan spora Sisik naga Perbesaran 1 40x10

Spora pteris

Keterangan: Ornamen permukaan berupa bulatan Spora berbentuk ginjal (reniformis) Perbesaran 40x10

Keterangan: Ornamen: permukaan kasar dengan banyak tonjolan tumpul (verruculosus) Bentuk spora membulat (ovatus)

Gambar tangan

Gambar literatur

3

4

5

Spora rusa

Tipe spora monolete tanduk Perbesaran 40x10

Spora adiantum

Spora polipodium

Keterangan: Bentuk Spora bersegi tidak beraturan Tipe spora monolete Perbesaran 40x10

Keterangan: Ornamen: permukaan bergranule Bentuk spora berbentuk segitiga (triangularis) Tipe spora yakni trilete Perbesaran 40x10

Keterangan: Tipe spora monolete F. Analisis Data Pada praktikum mikroteknik yang bertujuan untuk membuat preparat pollen serta spora ini digunakan beberapa tanaman paku dan beberapa tanaman berbunga. Paku yang digunakan

dalam penelitian ini untuk membuat preparat spora adalah Adiantum sp., paku tanduk rusa, Pteris sp., serta paku sisik naga. Sedangkan tanaman berbunga yang digunakan dalam penelitian ini yang diambil bunganya untuk membuat preparat pollen terdiri dari Bunga Matahari (Helianthuss sp.), Bunga Lamtoro (Leucaena multicapitulata), Bunga Zephyranthes citrina , Bunga Sepatu (Hibiscus rosa var. sinensis), Bunga Kemuning (Murraya paniculate). Pembuatan preparat pollen ini menggunakan metode asetolisis yang dilakukan dengan cara memberi perlakuan larutan kimia berupa asam cuka glasial, asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat, natrium chlorat serta HCl dimana setelah diwarnai preparat akan diawetkan dengan menggunakan entelan atau glyserin jelly. Pada preparat spora Adiantum sp. Dapat terlihat bahwa pengawetan menggunakan glyserin jelly preparat nampak terwarnai dengan sempurna, dimana sel spora dapat terlihat merah, yang menunjukkan bahwa safranin dapat mewarnai spora tersebut. Sedangkan pengawetan preparat menggunakan entelan menunjukkan bahwa preparat tidak dapat terwarnai dengan sempurna, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya warna merah yang tidak terlihat jelas pada preparat spora ketika dilihat menggunakan mikroskop. Spora Adiantum sp. Berbentuk trilete (segi tiga simetris) dengan ornamen berupa eksin scrobilatus. Pada preparat paku tanduk rusa, dapat terlihat bahwa preparat yang diawetkan menggunakan glyserin jelly menghasilkan preparat spora yang tidak terwarnai secara sempurna, hal tersebut dapat diketahui dengan adanya warna merah yang tidak terlihat secara jelas. Sedangkan pada preparat yang diawetkan menggunakan entelan dapat terwarnai dengan sempurna dengan adanya spora yang berwarna merah ketika diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Bentuk spora paku tanduk rusa adalah monoette seperti kacang, sedangkan ornamennya adalah berupa eksin psilate. Pada pembuatan preparat spora yang berasal dari Pteris sp. dapat diketahui bahwa pengawetan menggunakan glyserin jelly didapatkan hasil preparat spora yang tidak dapat terwarnai dengan sempurna, hal ini ditunjukkan dengan warna spora pada preparat yang terlihat adanya warna merah yang kurang jelas. Sedangkan pada pengawetan preparat menggunakan entelan, didapatkan hasil preparat yang terwarnai dengan sempurna yang ditunjukkan dengan danya spora yang berwarna merah terang. Bentuk spora Pteris sp. adalah trilete (segitiga simetris) dengan ornamen eksin pits. Pada pembuatan preparat spora sisik naga, dapat diketahui bahwa pengawetan preparat menggunakan glyserin jelly, didapatkan hasil pewarnaan preparat yang terwarnai sempurna, hal ini ditunjukkan dengan adanya spora yang berwarna merah terang ketika diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Sama halnya dengan pengawetan menggunakan glyserin jelly, pada pengawetan preparat menggunakan entelan didapatkan hasil preparat yang terwarna dengan sempurna, yang ditunjukkan dengan adanya spora yang berwarna merah ketika diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Bentuk spora sisik naga adalah menyerupai monoette seperti kacang, sedangkan ornamen yang tampak pada spora adalah berupa eksin streaks. Selanjutnya adalah pembuatan preparat pollen. Dalam pembuatan preparat polen ini digunakan beberapa bunga yang berasal dari pollen yang berasal dari Bunga Kenikir (Zinea elegans), Bunga Matahari (Helianthuss sp.), Bunga Lamtoro (Leucaena multicapitulata), Bunga Zephyranthes citrina , Bunga Sepatu (Hibiscus rosa var. sinensis), Bunga Palm raja (Roystonea regia), Bunga Sikat Botol (Melaleuca citrina), Bunga Bakung (Hymenocallis litorallis), Bunga Kacang (Arachis glabrata), Bunga Kemuning (Murraya paniculate).

Pada pembuatan preparat pollen Bunga Palm raja (Roystonea regia), yang diawetkan menggunakan glyserin jelly dapat diketahui bahwa preparat tidak dapat terwarnai, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya pollen yang tidak berwarna merah ketika diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10, sehingga dapat diketahui bahwa pollen tidak dapat terwarna. Hal yang sama terjadi pada preparat yang diawetkan menggunakan entelan, dimana pollen tidak dapat terwarna. Bentuk pollen dari pollen palm adalah lonjong, dengan ornamen berupa eksin scrobilatus. Pada pembuatan preparat pollen yang berasal dari bunga kacang (Arachis glabrata), dapat diketahui bahwa preparat yang diawetkan menggunakan glyserin jelly maupun menggunakan entelan, pollennya tidak dapat terwarnai, hal tersebut ditunjukkan dengan tidak dapat terlihat adanya warna merah pada spora yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10 x 10. Bentuk pollen bunga kacang kacangan adalah lonjong dengan ornamen berupa eksin scrobilatus. Preparat pollen yang berasal dari bunga matahari (Helianthus sp.) didapatkan bahwa preparat yang diawetkan menggunakan glyserin diketahui bahwa preparat tidak dapat terwarnai, yang ditunjukkan dengan tidak berwarnanya merah pada pollen di preparat yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Sedangkan pada preparat yang diawetkan menggunakan entelan diketahui bahwa pollen tidak terwarnai dengan sempurna, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya warna merah pada pollen yang tidak terlihat jelas. Bentuk pollen bunga ini adalah bulat dengan ornamen yang berupa eksin spinula dan reticulate. Preparat pollen bunga tanaman kembang sepatu (Hibiscur rosa var. sinensis) pada preparat yang diawetkan menggunakan metode glyserin jelly didapatkan bahwa preparat tidak dapat terwarnai yang ditunjukkan dengan adanya pollen yang tidak berwarna merah ketika diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Sedangkan pada pengawetan preparat menggunakan metode entelan, didapatkan preparat yang tidak terwarnai dengan sempurna. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya pollen yang berwarna merah namun warna merah tidak dapat terlihat secara jelas ketika diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Bentuk pollen bunga tanaman kembang sepatu adalah bulat dengan ornamen berupa eksin echinate dan reticulate. Preparat pollen bunga kenikiran (Zinia elegans) yang diawetkan menggunakan glyserin jelly, dapat diketahui bahwa preparat tidak terwarna, hal ini ditunjukkan dengan pollen yang tidak terwarnai ketika diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Sedangkan preparat pollen yang diawetkan menggunakan entelan, dapat terwarnai dengan sempurna, ditunjukkan dengan adanya pollen yang berwarna merah ketika diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Bentuk pollen bunga Zinia elegans adalah bulat, dengan ornamen berupa eksin streaks. Preparat pollen bunga sikat botol (Melaleuca citrina) yang diawetkan menggunakan glyserin jelly, tidak terwarnai dengan sempurna, ditunjukkan dengan adanya polen yang berwarna merah dengan jelas ketika dilihat menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Sedangkan preparat yang diawetkan menggunakan metode entelan, didapatkan polen yang tidak terwarnai, ditunjukkan dengan tidak adanya polen yang berwarna merah ketika dilihat menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Bentuk polen bunga sikat botol adalah lonjong (menyerupai kacang) dengan ornamen berupa eksin reticulate. Preparat pollen bunga kemuning (Murraya paniculate) yang diawetkan menggunakan metode glyserin jelly didapatkan preparat yang tidak terwarnai, ditunjukkan dengan tidak

adanya warna merah pada spora yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10 x 10. Sedangkan pengawetan polen dengan menggunakan metode entelan didapatkan preparat yang tidak terwarnai dengan semprna, ditunjukkan dengan adanya warna merah samar pada polen yang diamati dengan menggunakan perbesaaran 10 x 10. Bentuk polen bunga kemuning adalah bulat dengan ornamen eksin reticulate. Preparat polen bunga lamtoro (Leucaena multicapitulata) yang diawetkan menggunakan metode glyserin jelly didapatkan preparat polen yang terwarnai dengan sempurna, ditunjukkan dengan adanya polen yang berwarna merah ketika diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Hal yang sama terjadi pada pengawetan preparat yang dilakukan dengan menggunakan metode entelan didapatkan preparat polen yang terwarnai sempurna, ditunjukkan dengan adanya polen yang berwarna merah. Bentuk polen bunga lamtoro adalah bulat segi 16 dengan ornamen berupa eksin psilate. G. Pembahasan Pada pembuatan preparat pollen dan spora ini digunakan pewarnaan dengan menggunakan safranin dan menggunakan metode asetolisis. Selain itu dalam pembuatan preparat ini sebaiknya digunakan pollen yang telah tua, hal ini dilakukan supaya preparat yang dibuat dapat menunjukkan struktur eksin dan ornamen dari pollen. Preparat yang telah dibuat selanjutnya akan diawetkan dengan menggunakan glyserin jelly maupun dengan menggunakan entelan (Khola, 2012). Asetolisis merupakan suatu metode yang digunakan dalam pembuatan preparat pollen maupun spora dengan cara melisiskan dinding sel spora maupun pollen menggunakan asam sulfat glasial, asam sulfat pekat dan asam asetat anhidrat sebagai bahan kimia fiksatif. Fungsi dari ketiga larutan tersebut dalam pembuatan preparat ini adalah sebagai larutan fiksatif sehingga dapat dihasilkan morfologi spora dan pollen yang bagus, dan ketika diamati menggunakan mikroskop dapat dilihat adanya ornamentasi dari sel spora maupun sel pollen (Suntoro, 1983). Fiksasi pada dasarnya merupakan suatu langka yang digunakan untuk membuat preparat dengan tujuan untuk mematikan sel sel dalam jaringan tanpa merusak bentuk dan strukturnya, melindungi kerusakan sel dari beberapa larutan, dapat menunjukkan perubahan yang disebabkan oleh diferensiasi optik karena oergantian indeks bias serta dapat membuat sel menjadi keras (Handayani, 2017). Selain menggunakan tahapan fiksasi, lankah selanjutnya yang digunakan dalam metode asetolisis adalah pemanasan, bleaching, pencucian, pewarmaan, serta penutupan (Suntoro, 1983). Selanjutnya dalam tahap pemanasan berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi asetolisis dalam langkah sebelumnya, sehingga akan terlihat bentuk eksin dari sel pollen maupun spora secara jelas, dan dapat diketahui tipe dari eksin pada spora dan pollen tersebut. Tahapan berikutnya adalah bleaching yang dilakukan menggunakan campuran asam cuka glasial, natrium klorat dan HCl. Fungsi dari bleaching adalah untuk menjernihkan atau memperjelas preparat. Kemudian adalah tahap pencucian, pada tahap pencucian digunakan untuk menghilangkan larutan kimia yang sebelumnya digunakan dalam pembuatan preparat, tahap pencucian ini menggunakan akuades. Dalam penggantian air rendaman sebelumnya hars dicentrifuge agar pollen atau spora tidak ikut terbuang bersama akuades hasil cucian (Jumah, 1996). Pewarnaan dalam pembuatan preparat ini adalah dengan menggunakan pewarna Safranin. Safranin merupakan suatu klorida dan zat warna basa dengan sifat kuat. Zat warna safranin

tergolong dalam zat warna azine, yang merupakan zat warna dengan kandungan cincin orthoquinonoide yang dihubungkan dengan bentuk cincin lainnya melalui 2 atom N. Spora atau pollen yang berhasil terwarnai dengan zat warna safranin akan nampak berwarna merah yang dapat terlihat secara jelas. Setelah berhasil diwarnai selanjutnya akan ditutup dan direkatkan menggunakan glyserin jelly maupun entelan (Jumah, 1996). Teknik mounting adalah suatu teknik yang digunakan dalam pengawetan preparat. Dalam pembuatan preparat polen dan spora ini digunakan 2 cara mounting, yaitu dengan menggunakan media gliserin jelly dan dengan menggunakan media entelan. Gliserin jelly biasanya digunakan untuk pembuatan preparat semi permanen, sedangkan entelan digunakan untuk membuat preparat permanen. Pemilihan metode yang tepat dari kedua lem tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembutuhan preparat. Namun, dalam pembuatan preparat menggunakan entelan biasanya preparat dapat bertahan lama (Jumah, 1996). Dalam pembuatan preparat pollen dan spora berdasarkan data dan analisis data dapat diketahui bahwa pewarnaan preparat ada yang sempurna, kurang sempurna maupun tidak terwarna. Adanya preparat yang tidak terwarna maupun terwarna kurang sempurna dikarenakan pada saat pembuatan preparat, pewarnaan kurang lama, maupun dalam pengencerannya zat warna terlalu encer atau kurang pekat, sehingga zat warna tidak dapat masuk kedalam sel dengan baik (Khola, 2012). Pada preparat spora nampak bahwa Adiantum sp. memiliki bentuk spora trilete (segi tiga simetris) dan ornamen berupa eksin scrobilatus. Scrobilatus merupakan eksin dimana pada bentuk trilete tersebut terdapat suatu cekungan berjumlah sama dengan bentuk spora yaitu tiga. Preparat spora tanduk rusa nampak bahwa spora berbentuk monoette seperti kacang dengan ornamen eksin psilate, artinya adalah spora berbentuk seperti kacang dengan permukaan spora halus dan licin. Preparat spora yang berasal dari Pteris sp. menunjukkan bahwa tipe spora paku jenis tersebut adalah trilete (segitiga simetris) dengan ornamen eksin pits, yang artinya adalah spora berbentuk segitiga dengan adanya lekukan pada bagian permukaan eksin tersebut. Sedangkan pada pembuatan spora sisik naga dapat diketahui bahwa bentuk spora sisik naga monoette menyerupai kacang dengan ornamen eksin berupa streaks atau berparit (Sulisetijono, 2010). Pada pengamatan pollen bunga Palm raja (Roystonea regia)dapat diketahui bahwa bentuk pollen bunga palm dan pollen bunga kacang (Arachis glabrata) adalah lonjong dengan ornamen eksin berupa scrobilatus, ornamen eksin scrobilatus adalah suatu ornamen yang permukaannya menyerupai keong laut (berlekuk dan tertarik kedalam). Preparat pollen bunga Bunga Matahari (Heliantus sp.) mempunyai bentuk bulat dan dengan ornamen berupa eksin spinula dan reticulate, artinya pada pollen Heliantus sp. tersebut adalah berbentuk bulat dengan adanya duri kecil dan permukaannya terlihat berlubang lubang. Pada pengamatan preparat pollen bunga kembang sepatu (Hibiscur rosa var. sinensis) didapatkan bentuk pollen bulat dengan ornamen eksin echinate dan reticulate artinya terdapat duri pada bagian permukaan serta pada sela sela duri terlihat adanya lubang sehingga dapat disebut reticulate. Pada preparat pollen bunga Zinia elegans dapat diketahui bahwa bentuk pollennya adalah bulat dengan ornamen eksin streaks atau dengan ornamen berparit. Pada preparat pollen bunga sikat botol (Melaleuca citrina) adalah lonjong menyerupai kacang dengan ornamen eksin reticulate atau terlihat dengan adanya lubang lubang dibagian permukaan eksin. Preparat pollen bunga kemuning (Murraya paniculate) yang telah diamati dapat diketahui adanya pollen dengan bentuk bulat dengan ornamen eksin reticulate, yang artinya terdapat lubang dibagian permukaan eksinnya. Preparat pollen bunga Lili (Zephyranthes candida) berbentuk oval, serta memiiki ornamen eksin psilate

ornamen yang menunjukkan permukaan eksin yang rata, halus dan licin. Pada preparat pollen bunga lamtoro (Leucaena multicapitulata) nampak bahwa bentuk pollennya adalah bulat segi enam dengan ornamen berupa eksin psilate yaitu ornamen yang menunjukkan permukaan eksin yang rata, halus dan licin. Sedangkan pada preparat pollen bunga bakung (Hymenocallis littoralis) bentuk pollennya adalah lonjong dengan ornamen berupa eksin clevate yaitu terdapat tonjolan yang melebar pada bagian pangkalnya (Moore, 1978). Sebaiknya dalam permbuatan preparat spora dan pollen, menggunakan metode asetolisis, pada tahapan pewarnaan preparat yang dilakukan dengan safranin dilakukan dalam waktu yang sesuai dan dengan kepekatan larutan yang pas. Hal ini bertujuan agar preparat yang dihasilkan dapat terwarnai dengan sempurna. H. Kesimpulan 1. Asetolisis merupakan suatu metode yang digunakan dalam pembuatan preparat pollen maupun spora dengan cara melisiskan dinding sel spora maupun pollen menggunakan asam sulfat glasial, asam sulfat pekat dan asam asetat anhidrat sebagai bahan kimia fiksatifUntuk mendeskripsikan spora dan polen spesimen. 2. Pada pengamatan preparat spora Adiantum sp. memiliki bentuk spora trilete (segi tiga simetris) dan ornamen berupa eksin scrobilatus, spora tanduk rusa nampak berbentuk monoette seperti kacang dengan ornamen eksin psilate, spora yang berasal dari Pteris sp. berbentuk trilete (segitiga simetris) dengan ornamen eksin pits, sedangkan spora sisik naga berbentuk monoette menyerupai kacang dengan ornamen eksin berupa streaks. 3. Palm raja (Roystonea regia) berbentuk lonjong dengan ornamen eksin berupa scrobilatus, pollen bunga Bunga Matahari (Heliantus sp.) mempunyai bentuk bulat dan dengan ornamen berupa eksin spinula dan reticulate, pollen bunga kembang sepatu (Hibiscur rosa var. sinensis) berbentuk bulat dengan ornamen eksin echinate dan reticulate, pollen bunga Zinia elegans berbentuk bulat dengan ornamen eksin streaks, pollen bunga sikat botol (Melaleuca citrina) adalah lonjong menyerupai kacang dengan ornamen eksin reticulate, pollen bunga kemuning (Murraya paniculate) berbentuk bulat dengan ornamen eksin reticulate, pollen bunga Lili (Zephyranthes candida) berbentuk oval, serta memiiki ornamen eksin psilate, pollen bunga lamtoro (Leucaena multicapitulata) berbentuk bulat segi enam dengan ornamen berupa eksin psilate sedangkan pada preparat pollen bunga bakung (Hymenocallis littoralis) bentuk pollennya adalah lonjong dengan ornamen berupa eksin clevate. 4. Tingkat keberhasilan pewarnaan dalam pembuatan preparat spora dan pollen yang diwarnai dengan menggunakan safranin ditentukan oleh lama waktu perendaman serta tingkat kepekatan zat warna safranin. DAFTAR RUJUKAN Handayani, Nursasi. 2017. Mikroteknik Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang Jumah, A (1991-1996). Studies on the morphology of pollen grains of the Leguminosae – Mimosoideae. Ghana J. Sci. 36, 1(96):31-36, p. 29-35. Khola, G. and U. Hanif. 2012. Palynological Study Of Soil Sample Collected From An Archaeological Site (Gulabi Bagh) In Lahore, Pakistan. The Journal of Animal & Plant Sciences, 22(4), Pp: 1113-1117. ISSN: 1018-7081 Moore, P.D., Wedd, J.A. and Collinson, M.E. (1991). An Illustrated Guide to Pollen Analysis 2nd Edn, Hodder and Stoughton. pp. 1-133.

Septiana, Sendy. 2009. Polen. Semarang: Universitas Diponegoro Suntoro, Handari. 1983. Metode Pewarnaan (Histologi dan Histokimia). Yogyakarta : UGM Press Soelisetijono. 2010. Petunjuk Praktikum Mikroteknik Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri Malang Steennis, Van C.G.G.J. 1988. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Terjemahan Moeso Surjowinoto. Edisi 7. Jakarta: Pradnya Paramita. Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Related Documents

Polen
November 2019 10
Trazabilidad Polen
May 2020 16
Yogur Polen
May 2020 14
Polen 100%
May 2020 13

More Documents from ""Hijas del Rey""