Pemboran Dapat Dilakukan Untuk Bermacam

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pemboran Dapat Dilakukan Untuk Bermacam as PDF for free.

More details

  • Words: 3,695
  • Pages: 66
Pemboran dapat dilakukan untuk bermacam-macam tujuan: Penempatan bahan peledak Pemercontohan (merupakan metoda sampling utama dalam eksplorasi) Dalam tahap development: penirisan, test fondasi dan lain-lain Dan dalam tahap eksploitasi untuk penempatan baut batuan & kabel batuan (dalam batubara pemborn lebih banyak dibuat untuk pemasangan baut batuan – bolting daripada untuk peledakan). Jika banyak dihubungkan dengan peledakan, penggunaan terbesar adalah pemboran produksi. Komponen Operasi dari Sistem Pemboran Ada 4 komponen fungsional utama. Fungsi ini dihubungkan dengan penggunaan energy oleh system pemboran di dalam melawan batuan dengan cara sebagai berikut: –

– – –

Mesin bor, sumber energy adalah penggerak utama, mengkonversikan energy dari bentuk asal (fluida, elektrik, pneumatic, atau penggerak mesin combustion) ke energy mekanik untuk mengfungsikan system. Batang bor (rod) mengtransmisikan energy dari penggerak utama ke mata bor (bit). Mata bor (bit) adalah penggunaan energi di dalam system, menyerang batuan secara mekanik untuk melakukan penetrasi. Sirkulasi fluida untuk membersihkan lubang bor, mengontrol debu, mendinginkan bit dank dang-kadang mengstabilkan lubang bor. Ketiga komponen pertama adalah komponen fisik yang mengontrol proses penetrasi, sedangkan komposen keempat adalah mendukung penetrasi melalui pengangkatan cuttings. Mekanisme penetrasi, dapat dikategorikan ke dalam 2 golongan secara mekanik yaitu rotasi dan tumbukan (percussion) atau selanjutnya kombinasi keduanya.

1.

a. b. 1.

Faktor-fktor yang mempengaruhi unjuk kerja pemboran: Variable operasi, mempengaruhi keempat komponen system pemboran (drill, rod, bit, dan fluid). Variable dapat dikontrol pada umumnya dan mencakup dua kategori dari factor-faktor kekuatan pemboran. Tenaga pemboran, energy semburan dan frekuensi, kecepatan putar, daya dorong dan rancangan batang bor dan Sifat-sifat fluida daan laju alirnya. Factor-faktor lubang bor, meliputi: ukuran panjang, inklinasi lubang bor; tergantung pada persyaratan dari luar, jadi merupakan variable bebas. Lubang bor di tambang terbuka pada umumnya 15-45 cm (6-18 inch). Sebagai perbandigan, untuk tambang bawah tanah tanah 4-17,5 cm (1,5 – 7 in).

2. Factor-faktor batuan, factor bebas yang terdiri dari: sifat-sifat batuan, kondisi geologi, keadaan tegangan yang bekerja pada lubang bor yang sering disebut sebagai drilability factors yang menentukan drilling strebght dari batuan (kekuatan batuan untuk bertahan terhadap penetrasi) dan membatasi unjuk kerja pemboran. 3. Factor-faktor pelayann

3.5 Effisiensi Kerja Alat-alat Mekanis Effisiensi kerja alat mekanis merupakan faktor yang sulit ditentukan, karena dipengaruhi oleh berbagai hal seperti keterampilan operator, perbaikan dan penyetelan alat, keterlambatan kerja dan sebagainya. Namun berdasarkan data-data serta pengalaman dapat ditentukan effisiensi kerja yang mendekati kenyataan. Dalam hubungan dengan effisiensi kerjanya, maka perlu juga diketahui mengenai kesediaan dan penggunaan alat mekanis. Karena hal ini mempunyai nilai kerja yang bersangkutan. Beberapa pengertian mengenai ketersediaan (Availability)7dan penggunaan alat adalah

sebagai berikut :

3.5.1 Ketersediaan Mekanis (Mechanical of Availability) Merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanis yang sesungguhnya dari alat yang sedang dipergunakan, dapat dinyatakan dengan persamaan

100 %

3.5.2 Ketersediaan Fisik (Physical of Availability)

Kesediaan fisik merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari

alat yang sedang dipergunakan. Kesediaan fisik pada umumnya selalu

lebih besar daripada kesediaan mekanis, dapat dinyatakan dengan

persamaan :

100

3.5.3 Ketersediaan Penggunaan (Use of Availability)

Kesediaan penggunaan menunjukan berapa persen (%) waktu

yang dipergunakan oleh suatu alat untuk beroperasi pada saat alat

52

tersebut dapat dipergunakan (tidak rusak), dinyatakan dengan persamaan:

100 %

3.5.4 Penggunaan Effektive (Efective of Utilization)

Penggunaan efektif menunjukkan berapa persen (%) dari seluruh

100 %

waktu kerja yang tersedia dapat dipergunakan untuk kerja produktif,

dinyatakan dengan persamaan

Keterangan :

W bekerja

= Jam kerja, yaitu waktu yang benar-benar digunakan untuk

termasuk dari tempat kerja, dinyatakan dalam jam.

R

= Jam reparasi (waktu perbaikan), yaitu waktu yang dibutuhkan

untuk perbaikan, penggantian suku cadang,dinyatakan dalam

jam.

S untuk

=

Waktu menunggu, yaitu waktu dimana suatu alat tersedia

dioperasikan, tetapi tidak digunakan karena alasan tertentu

seperti hujan deras, tempat kerja belum siap dan sebagainya,

dinyatakan dalam jam.

3.6

Metoda Westinghouse 53

Merupakan aplikasi tata cara kerja yang bertujuan untuk

mengetahui batas dari waktu hambatan terhadap waktu optimalnya.

Metoda tersebut mencakup penilaian terhadap faktor keterampilan, usaha,

konsistensi, dan kondisi kerja yang ditinjau pada tabel penyesuaian

menurut penelitian

Westinghouse2dengan berdasarkan pada data-data

serta kondisi di lokasi penelitian yang sebenarnya.

Dalam metoda ini dibagi menjadi 4 faktor penilaian yaitu :

1. Keterampilan

Keterampilan operator ditinjau dari pengamatan siklus waktu (waktu

tetap, waktu pemuatan, dan waktu edar) masing-masing alat mekanis.

Karena siklus waktu menunjukkan gambaran keterampilan operator

dalam pengoperasian alat. Semakin kecil siklus waktu maka semakin

baik keterampilan operator begitupun sebaliknya.

2. Usaha

Dalam usaha operator untuk melakukan pekerjaan dapat dilihat dari

effisiensi kerja operator, berapa persen waktu yang digunakan dari

waktu yang tersedia.Semakin besar effisiensi kerja operator, semakin

besar pula usaha yang dilakukan operator dalam melakukan pekerjaan

sesuai dengan waktu yang tersedia.

3. Kondisi Kerja

Kondisi kerja yang nyaman akan memberikan semangat dan minat

operator dalam melakukan pekerjaan semakin besar, sehingga usaha

54

operator dalam bekerja semakin meningkat,effisiensi kerja operator

meningkat pula.

4. Konsistensi

Kestabilan operator dalam bekerja berkaitan erat dengan kondisi fisik

lingkungan kerja yang diterima operator. Kestabilan waktu kerja

operator dalam melakukan pekerjaan dapat dilihat dari effisiensi

operator. Konsistensi ini memberikan gambaran seberapa besar waktu

yang digunakan dari operator dalam bekerja selama waktu yang

tersedia.

Pada bab ini menjelaskan tentang pengambilan data dan

perhitungan kapasitas kerja alat berdasarkan kondisi aktual dilapangan,

yang mencakup tentang effisiensi kerja, faktor kondisi lapangan, kapasitas

produksi alat-gali, alat-muat dan alat-angkut.

4.1

Waktu Kerja dan Effisiensi Kerja

PT.Pama Persada

Pembagian waktu kerja operator di Nusantara sebagai

pihak

ketiga

dalam

penambangan

batubara

pada

PT.Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. dibagi 3 shift hari kerjanya (Lampiran B). dari

dalam

satu

Waktu produktif yang dapat diketahui

masing-masing hari kerja yang berbeda adalah pada hari jum’at, yang shift I hanya 401 menit atau

mana waktu produktif hari jum’at 6.7 jam,

yang dikarenakan terpotong oleh waktu sholat jum’at dan istirahat yang total waktu selama 120 menit atau 2 jam, berbeda dengan hari-hari lain yang waktu istrirahat rata-rata 60 menit atau 1 jam. Untuk waktu produktif masing-masing

shift yaitu shift I adalah 6.7 jam/hari, adalah 6.8

jam/hari, dan shift III adalah 6.8 jam/hari (Lampiran B.1).. Pengamatan hambatan-hambatan kerja operator : 1. Hambatan yang dapat dihindari :

shift

II

a. Terlambat mulai kerja b. Mengatur posisi kerja c. Berhenti kerja sebelum istirahat d. Terlambat kerja setelah istirahat e. Antri loading dan dumping f. Waktu Stand-by 2. Hambatan yang tidak dapat dihindari : a. Pemeriksaan dan pemanasan alat b. Persiapan dan berangkat ke permukaan kerja c. Keperluan operator d. Persiapan dump station dan stockpile e. Isi bahan bakar f. Faktor cuaca a. Terlambat mulai kerja b. Mengatur posisi kerja c. Berhenti kerja sebelum istirahat d. Terlambat kerja setelah istirahat e. Antri loading dan dumping f. Waktu Stand-by 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat-alat mekanis Salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk mengetahui baik

buruknya hasil kerja (keberhasilan) suatu alat mekanis adalah besarnya produksi yang dapat dicapai alat tersebut. Oleh sebab itu usaha dan upaya untuk dapat mencapai produksi yang tinggi selalu menjadi perhatian yang khusus (serius). Untuk memperkirakan dengan lebih teliti produksi alat-alat mekanis maka perlu dipelajari faktor-faktor yang langsung mempengaruhi hasil kerja alat-alat tersebut, faktor yang akan

ditinjau tersebut adalah :

4.2.1 Sifat Fisik Material 57

Density insitu

material (batubara) sebesar 1.26 ton/m3dan

density loose

sebesar 0.85 ton/m3(Sumber : Satuan Kerja

Geoteknik

PT.Bukit Asam). Dalam perhitungan untuk mencari Swell Factor

digunakan rumus sebagai berikut :

SF =

Keterangan :

100 %

SF

= Faktor pengembangan (sweel factor) (%)

i

l

= Density insitu (ton/m3)

= Density loose (ton/m3)

Diketahui :

SF

ton

m3

0.85 / ton 1.26 /

m3

x 100%

= 69 %

4.2.2 Tahanan Gali (Digging Resistance)

Yaitu merupakan tahanan yang dialami oleh alat-gali yang mana

pada penambangan batubara di daerah tambang muara tiga besar utara

penggalian batubara menggunakan ripper type D 375 A jenis giant ripper

(satu buah pisau bajak) dengan panjang pisau bajak 1100 mm atau 1.1

meter (sumber : spesifikasi alat) (Lampiran C.1).

Dalam kegiatan penggalian banyak faktor-faktor penyebab material

memiliki suatu tahanan sendiri, seperti halnya pada batubara yang ada di

58

tambang muara tiga besar utara (MTBU), yaitu memiliki karekteristik yang

berbeda-beda, sehingga dengan kita mengetahui karakteristik batubara

tersebut maka kita dapat mengetahui jenis alat apa yang dapat digunakan.

Alat

ripper type D 375 A dapat diketahui dari specification

alat

(Komatsu3) lihat (Gambar 4.1), bahwa menggali

batubara dengan nilai kecepatan

type alat ini mampu

seismic 800 – 2500 m/s

(sumber :

Komatsu Specification and Application3). Batubara pada lokasi tambang

MTBU merupakan jenis batubara

Sub-Bituminus dengan

nilai kalori

5900 Kcal/kg memiliki nilai

sesimik 1500 – 2000 m/s, dan density insitu

1.26 ton/m3(sumber : Satuan Kerja Geoteknik PT.BA), maka berdasarkan

data tersebut sesuai sekali jika penggalian menggunakan alat ripper type

D 375 A.

sumber : Komatsu Specification and Application,Thn 19833

Gambar 4.1

Giant Ripper D 375 A

4.2.3 Tahanan Gelinding (Rolling Resistance) 59

Adalah sejumlah gaya-gaya luar (external forces) yang berlawanan

dengan arah gerak kendaraan yang berjalan diatas jalur jalan atau

permukaan tanah. Nilai tahanan gelinding (rolling resistance) dapat di

ketahui dengan cara perhitungan menggunakan rumus dibawah ini :

RR

=Wxr

Dimana :

RR

W

= Tahanan Gelinding (kg)

r

= Berat Kendaraan (kg)

= Koefisien Tahanan Gelinding (Tabel 5.1)

Tabel 4.1 Koefisien Tahanan Gelinding

Tipe dan Keadaan Landasan

CRR

Rel Besi Roda Besi Roda Ban

0.01

-

Beton Jalan, Macadam Perkerasan Kayu

Jalan Datar, tanpa perkerasan, kering Landasan tanah kering Landasan tanah gembur Landasan tanah lunak Kerikil, tidak dipadatkan Pasir, tidak dipadatkan Tanah basah, lumpur 0.02 0.03 0.03 0.05 0.1 0.12 0.16 0.15 0.15 0.02 0.03 0.04 0.04 0.05 0.09 0.12 0.12 0.16

Sumber : Ir.Rochmanhadi “Alat-Alat Berat Dan Penggunaanya”,Tahun 19927

1. Muatan Kosong

a. Musim Kemarau

WKosong

= 28500 kg (spesifikasi alat Lampiran C.3)

r

= 0.04 (berban karet – datar, tanpa perkerasan, kering) 60

Maka :

RR

= 28500 kg x 0.04

= 1140 kg

b. Musim Hujan

WKosong

r

Maka :

RR

2. Berisi Muatan

= 28500 kg (spesifikasi alat Lampiran C.3)

= 0.16 (landasan tanah lunak)

= 28500 kg x 0.16

= 4560 kg

a. Musim Kemarau

Wkosong

= 28500 kg (spesifikasi alat Lampiran C.3)

Muatan truk = 18 ton

= 18000 kg

WIsi

= Muatan truk + WKosong

= 18000 kg + 28500 kg

= 46500 kg

r

= 0.04 (berban karet – datar, tanpa perkerasan, kering)

Maka :

RR

= 46500 kg x 0.04

= 1860 kg

61

Maksudnya yaitu : tahanan dari roda kendaraan sebesar 1860 kg yang

digunakan untuk menggerakkan kendaraan beserta isinya dengan

berat kendaraan sebesar 46500 kg.

b. Musim Hujan

Wkosong

= 28500 kg (spesifikasi alat Lampiran C.3)

Muatan truk = 18 ton

= 18000 kg

WIsi= Muatan truk + WKosong

= 18000 kg + 28500 kg

= 46500 kg

r

= 0.16 (landasan tanah lunak)

Maka :

RR

= 46500 kg x 0.16

= 7440 kg

Maksudnya yaitu : tahanan dari roda kendaraan sebesar 7440 kg

yang digunakan untuk menggerakkan kendaraan beserta isinya

dengan berat kendaraan sebesar 46500 kg.

4.2.4 Tahanan Kemiringan (Grade Resistance)

Adalah besarnya gaya berat yang melawan atau membantu gerak

kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilaluinya. Pada lokasi

tambang MTBU kemiringan jalan yang terlihat pada peta sekuen

penambangan MTBU adalah 2 % yang artinya adalah jalur jalan naik atau

turun 2 meter untuk tiap jarak mendatar sebesar 100 meter, didalam peta

62

kita dapat mengetahui jalur itu naik atau turun adalah dari tanda yang

berupa (+) dan (-) yang mana jika jalur naik maka disebut kemiringan

posistif dan jalur turun adalah kemiringan negatif. Untuk mengetahui besar

tahanan kemiringan maka dapat kita hitung dengan menggunakan rumus

perhitungan dibawah ini :

GR

= W x %k

Dimana :

GR

= Tahanan Kelandaian (grade reistance)

W

= Berat kendaraan (kg)

%k

= Kelandaian (%)

Dari rumus perhitungan diatas maka dihitung tahanan kemiringan untuk

alat-angkut yang beroperasi di tambang MTBU yaitu truck CWA

kapasitas 18 ton :

1. Tahanan kemiringan pada saat truk tidak bermuatan :

Diketahui :

W

%k

Maka :

GR

= 28500 kg (spesifikasi alat Lampiran C.3)

= 2 % (dari peta sekuen penambangan MTBU)

= 28500 kg x 2 % = 570 kg

dump

Maksudnya yaitu : gaya berat kendaraan sebesar 570 kg yang

melawan atau membantu kendaraan untuk mengatasi kemiringan jalan

sebesar 2% pada saat tidak bermuatan.

2. Tahanan kemiringan pada saat truk berisi muatan:

Diketahui :

Wkosong

= 28500 kg (spesifikasi alat Lampiran C.3)

Muatan truk

= 18 ton

= 18000 kg

WIsi

= 46500 kg

%k

= 2% (dari peta sekuen penambangan MTBU)

Maka :

GR

= 930 kg 63

= 46500 kg x 2%

Maksudnya yaitu : gaya berat kendaraan sebesar 930 kg yang

melawan atau membantu kendaraan

untuk mengatasi

kemiringan

jalan sebesar 2% pada saat berisi muatan.

Dari perhitungan tahanan gelinding dan tahanan kemiringan di atas

maka kita dapat mengetahui pengaruh tahanan kemiringan dan tahanan

gelinding terhadap alat angkut dump truck CWA kapasitas 18 ton :

1. Pada jalan menanjak tidak berisi muatan (+kosong)

a. Musim Kemarau

(+kosong)

= Grade Resistance + Rolling Resistance

= 570 kg + 1140 kg

= 1710 kg

b. Musim Hujan

(+kosong)= Grade Resistance + Rolling Resistance

= 570 kg + 4560 kg

= 5130 kg 64

Maksudnya yaitu : Pada saat jalan menanjak kendaraan memiliki gaya

berat 1710 kg pada saat permukaan jalan kering dimusim kemarau dan

5130 kg pada saat permukaan jalan lunak dimusim hujan, sehingga

kendaraan dapat terus berjalan untuk mengatasi kemiringan jalan

sebesar 2%.

2. Pada jalan menanjak berisi muatan (+berisi)

a. Musim Kemarau

(+berisi)

= Grade Resistance + Rolling Resistance

= 930 kg + 1860 kg

= 2790 kg

b. Musim Hujan

(+berisi)

= Grade Resistance + Rolling Resistance

= 930 kg + 7440 kg

= 8370 kg

Maksudnya yaitu : Pada saat jalan menanjak kendaraan memiliki gaya

berat 2790 kg pada saat permukaan jalan kering dimusim kemarau dan

8370 kg pada saat permukaan jalan lunak dimusim hujan, sehingga

65

kendaraan dapat terus berjalan untuk mengatasi kemiringan jalan

sebesar 2%.

3. Pada jalan datar tidak berisi muatan

a. Musim Kemarau

Truk tidak berisi muatan

= Rolling Resistance

= 1140 kg

b. Musim Hujan

Truk tidak berisi muatan

= Rolling Resistance

= 4560 kg

Maksudnya yaitu : Pada jalan mendatar pengaruh kemiringan tidak ada

sehingga kendaraan hanya memerlukan tahanan roda sebesar 1140

kg pada saat tidak bermuatan dengan kondisi jalan kering dimusim

kemarau dan 4560 kg dengan kondisi jalan lunak dimusim hujan.

4. Pada jalan datar berisi muatan

a. Musim Kemarau

Truk berisi muatan = Rolling Resistance

= 1860 kg

b. Musim Hujan

Truk berisi muatan = Rolling Resistance

= 7440 kg

Maksudnya yaitu : Pada jalan mendatar pengaruh kemiringan tidak ada

sehingga kendaraan hanya memerlukan tahanan roda sebesar 1860

66

kg pada saat bermuatan dengan kondisi jalan kering dimusim kemarau

dan 7440 kg dengan kondisi jalan lunak dimusim hujan.

5. Pada jalan menurun tidak berisi muatan (- kosong)

a. Musim Kemarau

(- kosong)

= Rolling Resistance - Grade Resistance

= 1140 kg - 570 kg

= 570 kg

b. Musim Hujan

(- kosong)

= Rolling Resistance - Grade Resistance

= 4560 kg - 570 kg

= 3990 kg

Maksudnya yaitu :Pada saat kendaraan di jalan menurun maka gaya

berat sebesar 570 kg dengan kondisi permukaan jalan kering dimusim

kemarau dan 3990 kg dengan kondisi permukaan jalan lunak di musim

hujan, untuk membantu gerak kendaraan agar dapat mempercepat laju

kendaraan pada saat tidak berisi muatan.

6. Pada jalan menurun berisi muatan (- berisi)

a. Musim Kemarau

(- berisi)

= Rolling Resistance - Grade Resistance

= 1860 kg - 940 kg

= 920 kg

b. Musim Hujan

(- berisi)= Rolling Resistance - Grade Resistance

= 7440 kg - 940 kg

= 6500 kg 67

Maksudnya yaitu : Pada saat kendaraan di jalan menurun maka gaya

berat sebesar 920 kg dengan kondisi permukaan jalan kering dimusim

kemarau dan 6500 kg dengan kondisi permukaan jalan lunak di musim

hujan, untuk membantu gerak kendaraan agar dapat mempercepat laju

kendaraan pada saat berisi muatan.

4.2.5 Perhitungan Jalan Angkut Tambang

Dalam perencanaan tambang terbuka pembuatan sarana jalan

mempunyai arti yang sangat penting, baik jalan yang akan digunakan

untuk pengangkutan batubara ke

dump station dan material

lapisan

disposal. Untuk itu perlu diperhitungkan dimensi jalan

penutup ke yang

akan dibuat.

4.2.5.1 Lebar Jalan

Lebar jalan dibedakan menjadi dua macam yaitu jalan lurus dan

lebar jalan berbelok (tikungan).

L (m) = n (Wt) +{( n + 1 ) ( ½ xWt)}

Dimana :

L(m)

= lebar jalan angkut minimum (m)

n

= jumlah jalur

Wt = lebar alat-angkut (m)

Diketahui :

n = 2 jalur

Wt = 2.5 m (Lampiran C.3) 68

Maka perhitungan untuk rencana lebar jalan angkut minimum,

menggunakan persamaan :

L(m) = 2 (2.5)+ {(2+1)x (1/2 x 2.5)}

= 5 + {3 x 1.25}

= 5 + 3.75

=

8.75 meter

Sumber : Satuan Kerja GEOTEKNIK PT.BA, Thn 2007

Gambar 4.2 Lebar Jalan Tambang dan Geometri Lereng Tambang MTBU

Berdasarkan hasil perhitungan dimensi lebar jalan angkut minimum

lokasi tambang MTBU sebesar 8.75 m untuk 2 jalur, sedangkan lebar jalan

69

lokasi tambang MTBU dari gambar diatas berkisar 12 meter. Dengan

ukuran lebar jalan yang akan digunakan ini masih aman untuk tetap dilalui

oleh kendaraan dan masih dapat untuk dibuat tanggul pengaman dan parit

di sisi jalan.

4.2.5.2 Dimensi Jalan Pada Belokan

Penentuan lebar jalan didasarkan pada lebar lintasan truk, yaitu

lebar tonjolan kendaraan bagian depan dan bagian belakang pada saat

membelok.

Rumus yang dipakai :

W = 2 ( U + Fa + Fb + Z ) + C

Z

= ( U + Fa + Fb) / 2

Dimana:

W

U

Fa

Fb

Z

C

= lebar jalan angkut pada belokan (m)

= lebar jejak roda (center to center tires) (m)

= lebar juntai (overhang) depan (m)

= lebar juntai belakang (m)

= lebar bagian tepi jalan (m)

= jarak antara kendaraan (total lateral clearance) (m)

Diketahui :

U = 1.8 m

Fa = 300 mm = 0.3 m

Fb = 300 mm = 0.3 m

C=2m

70

Maka lebar jalan angkut pada belokan, menggunakan persamaan diatas :

Z

W

= (1.8 + 0.3 + 0.3) / 2

= 1.2 meter

= 2 (1.8 + 0.3 + 0.3 + 1.2) + 2

= 9.2 meter

Dengan demikian mengenai ukuran dimensi jalan angkut untuk

lokasi tambang MTBU tepatnya untuk dimensi lebar jalan minimumnya

8.75 meter dan lebar jalan angkut pada belokan sebesar 9.2 meter. Hasil

perhitungan ini menunjukkan kondisi bentuk jalan yang baik sehingga

dalam kegiatan pengangkutan batubara tidak terjadi hambatan dan tidak

mengakibatkan terjadinya suatu kecelakaan sehingga produktivitas

penambangan menjadi turun.

4.3

Penggalian (digging)

Kegiatan penggalian batubara sering dijumpai material batubara

yang keras, jika volume pekerjaan penggalian batubara ini cukup banyak,

maka pekerjaan yang paling effektif adalah dengan cara menggemburkan

dulu batubara tersebut, dengan menggunakan alat yang disebut ripper,

yang mana alat ini pada hakekatnya sebuah bajak yang gigi-giginya

terbuat dari baja yang keras, sehingga kepadanya dapat diberikan

tekanan yang cukup besar untuk lebih memaksakannya masuk ke dalam

tanah/ batubara. (Gambar 4.3)

71

Seperti penggalian batubara pada daerah tambang MTBU yang

menggunakan alat terdapat pada

spesifikasi alat (Lampiran C.1)

ripper type D 375 A

merk komatsu,

Sumber : Pengamatan Lapangan, Thn 2007

Gambar 4.3 Ripper D 375 A

4.3.1 Waktu Tetap (fixed time) Alat-Gali

Waktu tetap (fixed time) alat-gali adalah jumlah waktu yang

diperlukan

untuk

melakukan

suatu

pengemburan

tanah/batubara

(Lampiran D.1.1). Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan yaitu waktu

tetap (kembali

ripper di hitung saat alat maju (ripping) dan alat mundur

mengambil posisi untuk me-ripping).

4.3.2 Produksi Alat-Gali (ripper D 375 A) 72

Produksi penggalian berdasarkan kondisi aktual di lapangan yang

ripper D 375 A (Lampiran E.1) adalah

dihasilkan oleh alat-gali sebesar

188,393 ton/bulan ternyata produksi penggalian belum mencapai target

produksi sebesar 190,000 ton/bulan.

4.4

Pemuatan (loading)

Untuk memindahkan bahan galian hasil pembongkaran, dilakukan

pemuatan dengan menggunakan alat

Hydraulic Excavator

Backhoe PC

750 SE Komatsu dengan kapasitas bucket 4.4) .

2.8 – 3.4 m3(Gambar

Alat ini menggunakan mangkuk (bucket) untuk menggali dan

memuat batubara ke alat-angkut. Pada waktu menggali, mangkuk tersebut

menarik sambil didorong ke arah permukaan kerja. Jika mangkuk telah

penuh, alat tersebut akan berputar (swing) atau akan mengangkat

mangkuk dan batubara ditumpahkan atau dimuat ke alat-angkut (dump

truck).

4.4.1 Perhitungan Fill Factor (FFm) Alat-Muat

Faktor pengisian (fill factor) adalah perbandingan antara volume

material yang dapat ditampung terhadap kemampuan tampung secara

teoritis. Faktor pengisian ini dapat mempengaruhi produksi alat-muat dan

alat-angkut.

100 %

Keterangan :

FFm

Vn

Vt

Diketahui :

= Faktor pengisian (Fill Factor) alat-muat (%)

= Volume bucket nyata (m3)

= Volume bucket teoritis (m3) 73

Volume bucket

nyata

Volume bucket

teoritis

3.1 m3

: 3,1 m³

: 4,0 m³

Fill Factor (FFm) = 3

4,0 m x 100%

= 77.5 %

Sumber : Pengamatan Lapangan, Thn 2007

Gambar 4.4 Hydraulic Excavator Backhoe PC 750 SE

4.4.2 Waktu Pemuatan (loading time) Alat-Muat 74

Waktu pemuatan (loading time) alat-muat adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu siklus kerja alat-muat. berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diperoleh rata-rata waktu pemuatan Hydraulic Excavator Backhoe PC 750 SE dapat dilihat

seperti

pada (Lampiran D.1.2) 4.4.3 Produksi Alat-Muat (hydraulic excavator backhoe PC 750 SE) Produksi pemuatan berdasarkan kondisi aktual di lapangan yang dihasilkan oleh alat-muat 750 SE

hydraulic excavator backhoe PC

(Lampiran E.2) adalah sebesar 182,031 ton/bulan ternyata produksi pemuatan belum mencapai target produksi sebesar 190,000 ton/bulan. 4.5

Pengangkutan (hauling)

Merupakan suatu kegiatan penambangan yang mengangkut material batubara dari station menggunakan alat angkut (Gambar

front penambangan ke dengan

dump truck CWA kapasitas 18 ton

4.5). 4.5.1 Perhitungan Fill Factor (FFa) Alat-Angkut

Keterangan :

dump

= 100 % FFa

= Faktor pengisian (Fill Factor) alat-angkut (%)

np = Jumlah pengisian dari alat-muat

FFm

= Faktor pengisian (Fill Factor) alat-muat (%)

Hm

= Kapasitas alat-muat (m3)

Ha= Kapasitas alat-angkut (m3) 5 x0.77.5x 4 m3 75 FFa = 20 m3 x100% = 77.5 % 4.5.2 Waktu Edar (cycle time) Alat-Angkut Waktu edar (cycle time) alat-angkut adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu siklus kerja alat-angkut. berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diperoleh rata-rata waktu edar dump truck CWA kapasitas 18 ton seperti dapat dilihat pada (Lampiran D.1.3)

Sumber : Pengamatan Lapangan, Thn 2007

Gambar 4.5 Dump Truck CWA Kapasitas 18 ton

4.5.3 Produksi Alat Angkut (dump truck CWA kapasitas 18 ton) 76

Alat-angkut yang beroperasi adalah Dump Truck Type CWA merk Hino kapasitas 18 ton dengan nomor kode DT-400, DT-468, DT-471, DT482, DT 493, DT-576, DT-577, DT-579, DT-587, DT-614, DT-615 dan DT620 mengangkut batubara dari lokasi penggalian ke station dengan

dump

jarak ± 2600 meter. Produksi pengangkutan berdasarkan kondisi aktual di lapangan yang dihasilkan oleh alat-angkut Dump Truck Type CWA kapasitas 18 ton (Lampiran E.3) adalah sebesar 181,060 ton/bulan ternyata produksi pengangkutan belum mencapai target produksi sebesar 190,000 ton/bulan.

Related Documents