BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam merupakan suatu agama yang memiliki keaslian hukum dan landasanya yang bersifat universal, elastis dan mendalam di segala bidang. Kita sebagai umat Islam sangatlah merugi jika tidak mempelajari ilmu agama kita, agama islam. Mempelajari ilmu agama merupakan salah satu cara manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah. Begitu juga dengan mengajarkan hukum agama juga merupakan cara pendekatan diri yang mulia, apalagi yang berhubungan dengan hukum fiqh. Sehingga semua orang akan menjadi jelas dalam urusanya, ibadahnya, amalanya, dan bermanfaat di dunia dan akhirat. Salah satu cabang dari ilmu fiqh yang penting untuk kita pelajari adalah ibadah dan muamalah. Ibadah merupakan segala sesuatu yang dilakukan manusia dalam rangka mencari ridla Allah SWT. Sedangkan muamalah merupakan semua hukum yang diciptakan oleh Allah untuk mengatur hubungan sosial manusia. Dengan demikian, dalam makalah ini akan dibahas tentang ibadah dan muamalah, terutama di bidang muamalah secara mendalam, disertai contoh dari keduanya. Diharapkan pembaca mengetahui secara jelas tentang muamalah dan ibadah dan semoga dengan mengetahui itu semua, segala sesuatunya yang kita kerjakan mendapat Ridlo Allah SWT.
1.2 a) b) c)
Rumusan Masalah Apa saja pembidangan ilmu fiqh? Apa yang dimaksud dengan fiqh muamalah? Bagaimana konsep fiqh muamalah dalam arti yang luas?
1.3 a) b) c)
Tujuan Mengetahui pembidangan ilmu fiqh Mengetahui pengertian fiqh muamalah Mengetahui konsep fiqh muamalah dalam arti yang luas
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pembidangan Ilmu Fiqh Ilmu Fiqh merupakan kumpulan aturan yang meliputi segala sesuatu, memberi ketentuan hukum terhadap semua perbuatan manusia, baik dalam urusan pribadinya sendiri maupun dalam hubungannya sebagai umat dengan umat yang lain. Para ulama masa dahulu telah mencoba mengadakan pembidangan ilimu Fiqh ini. Ada yang membaginya menjadi tiga bidang yaitu ibadah, Muamalah,(Perdata Islam) dan Uqubah (Pidana Islam), ada pula yang membaginya menjadi empat bidang yaitu Ibadah, Muamalah, Munakahat, dan Uqubah. Walaupun demikian, “dua bidang pokok hukum Islam sudah disepakati oleh semua Fuqaha yaitu bidang ibadah dan bidang muamalah. Bidang muamalah ini kadang-kadang disebut bidang adat (al-adat) yaitu aturan-aturan yang dimaksudkan untuk mengatur hubungan manusia sebagai peerorangan maupun sebagai golongan, atau dengan perkataan lain, aturan-aturan untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan duniawi” . Apabila pembidangan itu hanya dua yaitu bidang ibadah dan muamalah, maka pengertian muamalah disini adalah muamalah dalam arti yang luas, didalamnya termasuk bidang-bidang hukum keluarga, pidana, perdata, acara, hukum internasional dan lain sebagainya. Sebab ada pula pengertian bidang muamalah dalam arti sempit, yaitu hanya meliputi hukum perdata saja. Pembidangan ilmu Fiqh dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : 1) Bidang Fiqih Ibadah Yang meliputi tata cara bersuci,shalat, puasa, haji, zakat,nadzar, sumpah, dan aktivitas sejenis terkait dengan hubungan seorang hamba dengan Tuhannya. Menurut ulama fiqih, ibadah adalah semua bentuk pekerjaan yang bertujuan memperoleh keridlaan Allah Swt dan mendapatkan pahala darinya di akhirat. Sedangkan menurut bahasa ibadah adalah patuh, tunduk, taat,mengikuti, dan doa. Ibadah dalam arti taat diungkapkan dalam Al-Quran, antara lain dalam surat yasin ayat 60 Artinya : “Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagi kamu” Ibadah ditinjau dari segi bentu dan sifatnya ada lima macam, yaitu: 1. Ibadah dalam bentuk perkataan atau lisan(ucapan), seperti berdzikir, berdoa, tahmid, dan membaca Al-Quran 2. Ibadah dalam bentuk perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti: jihad, menolong orang lain, membantu, dan tajhiz al- janazah(mengurus jenazah)
3. Ibadah dalam bentuk pekerjaan yang telah ditentukan wujud perbuatannya, seperti: shalat, puasa, zakat, dan haji 4. Ibadah yang tata cara dan pelaksanaannya berbentuk menahan diri seperti: puasa, iktikaf, dan ihram 5. Ibadah yang berbentuk menggugurkan hak, seperti memaafkan orang yang telah melakukan kessalahan terhadapdirinya dan membebaskan seseorang yang berutang kepadanya. 2) Bidang Fiqh Muamalah
1. 2. 3. 4. 5. a) b) c)
Meliputi: tata cara akad, transaksi, hukum pidana atau perdata, dan yang lainnya, yang terkait dengan hubungan antaramanusia atau dengan masyarakat luas. Bidang Fiqh muamalah dalam arti yang luas ini dibagi lagi menjadi : Bidang Akhwal Asyakhshiyyah atau hukum keluarga Bidang Fiqh muamalah Bidanh Fiqh Jinayah atau Al-Ahkam Al-Jinayah Bidang al Qadha Bidang Fiqh Siyasah, yang meliputi : Siyasah Dusturiyah atau hubungan antara rakyat dan pemerintahannya. Siyasah Dauliyah atau hukum Internasional Siyasah Maliyah, yaitu Hukum Ekonomi atau Al-Ahkam-Iqtishadiyah.
Pengertian Fiqh Muamalah 1. Fiqh Menurut etimologi (bahasa) fiqh adalah paham, menurut terminology, fiqh pada mulanya berarti pengetahuan keagamaan yang mencakup seluruh ajaran agama baik berupa akidah, akhlak, maupun amaliah (ibadah)1[2]. Fiqh juga diartikan sebagai bagian dari syari’ah Islamiyah, yaitu pengetahuan tentang hukum syariah Islamiyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal sehat yang diambil dari dalil-dalil yang terinci. 2. Muamalah Menurut bahasa (lughatan), kata muamalah adalah bentuk masdar dari ‘amala yan artinya saling bertindak, saling berbuat, dan saling beramal. Secara istilah (syar’an), muamalah merupakan system kehidupan.2[3] Islam memberikan
a. b. c. d. e. f.
warna pada setiap dimensi kehidupan manusia, tak terkecuali pada dua ekonomi, bisnis, dan masalah social. Sistem Islam ini mencoba mendialektikan nilai-nilai ekonomi dengan nilai-nilai kaidah atau etika. Konsep dasar Islam dalam kegiatan muamalah atau ekonomi dan bisnis juga sangat censeren dengan nilai-nilai humanism yang bersifat Islami. Diantaranya adala kaidah-kaidah dasar fikih muamalah yang diungkapkan oleh Jawaini yaitu sabagai berikut : Hukum asal muamalah adalah diperbolehkan. Konsep fiqh muamalah untuk mewujudkan kemasalahatan. Menetapkan harga yang kompetitif. Meninggalkan intervensi yang terlarang. Menghindari eksploitasi. Member kelenturan dan toleransi. Pengertian Fiqh Muamalah dalam Arti Luas
Diantara definisi fiqh muamalah yang dikemukakan oleh parulama ialah sebagai berikut : a. Menurut Zuhaily, pembahasan fiqh muamalah sangat luas, mulai dari hukum pernikahan, transaksi jual beli, hukum pidana, hukum perdata, hukum perundangundangan, hukum kenegaraan, ekonomi, keuangan, hingga akhlak dan etika. b. Ad-Dimyati mendefinisikan fikih muamalah sebagai aktivitas untuk menghasilkan duniawi yang menyebabkan keberhasilan masalah ukhrawi. Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa fiqh muamlah adalah aturan-aturan (hukum) Allah swt .yang ditujukan untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan urusan duniawi dan sosial kemasyarakatan. Pengertian Fiqh Muamalah dalam Arti Sempit Beberapa definisi fiqh muamalah menurut ulama dan pakar, antara lain: a. Menurut Suhendi (2008: 2), muamalah adalah semua akad yang membolehkan manusia saling menukar manfaat. b. Menurut Ahmad (1986: 1), muamalah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya dalm usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara yang paling baik. c. Menurut Rasyid Ridha (2000: 2), muamalah adalah tukar-menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan. Dapat disimpulkan bahwa fiqh muamalah dalam arti sempit terkonsentrasi pada sikap patuh pada aturan-aturan Allah yang telah ditetapkan berkaitan dengan interaksi dan perilaku manusia lainnya dalam upaya memperoleh, mengatur, mengelola, dan mengembangkan harta benda (al-mal).
Fiqh Muamalah dalam berbagai bidang 1. Bidang Al-Ahwal Asyakhsiyah Bidang al-ahwal asyakhsiyah, yaitu hikum keluarga, yaitu yang mengatur hubungan antara suami, istri, anak, dan keluarganya. Pokok kajiannya meliputi : a) Fiqh munakahat b) Fiqh mawaris c) Wasiat d) Wakaf Tentang wakaf ini ada kemungkinan masuk bidang ibadah apabila dilihat dari maksud yang mewakafkan, ada kemungkinan masuk al-ahwal asyakhsiyah apabila itu wakaf dzuri yaitu wakaf keluarga. Pernikahan Yaitu “aqad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan seorang perempuan serta menetapkan hak-hak dan kewajiban diantara keduanya”. Pembahasan fiqh munakahat, meliputi topik-topik hukum nikah, meminang, aqad nikah, wali nikah, saksi nikah, mahar (maskawin). Wanita-wanita yang haram dinikahi baik haram maupun nasab, mushaharah (persemendaan), dan radha’ah (persesusuan) dan hadhanah. Soal-soal yang berkaitan dengan putusnya pernikahan, dengan iddah, ruju, hakamain, ila, dzhihar, li’an, nafakahah, dan iddah, yaitu berkabung dan masa berkabung. Di Indonesia, masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah pernikahan ini diatur didalam Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang No. 1 tahun 1952 dan No. 4 tahun 1952, kedua-duanya tentang wali hakim. Mawaris Mengandung pengertian tentang hak dan kewajiban ahli waris terhadap harta warisan, menentukan siapa saja yang berhak terhadap warisan, bagaimana cara pembagiannya dan berapa bagiannya masing-masing. Fiqh mawaris disebut juga ilmu faraidh, karena berbicara tentang bagian-bagian tertentu yang menjadi hal ahli waris. Pembahasan fiqh mawaris, meliputi masalah-masalah ta’hij yaitu pengurusan mayat, pembayaran utang dan wasiat, kemudian pembagian harta. Dibahas pula tentang halangan-halangan mendapat warisan. Kemudian dibicarakan tentang orang-orang yang mendapat bagian-bagian tertentu dari harta waris yang disebut Ashabul Furudh, tentang ashabah, hijab pewarisan dzawil arkam, hak anak didalam kandungan, masalah mafqud/orang yang hilang, anak hasil zina/li’an,
serta masalah-masalah khusus, seperti aul, masalah musyarakah, tsulusul baqi, dan lain sebagainya.
Wasiat Adalah pesan seseorang terhadap sebagian hartanya yang diberikan kepada oranglain atau lembaga tertentu, sedangkan pelaksanaannya ditangguhkan setelah ia meninggal dunia. Dalam wasiat dibicarakan tentang orang yang berwasiat serta syarat-syaratnya, tentang orang-orang yang diberi wasiat dan bagaimana hukumnya apabila yang diberi wasiat itu membunuh pemberi wasiat. Dibicarakan pula tentang harta yang diwasiatkan dan bagaimana apabila yang diwasiatkan itu berupa manfaat, serta hubungan antara wasiat dan harta waris. Tentang lapad wasiat yang disyaratkan dengan kalimat yang dapat dipahamkan untuk wasiat. Tentang penarikan wasiat dan lain sebagainya. Wakaf Adalah penyisihan sebagian harta benda yang kekal zatnya dan mungkin diambil manfaatnya untuk maksud kebaikan. Dalam kitab-kitab fiqh dikenal dengan adanya wakaf dzuri (keluarga) dan wakaf khairi yaitu wakaf untuk kepentingan umum. Dibahas pula tentang orang yang mewakafkan serta syarat-syaratnya, barang yang diwakafkan dan syaratsyaratnya, orang yang menerima wakaf, dan syarat-syaratnya, shigat atau ucapan yang mewakafkan dan syarat-syaratnya. Kemudian dibicarakan tentang macammacam wakaf dan siapa yang mengatur wakaf dan siapa yang mengatur barang wakaf, serta kewajiban dan hak-haknya. Selanjutnya dibicarakan tentang penggunaan harta wakaf dan lain sebagainya. Di Indonesia khusus tentang wakaf tanah milik telah diatur dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 tahun 1977. Dalam peraturan pemerintah tersebut ditegaskan tentang fungsi wakaf tanah, tatacara mewakafkan dan pendaftarannya, perubahan, penyelesaian, perselisihan, dan pengawasan perwakafan tanah milik, ketentuan pidana, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup. 2. Bidang Fiqh Muamalah (Dalam Arti Sempit) Al-Ahkam Al-Madaniyah Bidang ini membahas tentang jual beli (ba’i), memberi barang yang belum jadi, dengan disebutkan sifat-sifatnya dan jenisnya (sallam), gadai (ar-rahn), kefailitan (tafis), pengampunan (hajru), perdamaian (al-sulh), pemindahan utang (al-hiwalah), jaminan utang (ad-dhaman al-kafalah), perseroan dagang (syarikah), perwakilan (wikalah), titipan (al-wadhiah), pinjam-meminjam (al-ariyah), merampas atau merusak harta oranglain (al-ghasb), hak membeli paksa (syif’ah), memberi modal dengan bagi untung (qiradh), penggarapan tanah (al-muzaro’ah musaqoh), sewa menyewa (al-ijaaroh), mengupah orang untuk menemukan
barang yang hilang (al-ji’alah), membuka tanah baru (ihya al-mawat) dan barang temuan (luqathah). Apabila kita lihat sistematika pembahasan Hukum Perdata yang terdiri dari : Huku, orang pribadi dan Hukum keluarga, Hukum benda, dan Hukum waris, Hukum perikatan, bukti dan daluwarsa, maka materi-materi tersebut dalm hukum islam, terdapat dalam al ahwal al syakhsiyah, muamalah dan qadla. Oleh karena itu tidak tepat mempersamakan bidang fiqh muamalah dengan hukum perdata. Bahkan ada sebagian materi hukum perdata oleh para ulama dibahas dalam kitab Ushul Fiqh, seperti subjek hukum atau orang mukallaf. Sistematika hukum perdata seperti juga halnya sistematika fiqh, bukanlah suatu hal yang mutlak yang tidak bisa dirubah lagi. Sebab sistematika itu dibuat oleh para ahli sesuai dengan perkembangan ilmu itu sendiri. 3. Bidang Fiqh Jinayah atau Al-Ahkam Al-Jinayah Fiqh Jinayah adalah Fiqh yang mengatur cara-cara menjaga dan melindungi Hak Allah. Hak Masyarakat dan Hak individu dari tindakan-tindakan yang tidak dibenarkan menurut hukum.3[4] Adapun materi fiqh jinayah meliputi pembunuhan sengaja, semi sengaja dan kesalahan disertai dengan rukun dan syaratnya. Sanksi pembunuhan, kemudian dibahas tentang penganiayaaan sengaja dan penganiayaan tidak sengaja, pembuktiannya, pelaksanaan hukuman, hapusnya hukuman zina. 4. Bidang Qadha atau Al-Ahkam Al-Murafaat Fiqh Qadha ini membahas tentang proses penyelesaian perkara di pengadilan. Oleh karena itu unsur pokok yang dibahas adalah tentang hakim, putusan yang dijatuhkan, hak yang dilanggar, penggugat dalam kasus perdata atau penguasa dalam kasus pidana dan tergugat dalam kasus perdata atau tersangka dalam kasus perdata atau tersangka dalam kasus pidana. 5. Bidang Fiqh Siyasah Fiqh siyasah membahas tentang hubungan antara seseorang pemimpin dengan yang dipimpinnya atau antara lembaga-lembaga kekuasaan di dalam masyarakat dengan rakyatnya. Oleh karena itu pembahasan Fiqh siyasah ini luas sekali, yang meliputi antara lain soal: hak dan kewajiban Imam, bai’ah, wuzarah ahl-halli walaqdi, hak dan kewajiban rakyat, kekuasaan peradilan, pengaturan orang-orang yang pergi haji, kekuasaan yang berhubungan dengan pengaturan ekonomi, fai, ghanimah, jizyah, kharaj, baitulmal, hubungan muslim dan non-muslim dalam
aqad, hubungan muslim dan non-muslim dalam kasus-kasus pidana, hubungan Internasional dalam keadan perang dan damai, perjanjian internasional, penyerahan penjahat, perwakilan-perwakilan asing serta tamu-tamu asing.
BAB III PENUTUP KESIMPULAN Dalam membagi pembidangan ilmu Fiqh, para ulama ada yang membaginya terhadap tiga bidang, empat bidang, serta dua bidang, yaitu ibadah dan muamalah. Fiqh ibadah meliputi tata cara bersuci, shalat, puasa, haji, zakat, nadzar, sumpah, dan aktivitas sejenis terkait dengan hubungan seorang hamba dengan Tuhannya, sedangkan Fiqh muamalah meliputi tata cara akad, transaksi, hukum pidanaa atau perdata, dan yang lainnya, yang terkait dengan hubungan antarmanusia atau dengan masyarakat luas. Pengertian Fiqh muamalah itu sendiri adalah aturanaturan (hukum) Allah swt.yang ditujuka untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan urusan duiawi dan sosial kemasyarakatan. Bidang muamalah dalam arti luas terdiri dari: bidang AlAhwal Asyaksiyah, bidang Al-Ahkam Al-Madaniyah, bidang Fiqh Jinayah atau Al-Ahkam Al-Jinayah, bidang Qadha atau Al-Ahkam Al-Murafaat, dan bidang Fiqih Siyasah.
DAFTAR PUSTAKA Djazuli A. H. Drs. 1991. Ilmu Fiqh. Bandung: Orba Shakti Nawawi Ismail. 2012. Fikih Muamalah (Klasik dan Kontemporer). Bogor: Ghalia Indonesia Syafei Rahmat. 2001. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia
1. Pengertian Ibadah Menurut ulama Fiqh, Ibadah adalah semua bentuk pekerjaan yang bertujuan memperoleh Keridlaan Allah SWT. dan mendapatkan pahala dari-Nya di akhuirat. Sedangkan menurut bahasa, ibadah adalah patuh, tunduk, taat, mengikuti, dan do’a. Allah SWT. berfirman dalam Q.S. Ad Dzariyat ayat 56 :
ÇÎÏÈ Èbr߉ç7÷èu‹Ï9 žwÎ) }§RM}$#ur £`Ågø:$# àMø)n=yz $tBur “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. Manusia dalam hidupnya mengemban amanah ibadah, baik dalam hubungannya dengan Allah, dalam hubungannya dengan sesama manusia, dalam hubungannya dengan lingkungan dan dalam hubungannya dengan alam. Pengaturan hubungan manusia dengan Allah telah diatur dengan secukupnya, terutama sekali dalam Sunnah Nabi, sehingga tidak mungkin berubah sepanjang masa. Hubungan manusia dengan Allah merupakan ibadah yang langsung dan sering disebut dengan ibadah mahdhah. Ibadah menurut terminologi adalah setiap aktivitas muslim yang dilakukan ikhlas hanya mengharap ridla Allah SWT. penuh rasa cinta dan sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya. Islam memiliki konsep ibadah yang integral, artinya ibadah dalam Islam tidak hanya sebatas berbentuk syi’ar yang utama yang tercantum dalam rukun Islam yang lima. Namun, mencakup semua aktivitas yang terkait dengan kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Ibadah adalah perkara yang taufiqiyah, artinya tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Quran dan Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bida’ah yang ditolak), sebagaimana sabda Nabi SAW. “Barang siap melaksanakan amalan tidak atas perintah kami, maka ditolak”. (Muttafaq ‘Alaih) 2. Bentuk Ibadah Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (cemas) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati), sedangkan tasbih, tahlil, tahmid, takbir dan syukur dengan lisan dan hati atau lisaniyah qalbiyah. Sedangkan shalat, zakat, haji, jihad, puasa adalah ibadah badaniyah qalbiyah atau fisik dan hati.
Selain itu, masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan badan. Bidang ibadah dalam Islam mencakup lisan, hati, pemikiran/akal dan anggota tubuh lainnya. Ibadah adalah hubungan yang langsung dengan Allah SWT. dan sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. yaitu sebagai berikut :
Syahadataen : persaksian jiwa atas keberadaan Allah dan kerasulan Muhammad SAW., syahadataen adalah ibadah yang diitikadkan dalam hati.
Thaharah : bersuci dari kotoran yang bersifat rohani dan ta’abudi (thaharah dari hadas) dan bersuci dari kotoran yang bersifat jasmaniah (thaharah dari najis).
Shalat : wujud ibadah yang pokok bagi seorang muslim, sehingga shalat menjadi barometer atas ibadah-ibadah yang lainnya. Jika shalatnya baik, maka amalan ibadah yang lain pun akan menjadi baik.
Zakat : ibadah yang berkaitan dengan harta benda. Zakat terbagi menjadi dua, yaitu zakat fitrah dan zakat maal. Zakat fitrah adalah harta yang dikeluarkan atas jiwa dan badan setiap muslim yang telah mengalami masa Ramadhan dan masa Syawal, dikeluarkan sebelum khatib naik mimbar di hari Raya Idul Fitri. Sedangkan zakat maal adalah harta yang dikeluarkan berdasarkan perniagaan, pertanian dan investasi, dikeluarkan berdasarkan haul dan nishbah.
Saum : ibadah badaniah yang dilakukan dengan cara menahan lapar dan haus, serta berhubungan suami istri, yang dilakukan sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.
Haji : ibadah yang dilakukan dengan cara pergi ke Baitllah untuk melakukan ihram, wuquf, thawaf, sa’i, dan tahalul yang dilakukan pada tanggal 8, 9, 10, 11 Dzulhidjah. Bidang-bidang ibadah yang dilakukan secara kondisional adalah banyak sekali jenisnya, diantaranya :
I’tikaf : berdiam di masjid untuk berdzikir kepada Allah
Jihad : berjuang dalam menegakkan ajaran Allah
Sumpah : pernyataan kesaksian dalam kebenaran
Nadzar : berjanji akan melakukan aktivitas jika ada persepsi
Qurban : penyembelihan hewan pada bulan Dzulhidjah
Aqiqah : penyembelihan hewan karena kelahiran anak
Atimah : makanan yang halal
Asribah : minuman yang halal
Wakaf, infak : manfaat dari barang tidak bergerak. Dsb
3. Bidang Ibadah a.
Thaharah Thaharah adalah syarat shalat yang paling kuat. Dan syarat haruslah didahulukan atas sesuatu yang disyarati. Makna thaharah secara bahasa adalah bersih dan suci dari kotoran bissi (konkrit) dan ma’nawi (abstrak). Dan maknanya secara syar’i adalah hilangnya hadats dan lenyapnya najis. Hilangnya hadats bisa diwujudkan dengan menggunakan air disertai niat pada seluruh badan apabila berupa hadats besar, atau pada anggota yang empat apabila berupa hadats kecil atau menggunakan sesuatu yang menggantikan air ketika tidak ada atau tidak mampu menngunakannya (yaitu debu) dengan cara khusus. Thahur adalah sesuatu yang suci pada dzatnya dan bisa mensucikan yang lainnya, yaitu yang tetap pada ciptaannya (artinya pada sifat yang benda tersebut dicipta atasnya) apakah benda tersebut turun dari langit seperti hujan, cairan es dan embun; atau yang mengalir di bumi seperti air sungai, mata air, sumur dan lautan; atau sesuatu yang disuling. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “ Adapun permasalahan perubahan air yang sedikit atau banyak karena terkena sesuatu yang suci seperti tempat air dari kulit, sabun, daun bidara, tumbuhan, debu, pasta dan lain sebagainya yang terkadang merubah air, seperti bejana yang ada bekas daun bidara atau tumbuhan lalu dituangkan air padanya sehingga berubah dengan masih tetapnya nama air, maka dalam hal ini ada dua pendapat yang terkenal di kalangan para ulama.” Apabila tidak ada air atau tidak mampu mempergunakannya padahal ada air, maka Allah telah menjadikan debu sebagai gantinya dengan sifat tertentu untuk mempergunakannya.
b. Shalat
Shalat merupakan rukun Islam yang paling kokoh setelah syahadatain (dua syahadat). Shalat disyari’atkan menurut cara ibadah yang paling sempurna dan paling baik. Shalat merupakan puncak ibadah-ibadah badaniyyah. Tidak ada satu syari’atpun dari syari’at-syari’at seorang rasul dari rasul-rasul Allah yang kosong dari shalat. Shalat secara bahasa adalah do’a. Dan maknanya secara syar’i adalah perkataan dan perbuatan tertentu yang dibuka dengan takbir dan ditutup dengan salam. Dinamakan demikian karena shalat mencakup do’a. Orang yang shalat tidak akan lepas dari do’a ibadah, pujian atau permintaan. Karena itulah dinamakan shalat. Shalat adalah kewajiban setiap muslim, dan waktu pelaksanaannya pun sudah ditentukan. Syarat-syarat shalat yang pertama adalah masuk waktu, yang kedua adalah menutup aurat, yang ketiga menjauhi najis, yang keempat menghadap kiblat, dan yang terakhir adalah niat.
c.
Zakat Zakat adalah salah satu rukun dan pondasi Islam yang sangat kokoh, sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Quran dan sunnah Nabi. Zakat adalah wajib, karena merupakan rukun Islam yang ketiga. Yang mengingkari wajibnya zakat adalah kafir, serta orang yang tidak mengeluarkannya berhak diperangi. Zakat mengandung amal kebaikan kepada sesama makhluk, membersihkan harta dari berbagai kotoran dan menjaganya dari beragam bencana, sekaligus sebagai ibadah kepada Allah. Zakat wajib ditunaikan oleh seorang muslim ketika telah memenuhi lima syarat, yaitu merdeka, pemilik harta adalah seorang muslim, telah sampai nishab (batas minimal harta yang harus dikeluarkan zakatnya), kepemilikan yang tetap, dan harta telah berlalu satu tahun.
d. Puasa
Puas adalah menahan lapar dan haus, serta berhubungan suami istri, yang dilakukan sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Puasa di bulan Ramadhan adalah salah satu rukun dari rukun-rukun Islam. Fardhu dari segala fardhu Allah. Bagian dari agama yang mutlak harus diketahui dan dipahami. Hikmah
disyari’atkannya
puasa
adalah
untuk
membersihkan
jiwa,
memurnikan, dan menyucikannya dari berbagai kotoran yang sangat hina dan akhlak yang nista. Puasa adalah upaya zuhud di dunia dengan segala syahwatnya. Puasa menunjukkan kecintaan kepada akhirat. Puasa menurut syari’at adalah menahan diri dengan niat dari berbagai hal tertentu berupa makan, minum, bersetubuh (jima’), dan lain sebagainya, yang diwajibkan oleh syari’at. Hal itu disertai dengan menahan diri dari pembicaraan jorok dan kefasikan.
e.
Haji Haji adalah salah satu dari rukun Islam dan bangunannya yang sangat agung. Yakni dilakukan hanya untuk Allah, sebagai kewajiban manusia, dan berhaji (ziarah) ke Baitullah. Hikmah disyari’atkan ibadah haji adalah sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT. dalam firman-Nya,
(#rã•à2õ‹tƒur öNßgs9 yìÏÿ»oYtB (#r߉ygô±uŠÏj9 $tB 4’n?tã BM»tBqè=÷è¨B 5Q$-ƒr& þ’Îû «!$# zNó™$# (#qè=ä3sù ( ÉO»yè÷RF{$# ÏpyJ‹Îgt/ .`ÏiB Nßgs%y—u‘ uŽ•É)xÿø9$# }§Í¬!$t6ø9$# (#qßJÏèôÛr&ur $pk÷]ÏB ÇËÑÈ (#qèùqã‹ø9ur öNßgsWxÿs? (#qàÒø)u‹ø9 ¢OèO È,ŠÏFyèø9$# ÏMøŠt7ø9$$Î/ (#qèù§q©Üu‹ø9ur öNèdu‘rä‹çR ÇËÒÈ “Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang Telah ditentukan atas rezki yang Allah Telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orangorang yang sengsara dan fakir. Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan
kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah)..” (QS. Al-Hajj: 28-29)
4. Tujuan Ibadah Ibadah dalam Islam harus dikerjakan dengan cara-cara berikut : a.
Ikhlas semata-mata karena mengharap ridla Allah SWT. Ikhlas adalah pendorong iradah dalam hati berupa dorongan agama yang mampu menaklukan pendorong hawa nafsu, lebih mementingkan dan mengharapkan apa yang ada di sisi Allah daripada keberadaan niat harus disertai pembebasan dari segala keburukan nafsu dan keduniaan, harus ikhlas karena Allah, agar amal-amal itu diterima di sisi Allah.
b. Mahabbah dan taat (penuh rasa cinta dan tunduk) c.
Istiqamah
d. Iqtishad, artinya dilakukan berdasarkan fitrah, sesuai dengan kapasitas dan tidak memisahkan antara yang satu dengan yang lain.
5. Hikmah Ibadah Hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah. Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi mereka lah yang membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka mereka menyembah-Nya sesuai dengan aturan syari’ah-Nya. Maka siapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang menyembah-Nya, tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mubtadi (pelaku bid’ah). Ibadah yang benar akan melahirkan hikmah serta hasil yang dapat dirasakan di dunia dan juga di akhirat kelak. Diantaranya adalah taqwa, sesuai dengan Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 21 :
“Ï%©!$# ãNä3-/u‘ (#r߉ç6ôã$# â¨$¨Y9$# $pkš‰r'¯»tƒ öNä3ª=yès9 öNä3Î=ö6s% `ÏB tûïÏ%©!$#ur öNä3s)n=s{ ÇËÊÈ tbqà)-Gs? “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,”
Hikmah ibadah yang selanjutnya adalah terhidar dari perbuatan keji dan mungkar; diri dan harta menjadi suci; diri, fisik, dan psikis menjadi sehat; dimudahkan rezekinya dan anak keturunannya menjadi banyak; dan meraih surga dan menjauhkan dari siksa api neraka.