Pemberian Obat Topikal Bu Dewi.docx

  • Uploaded by: Anty Hipu
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pemberian Obat Topikal Bu Dewi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,633
  • Pages: 20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat adalah zat yang diberikan untuk kepentingan diagnosis, terapi, penyembuhan, penurunan, dan pencegahan penyakit. Petunjuk tertulis mengenai sediaan obat dan cara pemberian obat dinamakan resep. Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting perawat. Obat adalah alat terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien yang memiliki masalah kesehatan. Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya : oral, parenteral, rectal, vaginal, kulit, mata, telinga, dan hidung. Dengan menggunakan prinsip enam tepat dalam pengobatan yakni tepat pasien, obat, dosis, rute, waktu, dan dokumentasi. Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman

B. Rumusan Masalah 1.

Apa pentingnya pemberian obat untuk kesembuhan pasien?

2.

Bagaimanakah standar pemberian obat dan reaksi pemberian obat untuk pasien?

3.

Bagaimanakah prinsip pemberian obat yang benar?

4.

Apa sajakah yang faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat?

5.

Bagaimanakah teknik pemberian obat topikal ?

6.

Bagaimanakah cheklist pemberian obat toikal?

C. Tujuan 1.

Mengetahui pentingnya pemberian obatuntuk kesembuhan pasien.

2.

Mengetahui standar pemberian obat dan reaksi pemberian obat untuk pasien.

3.

Mengetahui prinsip pemberian obat yang benar.

4.

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat.

Keperawatan Medikal Bedah II

Page 1

5.

Untuk mengetahui teknik pemberian obat melalui topikal.

6.

Untuk mengetahui cheklist pemberian obat toikal.

D. Manfaat 1.

Dapat mengetahui pentingnya pemberian obat untuk kesembuhan pasien.

2.

Dapat mengetahui standar pemberian obat dan reaksi pemberian obat untuk pasien.

3.

Dapat mengetahui prinsip pemberian obat yang benar.

4.

Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat.

5.

Dapat mengetahui teknik pemberian obat topikal.

6.

Dapat mengetahui cheklist pemberian obat toikal.

Keperawatan Medikal Bedah II

Page 2

BAB II PEMBAHASAN A. Pentingnya Pemberian Obat Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia dan binatang sebagai perawatan atau pengobatan bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya, sebagai seorang perawat yang akan bekerja secara langsung dalam pemenuhan asuhan keperawatan sangat membutuhkan peranan dalam tindakan medik yang berupa pengobatan, meningat tindakan ini tidak merupakan tindakan independen dari perawat, akan tetapi tindakan yang bersifat dependen, maka perawat membutuhkan suatu peran tersendiri dalam tindakan dan yang sangat berwewenang dalam tindakan ini adalah dokter. Pada aspek obat-obatan kita mengenal beberapa istilah yang penting kita ketahui diantaranya : nama generik yang merupakan nama pertama dari pabrik yang sudah mendapatkan lisensi dan belum diterima secara resmi, kemudian ada nama official yang memiliki arti nama dibawah lisensi salah satu publikasi yang resmi, nama chemikal yang merupakan nama yang berasal dari susunan zat kimianya seperti obat yang bernamanya actylsalicyic acid atau aspirin, kemudian nama dagang (trademark) yang merupakan nama yang keluar sesuai dengan perusahaan atau pabrik dalam menggunakan simbol seperti ecortin, bufferin, empirin, analgetik, dll. Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting perawat. Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien yang memiliki masalah kesehatan. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan. Perawat bertanggungjawab memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat, memantau respons klien, dan membantu klien menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.

Keperawatan Medikal Bedah II

Page 3

Selain mengetahui kerja suatu obat tertentu, perawat juga harus memahami masalah kesehatan klien saat ini dan sebelumnya untuk menentukan apakah obat tertentu aman untuk diberikan. Pertimbangan perawat penting dalam pemberian obat yang tepat dan aman. B. Standar Pemberian dan Reaksi Obat Obat yang digunakan untuk pasien sebaiknya memenuhi standar diantaranya : 1. Kemurnian, yaitu memenuhi standar kemurnian tipe dan konsentrasi zat lain dalam obat. 2. Potensi, yaitu konsentrasi obat aktif dalam preparat obat memengaruhi kekuatan atau potensi obat. 3. Bioavaliability, yaitu kemampuan obat lepas dari bentuk dosisnya dan melarut, diabsorpsi, dan diedarkan tubuh ke tempat kerjanya. 4. Kemanjuran, yaitu pemeriksaan laboratorium yang terinci dapat membantu menentukan efektivitas obat. 5. Keamanan, yaitu dinilai dari efek samping obat.

Faktor yang mempengaruhi reaksi obat : 1. Absorpsi obat, merupakan proses pergerakan obat dari sumber ke dalam tubuh melalui aliran darah kecuali jenis dari topikal. 2. Pergerakan obat ke dalam tubuh, yakni obat masuk ke dalam darah dan sisrem limpatik kemudian keluar melalui sel dan masuk ke dalam jaringan tertentu. Proses ini dapat dipengaruhi oleh keseimbangan cairan, elektrolit dan keadaan patologi. 3. Metabolisme obat, yakni obat akan ikut sirkulasi ke dalam jaringan kemudian berinteraksi dengan sel dan melakukan sebuah perubahan zat kimia menjadi lebih aktif yang tidak beraksi kemudia diekskresikan, di hati obat akan menetap dan selain itu di darah, mukosa usus dan ginjal. 4. Ekskresi, sisa zat yang tidak dapat dipakai dan ini tidak bereaksi, kemudian keluar melalui ginjal dalam bentuk urin, intestinal dalam bentuk feses dan paru dalam bentuk udara.

Keperawatan Medikal Bedah II

Page 4

5. Obat bereaksi dalam tubuh, tidak semua memiliki kesamaan bagi setiap orang, da kalanya obat yang memiliki reaksi yang cepat dan ada kalanya memiliki reaksi yang lambat, dan semuanya tersebut tergantung pada faktor yang berpengaruh, diantaranya usia dan berat badan, jenis kelamin, faktor genetik, faktor psikologi, kondisi patologi, waktu, cara pemberian serta lingkungan.

C. Prinsip Pemberian Obat yang Benar Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman. Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan. Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Dalam beberapa fasilitas kesehatan, dokter baru lulus atau mahasiswa kedokteran menuliskan perintah pemberian obat; perintah-peritah ini harus ditandatangani lagi oleh staf dokter jaga sebelum perintah ini menjadi perintah “resmi”. Sekali obat telah diberikan, perawat bertanggung jawab untuk efek obat yang diduga bakal terjadi. Buku referensi obat, dan sumber daya manusia, seperti ahli farmasi, harus dimanfaatkan oleh perawat jika perawat merasa tidak jelas mengenai efek terapeutik yang diharapkan, kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi, atau reaksi yang merugikan dari pengobatan. 1) Enam Hal Yang Benar Dalam Pemberian Obat Supaya dapat tercapai pemberian obat yang aman, seorang perawat harus melakukan “enam hal yang benar”. klien yang benar, obat yang benar, dosis yang benar, waktu yang benar, rute yang benar, dan dokumentasi yang benar. Pada waktu lampau, hanya ada lima yang benar dalam pemberian obat. Tetapi kini, ada hal yang dimasukkan, yaitu dokumentasi. Dua hak tambahan klien juga dapat ditambahkan: hak klien

Keperawatan Medikal Bedah II

Page 5

untuk mengetahui alasan pemberian obat dan hak klien untuk menolak menggunakan sebuah obat. a. Klien yang benar Klien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa gelang en, dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri. Beberapa klien akan menjawab dengan nama yang sembarang atau tidak berespon, maka gelang identifikasi harus diperiksa pada setiap klien setiap kali pengobatan diberikan. Pada keadaam di mana gelang identifikasi hilang, perawat harus memastikan identitas klien sebelum setiap obat diberikan. Implikasi dalam perawatan mencakup :  Memastikan klien dengan memeriksa gelang identifikasi.  Membedakan dua klien dengan nama belakang yang sama. Dalam

keadaan-keadaan

dimana

klien

tidak

memakai

gelang

identifikasi (sekolah, kesehatan kerja, atau klinik berobat jalan), perawat juga bertanggung jawab untuk secara tepat mengidentifikasi setiap orang pada saat memberikan pengobatan. b. Orang yang benar Orang yang benar berarti klien menerima obat yang telah diresepkan. Perintah pengobatan mungkin diresepkan oleh seorang dokter, dokter gigi, podiatrist, atau pemberi asuhan kesehatan yang memiliki izin praktik dengan wewenang dari pemerintah untuk memerintakan pengobatan. Resep dapat ditulis pada buku resep dan diisi oleh ahli farmasi di toko obat atau apotek rumah sakit. Bagi klien yang tinggal di rumah sakit, perintah pengobatan ditulis “ lembar instruksi dokter” ditandatangani oleh orang yang berwenang. Perintah melalui telepon untuk pengobatan harus ditandatangani oleh dokter yang berwenang oleh dokter yang menelpon dalam 24 jam. Perawat harus tunduk dengan peraturan instruksi mengenai melalui telepon.

Keperawatan Medikal Bedah II

Page 6

Komponen dari perintah pengobatan adalah : 1. Tanggal dan saat perintah ditulis 2. Nama obat 3. Dosis obat 4. Rute pemberian 5. Frekuensi pemberian 6. Tanda tangan dokter atau pemberi asuhan kesehatan Meskipun merupakan tanggungjawab seorang perawat untuk mengikuti perintah yang tepat, tetapi jika salah satu komponen tidak ada, perintah pengobatan tidak lengkap maka obat tidak boleh diberikan. Harus diperoleh perintah yang jelas, dan biasanya dengan menghubungi dokter atau pemberi asuhan kesehatan. Untuk menghindari kesalahan, label obat harus dibaca tiga kali: 

pada saat melihat botol atau kemasan obat,



sebelum menuang obat, dan



setelah menuang obat. Perawat harus menyadari bahwa obat-obat tertentu memiliki

nama-nama yang mirip. Contohnya adalah digoksin dan digitoksin; quinidine dan quinin; Keflex dan kantrex; Percocet dan Percodan. Lebih khusus lagi, Percocet mengandung oksikodon dan asetaminofen, sedangkan Percodan mengandung oksikodon dan aspirin. Seorang klien mungkin alergi terhadap aspirin, sehingga penting sekali bagi klien untuk mendapat Percocet. Implikasi dalam keperawatan mencakup:  Periksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah. Jika perintah tidak lengkap atau tidak sah, beritahu perawat dan/atau dokter yang bertanggungjawab.  Ketahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut.

Keperawatan Medikal Bedah II

Page 7

 Periksa label sebanyak tiga kali sebelum memberikan obat-obatan tersebut. Ada empat kategori perintah pemberian obat: 1. Perintah tetap (standing order) 2. Perintah satu kali (single order) 3. Perintah PRN (jika perlu) 4. Perintah STAT (segera)

c. Dosis yang benar Dosis yang benar adalah dosis yang diresepkan untuk klien tertentu. Dalam kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan. Perawat harus menghitung setiap dosis obat secara akurat, dengan mempertimbangkan variable berikut: tersedianya obat dan dosis yang diresepkan. Dalam keadaan tertentu, berat badan klien juga harus dipertimbangkan, seperti 3 mg/kg/hari. Sebelum menghitung dosis obat perawat harus mempunyai dasar pengetahuan mengenai rasio dan proporsi. Penghitungan dosis obat diperiksa ulang jika didapatkan hasil sebagian dari dosis atau dosis dalam jumlah yang sangat besar. Metode obat stok dan metode dosis unit adalah dua metode yang paling sering dipakai untuk pendistribusian obat. Tabel metode distribusi obat STOK

DOSIS UNIT

Deskripsi Obat-obat disimpa dalam Obat-obat dikemas dalam dosis untuk unit dan diberikan kepada 24 jam oleh apotik semua klien dari tempat obat yang sama

Keperawatan Medikal Bedah II

Page 8

Keuntungan Selalu tersedia, hemat biaya Menghemat jika dalam jumlah besar

waktu

perawat,

tidak

diperlukan penghitungan dosis. Mudah

untuk

penagihan

rekening

dalam dosis tertentu Kerugian Kesalahan obat lebih sering Terlambat dalam menerima obat dengan banyaknya orang Tidak yang “menuang”

dapat

segera

diganti

jika

terkontaminasi

Dalam metode dosis unit obat-obat secara terpisah dibungkus dan dilabel untuk dosis tunggal. Metode dosis unit kini popular dipakai dalam institusi. Dengan memakai dosis unit maka tidak lagi terjadi kesalahan dosis obat. Implikasi dalam perawatan termasuk : 

Hitung dosis obat dengan benar. Jika ragu-ragu, dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain. Dalam banyak institusi, perawat pertama yang memberikan obat tertentu kepada seorang klien harus menghitung dosis dan membubuhkan tanda tangan pada kolom tanda tangan perawat jika parameter keamanan telah ditentukan.



Lihat buku referensi obat untuk batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.

d. Waktu yang benar Waktu yang benar adalah saat di mana obat yang diresepkan harus diberikan. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti b.i.d (dua kali sehari), t.i.d (tiga kali sehari), q.i.d (empat kali sehari), q6h (setiap enam jam), sehingga kadar obat dalam plasma darah dapat dipertahankan. Jika obat mempunyai waktu paruh (t1/2)

Keperawatan Medikal Bedah II

Page 9

yang panjang, obat diberikan sekali sehari. Obat-obat dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu tertentu. Beberapa obat diberikan sebelum makan dan ada juga yang diberikan pada saat makan atau bersama makanan. Implikasi dalam perawatan termasuk:  Berikan obat pada saat yang khusus. Obat-obat dapat diberikan setengah jam sebelum atau sesudah waktu yang tertulis dalam resep.  Berikan obat-obat yang terpengaruh oleh makanan, seperti tetrasiklin, sebelum makan.  Berikan obat-obat, seperti kalium dan aspirin, yang dapat mengiritasi perut (mukosa lambung) bersama-sama dengan makanan.  Merupakan tanggungjawab perawat untuk memeriksa diagnostic, seperti endoskopi, tes darah puasa, yang merupakan kontraindikasi, pemberian obat.  Periksa tanggal kadaluarsa. Jika telah melewati tanggalnya, buang atau kembalikan pada apotik.  Antibiotika harus diberikan dalam selang waktu yang sama (misalnya setiap 8 jam daripada t.i.d) sepanjang 24 jam untuk menjaga kadar darah terapeutik.

e. Rute yang benar Rute yang benar perlu untuk absorpsi yang tepat dan memadai. Rute yang lebih sering dari absorpsi adalah oral oral (melalui mulut): cairan,suspense, tablet, pil dan kapsul; sub-lingnual (di bawah lidah untuk absorpsi vena); bukal (antara gusi dan pipi); topical (dipakai di kulit); inhalasi (semprot aerosol); instilasi (pada hidung, mata, telinga, rectum, atau vaginal); dan empat rute parental; in-tradermal, subkutan, intramuscular, dan in-travena. Implikasi dalam keperawatan termasuk:

Keperawatan Medikal Bedah II

Page 10

 Nilai kemampuan klien untuk menelan sebelum menelan sebelum memberikan obat-obat per oral.  Pergunakan teknik aseptic sewaktu memberikan obat. Teknik steril dibutuhkan dalam rute parental.  Berikan obat-obat pada tempat yang sesuai  Tetaplah bersama klien sampai obat-obat oral telah ditelan.

f.

Dokumentasi yang benar Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera dari perawat untuk mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan. Ini meliputi nama obat, dosis, rute (tempat suntikan jika perlu), waktu dan tanggal, inisial atau tanda tangan perawat. Respon klien terhadap pengobatan perlu dicatat untuk beberapa macam obat. Penundaan dalam pencatatan mengakibatkan lupa untuk mencatat pengobatan atau perawat lain memberikan obat itu kembali Karena ia berfikir obat belum diberikan. Untuk membantu pencatatan pemberian obat yang tepat dan pada waktunya, banyak fasilitas kesehatan menggunakan format grafik.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dosis Obat 1. Umur Umur pasien merupakan suatu pertimbangan yang penting untuk menentukan dosis obat, khususnya anak-anak dan orang lanjut usia (>65 tahun). Anak-anak bukan dewasa kecil dimana adanya perbedaan dalam kemampuan farmakokinetik dan farmakodinamik obat, sehingga harus diperhitungkan dosis obat yang diberikan. Factor-faktor yang harus diperhatikan : total body water, protein plasma, fungsi ginjal dan hati. Sebagai contoh chloramfenikol dimetabolisme oleh enzim glukoronidase yang ada di hati dimana pada bayi enzim tersebut belum lengkap sehingga timbul akumulasi khloramfenikol menimbulkan grey sindrom.

Keperawatan Medikal Bedah II

Page 11

Pada orang usia lanjut kebanyakan fungsi fisiologisnya mulai berkurang seperti proses metaboliknya lebih lambat, laju filtrasi glomerulus berkurang, kepekaan/respon reseptor (factor farmakodinamik) terhadap obat berubah, kesalahan minum obat lebih kurang 60 % karena penglihatan, pendengaran telah berkurang dan pelupa, efek samping obat 2-3 kali lebih banyak dari dewasa, maka dosis obat perlu diturunkan. 2. Berat badan Pasien obesitas mempunyai akumulasi jaringan lemak yang lebih besar, dimana jaringan lemak mempunyai proporsi air yang lebih kecil dibandingkan dengan jaringan otot. Jadi pasien obese mempunyai proporsi cairan tubuh terhadap berat badan yang lebih kecil daripada pasien dengan berat badan normal, sehingga mempengaruhi volume distribusi obat. 3. Jenis kelamin Wanita

dianggap

lebih

sensitive

terhadap

pengaruh

obat

dibandingkan pria. Pemberian obat pada wanita hamil juga harus mempertimbangkan terdistribusinya obat ke janin seperti pada obat-obat anestesi, antibiotic, barbiturate, narkotik, dan sebagainya yang dapat menyebabkan kematian janin atau kerusakan congenital. 4. Status patologi Kondisi patologi seperti pasien dengan fungsi ginjal & hati yang rusak/ terganggu akan menyebabkan proses metabolisme obat yang tidak sempurna. Sebagai contoh pemberian tetrasiklin pada keadaan ginjal/hati rusak akan menyebabkan terakumulasinya tetrasiklin dan terjadi kerusakan hati. Maka harus dipertimbangkan dosis obat yang lebih rendah dan frekuensi obat diperpanjang. 5. Toleransi Efek toleransi obat yaitu obat yang dosisnya harus diperbesar untuk menjaga respon terapi tertentu. Toleransi ini biasanya terjadi pada pemakaian obat-obatan seperti antihistamin, barbiturate & anagetik narkotik.

Keperawatan Medikal Bedah II

Page 12

6. Bentuk sediaan dan cara pemakaian Dosis obat dapat berbeda-beda tergantung pada bentuk sediaan yang digunakan dan cara pemakaian. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kecepatan dan luasnya absorpsi obat. Seperti bentuk sediaan tablet memerlukan proses desintegrasi dan disolusi lebih dahulu sebelum diabsorpsi sehingga dosisnya lebih besar dibandingkan bentuk sediaan larutan.

Cara

pemberian

obat

juga

akan

mempengaruhi

proses

farmakokinetik. 7. Waktu pemakaian Waktu ketika obat itu dipakai kadang-kadang mempengaruhi dosisnya. Hal ini terutama pada pemberian obat melalui oral dalam hubungannya dengan kemampuan absorpsi obat oleh saluran cerna dengan adanya makanan. Ada beberapa obat yang efektif bila dipakai sebelum makan atau sesudah makan. Untuk obat-obat yang mengiritasi lambung & saluran cerna lebih baik dipakai segera sesudah makan. 8. Pemakaian bersama obat lain (interaksi obat) Obat-obat yang diberikan secara bersamaan akan terjadi interaksi obat secara fisika dan kimiawi yang dapat berupa efek yang diinginkan atau efek yang menganggu. Missal interaksi tetrasiklin dengan logamlogam kalsium, magnesium dan aluminium (logam ini terdapat pada antasida atau produk susu keju), pemakaian secara bersamaan harus dihindari atau dengan cara mengatur jadwal pemberian, karena tetrasiklin membentuk kompleks dengan logam tersebut yang sukar diabsorpsi oleh saluran cerna.

E. Konsep dan Teknik Cara Pemberian Obat Melalui Obat Luar 1. Pada Kulit Pemberian obat yang dilakukan pada kulit bertujuan untuk mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi

Keperawatan Medikal Bedah II

Page 13

kulit, atau mengatasi infeksi. Obat kulit terdiri atas bermacam-macam, yaitu krim, losion, aerosal, dan sperai.

 Alat dan Bahan 1. Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim, aerosol, sprei). 2. Pinset anatomis 3. Kain kasa 4. Kertas tisu 5. Balutan 6. Pengalas 7. Air sabun, air hangat 8. Sarung tangan. 9. Baskom  Prosedur Kerja 1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada klien. 2. Cuci tangan. 3. Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan tindakan. 4. Gunakan sarung tangan. 5. Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis. 6. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan atau mengompres. 7. Jika diperlukan, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati. 8. Cuci tangan

Keperawatan Medikal Bedah II

Page 14

F. Cheklist Pemberian Obat Topikal CHECKLIST PEMBERIAN OBAT TOPIKAL (KULIT) Nama : …………………………………… NIM

:……………………………...........

NO

ASPEK YANG DINILAI

0

1

2

Definisi : Pemberian obat secara topical adalah memberikan obat secara lokal pada kulit. Tujuan : Tujuan dari pemberian obat secara topical pada kulit adalah

untuk memperoleh reaksi lokal dari

obat tersebut. Pelaksanaan Persiapan Pasien : 

Memperkenalkan diri



Bina hubungan saling percaya



Meminta

pengunjung

atau

keluarga

meninggalkan ruangan 

Menjelaskan tujuan



Menjelasakan langkah prosedur yang akan di lakukan



Menyepakati waktu yang akan di gunakan

Persiapan alat : a) Obat topical sesuai yang dipesankan (krim, lotion, aerosol, bubuk, spray) b) Buku obat c) Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan) d) Sarung tangan

Keperawatan Medikal Bedah II

Page 15

e) Lidi kapas atau tongue spatel f) Baskom dengan air hangat, waslap, handuk dan sabun basah g) Kassa balutan, penutup plastic dan plester (sesuai kebutuhan) Tahap pre interaksi 1. Cuci tangan 2. Siapkan alat-alat

Tahap orientasi 1. Memberi salam , panggil klien dengan panggilan yang disenangi 2. Memperkenalkan nama perawat 3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga 4. Menjelaskan tentang kerahasiaan

Prosedur kerja : a) Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat pemberian. b) Cuci tangan c) Atur peralatan disamping tempat tidur klien d) Tutup gorden atau pintu ruangan e) Identifikasi klien secara tepat f) Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang akan diberi obat g) Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak pada kulit h) Keringkan atau biarkan area kering oleh udara i) Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topikal

Keperawatan Medikal Bedah II

Page 16

j) Gunakan sarung tangan bila ada indikasi k) Oleskan agen topical : (1) Krim, salep dan losion yang mengandung minyak (a) Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di telapak tangan kemudian lunakkan dengan menggosok lembut diantara kedua tangan (b) Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakan memanjang searah pertumbuhan bulu. (c) Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah pemberian (2) Lotion mengandung suspensi (a) Kocok wadah dengan kuat (b) Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau bantalan kecil (c) Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering. (3) Bubuk (a) Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh (b) Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti diantara ibu jari atau bagian bawah lengan (c) Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan (4) Spray aerosol (a) Kocok wadah dengan keras (b) Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang spray menjauhi area (biasanya 15-30 cm) (c) Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien untuk memalingkan wajah dari arah spray.

Keperawatan Medikal Bedah II

Page 17

(d) Semprotkan obat dengan cara merata pada bagian yang sakit l) Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang peralatan yang sudah tidak digunakan pada tempat yang sesuai. m) Cuci tangan Tahap terminasi Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien Tahap Evaluasi Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan Tahap dokumentasi Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Keterangan : 0 = tidak dikerjakan 1= di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna 2= dikerjakan dengan sempurna

Keperawatan Medikal Bedah II

Page 18

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien, diantaranya yaitu, oral, sublingual, sub kutan, intra kutan, intra muscular, dan intra vena, rektal, intravaginal, topikal. Dalam pemberian obat ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh perawat, yaitu indikasi dan kontra indikasi pemberian obat. Sebab ada jenis-jensi obat tertentu yang tidak bereaksi jika diberikan dengan cara yang salah. Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman. Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan. Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien.

B. SARAN Demikianlah makalah ini kami buat dengan harapan dapat menambah wawasan orang yang membacanya,dalam pembuatan makalah ini kami mengambil dari berbagai referensi yangberhubungan dengan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Keperawatan Medikal Bedah II

Page 19

DAFTAR PUSTAKA Hidayat, A. Aziz Alimul. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya. Health Books. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia Buku Saku Praktikum. Jakarta. EGC. Potter, Patricia. A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta. EGC.

Keperawatan Medikal Bedah II

Page 20

Related Documents


More Documents from "Anonymous SdNOIJeH"