PEMBERDAYAAN Dalam suatu organisasi yang paling menentukan adalah kinerja sumberdaya manusia. Jika sumberdaya manusianya memiliki motivasi tinggi, kreatif dan mampu mengembangkan inovasi, maka kinerjanya akan menjadi semakin baik. Karenanya diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia. Dimasa yang lalu, untuk meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dilakukan melalui pelatihan dan pengembangan atau disebut dengan pembinaan sumberdaya manusia. Secara bertahap cara itu mulai ditinggalkan, karena dinilai kurang mampu mengembangkan inovasi dan kreatifitas sumberdaya manusia. Cara baru yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan sumberdaya manusia sekarang lebih dikenal dengan pemberdayaan sumberdaya manusia, dengan pendekatan partisipasif yang melibatkan semua pihak yang terkait dengan perubahaan. Pengertian Pemberdayaan Memberdayakan orang berarti mendorong mereka menjadi lebih terlibat dalam keputusan dan aktivitas yang mempengaruhi pekerjaan mereka. Pemberdayaan merupakan perubahan yang terjadi pada falsafah manajemen yang dapat membantu menciptakan suatu lingkungan dimana setiap individu dapat menggunakan kemampuan dan energinya untuk meraih tujuan organisasi. Pengertian pemberdayaan adalah menempatkan pekerja untuk bertanggung jawab atas apa yang mereka kerjakan. Sehingga para manager belajar untuk berhenti mengontrol, dan pekerja belajar bagaimana bertanggung jawab atas pekerjaanya dan bisa membuat keputusan yang tepat. Dengan demikian berarti memberi kesempatan bagi mereka untuk menunjukkan bahwa mereka dapat memberikan gagasan baik dan mempunyai keterampilan mewujudkan gagasannya menjadi realitas. Pengertian lain menyatakan pemberdayaan adalah setiap proses yang memberikan otonomi yang lebih besar kepada pekerja melalui saling menukar informasi yang relevan dan ketentuan tentang pengawasan atas faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja. Pemberdayaan merupakan kontinum antara keadaan pekerja yang tidak mempunyai kekuatan untuk mempertimbangkan bagaimana mengerjakan pekerja, sampai dengan keadaan
1
dimana pekerja memiliki kontrol sepenuhnya atas apa yang mereka kerjakan dan bagaimana mengerjakannnya. Dengan demikian, maka pemberdayaan adalah suatu proses untuk menjadikan orang menjadi lebih berdaya atau lebih berkemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, dengan cara memberikan kepercayaan dan kewenangan sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab. Memberdayakan orang dapat dilakukan dengan cara memindahkannya dari posisi yang biasanya hanya melakukan apa yang disuruh, menjadi posisi lain yang memberikan kesempatan untuk lebih bertanggung jawab. Pemberdayaan dapat diawali dengan hanya sekedar memberikan dorongan kepada orang agar mau memainkan peran lebih aktif dalam pekerjaannya, sampai pada melibatkan mereka dalam mengambil keputusan atau tanggung jawab untuk menyelesikan pekerjaan tersebut. Perlunya Pemberdayaan Pemberdayaan diperlukan karena 2 hal, yaitu : 1) Karena lingkungan eksternal telah berubah sehingga mengalihkan cara bekerja
dengan orang di dalam organisasi bisnis. 2)
Karena orangnya sendiri berubah. Sejak lama manager memandang orang sebagai sumberdaya yang paling berharga. Jadi, keamanan dan kesuksesan suatu organisasi lebih tergantung pada
kecerdasan dan bakat sumberdaya manusianya. Karenanya setiap organisasi perlu mengembangkan
kualitas
sumberdaya
manusianya
dengan
pendekatan
parisipasif,
memberikan kepercayaan kepada bawahannya. Karenanya
setiap
organisasi
perlu
selalu
mengembangkan
kualitas
sumberdaya manusianya dengan pendekatan partisipasif, memberikan kewenangan dan kepercayaan kepada bawahan. Hambatan Terhadap Pemberdayaan Banyak terdapat organisasi-organisasi yang gagal memperbaiki diri karena manager yang mempunyai kekuasaan untuk melakukan perubahan tidak peduli atas masalah yang dihadapi. Sementara itu orang yang berada di garis depan yang memahami persoalannya, tidak memiliki wewenang untuk melaksanakan atau melakukan sesuatu.
2
Untuk memberdayakan bawahannya manager harus mempercayai kemampuan mereka untuk menyelesaikan suatu masalah. Begitu juga sebaliknya sebagai bawahan juga harus mempercayai dan menghargai managernya. Dan sebelum hal tersebut terjadi, manajer harus percaya bahwa pemberdayaan adalah mungkin dan bermanfaat.
MERUBAH POLA PIKIR Tantangan dalam bisnis dewasa ini adalah meningkatkan daya saing melalui cost effectiveness, kualitas produk dan jasa, inovasi produk dan jasa, dan kecepatan produksi dan pengiriman. Tantangan yang lebih besar adalah mendapatkan orang yang ingin memperbaiki daya saing organisasi dan produktivitas pekerjaan. Pekerja sekarang ini terbelenggu oleh cara mereka bekerja. Mereka membangun hambatan yang mencegah perubahan dan perbaikan. Mereka beralasan sebenarnya ingin berubah, tetapi tidak bisa. Mereka terikat dengan isu lain, seperti keterbatasan sumberdaya, atau kurangnya staff yang komited dan kompeten. Mereka juga berargumen bahwa manajemen puncak tidak setuju dengan perubahan dan ada masalah dan hambatan yang berada di luar kontrol mereka. Mereka terpenjara oleh perbuatannya sendiri, karena itu perubahan pola piker dimulai dari memecahkan penjara pola pikir. Untuk itu diperlukan upaya untuk merubah pola pikir orang. Banyak orang yang cenderung menyamakan mindset atau pola piker dengan sikap individu. Sikap hanyalah satu komponen yang membentuk pola pikir dengan sikap individu. Mindset adalah keadaan pikiran yang mempengaruhi cara seseorang berfikir, merasa dan bertindak dalam setiap situasi. Mindset adalah paradigm mental yang dipengaruhi oleh 5 (lima) komponen, yaitu : 1) Blind Spots
Blind spots adalah suatu bidang dimana seseorang tidak dapat melihat dengan baik dan jelas, karena ada sesuatu yang menghalangi di depannya. Ada 2 (dua) macam blind spots, yaitu : •
Natural Blind Spots timbul karena orang tidak memiliki informasi yang perlu untuk mengukur situasi dan tidak peduli ada masalah senyatanya atau isu yang ada. 3
•
Acquire Blind Spots merupakan hasil dari hambatan informasi secara terus menerus atau gagasan yang membantu member gambaran yang benar dari masalah yang dihadapi.
2) Assumptions Asumsi adalah suatu pandangan yang dilihat sebagai suatu kebenaran, tetapi belum dibuktikan. Dalam membuat keputusan bisnis, banyak asumsi harus dibuat karena tidak mungkin memiliki semua informasi. Organisasi biasanya membuat asumsi tentang pesaing, pelanggan, pemasok, teknologi, peraturan, kondisi ekonomi, dan aturan main dalam industry. Organisasi juga membuat asumsi tentang dirinya, kekuatan produk dan jasanya, dan kompetensi. Beberapa asumsi dibuat berdasarkan analisis informasi yang dimiliki, sebagian lainnya berdasar pandangan kelompok dan lainnya pada pandangan pemimpin. Bahaya dari membuat keputusan berdasar asumsi adalah menyebabkan orang tidak mempertanyakan lagi, padahal kondisi lingkungan mungkin saja sudah berubah atau tidak sama dengan kondisi lingkungan sebelumnya. 3) Complacency Complacency atau perasaan puas dengan dirinya sendiri adalah merupakan perasaan aman yang dimiliki seseorang pada prestasinya, seperti tidak perlu khawatir atau melakukan sesuatu tentang situasi yang dihadapi. Orang yang mendapatkan kepuasan karena mencapai target yang ditetapkan manajer mungkin lebih termotivasi untuk melakukan target berikutnya. Tetapi orang yang merasa puas dengan kinerjanya, cenderung menganggap ringan dan karenanya mencapai hasil lebih rendah dari sebelumnya. Lingkungan yang melahirkan complacency akan menghilangkan perasan urgensi akan perlunya perubahan dan perbaikan. Orang akan mengembangkan perasaan nyaman dengan status quo karena merasakan sukses organisasi. Sukses sering melahirkan complacency dan complacency merupakan titik awal kejatuhan.
4) Habits 4
Habits atau kebiasaan adalah tindakan yang dilakukan oleh orang dan dilakukan berulang tanpa berpikir. Orang dengan kebiasaan tidak lagi mengukur tujuan dan manfaat dari tindakannya, mereka akan terus melakukan sesuatu dengan cara yang sama tanpa bertanya. Banyak eksekutif melakukan tindakan berulang-ulang selama bertahun-tahun, sehingga lupa dengan tujuan sebenarnya. Mereka melanjutkan melakukan sesuatu dengan cara lama dan tidak produktif sebagai kebiasaan akan mencegah mereka untuk melakukan perubahan. 5) Attitude Penelitian yang dilakukan oleh Harvard Business School menemukan adanya 4 (empat) faktor untuk sukses, yaitu kecerdasan, keterampilan, informasi dan sikap. Attitude atau sikap adalah persepsi yang dimiliki seseorang tentang sesuatu dan hal itu mempengaruhi cara seseorang berperilaku. Seseorang dapat memiliki sikap positif atau negatif terhadap sesuatu, isu, masalah atau perubahan yang dibutuhkan. Seseorang dengan sikap positif lebih mampu mencapai perubahan produktif dan keberhasilan dibandingkan dengan mereka yang bersikap negatif. Seseorang yang bersikap negatif akan menemukan alasan mengapa mereka tidak berubah dan hal ini akan menghindarkan mereka mencapai hasil produktif dan positif dalam pekerjaannya.
Penjelasan diatas menunjukkan betapa pentingnya untuk merubah pola pikir, menuju pada semangat membawa pembaharuan. Langkah yang dapat dilakukan untuk merubah pola piker seseorang adalah dengan : menghilangkan blind spots, melawan asumsi yang kurang benar, mengurangi perasaan puas pada diri sendiri, mematahkan kebiasaan yang tidak produktif, dan menanamkan sikap positif.
5