Pembelajaran_berbasis_ict.docx

  • Uploaded by: Lisa Laila Rafida
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pembelajaran_berbasis_ict.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,769
  • Pages: 22
LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA Silvia Rahmelia1 Prof. Dr. H. Endang Danial, M.Pd., M.Si.2 Dr. Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., M.Si. 3 Email: [email protected] Abstract: The Environtment Base on ICT as Learning Resources within Fostering Student’s Civic Disposition Nowdays, development of ICT (information and communication technology) constitute to a non-negotiable matter. ICT become section from culture environtment that produced by dynamic society’s pattern. ICT character’s extremely powerful concerning to the social order of society included education, excatly teaching learning’s process. Civic Education as a branch of knowledge try to connect students for global competition by their ICT’s competence that can be equal with citizenship character. Grand theory that used in this research is learning theory by Winkel. He said that ‘learning as an active interaction with environtment, that produce value-attitude change’. Then, a research in SMKN 13 Bandung prove that utilization of ICT’s environtment already fostering student’s civic disposition that is character like honesty, be autonomous, responsible, discipline, democratic, and polite. Keywords: ICT, learning resources, civic disposition Abstrak: Lingkungan Berbasis ICT sebagai Sumber Belajar dalam Mengembangkan Civic Disposition Siswa Dewasa ini perkembangan ICT merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi. ICT telah menjadi bagian dari lingkungan budaya yang dihasilkan pola dinamika masyarakat. Peranannya begitu kuat terhadap tatanan kehidupan termasuk dunia pendidikan, khususnya proses belajar mengajar. PKn sebagai salah satu disiplin ilmu berusaha menjembatani siswa untuk dapat bersaing di era global melalui kemampuan ICT yang dapat diimbangi dengan bekal karakter kewarganegaraan. Grand teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori belajar Winkel. Dia menjelaskan bahwa “belajar adalah suatu interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan tingkah laku”. Penelitian ini dilakukan di SMKN 13 Bandung, dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. Kemudian, hasil penelitian di SMKN 13 Bandung membuktikan bahwa 1

Mahasiswa Departemen Pendidikan Kewarganegaraan UPI Penulis Penanggung Jawab, dosen Departemen Pendidikan Kewarganegaraan UPI 3 Penulis Penanggung Jawab, dosen Departemen Pendidikan Kewarganegaraan UPI 2

penggunaan lingkungan berbasis ICT telah mengembangkan civic disposition siswa yakni berupa karakter jujur, mandiri, tanggung jawab, disiplin, demokratis, dan sopan santun. Kata Kunci: ICT, Sumber Belajar, Civic Disposition PENDAHULUAN Pendidikan pada hakikatnya harus dimaknai sebagai proses belajar mengajar yang lebih dari sekadar kegiatan guru dan siswa di kelas secara tertutup (pengajaran). Akan tetapi, sudah selayaknya pendidikan ditafsirkan secara aplikatif menjadi proses pembelajaran yang tidak lagi mengenal kelas dalam arti konvensional. Pembelajaran yang ideal dewasa ini mencakup kegiatan belajar mengajar yang turut serta menanamkan sejumlah aspek moral ke dalam jiwa peserta didik dalam rangka pembentukan watak kewarganegaraan. Interaksi edukatif berbasis moralitas sangat dibutuhkan peserta didik. Hal ini mengingat kebutuhan kompetensi masa depan peserta didik sebagaimana diperinci dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, sebagai berikut. Kemampuan peserta didik yang diperlukan yaitu antara lain kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis dan kreatif dengan mempertimbangkan nilai dan moral Pancasila agar menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab, toleran dalam keberagaman, mampu hidup dalam masyarakat global, memiliki minat luas dalam kehidupan dan kesiapan untuk bekerja, kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya, dan peduli terhadap lingkungan. Dalam menciptakan interaksi edukatif melalui proses pembelajaran diperlukan sumber belajar yang variatif. Dengan alasan bahwa setiap sumber belajar menghasilkan kompetensi tertentu pada diri peserta didik. Semakin variatif sumber belajar yang digunakan guru, semakin besar pula peluang ketercapaian kompetensi peserta didik. Hal ini dibuktikan dengan variasi sumber belajar yang digunakan guru dapat memacu tingkat berpikir siswa melebihi tataran teoritis. Dewasa ini, ICT (Information and Communication Technology) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan telah memacu perubahan hampir di setiap aspek

kehidupan termasuk di dalamnya dunia pendidikan. Teknologi menjadi bagian dari lingkungan budaya yang dihasilkan pola dinamika masyarakat. Kehadirannya telah melahirkan berbagai kemudahan sehingga dapat memberikan peningkatan efektifitas dan efisiensi kinerja. Teknologi sebagai bentukan dari lingkungan budaya telah menciptakan tatanan nilai dan norma yang baru dalam masyarakat. Kemajuan ICT telah mempengaruhi kehidupan warga negara. “.. ICTs do not necesarilly produce new citizens but that they do provided for new and important citizenship practice (Hermes 2006:295)”. ICT tidak selalu menghasilkan warga negara baru tetapi ICT menyediakan hal yang baru dan penting bagi praktik kewarganegaraan. Dengan demikian, pendidikan harus mampu menjadi wadah untuk membelajarkan peserta didik agar memiliki kebiasaan baik dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi. Proses pembelajaran dengan memanfaatkan ICT sebagai sumber belajar sangat dibutuhkan, terutama dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) terkait misi nasionalnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui koridor value-based education. Karena dituntut untuk melakukan pembelajaran berbasis

nilai,

dalam

Pendidikan Kewarganegaraan dikembangkan pula

kompetensi kewarganegaraan siswa terutama watak kewarganegaraannya (civic disposition). Watak kewarganegaraan ini mencakup nilai-nilai seperti disiplin, bertanggung jawab, percaya diri, jujur, mandiri, dan sebagainya. Pembelajaran berbasis ICT terutama pada mata pelajaran PKn, telah lama diterapkan di SMKN 13 Bandung. Penggunaan ICT ini tidak sekedar pengadaan LCD proyektor atau perangkat komputer semata. Akan tetapi sekolah ini telah lama mengembangkan jaringan sekolah sendiri untuk berbagi informasi tentang materi pembelajaran. Baik itu berupa penggunaan internet sebagai sumber belajar, mengirim tugas lewat email, forum diskusi pada web sekolah, hingga UJON (Ujian

Online)

melalui

jaringan

On-LAN

(local

area

network)

yang

dikembangkan oleh sekolah secara swadaya. Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Ella Dewi Latifah tentang ‘Pembelajaran PKn Berbasis Media ICT dalam Meningkatkan

Kompetensi Kewarganegaraan Siswa”, didapatkan hasil bahwa “pada akhirnya apabila pemanfaatan media ICT berjalan dengan baik maka kompetensi kewarganegaraan siswa setelah memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran PKn akan berdampak positif” (Latifah, 2013: 45). Adapun hal yang menjadi perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang baru saja dilakukan oleh peneliti ialah pada posisi sumber belajar dan media pembelajaran. Media pembelajaran pada dasarnya dapat menjadi bagian dari sumber belajar secara lebih luas. Disamping itu, variabel yang menjadi dampak pemanfaatan ICT dari penelitian terdahulu ialah kompetensi kewarganegaraan siswa secara generik. Sedangkan dalam penelitian ini penekanannya berada pada ranah spesifik mengenai civic disposition atau watak kewarganegaraan. Sehingga hasil penelitian lebih fokus pada memerinci serta membuktikan dalam prosentase mengenai pemanfaatan ICT ke dalam satu per satu karakter yang menjadi indikator civic disposition. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan, menggali, mengkaji, dan mengorganisasikan informasi tentang pemanfaatan sekolah berbudaya lingkungan berbasis ICT mencakup: (1) proses pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar dalam mata pelajaran PKn, yakni bagaimana proses dan kapabilitas guru dalam menafaatkan ICT sebagai sumber belajar (2) pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar dalam rangka mengembangkan civic disposition siswa, yakni bagaimana guru mengembangkan karakter siswa ketika memanfaatkan ICT sebagai sumber belajar.

METODE Penelitian ini menggunakaan pendekatan kualitatif dengan diperkuat data kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif terlihat perbedaan karaktersitik, salah satunya ialah menyelidiki suatu permasalahan dan mengembangkan suatu pemahaman yang terperinci dari suatu fokus kejadian. Demi mempermudah dalam menjawab pertanyaan penelitian dipilihlah pendekatan kualitatif dengan alasan sebagai berikut.

Pertama, peneliti bermaksud mengungkap satu fenomena mengenai perkembangan ICT sebagai suatu lingkungan budaya jika digunakan dalam pembelajaran PKn. Peneliti membutuhkan gambaran keseluruhan mengenai perkembangan ICT sebagai suatu lingkungan yang digunakan sebagai sumber belajar. Demi mendapatkan gambaran yang menyeluruh, pendekatan kualitatif dirasa cocok untuk digunakan mengingat deskripsi data yang dibutuhkan. Kedua, peneliti menganggap pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar merupakan salah satu upaya dalam mengembangkan civic disposition siswa. Dengan alasan bahwa ICT sebagai suatu lingkungan budaya yang dihasilkan dari dinamika pengetahuan masyarakat mengandung unsur-unsur nilai baru sebagai bentuk pergeseran dari perkembangan ilmu pengetahuan. Ketiga, bahwa penelitian kualitatif mengungkap siapa dan apa yang hendak diteliti mencakup berbagai contoh kasus yang bersumber dari fenomena proses sosial. Keempat, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena bertujuan untuk memahami masalah atau keadaan dari sekelompok individu atau orang. Sementara itu metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah studi kasus. Studi kasus terfokus pada satu kesatuan tunggal untuk menghasilkan deskripsi yang mendalam, beraneka ragam, dan holistik. Pertanyaan yang mendasarinya adalah apa karakteristik dari suatu kejadian khusus, fenomena, orang, atau keadaan. Studi kasus secara khas memasukkan beragam sumber dari data yang dikumpulkan sepanjang waktu penelitian. Sesuai dengan aspek yang hendak diteliti mengenai lingkungan berbasis ICT serta perannya dalam mengembangkan civic disposition siswa, maka metode studi kasus ini dianggap relevan untuk memperoleh data yang dibutuhkan peneliti, karena sifatnya mengungkap suatu interksi atau fenomena tertentu. Sementara untuk pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan studi dokumentasi untuk data kualitatif. Kemudian angket dan pengukuran sikap untuk data kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil SMK Negeri 13 Bandung sebagai sekolah yang memiliki visi “Menjadi Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional yang Berbudaya Lingkungan” berusaha

meningkatkan

proses

pembelajaran

dengan

menerapkan

misi

pembelajaran lingkungan berbasis ICT (Information and Communication Technology) dan bilingual. Berdasarkan data yang dicapai melalui proses observasi, lingkungan yang ditemukan di SMKN 13 Bandung sendiri meliputi lingkungan alam dan lingkungan budaya. Lingkungan alam disini maksudnya adalah lingkungan hidup sekitar sekolah yang dikembangkan dengan pembiasaan program ekstrakurikuler Sistaling (Siswa Pencinta Lingkungan) dan kegiatan “Rabu Bersih”. Sementara yang ditekankan dalam penelitian ini ialah lingkungan budaya, yakni budaya sekolah berbasis ICT. Sesuai salah satu program keahlian di sekolah ini yaitu Teknik Komputer Jaringan dan Analis Kimia, sudah merupakan kewajiban untuk melekatkan diri dengan teknologi mengingat titel sekolah kejuruan yang juga disandang sekolah ini. Lingkungan berbasis ICT yang menjadi identitas SMK Negeri 13 Bandung mulai mencuat ketika dicanangkannya program UJON (Ujian Online). SMK Negeri 13 Bandung sendiri merupakan sekolah pertama di kota Bandung yang menyelenggarakan ujian secara online. Program UJON dilaksanakan sebagai salah satu karakter yang dimunculkan sekolah ini, yaitu paperless. Paperless sendiri atau ujian tanpa kertas, dilatarbelakangi oleh kekhawatiran akan penggandaan soal yang secara tidak langsung membuang ribuan pohon untuk dijadikan bahan baku kertas. Selain itu pula terkait efektifitas dan efisiensi dari segi waktu dan pembiayaan yang dikategorikan boros, ketika sekolah banyak menggunakan kertas. Program ujian on-LAN (Local Area Network) yang dikembangkan SMK Negeri

13

Bandung

sejak

2009.

Sebelumnya

sekolah

ini

mencoba

mengembangkan ujian secara online, yakni melalui internet secara langsung. Akan tetapi dikarenakan banyak kendala terkait jaringan, maka guru-guru TIK berkoordinasi dengan Koordinator Kompetensi TKJ dan Panja Laboratorium TKJ

untuk mengembangkan jaringan berbasis sekolah, inilah yang dinamakan ujian secara on-LAN yakni dengan melibatkan website sekolah. Guru dan siswa sendiri bisa mengaksesnya melalui akun yang telah dibuat. Selain karena pelaksanaan UJON yang telah diidentikkan dengan SMK Negeri 13 Bandung, lingkungan berbasis ICT yang ditemukan di sekolah ini ialah fasilitas free hotspot di setiap penjuru sekolah. Hal ini bertujuan memudahkan siswa mengakses internet. Maka dari itu mengapa lingkungan berbasis ICT ini dikatakan bagian dari lingkungan budaya, indikatornya dilihat dari kebiasaan siswa yang mengakses internet di koridor-koridor sekolah ketika jam-jam istirahat atau bahkan hingga sepulang sekolah. Hal ini sudah menjadi kebiasaan yang membudaya di SMK Negeri 13 Bandung sebagai sekolah berbasis ICT. Berdasarkan temuan hasil penelitian di lapangan yang didapatkan melalui wawancara kepada 2 orang guru PKn, yaitu Dra. Tini Sugiartini, M.Pd., dan Maya Kusmayanti, S.Pd; kemudian Kepala Sekolah Anne Sukmawati KD, M.M.Pd.; dan beberapa orang siswa siswi SMK Negeri 13 Bandung. Hasil wawancara dijabarkan sekaligus menjawab poin-poin rumusan masalah sebagai berikut. a. Kompetensi Guru PKn dalam Memahami Arti dan Fungsi ICT Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Ibu Anne Sukmawati KD, M.M.Pd, hampir seratus persen guru-guru di SMK Negeri 13 Bandung telah memahami arti dan fungsi ICT dalam pembelajaran. Hal ini dapat dikategorikan ke dalam kompetensi kemelekan guru terhadap ICT. Karena selain tuntutan sebagai seorang guru yang harus menguasai perkembangan teknologi, di SMK Negeri 13 Bandung yang berbasis ICT sudah tentu merupakan kewajiban bagi guru untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan kemelekannya terhadap ICT. Hal ini dimaksudkan agar guru lebih interaktif dalam pembelajaran. Kemudian akses informasi untuk tambahan sumber belajar menjadi lebih kaya dan aktual, serta dengan perangkat ICT yang tersedia guru lebih mudah menyampaikan materi kepada siswa. Sebagai seorang guru PKn, sudah merupakan kewajiban untuk senantiasa memperkaya informasi mengenai hukum, politik, kenegaraan, juga nilai dan moral. Maka dari itu, kemelekan guru PKn terhadap ICT sangatlah penting.

Makna kemelekan disini sebagaimana ditemukan dari hasil wawancara baik dengan Kepala Sekolah maupun dengan guru PKn sendiri ialah meliputi pemahaman guru mengenai perkembangan ICT, serta pengetahuannya mengenai alat-alat yang menjadi komponen ICT. Menurut kacamata Ibu Tini Sugiartini, M.Pd., dan Ibu Maya Kusmayanti, S.Pd., ICT atau TIK sendiri merupakan bentuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan manusia untuk memudahkan segala bentuk aktivitas kehidupan. ICT juga merupakan teknologi yang membuat informasi menjadi mudah untuk diakses serta dapat menghubungkan manusia satu sama lain. ICT mengubah bagaimana manusia belajar dan mendapatkan informasi, sehingga ICT sejatinya berfungsi untuk membuka akses informasi. ICT bisa berarti alat komunikasi seperti halnya handphone, smartphone, komputer, laptop, LCD proyektor, dan screen.Kemudian juga alat audiovisual televisi, hingga yang abstrak seperti internet. b. Lingkungan BerbasisICT sebagai Sumber Belajar PKn Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, fasilitas berbasis ICT yang diunggulkan di SMK Negeri 13 Bandung adalah jaringan on-LAN (Local Area Network) mandiri yang dikembangkan secara swadaya oleh sekolah. Bertolak dari pengembangan jaringan tersebut, proses perencanaan pembelajaran PKn oleh guru dapat dengan mudah dilakukan. Setelah pelaksanaan in house training untuk perancangan pembelajaran secara keseluruhan, guru kemudian melakukan langkah identifikasi terhadap tujuan pembelajaran yang hendak dicapai siswa. Tujuan pembelajaran tersebut dituangkan menjadi materi pembelajaran yang disiapkan guru dengan memanfaatkan ICT, lebih khususnya menggunakan perangkat seperti halnya laptop dan internet. Kedua fasilitas tersebut telah tersedia di sekolah dan dapat digunakan oleh semua guru secara teratur dan terjadwal. Setelah itu baru guru memanfaatkan fasilitas e-learning yang terintegrasi dengan website sekolah untuk meng-upload materi pembelajaran baik dalam bentuk modul pdf maupun power point. Setelah perencanaan, kemudian guru melaksanaan pembelajaran PKn di kelas dengan memanfaatkan fasilitas ICT yang telah tersedia di sekolah, yaitu LCD proyektor dan screen.

Dalam pelajaran PKn memang lebih banyak materi yang dibutuhkan, sehingga memerlukan media dan sumber belajar yang tepat untuk menyampaikannya kepada siswa agar mudah diserap dan dipahami. Maka ketersediaan LCD proyektor beserta screen kemudian fasilitas internet yang dapat diakses di setiap kelas telah melengkapi dan memudahkan guru PKn dalam membelajarkan siswa dan memfasilitasi siswa saat berdiskusi dan presentasi. Sumber belajar seperti halnya e-learning yang terintegrasi dengan website sekolah dapat diakses di luar jaringan internet pada umumnya, sehingga aksesnya dapat lebih cepat dan memudahkan semua penggunanya terutama siswa dan guru. Kemudian

dari

jaringan

on-LAN

tersebut

sekolah

telah

mampu

menyelenggarakan ujian secara online atau lebih populer dengan istilah paperless tanpa harus merasa khawatir akan keterlambatan akses. Ujian on-LAN tersebut telah menjadi unggulan di SMK Negeri 13 Bandung. Evaluasi belajar dalam jaringan (ujian online) telah menjadi sumber belajar tidak langsung bagi siswa terutama dalam mata pelajaran PKn. Lingkungan berbasis ICT yang telah berkembang di SMK Negeri 13 Bandung dan dimanfaatkan guru dari mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi telah menghasilkan pengembangan karakter yang menjadi ciri khas siswa siswi SMK Negeri 13 Bandung sendiri, yakni karakter jujur, mandiri, transparan, percaya diri, integritas, disiplin, terbuka, kolaboratif, berpikir kritis, dan tanggung jawab. Karakter-karakter yang terus dikembangkan tersebut merupakan bagian dari pengalaman siswa sebagai sumber belajar. c. Proses Pembelajaran PKn dengan Memanfaatkan Lingkungan Berbasis ICT Proses pembelajaran PKn dengan memanfaatkan ICT sebagai sumber belajar sudah berjalan baik di SMK Negeri 13 Bandung. Menurut keterangan guru PKn, memang tidak setiap pertemuan guru menggunakan atau memanfaatkan ICT. Seperti misalnya laptop dan LCD proyektor, guru hanya menggunakannya ketika akan menyampaikan materi di awal pembelajaran sebagai pengantar atau pada kegiatan konfirmasi di akhir pembelajaran. Kemudian untuk pemanfaatan internet, e-learning, edmodo, serta e-mail, guru menyesuaikan dengan indikator

dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Guru juga sudah terbiasa mempersiapkan informasi terbaru dari berbagai media online di internet terkait materi pembelajaran yang hendak disampaikan sebagai materi tambahan. Misalnya pada pembelajaran tentang materi HAM guru mempersiapkan berbagai tayangan berupa gambar-gambar pelanggaran HAM di Indonesia dan video tentang contoh kasus HAM di Indonesia. Pada pelaksanaannya, pembelajaran PKn di SMK Negeri 13 Bandung dilakukan dengan cara tatap muka dan dengan cara non-tatap muka (online) melalui fasilitas edmodo. Seperti yang pernah dilakukan oleh Ibu Maya Kusumayanti saat beliau berhalangan hadir pada penyampaian materi di kelas X. Dengan demikian, siswa tidak lantas bebas dari tugas dan bisa berkeliaran di tengah jam pelajaran. Guru memanfaatkan fasilitas edmodo maupun e-learning untuk tetap melaksanakan proses belajar mengajar. Sebagai bentuk evaluasi di akhir pertemuan, guru biasanya langsung memberikan tindak lanjut berupa tugas baik berupa soal latihan pada buku maupun di e-learning. Jika tugas diberikan di e-learning, biasanya guru memberi tahu dulu, waktu pengirimanpun telah ditentukan sebelumnya sehingga tidak terlalu menyulitkan siswa ketika harus mengakses internet. d. Lingkungan Berbasis ICT dalam Mengembangkan Civic Disposition Siswa Lingkungan berbasis ICT membawa budaya keterbukaan dan integritas, sehingga para siswa dituntut memiliki karakter baik agar mampu berkontribusi dan mengoptimalkan keuntungan peluang dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Proses pembiasaan dalam mengembangkan civic disposition siswa dilakukan melalui program-program sekolah sebagai berikut. 1) Pengembangan karakter religius dalam kegiatan keagamaan seperti: a) Berdoa sebelum dan setelah belajar b) Membacakan Asmaul Husna sebelum kegiatan belajar di mulai c) Melaksanakan tadarus 5 menit sebelum kegiatan belajar dimulai

d) Melaksanakan ibadah sholat Jumat di lingkungan sekolah untuk lakilaki muslim, dan mengikuti kegiatan Keputrian untuk perempuan muslim serta kebaktian bagi non-muslim e) Berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan seperti pesantren kilat dan perayaan hari-hari besar Islam. 2) Pengembangan karakter sosial seperti halnya karakter jujur, disiplin, kreatif, inovatif, peka, tanggap, dan bertanggung jawab dalam kegiatan pengembangan diri dan kegiatan peduli lingkungan seperti: a) Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler wajib dan pilihan seperti Pramuka, Paskibra, dan PMR b) Mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling c) Melaksanakan budaya 4S (Senyum, Sapa, Salam, dan Santun) d) Melaksanakan budaya PAB (Pungut, Ambil, Buang) sampah yang ada dan dimasukkan ke tempat sampah sesuai dengan kualifikasinya e) Melaksanakan Prinsip 4R (Reuse, Reduce, Recycle, dan Refill) f) Melaksanakan budaya 7K (Keamanan, Kebersihan, Ketertiban, Keindahan,

Kekeluargaan,

Kerukunan,

dan

Kerindangan)

di

lingkungan sekolah g) Mengikuti senam dan membersihkan lingkungan sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan (Rabu Bersih). Berikut merupakan hasil angket sebagai gambaran respon siswa terhadap perkembangan ICT. Tabel Rekapitulasi hasil pengukuran sikap siswa terkait penggunaan ICT sebagai sumber belajar PKn SS S R TS STS No. Pernyataan % 1. Memaknai fungsi handphone sebagai 45 55 0 0 0 perangkat ICT untuk alat komunikasi 2. Memaknai fungsi komputer/laptop 20 80 0 0 0 sebagai perangkat ICT untuk belajar mengeksplorasi 3. Menjaga etika dan identitas ketika 45 50 5 0 0 menggunakan internet 4. Mengutamakan membaca buku 22,5 50 17,5 7,5 2,5 panduan untuk mengembangkan

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

sikap mandiri Memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah untuk belajar dalam rangka mengembangkan sikap kreatif serta inisiatif Mengembangkan sikap partisipatif dengan berdiskusi melalui media sosial Mengembangkan sikap inisiatif dalam menolong teman meski tidak diminta Mengembangkan sikap tanggap dan kritis dengan membiasakan diri memilah informasi yang tersebar di internet Mengembangkan sikap disiplin dengan mematuhi peraturan mengenai batas waktu akses internet di sekolah Mengembangkan sikap sopan dan saling menghargai dengan cara menghormati pengguna/user lain ketika menggunakan internet Mengembangkan sikap inisiatif dalam belajar dengan mencari materi PKn dari situs-situs di internet Mengcopy-paste materi dari internet untuk tugas. Pengembangan sikap disiplin dan bertanggung jawab Mengembangkan sikap mandiri dengan mencari tahu informasi tentang pemilu lewat internet Mengembangkan sikap disiplin dan tepat waktu ketika mengirimkan tugas melalui email Mengembangkan sikap jujur dan objektif dengan memilih pemimpin berdasarkan visi misi-nya Mengembangkan sikap tanggung jawab dengan menyusun tugas berbentuk laporan analisis kasus atau peristiwa Mengembangkan sikap mandiri dan inisiatif dengan mencari materi pelajaran yang belum diketahui Mengembangkan sikap terbuka dan

25

52,5 17,5 5

20

67,5 10

0

2,5 0

12,5 52,5 25

10

40

2,5 0

42,5 15

0

17,5 55

22,5 5

0

25

70

5

0

15

70

12,5 2,5 0

12,5 35

10

0

12,5 2,5 37,5

57,5 10

7,5 0

22,5 67,5 7,5

2,5 0

20

57,5 12,5 7,5 2,5

15

72,5 10

10

57,5 27,5 5

0

20

70

0

10

2,5 0

0

19.

20.

kolaboratif terhadap isu-isu global Mengembangkan sikap demokratis 17,5 67,5 15 dan negosiasi dengan mengikuti diskusi dalam memecahkan suatu persoalan Mengembangkan sikap partisipatif 27,5 67,5 5 dan demokratis dengan tidak memaksakan pendapat ketika bermusyawarah

0

0

5

0

Berdasarkan data pada di atas, siswa kelas XI SMK Negeri 13 Bandung sebagian besar memperlihatkan sikap positif terhadap pengembangan karakter kewarganegaraan (civic disposition) meliputi sikap jujur, disiplin, mandiri, tanggung jawab, demokratis, dan keberadaban (kesopanan). Disamping itu, hasil pengukuran sikap pada 40 orang siswa kelas XI SMK Negeri 13 Bandung menunjukkan hasil rentang skor sebagaimana diukur menurut skala Likert, yaitu skor tertinggi 93 dan terrendah 62. Tabel Kategori skor dan rentang hasil pengukuran sikap siswa % Jumlah siswa Interval skor Kecenderungan sikap 45 18 orang 80-100 Terpuji 52,5 21 orang 65-79 Baik 2,5 1 orang 50-79 Cukup Berdasarkan tabel di atas, yang telah dikonversi sesuai interval skor, dapat disimpulkan bahwa siswa SMK Negei 13 Bandung memiliki kecenderungan sikap ‘baik’ dalam memanfaatkan ICT sebagai sumber belajar PKn, yakni dengan rincian 52,5% siswa memiliki kecenderungan sikap ‘baik’, 45% siswa memiliki kecenderungan sikap ‘terpuji’, dan sisanya 2,5% siswa memiliki kecenderungan sikap ‘cukup’. Hal ini mencerminkan sikap serta perilaku siswa terkait pemanfaatan ICT sebagai sumber belajar PKn telah berperan mengembangkan civic disposition siswa. 2. Pembahasan ICT sebagai produk globalisasi terbentuk atas transfer informasi yang tidak lagi terbatas ruang dan waktu. Kecepatan dan kemudahan akses informasi membuat ICT terbentuk dan menjadi bagian dari lingkungan budaya manusia. Pengaruhnya begitu kuat terhadap tatanan kehidupan, sehingga telah melibatkan

aspek nilai dan moral tersendiri di dalamnya. Begitu pun ketika ICT digunakan sebagai sumber belajar dalam dunia pendidikan. Guru sebagai ujung tombak pendidikan selain dituntut untuk terus menggali dan mengembangkan pembelajaran juga dituntut untuk mampu melibatkan pengolahan sikap serta keterampilan dalam membelajarkan siswa. Demikian pula ketika berkembangnya lingkungan berbasis ICT maka guru dituntut mampu menggunakan ICT dalam proses belajar mengajar. Terutama mengenai sumber belajar, guru selayaknya memiliki pola pemanfaatan lingkungan berbasis ICT di sekolah, sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan optimal. Tidak hanya itu, lebih jauh lagi ICT telah menyediakan hal baru dan penting bagi praktik kewarganegaraan. Dengan demikian, dunia pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) harus mampu menjadi wadah untuk membelajarkan peserta didik agar memiliki kebiasaan yang baik dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi terutama sebagai sumber belajar. Berkenaan dengan guru sebagai ujung tombak pendidikan, guru PKn perlu turun tangan dalam hal mempersiapkan siswa menghadapi tantangan global dan perkembangan ICT. Pemanfaatan ICT di sekolah baik ketika belajar mengajar maupun kegiatan sekolah lainnya, perlu diantisipasi guru dengan senantiasa menumbuhkan serta membiasakan karakter positif pada diri siswa ketika menggunakan ICT. Seperti misalnya, mengingatkan siswa untuk senantiasa mencantumkan sumber ketika mencari informasi di internet untuk digunakan pada materi pelajaran. Sejalan dengan hal di atas, Danial (2009: 3) telah melakukan penelitian tentang ‘Mengembangkan Karakter Masa Depan’. Dalam hasil penelitiannya beliau berpendapat bahwa Guru PKn yang bagaimanakah yang memiliki kemampuan menjawab tantangan sosial dan dapat membina siswa sebagai warga negara Indonesia yang bertaqwa, berkarakter, kreatif, mencintai bangsa dan negara, heroik, patriotik, demokratik, tanggung jawab, jujur, adil, sopan santun, dan kekeluargaan Penulis dapat mempertegas penelitiannya melalui hasil penelitian di atas. Melalui ICT guru PKn juga harus mempelajari berbagai fenomena yang diinternalisasikan dalam pembelajaran, sehingga dapat menyeimbangkan dengan

pembinaan karakter siswa yang bersifat kontekstual. Pembinaan karakter ini tentu dalam rangka mengembangkan civic disposition siswa. Jelas pada dasarnya guru PKn perlu memahami bahwa proses interaksi belajar mengajar dilakukan siswa dengan

lingkungannya.

Dengan

demikian

guru

justru

harus

mampu

mengeksplorasi semua unsur pembelajaran yang ada di sekitar siswa termasuk lingkungan berbasis ICT. Guru harus mampu memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk diterapkan dalam pembelajaran. Guru harus meninggalkan pengajaran-pembelajaran cara lama yang dilakukan selama ini, sebaliknya memikirkan pembelajaran dinamik dalam kontkes penggunaan teknologi informasi. Guru mau tidak mau harus bersedia melaksanakan tugas baru mengembangkan dan memadukan pembelajaran berbasis ICT. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis ICT ini bukan hanya sekedar memberikan kemudahan kepada guru dalam proses pembelajaran semata. Akan tetapi dengan hal seperti ini guru dituntut untuk mampu memadukan kecanggihan ICT ini sekaligus dengan menanamkan nilai-nilai yang mulai berubah dalam paradigma kebudayaan masyarakat sebelumnya. Karena sebenarnya dengan kecanggihan ICT ini manusia telah mendapati suatu ilmu pengetahuan baru yang perlu kemahiran dalam mengelolanya. Tanpa kepandaian mengolah, teknologi dan informasi (ICT) tidak ada artinya. Hanyalah informasi yang diolah dengan baik yang menghasilkan pengetahuan. Karena ketika informasi itu tidak diolah dengan baik akan membahayakan dan berujung pada penyalahgunaan. Kemudian hanyalah pengetahuan yang diolah dengan baik yang akan menghasilkan kearifan atau kebijaksanaan. Karena dengan pengetahuan yang baik maka akan tumbuh kebiasaan-kebiasaan baik pada diri siswa. Nilai-nilai yang ikut tumbuh seiring perkembangan ICT ini

tidak lain adalah sikap kritis dalam menyelesaikan

permasalahan di sekitar. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Mukhadis tentang ‘Sosok Manusia Indonesia Unggul dan Berkarakter dalam Bidang Teknologi sebagai Tuntutan Hidup’. Melalui hasil penelitiannya Mukhadis menyimpulkan bahwa “tuntutan

utama peradaban teknologi pada era global adalah kiat menyinergikan berbagai informasi dijadikan proposisi sebagai kerangka pikir dalam pemecahan masalah” (Mukhadis, 2013: 115). Perkembangan ICT telah menyentuh semua aspek kehidupan termasuk dunia persekolahan, sehingga diistilahkan sebagai suatu tuntutan hidup. Karena tanpa mengikuti perkembangan ICT tentu akan mengakibatkan ketertinggalan informasi dan menjauhkan kita dari segi efisiensi dan efektifitas pekerjaan. Demikian halnya juga dalam kegiatan pembelajaran, hanya saja tetap perlu memperhatikan sinergitas informasi dan kerangka berpikir yang holistik terutama ketika memanfaatkan ICT sebagai sumber belajar bagi siswa. Sinergitas inilah yang dapat diwujudkan melalui pengembangan civis disposition siswa. Pengelolaan informasi disini begitu penting untuk diajarkan dan dibiasakan pada siswa karena pada kenyataannya konten negatif tetap membahayakan

dan berdampak buruk bagi karakter. Sebagaimana penelitian

yang dilakukan oleh Bachtiar Yusuf tentang “Resistensi Bangunan Karakter Manusia Indonesia di Era Digital”. Era ICT telah membawa dunia ke era digital. Semuanya serba digital, dari cara berkomunikasi antar perseorangan hingga antar lembaga. Di sekolah, siswa masa kini dinamakan sebagai ‘generasi digital’ karena mereka lahir di tengah perkembangan teknologi yang begitu pesat. Di sekolah mereka tidak lagi menggunakan buku sebagai rujukan utama, mereka hanya tinggal mengetikan kata kunci pada search engine maka konten yang diinginkan dapat seketika muncul. Namun kekhawatiran orang tua dan guru hadir ketika semuanya terasa instan. Maka siswa tetap perlu diajarkan untuk tertib, disiplin, jujur, serta mandiri dalam mengolah semua kecanggihan tersebut. Dalam pemanfaatannya, internet dapat membuat seseorang, termasuk anak-anak memperoleh segala macam informasi dengan lebih mudah. Namun keamanan internet yang lemah bisa membuat anak mendapatkan informasi yang salah; informasi yang tidak seharusnya diketahui (Bachtiar, 2013: 359) Sebagian besar masalah keamanan internet untuk anak-anak tersebut adalah seputar informasi tentang seks termasuk pornografi dan juga kekerasan. Jika Informasi yang diterima anak-anak tersebut berlangsung secara intens dalam

kurun waktu yang relatif lama, hal ini bisa mempengaruhi perilakunya; merusak bangunan karakter anak. Dengan demikian, pemanfaatan ICT terutama internet tetap membutuhkan filterisasi dengan senantiasa menyadarkan siswa akan dampak dari konten negatif yang tidak ada manfaatnya sama sekali dalam proses belajar. Mata pelajaran PKn diberikan dengan tujuan agar siswa memiliki bekal cukup dalam menyeimbangkan hak dan kewajiban kelak sebagai warga negara. Melalui pengetahuan tentang kenegaraan, moral, dan sejarah kebangsaan, siswa diharapkan mampu menumbuhkan sikap cinta tanah air tidak dengan hanya mengikuti upacara bendera semata. Siswa dibentuk agar mampu mengembangkan pribadi yang memiliki kepribadian luhur, watak kewarganegaraan, sikap publik dan sikap privat yang seimbang. Hal ini dikemukakan oleh Sadeli dan Kartikawati dalam artikel ilmiahnya, bahwa Pembelajaran PKn memiliki implikasi dalam kehidupan siswa, pembelajaran PKn di jenjang persekolahan memiliki tujuan selain memberikan bekal pengetahuan, tetapi juga diharapkan mampu membentuk karakter siswa. Pembentukan karakter ini penting, karena melalui materi PKn siswa diajarkan akan hak dan kewajiban, tanggung jawab, demokrasi, dan juga Hak Asasi Manusia (HAM). Diharapkan melalui pembelajaran ini karakter yang akan dibangun adalah bersikap demokratis dan kritis (2013: 2). Mata pelajaran PKn tidak hanya menyediakan sumber belajar baku berupa tambahan informasi dari internet. Akan tetapi harus juga mengembangkan sumber belajar yang membuahkan karakter pada diri siswa. Dengan demikian, lingkungan berbasis ICT yang telah mengubah siswa menjadi bagian dari generasi digital yang sudah seharusnya juga menumbuhkan karakter siswa agar memiliki nilai dasar yang kuat sebagaimana tujuan mata pelajaran PKn sendiri, yaitu membentuk warga negara yang cerdas, baik, berkarakter dan mampu ikut serta dalam kompetensi perkembangan jaman yang kian global. Penelitian ini membahas bagaimana pemanfaatan ICT sebagai sumber belajar oleh guru dapat berperan dalam pengembangan civic disposition siswa. Hasil penelitian di lapangan membuktikan bahwa pemanfaatan lingkungan berbasis ICT di SMK Negeri 13 Bandung telah berperan dalam pengembangan civic disposition siswa. Adapun perangkat ICT yang sudah dimanfaatkan di SMK

Negeri 13 Bandung ialah berupa smartphone, PC/laptop, LCD proyektor beserta screen, internet, pembelajaran online lewat edmudo dan e-learning yang terintegrasi dengan web sekolah. Peneliti menemukan berbagai keunikan dengan berkembangnya budaya berbasis ICT di SMK Negeri 13 Bandung. Termasuk kaitannya dengan pengembangan karakter siswa atau civic disposition siswa. Pemanfaatan ICT sebagai sumber belajar, perannya terhadap pengembangan civic disposition siswa dapat terlihat dari perolehan data angket dan pengukuran sikap siswa. Hasilnya menunjukkan bahwa proses belajar mengajar yang difasilitasi oleh guru telah membentuk civic disposition siswa berupa karakter mandiri dan keberadaban (sopan santun, pen). Kemudian sebagaimana temuan peneliti melalui hasil observasi, bahwa delapan karakter utama di SMK Negeri 13 Bandung telah berkembang seiring dengan pemanfaatan lingkungan berbasis ICT. Karakter tersebut yaitu disiplin, jujur, kreatif, inovatif, peka, tanggap, dan bertanggung jawab. Adapun peran pengembangan civic disposition siswa tersebut ialah seputar pemanfaatan ICT sebagai sumber belajar. Dengan demikian, karakter yang dikembangkan pun ialah mencakup karakter dalam penggunaan ICT. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Feriyansyah pada tahun 2014 tentang warga negara digital. Dalam penelitian tersebut dikemukakan bahwa dalam mengoptimalkan penggunaan TIK, maka harus dibentuk karakteristik warga negara yang sesuai dengan kebutuhan di era digital, yaitu melek TIK, memahami etika TIK, memiliki kecerdasan berteknologi berpikir kritis dan solutif, serta mampu berkolaborasi menjadi pembelajar yang dilingkupi oleh nilai dasar yang kuat. Sehingga peneliti mengambil kesimpulan bahwa dalam menggunakan ICT sebagai sumber belajar pun dibutuhkan etika dan karakter yang kuat pada diri siswa. Melanjutkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ella Dewi Latifah tentang “Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Media ICT dalam Meningkatkan Kompetensi Kewarganegaraan di SMK Negeri 13 Bandung” penekanan kompetensi kewarganegaraan dalam penelitian tersebut dispesifikasi melalui pengukuran sikap yang dilakukan oleh penulis untuk mengetahui pengembangan karakter kewarganegaraan (civic disposition) siswa terkait

pemanfaatan ICT. Pemanfaatan tersebut juga tidak hanya dalam pembelajaran PKn saja, namun juga menyelami kebiasaan-kebiasaan di luar kegiatan belajar mengajar secara formal. Berkaitan dengan fungsi dan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan, materi keilmuan pendidikan kewarganegaraan telah dibagi menjadi tiga komponen, yaitu civic knowledge, civic skill, dan civic disposition. Berikut pendapat Winataputra (dalam Adnan, 2005: 73) Komponen civic disposition menunjuk pada ciri-ciri watak pribadi dan watak kemasyarakatan yang diperlukan bagi pemeliharaan dan perbaikan demokrasi konstitusional. Komponen ini meliputi ciri-ciri watak pribadi seperti tanggung jawab moral, disiplin diri, dan rasa hormat terhadap peraturan hukum, berpikir kritis, hasrat untuk mendengarkan, bernegosiasi, dan berkompromi sangat diperlukan bagi keberhasila demokrasi Kecanggihan teknologi membentuk siswa aktif dalam mengembangkan berbagai karya, baik dalam ranah program keahliannya maupun dalam pengkayaan wawasan informasi dan softskill nya. Bagi guru PKn di SMK Negeri 13 Bandung sendiri, mereka menilai apa yang didapat siswa di internet merupakan sumber belajar yang variatif. Siswa bertarung dengan limpahan informasi dan kecanggihan alat yang ada di genggaman mereka. Maka dari itu timbul karakterkarakter yang dikembangkan dari pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sendiri. Secara umum, dalam mewujudkan kompetensi kewarganegaraan termasuk civic disposition terdapat rincian kompetensi-kompetensi yang hendak diwujudkan melalui mata pelajaran PKn yang dibagi dalam tiga kelompok oleh Pusat Kurikulum, salah satu diantaranya, yaitu Kompetensi untuk menghayati dan mengembangkan karakter kewarganegaraan. a. Memberdayakan dirinya sebagai warganegara yang independen, aktif, kritis, well-informed, dan bertanggung jawab untuk berpartisipasi secara efektif dan efisien dalam berbagai aktifitas masyarakat, politik dan pemerintahan pada semua tingkatan (daerah dan nasional). b. Memahami bagaimana warganegara melaksanakan peranan, hak, dan tanggung jawab personal untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat pada semua tingkatan (daerah dan nasional).

c. Memahami, menghayati, dan menerapkan nilai-nilai budi pekerti, demokrasi, hak asasi manusia, dan nasionalisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. d. Memahami dan menerapkan prinsip-prinsip hak asasi manusia dalam kehidupan sehari-hari (dalam Adnan, 2005: 74). Sementara itu civic disposition terbagi menjadi karakter publik dan karakter privat sebagaimana pendapat Sapriya dan Winataputra (2003: 13) dan pendapat Cholisin (2010: 3-4) dalam jurnalnya. Kemudian diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Dwi Ratna Dewi (2013: 35) bahwa komponen civic disposition antara lain ialah berupa karakter mandiri, disiplin, tanggung jawab, jujur, demokratis, dan keberadaban atau sopan santun. Karakter ini sesuai dengan hasil penelitian terhadap pengukuran sikap siswa di SMK Negeri 13 Bandung, bahwa karakter yang muncul dari pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar adalah karakter jujur, disiplin, tanggung jawab, demokratis, disiplin, dan mandiri. Lingkungan berbasis ICT memang telah berperan besar dalam dunia pendidikan. Demikian halnya dalam tataran aplikatif seperti proses belajar mengajar yang melibatkan guru dan siswa. Tidak hanya itu, sekolah pun harus turut serta mengembangkan budaya berbasis ICT. Agar dalam pemanfaatan dan pengaplikasian ICT dapat sejalan dengan pembiasaan yang mengarah terhadap pembentukan karakter siswa. SIMPULAN Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, secara umum dapat disimpulkan bahwa lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar telah berperan dalam pengembangan civic disposition siswa. ICT yang merupakan kependekan dari Information Communication and Technology atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memberikan dampak terhadap proses belajar mengajar termasuk pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Lingkungan berbasis ICT muncul sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan dinamika kehidupan manusia. Penggunaannya yang sudah merasuki hampir seluruh aspek kehidupan membuat lingkungan berbasis ICT menjadi suatu bentuk respon baru terhadap budaya atau kebiasaan peserta didik. Kebiasaan inilah yang semestinya dihadapi secara positif. Dengan demikian pemanfaatan

ICT

dalam

proses

belajar

mengajar

diharapkan

mampu

menumbuhkan karakter kewarganegaraan, terutama ketika ICT digunakan sebagai sumber belajar PKn untuk membuka gerbang informasi yang seluas-luasnya.

DAFTAR RUJUKAN Adnan, F.M. (2005). Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) pada Era Demokrasi. Jurnal Demokrasi Vol.IV No.1 Th.2005: page 63-76 Bachtiar, Y. (2013). Resistensi Bangunan Karakter Manusia Indonesia di Era Digital. Jurnal Edutech ISSN 0852-1190. Tahun 12, Vol.1, No.3 Oktober 2013: page 347-362 Cholisin. (2010). Penerapan Civic Skill dan Civic Disposition dalam Mata Kuliah Prodi PKn. Disampaikan dalam Diskusi Terbatas Jurusan PKn dan Hukum FISE UNY (25 September 2010). Danial, E. (2009). Aktualisasi Guru Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membina WNI Masa Depan. Jurnal Civicus “Mengembangkan Karakter Masa Depan” ISSN 1412-5436. Vol.12 Januari 2009: page 1-6 Dewi, D.R. (2012). Kajian tentang Budaya Demokrasi di Pesantren dalam Mengembangkan Civic Disposition Santri (Studi Deskriptif di Pesantren Al-Basyariah Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Pendidikan Indonesia. Feriyansyah. (2014). Warga Negara Digital sebagai Instrumen Menuju Warga Negara Global (Penelitian Grounded Theory tentang Dampak Kemajuan TIK terhadap Praktik Kewarganegaraan. Tesis Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Hermes, J. (2006) Citizenship in the Age of the Internet. Europan Journal of Communication: Vol 21:page 295-309 (diakses 5 April 2014). Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013. (2013). Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran. Jakarta: Kemendikbud.

Latifah, E.D. (2013). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Media ICT dalam Meningkatkan Kompetensi Kewarganegaraan di SMK Negeri 13 Bandung. Jurnal Civicus ISSN 1412-5463. Vol. 18, No.1 Juni 2014: page 29-45. Mohamad dan Sidin. (2007). ICT dalam Pendidikan: Prospek dan Cabaran dalam Pembaharuan Pedagogi. Jurnal Pendidikan 32 (2007): page 139-152 (diakses pada 4 Februari 2014) Mukhadis. A. (2013). Sosok Manusia Indonesia Unggul dan Berkarakter dalam Bidang Teknologi sebagai Tuntutan Hidup. Jurnal Pendidikan Karakter Tahun III, Nomor 2, Juni 2013. FT Universitas Negeri Malang (diakses 5 April 2014). Sadeli

dan Kartikawati. (2013). Peran Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis pada Siswa SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto. Purwokerto: FKIP

Sapriya dan Winataputra, U. (2003). Pendidikan Kewarganegaraan: Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran. Bandung: Laboratorium PKn FPIPS.

More Documents from "Lisa Laila Rafida"

Suspensi, Ppt.ppt
May 2020 48
June 2020 45