Pembelajaran-ilmu-pengetahuan-sosial-sd.pdf

  • Uploaded by: Rahma Nurvianti
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pembelajaran-ilmu-pengetahuan-sosial-sd.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 30,432
  • Pages: 229
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/323749418

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SD Book · March 2018 CITATIONS

READS

0

1,346

1 author: Ludfi Arya Wardana Universitas Panca Marga Probolinggo 4 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SD View project

All content following this page was uploaded by Ludfi Arya Wardana on 14 March 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.

Ludfi Arya Wardana, M.Pd. | Afib Rulyansah, M.Pd.

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SD (TEORI & PRAKTIK)

Muatan IPS dalam Pembelajaran Tematik, Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran IPS, Penilaian Autentik dalam Pembelajaran IPS

Judul Buku:

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SD (TEORI & PRAKTIK) ISBN: vii + 218 hlm : 21 x 15 cm

Penulis: Ludfi Arya Wardana, M.Pd. Afib Rulyansah, M.Pd. Layout dan Sampul: Ahmad Kamal Abdul Jabbar Penerbit: UIN Sunan Ampel Press Anggota IKAPI Gedung Twin Towers Lt. 1 UIN Sunan Ampel Jl. A. Yani No. 117 Surabaya Telp. (031) 8410298-ext. 2103 Email : [email protected] Copyright © 2017 UIN Sunan Ampel Press (UIN SA Press), Hak Cipta Dilindungi Undang–undang All Rights Reserved Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | ii

KATA PENGANTAR Alhamdulilah buku berjudul Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD telah selesai kami susun dengan baik. Buku ini kami susun berlatar belakang kurikulum SD yang berubah-ubah dan muatan-muatan IPS yang tak luput berubah dalam kurikulum. Buku Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD ini terdiri dari beberapa materi secara teori dan praktik. Konsep kurikulum, Kurikulum 2013, Pembelajaran Tematik, Muatan IPS dalam Pembelajaran Tematik, Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran IPS dan masih banyak lagi kupasan-kupasan materi yang selanjutnya yang dikupas dalam buku ini. Buku ini kami disusun dengan berbagai masukanmasukan teman sejawat yang berkualifikasi S3 dan S2 serta masukan sejumlah guru-guru SD. Melalui beberapa pertemuan ilmiah nasional atau internasional kami mendapatkan inspirasi untuk menyusun buku ini sampai dengan selesai. Terimakasih juga dengan penerbit yang menerbitkan buku ini, semoga kerjasama dapat terjalin semakin baik. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan. Probolinggo, September 2017 Penulis Pembelajaran IPS SD | iii

DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi BAB 1 Konsep Kurikulum A. Pendahuluan ____________________________ 1 B. Konsep Kurikulum _______________________ 3 C. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum ________________________ 5 D. Landasan Pengembangan Kurikulum _________ 5 E. Rangkuman _____________________________ 10 F. Tugas __________________________________ 11 G. Daftar Rujukan __________________________ 12 BAB 2 Kurikulum 2013 A. Pendahuluan ____________________________ 13 B. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013 ______ 14 C. Karakteristik Kurikulum 2013 _______________ 20 D. Struktur Kurikulum 2013 __________________ 22 E. Rangkuman _____________________________ 30 F. Tugas __________________________________ 31 G. Daftar Rujukan __________________________ 31 BAB 3 Pembelajaran Tematik A. Pendahuluan ____________________________ 32 B. Konsep Pembelajaran Tematik _______________ 33 C. Landasan Pembelajaran Tematik _____________ 37 Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | iv

D. Prinsip-prinsip Pembelajaran Tematik ________ E. Karakteristik Pembelajaran Tematik __________ F. Strategi Pembelajaran Tematik _______________ G. Peran Tema dalam Pembelajaran Tematik _____ H. Keunggulan Pembelajaran Tematik ___________ I. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembelajaran Tematik ________________ J. Rangkuman _____________________________ K. Tugas _________________________________ L. Daftar Rujukan __________________________ BAB 4 Muatan IPS dalam Pembelajaran Tematik A. Pendahuluan ____________________________ B. Perencanaan Pembelajaran _________________ C. Pelaksanaan Pembelajaran __________________ D. Penilaian Pembelajaran ____________________ E. Rangkuman _____________________________ F. Tugas _________________________________ G. Daftar Rujukan __________________________

38 43 45 45 46 47 48 49 49

51 52 77 81 84 85 85

BAB 5 Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran IPS A. Pendahuluan ____________________________ 87 B. Konsep Pendekatan Saintifik ________________ 88 C. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik ________ 89 D. Rangkuman ____________________________ 101 E. Tugas _________________________________ 101 F. Daftar Rujukan __________________________ 102

Pembelajaran IPS SD | v

BAB 6 Penilaian Autentik dalam Pembelajaran IPS A. Pendahuluan ____________________________ 103 B. Konsep Asesmen _________________________ 104 C. Penilaian Autentik ________________________ 105 D. Jenis-jenis Penilaian Autentik ________________ 107 E. Instrumen Penilaian Autentik _______________ 117 F. Rangkuman _____________________________ 118 G. Tugas _________________________________ 118 H. Daftar Rujukan __________________________ 119 BAB 7 Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS A. Pendahuluan ____________________________ 122 B. Konsep Pendidikan Karakter ________________ 125 C. Nilai-nilai Pendidikan Karakter ______________ 130 D. Tujuan Pendidikan Karakter ________________ 134 E. Rangkuman _____________________________ 136 F. Tugas __________________________________ 136 G. Daftar Rujukan __________________________ 137 BAB 8 Problematika Implementasi Pendekatan Saintifik di SD A. Pendahuluan ____________________________ 139 B. Problematika dalam Membuat Perencanaan Pembelajaran ___________________________ 140 C. Problematika dalam Membuat Pelaksanaan Pembelajaran ___________________________ 145 D. Problematika dalam Membuat Penilaian Pembelajaran ___________________________ 149 E. Rangkuman _____________________________ 152 Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | vi

F. Tugas _________________________________ G. Daftar Rujukan __________________________ BAB 9 Pengembangan Metode Permainan Edukatif Detektif Cilik A. Pendahuluan ____________________________ B. Deskripsi _______________________________ C. Desain _________________________________ D. Peran Guru dalam Permainan _______________ E. Langkah-langkah Permainan ________________ F. Aturan Permainan ________________________ G. Kriteria Keberhasilan _____________________ H. Kelemahan dan kelebihan __________________ I. RPP Permaianan Detektif Cilik ______________ J. Rangkuman _____________________________ K. Tugas _________________________________ L. Daftar Rujukan __________________________

152 153

154 155 157 161 162 163 164 164 165 206 206 207

DAFTAR PUSTAKA

Pembelajaran IPS SD | vii

BAB 1

KONSEP KURIKULUM A. Pendahuluan Praktik pendidikan, tentu tidak terlepas dengan yang namanya kurikulum. Kurikulum merupakan salah satu komponen inti dalam pendidikan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Artinya, kurikulum memiliki fungsi sebagai acuan dan pedoman dalam penyelenggaraan proses pendidikan. Seluruh aktivitas pendidikan hendaknya mengacu dan berpedoman pada kurikulum yang berlaku, untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Dilatarbelakangi oleh beberapa alasan, kurikulum pendidikan Indonesia selalu mengalami penyempurnaan dalam setiap kurun waktu tertentu. Pergeseran perkembangan kurikulum pendidikan merupakan bentuk upaya perbaikan kualitas dan kuantitas mutu pendidikan. Perubahan tejadi Pembelajaran IPS SD | 1

sebagai akibat terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan IPTEK sehingga kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan yang perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum dijelaskan bahwa kurikulum merupakan sebuah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan peningkatan iman dan takwa; peningkatan akhlak mulia; peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; keragaman potensi daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunan daerah dan nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; agama; dinamika perkembangan global; dan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Kebutuhan akan peningkatan kualitas individu kemudian diwujudkan melalui pengembangan kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan sebagaimana tercantum dalam undang-undang pendidikan.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 2

B. Konsep Kurikulum Kurikulum sering diartikan dengan bermacam-macam persepsi. Hudoyo (1979 :16) berpendapat bahwa kurikulum diartikan sebagai program yang disusun terperinci sehingga menggambarkan kegiatan siswa di sekolah dengan bimbingan guru, dengan kata lain suatu kurikulum mengacu pada pengalaman-pengalaman belajar yang direncanakan untuk kepentingan siswa dengan bimbingan guru. Pengalamanpengalaman belajar yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa selama waktu sekolah. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan perkembangan peserta didik. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tyler (dalam Efendi, 2009:7) berpendapat bahwa kurikulum adalah semua pengalaman belajar yang direncanakan dan diarahkan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Tyler (dalam Widyastono, 2014:3) juga menyatakan bahwa suatu kurikulum berisi tentang: (1) Tujuan pendidikan apa yang harus dicapai di sekolah; (2) Pengalaman pendidikan apa yang harus disediakan untuk mencapai tujuan Pembelajaran IPS SD | 3

pendidikan tersebut; (3) Bagaimana pengalaman pendidikan tersebut dapat dikelola secara efektif; (4) Bagaimana mengukur bahwa tujuan pendidikan telah tercapai. Dewey (dalam Efendi, 2009:6) berpendapat bahwa kurikulum sesungguhnya tidak lain dari pengalaman, baik pengalaman ras dan pengalaman anak yang direkonstruksi terus menerus menjadi sejumlah pengetahuan atau bidang studi yang tujuannya tidak lain untuk meniti tugas perkembangan. Dengan demikian sesuai dengan pernyataan kedua tokoh tersebut, dapat kita garis bawahi bahwa sebuah kurikulum terdiri atas tujuan pendidikan, pengalaman belajar peserta didik, pengelolaan kegiatan pembelajaran, serta adanya sebuah evaluasi didalamnya. Pada pelaksanaannya, kurikulum dibagi menjadi dua sudut pandang yaitu kurikulum sebagai sebuah rencana dan kurikulum sebagai bidang kajian. Tentu hal ini memiliki pengertian yang berbeda. Kurikulum sebagai sebuah rencana artinya bahwa kurikulum ini terkait dengan semua kegiatan aktivitas siswa yang direncanakan, yang selanjutnya dimasukkan dalam muatan-muatan pelajaran yang menjadi tugas dari guru dan sekolah. Sedangkan kurikulum sebagai bidang kajian dapat diartikan bahwa kurikulum ini berisi tentang ruang lingkup kurikulum itu sendiri, termasuk didalamnya teori-teori dan prakteknya yang mendasari serta tentang pengembangan kurikulum.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 4

C. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Kurikulum Menurut Hudoyo, 1979:17-18 faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam kurikulum yaitu: 1) 2) 3) 4) 5)

Kesatuan yang utuh Perumusan tujuan Memilih tema Pemilihan dan pengorganisasian bahan-bahan Strategi penyampaian

Keberhasilan suatu program yang sedang berjalan perlu mendapatkan penilaian, apakah program tersebut berhasil atau tidak dengan harapan kelemahan-kelemahan dapat diketahui dan diperbaiki.

D. Landasan Pengembangan Kurikulum Landasan Filosofis Landasan filosofis menjadi dasar utama dalam setiap pengembangan kurikulum guna menentukan pencapaian peserta didik dalam sebuah kurikulum. Landasan filosofis mencangkup penentuan sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia Pembelajaran IPS SD | 5

berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional (Permendiknas Nomor 67 Tahun 2013). Kurikulum 2013 menggunakan filosofi untuk mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai dengan potensi diri dan sesuai dengan kebutuhan manusia. a. Berakar pada kebudayaan bangsa pada masa kini dan masa depan. Bangsa Indonesia sebagai bangsa multikultural yang bependuduk dari berbagai suku bangsa memiliki kekayaan akan keberagaaman budaya. Keberagaman budaya menjadi dasar pengembangan Kurikulum 2013 yang diarahkan untuk membangun kehidupan bangsa di masa kini dan masa depan. Kurikulum memiliki tugas utama untuk mempersiapkan para generasi muda dalam menyongsong kehidupan. Kebudayaan yang berkembang syarat akan nilai pengalaman hidup dapat memberikan pengalaman belajar yang luas menjadi salah satu dasar pengembangan Kurikulum 2013 sebagai pewaris budaya yang berkewajiban untuk menjaga kelestarian kebudyaan bangsa baik di masa kini maupun masa depan. b. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Proses pendidikan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya. Filosofis kebudayaan memandang bahwa dalam proses pendidikan, pencapaian sebuah bangsa pada setiap Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 6

bidang kehidupan di masa lampau harus termuat dalam kurikulum untuk dipelajari oleh para generasi muda. Sebuah kebudayaan syarat akan nilai-nilai positif tentang peajaran dan pengalaman hidup. Kemampuan dalam pemaknaan terhadap warisan budaya berdasarkan lensa budaya perlu dikembangkan sesuai dengan tingkat perkembangan baik secara fisik, psikis maupun emosional peserta didik. Kurikulum 2013 menempatkan peran penting warisan budaya sebagai sesuatu yang dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, yang kemudian dapat diterapkan dan diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat di masa kini. c. Pendidikan dikembangkan melalui pendidikan disiplin ilmu. Setiap pembelajaran disiplin ilmu (essentialism) memberikan pengetahuan dan wawasan akan bidang kehidupan yang beragam. Ilmu sosial maupun ilmu alam mencangkup sebuah ciri bagaimana sebuah kehidupan dipandang dari berbagai lapisan kehidupan sosial atau interaksi dengan alam. Kurikulum dikembangkan dengan dasar filosofis bahwa penentuan isi kurikulum harus mencangkup disiplin ilmu dan pembelajaran yang harus memiliki nama mata pelajaran yang sama dengan nama disiplin ilmu (Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013). Pengembangan berbagai disiplin ilmu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Pembelajaran IPS SD | 7

d. Pendidikan untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Bangsa yang memiliki pendidikan yang berkualitas memiliki kemajuan kehidupan karena penguasaan akan ilmu pengetahuan dan teknologi. Filosofi ini mendasari Kurikulum 2013 untuk mengembangkan potensi peserta didik dalam berkemampuan berpikir reflektif untuk menyelesaikan dan menghadapi adanya permasalahan di kehidupan baik secara individu maupun sosial. Dalam Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 dijelaskan bahwa dalam pembaharuan Kurikul 2013 pendidikan diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism).

Landasan Teoritis Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan pada teori pendidikan berdasarkan standar (standard-based education). Standar dalam pendidikan digunakan untuk menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 8

Teori lain yang digunakan dalam Kurikulum 2013 adalah teori berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Mata pelajaran yang terintegrasi dirumuskan dalam kompetensi yang terbagi dalam kompetensi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pembelajaran dengan basis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluasluasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak (Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013). Berdasarkan hal tersebut dalam Kurikulum 2013 diterapkan dengan sebagai berikut. 1. Pembelajaan oleh guru (taught-curriculum) dalam bentuk kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat. 2. Belajar secara langsung (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Belajar secara langsung diharapkan memberikan pengalaman bagi peserta didik baik secara individual maupun keseluruhan dalam kurikulum.

Landasan Yuridis Berdasarkan ladasar yuridis perubahan peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disusunlah Kurikulum 2013 sebagai kurikulum baru dalam pendidikan bangsa Indonesia. Kurikulum 2013 memadukan pembelajaran berbagai disiplin ilmu yang melibatkan keterampilan proses sains dalam belajar aktif dan berpengalaman langsung. Pembelajaran IPS SD | 9

Perubahan Kurikulum 2013 juga dilandasi dengan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan dalam rencana pembangunan jangka menengah.

E. Rangkuman RANGKUMAN 



 

Kurikulum adalah semua kegiatan aktivitas siswa yang direncanakan, yang selanjutnya dimasukkan dalam muatan-muatan pelajaran yang menjadi tugas dari guru dan sekolah. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam kurikulum yaitu: kesatuan yang utuh, perumusan tujuan, memilih tema, pemilihan dan pengorganisasian bahan-bahan dan strategi penyampaian. Landasan pengembangan kurikulum yaitu landasan filosofis, landasan teoritis dan landasan yuridis. Landasan filosofis yaitu dasar utama dalam setiap pengembangan kurikulum guna menentukan pencapaian peserta didik dalam sebuah kurikulum.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 10

 

Landasan teoritis yaitu dikembangkan berdasarkan pada teori pendidikan berdasarkan standar (standardbased education). Landasan yuridis yaitu berdasarkan hukum yanberlaku.

F. Tugas Berikut ini kerjakan dengan benar dan tepat! 1. Bagaimana yang dimaksud dengan kurikulum? 2. Bagaimana kedudukan kurikulum hard curriculum dan hidden curriculum?Jelaskan! 3. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam kurikulum?Jelaskan! 4. Landasan-landasan yang perlu diperhatikan dalam kurikulum?Jelaskan! 5. Simpulkan terkait kajian konsep kurikulum di atas?

Pembelajaran IPS SD | 11

G. Daftar Rujukan Efendi, Mohammad. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Pengantar ke Arah Pemahaman KBK, KTSP, SBI. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Kemdikbud. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemdikbud. 2013. Panduan Teknis. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Kemdikbud. 2013. Panduan Teknis. Penilaian Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 12

BAB 2

KURIKULUM 2013 A. Pendahuluan Pada tahun ajaran 2013/2014, diterapkan sebuah kurikulum yang diberi nama Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 disusun sebagai kelanjutan dari pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004, dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mencangkup pengembangan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Keterpaduan kompetensi ini selaras dengan amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35 yakni kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Kurkulum 2013 mewujudkan keterpaduan tersebut melalui penerapan pendekatan tematik-integratif dalam proses pembelajaran untuk setiap jenjang pendidikan. Kurikulum 2013 diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Permendiknas Nomor 67 Tahun 2013). Pembelajaran IPS SD | 13

Kemampuan pribadi dibentuk dengan belajar melalui berbagai pengalaman personal dalam proses mengamati, menanya, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Kurikulum 2013 dibagi dalam dua dimensi yakni mencangkup dimensi perencanaan tentang tujuan dan isi pembelajaran, dan dimensi pelaksanaan tentang kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Kedua dimensi kurikulum mengarah pada aspek pengembangan kepribadian peserta didik yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dalam ilmu, kehidupan agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global.

B. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013 Perkembangannya, kurikulum selalu di update dengan tujuan untuk mengikuti perkembangan zaman dan menjawab tuntutan masyarakat. Pengembangan kurikulum harus didasarkan pada hal-hal yang bersifat substansial. Rasionalisasi juga harus mengacu pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Menurut Kemendikbud Nomor 67 Tahun 2013, Kurikulum 2013 menggantikan kurikulum KTSP dikembangkan berdasarkan beberapa faktor, yaitu: (1) tantangan internal, (2) tantangan eksternal, (3) penyempurnaan pola pikir, (4) penguatan tata kelola kurikulum, dan (5) penguatan materi.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 14

1)

Tantangan Internal

Pertama, tantangan internal ini berkaitan dengan tuntutan pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan , standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Selain itu, pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia usia produktif (usia 15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Hal itu menjadi tantangan besar sekaligus pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bangsa ini. Kalau tidak hal itu akan menyebabkan banyaknya angka pengangguran pada usia produktif di Indonesia. Hal ini menjadi tantangan besar agar sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui proses pendidikan yang berkualitas. Sehingga harapannya melalui Kurikulum 2013 ini dapat mengupayakan agar sumber daya manusia Indonesia memiliki kompetensi dan ketrampilan untuk digunakan sebagai bekal hidupnya. 2) Tantangan Eksternal Kedua, yaitu tantangan eksternal. Arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif Pembelajaran IPS SD | 15

dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional memberikan dampak terhadap kebutuhan hidup masyarakat. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Hal ini juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa peserta didik usia sekolah di Indonesia kurang dapat mencapai hasil yang maksimal dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA, disebabkan karena banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia. Tantangan eksternal tersebut secara langsung atau tidak pasti akan mempengaruhi sistem pendidikan di Indonesia. Pergaulan dunia yang semakin bebas, harus diimbangi dengan pengembangan pendidikan melalui Kurikulum 2013. 3) Penyempurnaan Pola Pikir Ketiga, yaitu penyempurnaan pola pikir. Menurut Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 menjelaskankan bahwa

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 16

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut: (a) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama; (b) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif gurupeserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/ media lainnya); (c) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet); (d) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains); (e) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim); (d) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia; (e) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembanganpotensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;

Pembelajaran IPS SD | 17

(f) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan (g) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. Kurikulum 2013 juga menekankan pengembangkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan peserta didik. Pola pembelajaran yang mandiri, membuat peserta didik dapat mencari dan membangun pengetahuannya sendiri dari semua sumber belajar yang ada di lingkungan sekitarnya. Selain itu, pola pembelajaran tim, berbasis alat multimedia, serta pola pengembangan pembelajaran yang kritis menjadi dasar penyempurnaan kurikulum ini. 4) Penguatan Tata Kelola Kurikulum Selanjutnya yaitu penguatan tata kelola kurikulum. Dalam pengembangan Kurikulum 2013, dilakukan beberapa penguatan tata kelola yaitu sebagai berikut: (a) Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif. Kinerja guru seringkali membuatnya merasa berat karena masih bersifat individual. Untuk mempermudah dan meringankan beban pekerjaan guru, tentu paradigma itu harus segera diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif. Guru satu dengan yang lain melakukan kolaborasi atau kerjasama sehingga terjadi interaksi kelompok yang nantinya akan mempermudah kinerja guru. Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 18

(b) Penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader). Proses manajemen dalam dunia pendidikan menjadi penting apabila dikaitkan dengan posisi sekolah sebagai pelaksana sistem. Kepala sekolah memiliki peran yang urgen dalam hal mengatur keberlangsungan aktivitas pembelajaran di sekolah. Penguatan manajemen sekolah yang dimaksud ialah penguatan yang dilakukan melalui peningkatan kemampuan atau kapasitas kepemimpinan kepala sekolah untuk memanajemen sekolah yang dipimpinnya. (c) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan suatu sistem pendidikan, selain guru sebagai pelaksana kurikulum, juga terdapat satu komponen yang tidak kalah pentingnya. Hal itu adalah sarana dan prasana. Sarana prasarana ini meliputi gedung sekolah, media pembelajaran, dan masih banyak lagi yang berfungsi sebagai pendukung penyelenggaraan proses pembelajaran. Untuk menunjang kepentingan yang lain, semisal manajemen pendidikan dan proses pembelajaran, sarana dan prasarana hendaknya perlu ditingkatkan. 5) Penguatan Materi Ilmu pengetahuan dan teknologi bergerak dinamis melalui berbagai penemuan dan pendalaman yang dilakukan oleh banyak para ahli. Hasil penemuan baik berupa teori Pembelajaran IPS SD | 19

maupun praktis memperkaya materi pembelajaran di sekolah untuk dipelajari oleh peserta didik. Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik memuat obyek pembelajaran tentang berbagai fenomena alam, sosial, seni, dan budaya dengan penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik. Berbagai fenomena di sekitar diangkat sebagai materi pembelajaran melalui basis teks yang melibatkan berbagai disiplin ilmu dalam mata pelajaran yang dipadukan secara tematik-integratif, memperkaya pengetahuan dan wawasan peserta didik untuk memanfaatkan berbagai sudut pandang dalam berpikir dan bertindak. Pada Kurikulum 2013 penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi perserta didik.

C. Karakteristik Kurikulum 2013 Permendikbud No. 67 Tahun 2013 menjelaskan bahwa Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut: (1) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik; (2) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 20

sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; (3) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; (4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; (5) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran; (6) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti; (7) kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling me mperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). Permendikbud No. 67 Tahun 2013 berpengertian bahwa karakteristik kurikulum 2013 diantaranya ialah mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas berpikir, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik peserta didik.

Pembelajaran IPS SD | 21

D. Struktur Kurikulum 2013 Struktur kurikulum memuat gambaran penerapan prinsip kurikulum dalam peran peserta didik pada jenjang satuan pendidikan. Struktur kurikulum merangkum distribusi konten setiap mata pelajaran dalam setiap semester per tahun. 1. Organisasi Mata Pelajaran Mata pelajaran disusun dalam rumusan kompetensi dasar yang dipadukan dengan pendekatan tematik-integratif. Untuk pendidikan sekolah dasar, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial pada kelas awal I, II dan III diintegrasikan ke dalam konten mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, serta dalam Pendidikan Jasmani, Olaharga, dan Kesehatan. Pengintegrasian mata pelajaran ini merupakan bentuk penyederhanaan jumlah mata pelajaran untuk kelas awal yang dijaring dalam sebuah tema untuk dibelajarkan pada peserta didik. Pada kelas IV, V, dan VI, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial baru dimunculkan dengan Kompetensi Dasar masingmasing. Namun dalam proses pembelajarannya, setiap kompetensi tersebut tetap dibelajarkan secara tematik sama halnya pada pembelajaran di kelas awal sebelumnya. Sedangkan untuk muatan lokal seperti bahasa daerah diintegrasikan dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya, dan untuk muatan lokal seperti permainan atau berkenaan dengan kegiatan olahraga diintegrasikan dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga,dan Kesehatan. Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 22

2. Organisasi Waktu dan Beban Belajar Kurikulum 2013 memberikan tambahan jam belajar dan pengurangan jumlah Kompetensi Dasar untuk memberikan kelonggaran waktu dalam pengembangan proses belajar yang aktif bagi peserta didik. Pengembangan proses pembelajaran diarahkan pada kegiatan mengamati, menanya, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Penambahan jam belajar ini juga diberikan untuk memungkinkan guru dalam melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik. Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar pada setiap minggu untuk satu semester. Gradasi beban dan waktu belajar bertingkat untuk kelas I 30 jam pelajaran, kelas II 32 jam pelajaran, kelas III 34 jam pelajaran, dan kelas IV, V, dan VI 36 jam pelajaran dengan masing-masing durasi jam belajar 35 menit.

Mata Pelajaran Kelompok A 1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. Ilmu Pengetahuan Alam 6. Ilmu Pengetahuan Sosial

Alokasi Waktu Belajaran Per-Minggu I II III IV V VI 4

4

4

4

4

4

5

5

6

4

4

4

8 5 -

9 6 -

10 6 -

7 6 3 3

7 6 3 3

7 6 3 3

Pembelajaran IPS SD | 23

Kelompok B 1. Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 2. Pendidikan Jasmani, Olahraga 4 4 4 dan Kesehatan Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 30 32 34

5 4

5 4

5 4

36

36 36

Pembelajaran Tematik Integratif-sumber: Bahan Uji Publik Kurikulum 2013 3. Komptensi Inti Kompetensi inti menunjukkan kualitas pencapaian dari standar kompetensi lulus yang harus dicapai dan dimiliki peserta didik dalam jenjang satuan pendidikan tertentu. Kompetensi inti diorganisasikan dalam ketiga aspek hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dijabarkan pada kompetensi inti 1 (spiritual), kompetensi inti 2 (sosial), kompetensi inti 3 (pengetahuan), dan kompetensi inti 4 (keterampilan). Penjabaran kompetensi ini ditujukan untuk mewujudkan kualitas yang seimbang pada pencapaian hard skills maupun soft skills peserta didik. Kompetensi yang berkaitan dengan soft skills yakni spiritual dan sosial dibelajarkan secara terintegrasi dengan kompetensi yang berkaitan dengan hard skills yakni pengetahuan dan keterampilan. Perumusan kompetensi inti Kurikulum 2013 terbagi untuk kelas dasar awal I, II, III, dan kelas dasar tinggi IV, V, dan VI. Setiap kompetensi kemudian dikembangkan sesuai dengan materi tiap mata pelajaran dan beban belajar setiap tingkat kelas.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 24

Kompetensi Inti 1

2

3

Kelas I, II, & III

Kelas IV, V, & VI

Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya

Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya Menunjukkan perilaku Menunjukkan jujur, disiplin, tanggung perilaku jujur, jawab, santun, peduli, disiplin, tanggung dan percaya diri dalam jawab, santun, peduli, berinteraksi dengan dan percaya diri keluarga, teman, dan dalam berinteraksi guru dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air Memahami Memahami pengetahuan faktual pengetahuan faktual dengan cara mengamati dengan mengamati [mendengar, melihat, dan menanya membaca] dan menanya berdasarkan rasa berdasarkan rasa ingin ingin tahu tentang tahu tentang dirinya, dirinya, makhluk makhluk ciptaan Tuhan ciptaan Tuhan dan dan kegiatannya, dan kegiatannya, dan benda-benda yang benda-benda yang dijumpainya di rumah dijumpainya di dan di sekolah rumah, sekolah dan tempat bermain Pembelajaran IPS SD | 25

4

Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain

Pembelajaran Tematik Integratif-sumber: Bahan Uji Publik Kurikulum 2013 4. Kompetensi Dasar Kompetensi dasar dirumuskan untuk setiap mata pelajaran yang bersumber pada kompetensi inti. Kompetensi dasar memuat sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dicapai peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Kompetensi dasar bersifat terbuka yakni disusun sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik sesuai dengan ciri khas setiap mata pelajaran sehingga tidak menutup kemungkinan untuk guru atau sekolah mengembangkan kompetensi dasar tersebut dalam proses pembelajaran. Berikut contoh perumusan Kompetensi Dasar dari Kompetensi Inti untuk PPKn Kelas I. Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 26

Kompetensi Inti 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru

KD (KTSP)

KD (Kurikulum 2013

1. Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama, dan suku bangsa. 2. .Memberikan contoh hidup rukun melalui kegiatan di rumah dan di sekolah. 3. Menerapkan hidup rukun di rumah dan di sekolah. 4. Menjelaskan pentingnya tata tertib di rumah dan di sekolah. 5. Melaksanakan tata tertib di rumah dan di sekolah. 6. Menjelaskan hak anak untuk bermain, belajar dengan gembira dan

1.1 Menerima keberagaman karakteristik individu (agama, suku, fisik, psikis) sebagai anugerah Tuhan 2.1 Menunjukkan perilaku baik (jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli/kasih sayang, dan percaya diri) dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru, sebagai perwujudan nilai dan moral Pancasila. 2.2 Memiliki sikap dan perilaku patuh pada tata tertib dan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan sekolah. Pembelajaran IPS SD | 27

didengar pendapatnya. 7. Melaksanakan hak anak di rumah dan di sekolah. 8. Mengikuti tata tertib di rumah dan di sekolah. 9. Melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakat 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.

2.3 Memiliki sikap toleran terhadap keberagaman karakteristik individu (agama, suku, fisik, psikis) di rumah dan sekolah. 2.4 Menunjukkan perilaku 2.5 kebersamaan dalam keberagaman di rumah dan sekolah 3.1 Mengenali keberagaman karateristik individu melalui pengamatan di rumah dan sekolah. 3.2 Mengetahui tata tertib dan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan sekolah. 3.3 Mengetahui arti bersatu dalam keberagaman melalui pengamatan di rumah

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

dan sekolah. 3.4 Mengenal Pancasila dan simbol-simbol sila Pancasila dalam lambang negara “Garuda Pancasila” melalui lagu, gambar, dan/atau permainan. 4.1 Menyajikan contoh kebersamaan dalam keberagaman karakteristik individu di rumah dan sekolah melalui permainan 4.2 Menyajikan Pancasila dan simbol-simbol sila Pancasila melalui lagu, cerita, gambar, dan/atau permainan.

Pembelajaran Tematik Integratif-sumber: Bahan Uji Publik Kurikulum 2013

Pembelajaran IPS SD | 29

E. Rangkuman RANGKUMAN 







Kurikulum 2013 disusun sebagai kelanjutan dari pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004, dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mencangkup pengembangan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Rasionalisasi juga harus mengacu pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Menurut Kemendikbud Nomor 67 Tahun 2013, Kurikulum 2013 menggantikan kurikulum KTSP dikembangkan berdasarkan beberapa faktor, yaitu: (1) tantangan internal, (2) tantangan eksternal, (3) penyempurnaan pola pikir, (4) penguatan tata kelola kurikulum, dan (5) penguatan materi. Karakteristik kurikulum 2013 diantaranya ialah mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas berpikir, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik peserta didik. Struktur kurikulum memuat gambaran penerapan prinsip kurikulum dalam peran peserta didik pada jenjang satuan pendidikan. Struktur kurikulum mancakup organisasi mata pelajaran, waktu dan beban belajar dan kompetensi inti dan kompetensi dasar.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 30

F. Tugas Berikut ini kerjakan dengan benar dan tepat! 1. Bagaimana kurikulum 2013 dan perkembangannya? 2. Bagaimana rasional kurikulum 2013?Jelaskan! 3. Karakterisitik kurikulum 2013 apa saja yang perlu diperhatikan dalam kurikulum?Jelaskan! 4. Bagaimana struktur kurikulum 2013?Jelaskan! 5. Simpulkan terkait kajian kurikulum 2013 di atas? G. Daftar Rujukan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Kemdikbud. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemdikbud. 2013. Panduan Teknis. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Kemdikbud. 2013. Panduan Teknis. Penilaian Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Pembelajaran IPS SD | 31

BAB 3

PEMBELAJARAN TEMATIK A. Pendahuluan Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, kurikulum di Indonesia pun mengalami perubahan. Pada bulan Juli 2013 lalu, pemerintah telah mengeluarkan Kurikulum 2013 untuk menggantikan kurikulum sebelumnya Kurikulum 2006. Berkaitan dengan hal tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 menjelaskan bahwa Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013 tidak hanya mengembangkan aspek pengetahuan saja, tetapi juga pada aspek spiritual, sikap sosial, dan keterampilan. Pengembangan aspek-aspek tersebut diwujudkan melalui pencapaian kompetensi-kompetensi yang ditentukan guru, kemudian diimplementasikan ke dalam pembelajaran.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 32

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Bab V Pasal 12 menyatakan bahwa peserta didik berhak mendapatkan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Berdasarkan Permendikbud No. 67 Tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SD-MI, dijelaskan bahwa karakteristik dari Kurikulum 2013 diantaranya yaitu ditandai dengan pembelajaran tematik terpadu. Pembelajaran tematik dipandang mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Hal ini sejalan dengan Majid (2014:49) yang menjelaskan bahwa pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang memadukan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam suatu tema. Ini merupakan salah satu dari sepuluh model pembelajaran terpadu yang dikembangkan oleh Robin Forgarty (1991). B. Konsep Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik sering dimaknai sebagai pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan suatu tema tertentu. Pembelajaran di sekolah, pembelajaran tematik melibatkan beberapa bidang studi yang dikaitkan dengan tujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Dalam suatu kajian materi tertentu, suatu bidang studi dikaitkan dengan muatan-muatan pelajaran yang beragam.

Pembelajaran IPS SD | 33

Pembelajaran tematik juga sering dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari bebagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “Air” dapat ditinjau dari mata pelajaran Bahasa Indonesia, matematika, dan IPA. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka (Trianto, 2009:79). Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe atau jenis daripada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2003:5). Menurut Poerwadarminta (dalam Majid, 2014:80) pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada murid. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang memfasilitasi peserta didik untuk mencari dan Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 34

menemukan pengetahuannya secara holistik, bermakna dan otentik. Pembelajaran tematik yang berkembang di Indonesia merupakan salah satu dari sepuluh model pembelajaran terpadu yang dikembangkan oleh Fogarty (1991). Pada pembelajaran tematik, peserta didik akan memperoleh pengetahuannya secara utuh. Mereka akan memadukan dan mengaitkan beberapa aspek pengetahuan kedalam suatu tema, yang kemudian akan digali secara mandiri oleh siswa. Pembelajaran tematik akan menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Mereka juga akan memahami konsep-konsep melalui pengalaman belajar langsung melalui interaksi dengan lingkungan belajarnya. Apabila ditinjau lebih dalam, pembelajaran tematik ini lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran. Apabila dikaitkan dengan tingkat perkembangan anak, pembelajaran tematik terpadu ini merupakan pendekatan yang sesuai dengan perkembangan kognitifnya. Karena pada usia Sekolah Dasar anak masih dalam tahap berpikir holistik, otentik, serta kongkrit. Hal itu sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik terpadu ini, sehingga harapannya dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Terkait dengan masalah pembelajaran untuk kelas I, 2, dan 3 menurut Siskandar (dalam Akbar, 2006) menyatakan bahwa guru Sekolah Dasar kelas rendah yang siswanya masih berperilaku dan berpikir kongkrit, pembelajaran sebaiknya dirancang secara terpadu dengan menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran. Dengan cara ini Pembelajaran IPS SD | 35

maka pembelajaran untuk siswa kelas 1, 2, dan 3 menjadi lebih bermakna, lebih utuh dan sangat kontekstual dengan dunia anak – anak. Ada beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik adalah : 1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertitik tolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan proses dan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Pembelajaran yang diharapkan adalah pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan proses, pemahaman konsep dan aplikasi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 36

C. Landasan Pembelajaran Tematik Menurut Majid, tematik mencakup:

2014:87

landasan

pembelajaran

1. Landasan Filosofis Ada tiga aliran filsafat yang mempengaruhi pembelajaran tematik, ketiga aliran filsafat tersebut yaitu: progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme. Aliran progresivisme memandang bahwa proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstrutivisme memandang bahwa pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai faktor utama dalam pembelajaran. Konstruktivisme melihat pengetahuan merupakan sebuah bentukan manusia. Siswa akan membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksinya dengan lingkungan belajar, sehingga rasa ingin tahu siswa hendaknya terus dipupuk dan difasilitasi oleh guru agar pengetahuannya terus berkembang. Aliran humanisme melihat siswa dari segi karakteristiknya yang unik, potensinya, serta motivasi belajar yang beragam. 2. Landasan Psikologis Pembelajaran tematik juga dipengaruhi oleh psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Dalam penentuan isi materi atau muatan pembelajaran tematik diperlukan psikologi perkembangan peserta didik agar tingkat keluasan dan kedalaman materi sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik. Sedangkan psikologi belajar Pembelajaran IPS SD | 37

memiliki kontribusi dalam hal bagaimana isi materi atau muatan pembelajaran tematik tersebut dapat disampaikan dengan baik kepada siswa. Kedua landasan tersebut sangat dibutuhkan dan perlu dipahami oleh guru, karena cara membelajarkan siswa perlu memperhatikan perkembangan peserta didik dan cara belajarnya. 3. Landasan Yuridis Pembelajaran tematik juga berkaitan dengan kebijakankebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).

D. Prinsip-prinsip Pembelajaran Tematik Berdasarkan materi sosialisasi Kurikulum 2013, dijelaskan beberapa prinsip dalam pembelajaran tematik sebagai berikut. 1) Memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 38

2) 3)

4)

5)

akan menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapan muatan atau mata pelajaran. Memilih materi dari beberapa muatan yang saling terkait sehingga dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Tidak bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi pembelajaran tematik harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema, selalu mempertimbangkan karakteristik siswa, seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. Materi yang dipadukan tidak dipaksakan, artinya materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipaksa untuk dipadukan.

Sedangkan menurut Trianto, 2009:84 secara umum prinsip-prinsip pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan menjadi empat: (1) prinsip penggalian tema; (2) pelaksanaan pengelolaan pembelajaran; (3) prinsip evaluasi; (4) prinsip reaksi. 1. Prinsip Penggalian Tema Prinsip penggalian merupakan prinsip utama (fokus) dalam pembelajaran tematik. Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran. Dengan demikian dalam penggalian tema tersebut hendaklah memperhatikan beberapa persyaratan. Pembelajaran IPS SD | 39

(a) Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran; (b) Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal untuk siswa untuk belajar selanjutnya; (c) Tema harus disesuaikan dengan tingkat psikologi anak; (d) Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak; (e) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa yang otentik terjadi dalam rentang waktu belajar; (f) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi); (g) Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar. 2. Prinsip Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya, guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, menurut Prabowo (dalam Trianto, 2010:23) , bahwa dalam proses pelaksanaan pembelajaran hendaklah guru dapat berlaku sebagai berikut: Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 40

(a) Guru hendaknya jangan sebagai single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar; (b) Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok; (c) Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikir dalam perencanaan. 3. Prinsip Evaluasi Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Bagaimana suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi. Dalam hal ini maka dalam melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran tematik, maka diperlukan beberapa langkah positif antara lain: (a) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self evaluation/self assessment) disamping bentuk evaluasi lainnya; (b) Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai; (c) Bersifat otentik; (d) Mencakup berbagai aspek; (e) Menggunakan alat evaluasi yang beragam; (f) Bersifat berkesinambungan. Pembelajaran IPS SD | 41

4. Prinsip Reaksi (a) Terjadi keseimbangan antara pencapaian instructional effect dan nurturant effect; (b) Guru hendaknya memberikan reaksi atas reaksi siswa dalam semua kejadian. Sedangkan menurut Majid, 2014:89 terdapat lima prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik sebagai berikut. 1.

2.

3.

Pembelajaran tematik memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran. Pembelajaran tematik perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi-materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi, ada materi pengayaan horizontal dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam standar isi. Namun ingat, penyajian materi pengayaan seperti ini perlu dibatasi dengan mengacu pada tujuan pembelajaran. Pembelajaran tematik tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 42

4.

5.

Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.

E. Karakteristik Pembelajaran Tematik Pada materi sosialisasi Kurikulum 2013, dijelaskan pula beberapa karakteristik pembelajaran tematik sebagai berikut. 1. Berpusat pada siswa Pada pembelajaran tematik ini, siswa berperan sebagai subjek belajar yang utama. Artinya pada proses belajar mengajar guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator dan motivator. Guru hanya mengarahkan serta memberikan motivasi, semua aktivitas pembelajaran diharapkan siswa lebih aktif untuk mengakses pengalaman belajarnya. 2. Memberikan pengalaman langsung pada siswa Pada proses pembelajaran, siswa dihadapkan pada permasalahan nyata (konkret) yang ada dilingkungan sekelilingnya. Kemudian diajak menemukan solusi nyata, sehingga siswa akan mendapatkan pengalaman belajar langsung untuk memahami suatu konsep atau materi tertentu. 3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Pembelajaran IPS SD | 43

Pada pembelajaran tematik, hendaknya pemisahan mata pelajaran tidak terlalu jelas. Pembelajaran ditujukan untuk menggali tema-tema yang sudah ada yang kemudian dikaitkan dengan lingkungan disekeliling siswa. 4. Menyajikan konsep dari berbagai muatan Pada pembelajaran tematik, konsep-konsep yang disampaikan kepada siswa disajikan secara terpadu. Materi-materi itulah yang kemudian dipadukan menjadi sebuah tema. Materi yang dipadukan hendaknya memiliki kesesuaian dengan tema yang ada, sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi utuh. 5. Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat fleksibel, artinya memadukan muatan pelajaran yang satu dengan yang lainnya berdasarkan kesesuaian isi dengan mempertimbangkan keadaan disekeliling siswa. 6. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan

menyenangkan Pembelajaran tematik memberikan peluang untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Penggunaan metode dan model pembelajaran yang tepat, seperti model permainan akan lebih baik dikarenakan siswa sekolah dasar masih termasuk usia bermain. Dengan begitu, pembelajaran yang tercipta akan mengaktifkan siswa dan membuat pembelajaran lebih menyenangkan.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 44

F. Strategi Pembelajaran Tematik Strategi pembelajaran tematik lebih mengutamakan pengalaman belajar siswa, misalnya : 1. Bersahabat, menyenangkan, tetapi tetap bermakna bagi siswa; 2. Menanamkan konsep atau pengetahuan dan keterampillan, siswa tidak harus di drill, tetapi ia belajar melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami. Bentuk pembelajaran ini dikenal dengan pembelajaran terpadu, dan pembelajaranya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa (Depdiknas, 2003:22). G. Peran Tema dalam Pembelajaran Tematik Peran Tema dalam pembelajaran tematik, antara lain: 1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu; 2. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama; 3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4. Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman sendiri; Pembelajaran IPS SD | 45

5. Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; 6. Siswa lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis deskripsi, menulis surat dan sebagaimana untuk mengembangkan keterampilan berbahasa, sekaligus untuk mempelajari mata pelajaran lain; 7. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remidial, pemantapan dan pengayaan (Depdiknas, 2003:23).

H. Keunggulan Pembelajaran Tematik 1. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat dan perkembangan serta kebutuhan siswa; 2. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena berkesan dan bermakna; 4. Mengembangkan keterampilan berpikir siswa dengan permasalahan yang dihadapi.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 46

I.

Hal-hal Diperhatikan dalam Pembelajaran Tematik

Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran tematik antara lain : 1. Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bermakna dan utuh; 2. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan antara lain alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang ada di lingkungan; 3. Pilihlah tema yang terdekat dengan anak, lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai dari tema.

Pembelajaran IPS SD | 47

J.

Rangkuman



   

RANGKUMAN Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Landasan kurikulum 2013 yaitu landasan filosofis, landasan psikologis dan landasan yuridis. Prinsip-prinsip pembelajaran tematik yaitu prinsip penggalian tema, prinsip pelaksanaan, prinsip evaluasi dan prinsip reaksi. Strategi pembelajaran tematik yaitu bersahabat, menyenangkan, tetapi tetap bermakna bagi siswa. Keunggulan pembelajaran tematik yaitu pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat dan perkembangan serta kebutuhan siswa; menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; hasil belajar akan bertahan lebih lama karena berkesan dan bermakna; mengembangkan keterampilan berpikir siswa dengan permasalahan yang dihadapi.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 48

K. Tugas Berikut ini kerjakan dengan benar dan tepat! 1. Bagaimana yang dimaksud pembelajaran tematik? 2. Sebutkan landasan-landasan kurikulum 2013? Jelaskan! 3. Prinsip-prinsip pembelajaran tematik apa saja yang perlu diperhatikan?Jelaskan! 4. Apa sajakah keunggulan pembelajaran tematik?Jelaskan! 5. Simpulkan terkait kajian pembelajaran tematik di atas? L. Daftar Rujukan Akbar, Sa’dun. 2011. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta : Cipta Media. BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pembelajaran Tematis. Jakarta : Direktorat Pendidikan. Harmini, S. 2002. Pembelajaran Terpadu Sebagai Salah Satu Pendekatan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Malang : Depdiknas Universitas Negeri Malang. Hudoyo, H. 1979. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas. Malang:Usaha Nasional.

Pembelajaran IPS SD | 49

Pusat Kurikulun Badan Penelitian dan Pengembangan (PUSKUR). 2006. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal. Jakarta : DEPDIKNAS Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu : Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP. Jakarta : Bumi Aksara Trianto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta : Prestasi Pustakaraya Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Prestasi Pustaka Tim Penyusun Workshop PAKEM Kelas Awal. 2009. PAKEM Kelas Awal. Jakarta: Depdiknas. Tim Penyusun KTSP SD. 2006. KTSP 2006: Standar Kompetensi Untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah. Ulfatin, Nurul. 2004. Buku Ajar Penelitian Kualitatif. Malang: AP FIP UM. Wardani, dkk. 1999.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta.Depdikbud.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 50

BAB 4

MUATAN IPS DALAM PEMBELAJARANTEMATIK A. Pendahuluan Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang terdiri dari muatan-muatan mata pelajaran. Muatan-muatan pembelajaran antara lain Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Matematika, Bahasa Indonesia, PPKn dan SBdB. Muatan itu digabungkan dalam suatu tema, tema tersebut terdiri dari beberapa sub tema. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan bagian dalam pembelajaran tematik. IPS merupakan mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk siswa dalam kaitanya interaksi sosial. Hal ini harus disadari guru bahwa kedudukan IPS dalam pembelajarran tematik tidak dihilangkan muatannya tetapi muatan tersebut dijadikan satu dalam sebuah tema yang terdiri dari muatan mata pelajaran yang lain. Menegaskan bahwa kedudukan muatan mata pelajaran dalam pembelajaran tematik tidaklah menghilangkan ciri khas dari muatan tetapi hanya menggabungkan muatan tersebut dalam satu tema agar pemahaman siswa dapat utuh dan holistik. Demikian pendahuluan bab ini, selanjutnya akan Pembelajaran IPS SD | 51

dikupas dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran.

B. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan merupakan tahapan awal dalam pelaksanaan pembelajaran tematik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Majid (2014:96) langkah-langkah dalam perencanaan pembelajaran tematik terpadu meliputi: pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus, dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Dalam rangkan mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan, guru hendaknya merencanakan sebuah pembelajaran dengan baik yang disesuaikan dengan perkembangan siswa dan cara belajarnya.

1. Silabus Tematik a. Konsep Silabus Kurikulum yang sudah ada perlu dikembangkan pada setiap bidang studi. Pengembangan kurikulum ini lebih dikenal dengan istilah silabus. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran/ tema tertentu yang mencakup standar kompetensi dasar, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber/bahan/ alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standart kompetensi dan kompetensi dasra ke Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 52

dalam materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (Tim Penyusun Workshop PAKEM Kelas Awal, 2009 : 1) Menurut Hudoyo (1979:17-18) adalah bahanbahan yang terdapat pada silabus haruslah sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran dan pengembangan sistem penilaian. Silabus merupakan sumber pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana pembelajaran untuk standar kompetensi maupun satu kompetensi dasar. b. Prinsip-prinsip Pengembangan Silabus Prinsip-prinsip mengembangkan silabus meliputi: 1) Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. 2) Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.

Pembelajaran IPS SD | 53

3) Sistematis Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. 4) Konsistensi Adanya hubungan yang konsiten antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan siastem penilaian. 5) Memadai Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, dan system penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. 6) Aktual dan Kontekstual Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata. 7) Fleksibel Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. 8) Menyuluruh Komponen silabus mencakup kesuluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor) (Tim Penyusun Workshop PAKEM Kelas Awal, 2009:1).

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 54

c. Hal-hal yang Diperhatikan dalam Menyusun Silabus Hal-hal yang diperhatikan dalam menyusun silabus : 1) Silabus disusun sesuai dengan format silabus mata pelajaran. 2) Dalam menyusun silabus, ciptakan berbagai kegiatan yang sesuai dengan kompetensi dan tema, misalnya : (a) Mengadakan kunjungan ke pertanian, pasar, warung, pabrik. (b) Membawa narasumber ke sekolah (c) Memanfaatkan cerita dari buku 3) Kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam pembelajaran tematik dibuat silabus tersendiri (Depdiknas, 2003 : 26). d. Langkah-langkah dalam Menyusun Silabus Tematik 1) Penjabaran Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) ke dalam Indikator Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun indikator menurut Tim Penyusun SK pembelajaran tematik propinsi Jawa Timur (2004) sebagai berikut :

Pembelajaran IPS SD | 55

(a) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa; (b) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran; (c) Dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan atau dapat diamati. 2) Memilih Tema Adapun prinsip penentuan dalam menetapkan tema yaitu: (a) Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa; (b) Dari yang termudah menuju yang sulit; (c) Dari yang sederhana menuju yang kompleks; (d) Dari yang kongkrit menuju ke abstrak; (e) Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berfikir pada dari siswa; (f) Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa. 3) Membuat matriks tema dengan Kompetensi Dasar, Hasil belajar dan Indikator Buat pemetaan pada semua Kompetensi Dasar, Hasil Belajar, dan Indikator dalam setiap tema. Dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis setiap SK, KD, dan Indikator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua SK, KD, dan Indikator terbagi secara tuntas. Menurut Depdiknas (2003 : 22) bahwa dalam menanamkan konsep tentang pengetahuan dan keterampilan, siswa tidak harus di drill, tetapi belajar melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 56

sudah dipahami. Strategi penyampaian materi haruslah teroganisir dengan baik, yang mencakup semua KD. 4) Buat Jaringan Tema Buat diagram kaitan (jaringan) antara tema dengan Kompetensi Dasar, Hasil Belajar, dan Indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema dibuat guna menghubungkan antara KD dan Indikator sehingga terlihat kaitannya untuk mengembangkan dengan alokasi waktu setiap tema. 5) Buat kegiatan mingguan dari jaringan tema (a) Jaringan tema dipecah menjadi kegiatan mingguan; (b) KD dan Indikator yang penting dapat dimasukan secara berulang-ulang sehingga KD dan Indikator tuntas dikuasai peserta didik. 6) Buat kegiatan harian dari jaringan tema Tim penyusun Standar Kompetensi pembelajaran tematis pemerintah propinsi Jawa Timur, 2004 (dalam Trianto, 2010:25) menyatakan bahwa dalam menyusun kegiatan harian terdiri dari kegiatan pembukaan, inti dan penutup. Lingkungan Sekolah

Lingkungan Rumah

Peristiwa Alam

Lingkungan Sehat dan Tidak Sehat

Gambar 1.1 Contoh Pembagian Tema Lingkungan Menjadi Sub-Sub Tema Pembelajaran IPS SD | 57

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik a. Konsep RPP Pembelajaran yang akan kita terapkan dapat terarah, jika membuat rencana pembelajaran. Menurut Harmini, (2002:31) Rencana Pembelajaran pada hakikatnya adalah rangkuman isi dan kegiatan pembelajaran yang bersifat menyeluruh dan sistematis yang digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Rancangan pembelajaran harus dilakukan dengan memperhatikan pada kondisi-kondisi dimana belajar ini meliputi kondisikondisi internal dan eksternal. Kondisi-kondisi ini sangat tergantung pada apa yang telah dipelajari oleh siswa. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan tata cara atau prosedur pembelajaran yang digunakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu atau tujuan pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran ini merupakan penjabaran dari silabus. Khusus untuk RPP Tematik, Majid (2014:125) menjelaskan bahwa pengertian satu Kompetensi Dasar (KD) adalah satu KD untuk setiap mata pelajaran. Artinya, dalam menyusun RPP Tematik, guru hendaknya mengembangkan tema berdasarkan satu KD yang terdapat dalam setiap mata pelajaran yang dianggap relevan, serta dalam menyusun RPP dapat melihat dari komponen-komponen RPP yang sudah ditentukan. Uno (2010:2) menyatakan bahwa pembelajaran memiliki Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 58

hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan peserta didik. Itulah sebabnya dalam setiap pembelajaran guru dianjurkan untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), karena peserta didik tidak hanya berinteraksi dengan guru tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Komponen RPP yang telah dijabarkan pada Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah terdiri atas identitas sekolah, identitas matapelajaran atau tema/subtema, kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, kompetensi dasar danindikatorpencapaiankompetensi, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Majid (2014:126) juga menyatakan bahwa penulisan identitas sekolah hendaknya meliputi: nama sekolah, kelas atau semester, hari atau tanggal, dan alokasi waktu. Berkaitan dengan perumusan indikator Majid (2014:126) menjelaskan bahwa indikator dirumuskan mengacu pada rumusan yang terdapat pada Kompetensi Dasar (KD) dalam bentuk pernyataan yang operasional. Kemudian Majid (2014:127) menyatakan bahwa dalam merumuskan tujuan pembelajaran hendaknya mengandung unsur audience (A), behavior (B), condition (C), dan degree (D). Audience (A) adalah peserta didik yang Pembelajaran IPS SD | 59

menjadi subjek tujuan pembelajaran tersebut. Behavior (B) merupakan kata kerja yang mendeskripsikan kemampuan audience setelah pembelajaran. Condition (C) merupakan situasi pada saat tujuan tersebut diselesaikan. Degree (D) merupakan standar yang hendak dicapai oleh audience sehingga dapat dinyatakan telah mencapai tujuan. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Robert F. Mager (dalam Uno, 2010:35) bahwa tujuan pembelajaran merupakan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Berkaitan dengan penyusunan materi pembelajaran Majid (2014:127) menjelaskan bahwa materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan menurut Koznan (dalam Uno, 2011:1) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik. Majid (2014:128) juga menyatakan bahwa untuk mencapai satu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan, langkah-langkah kegiatan tersebut memuat pendahuluan atau kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, dan masing-masing disertai alokasi waktu yang dibutuhkan oleh guru. Hal tersebut didukung Permendikbud Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 yang menyatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 60

inti, dan penutup. Majid (2014:128) juga menjelaskan bahwa pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang terdapat dalam silabus, pemilihan sumber dan media pembelajaran didasarkan pada Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), materi, skenario atau kegiatan pembelajaran, serta tujuan pembelajaran yang telah dibuat oleh guru, sehingga hendaknya penggunaan sumber dan media pembelajaran yang lebih bervariasi. b. Langkah-langkah Menyusun RPP Tematik Langkah-langkah dalam menyusun pembelajaran tematik : (a) Pelajari KD pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran; (b) Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi; (c) Buatlah “Matriks Hubungan Kompetensi Dasar dengan Tema”. Kompetensi dasar: PKn Melaksanakan hidup rukun saling berbagi, dan tolong-menolong di rumah dan di sekolah

Tema:

Lingkungan

Kompetensi dasar : IPS Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan yang ada lingkungan sekitar

Gambar 1.3 Contoh Matriks hubungan Kompetensi Dasar dengan Tema

Pembelajaran IPS SD | 61

(d) Buatlah pemetaan pembelajaran tematik. Sedangkan menurut Hadisubroto dalam Trianto, 2009 :23, dalam merancang pembelajaran tematik sedikitnya ada empat hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut: (1) menetukan tujuan, (2) menentukan materi atau media, (3) menyusun skenario KBM, (4) menentukan evaluasi. (1) Penentuan tema Karakteristik mata pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan awal ini. Seperti contoh diberikan oleh Fogarty (dalam Trianto, 2009: 96), bahwa untuk jenis mata pelajaran sosial dan bahasa dapat dipadukan keterampilan berpikir (thinking skill) dengan keterampilan sosial (social skill). Sedangkan untuk mata pelajaran sains dan matematika dapat dipadukan keterampilan berpikir (thinking skill) dan keterampilan mengorganisir (organizing skill). (2) Identifikasi dan pemilihan sumber belajar Langkah ini akan mengarahkan guru untuk menentukan sub keterampilan dari masingmasing keterampilan yang dapat diintegrasikan dalam suatu unit pembelajaran. (3) Pemilihan aktifitas Secara umum keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai meliputi keterampilan berpikir (thinking skills), keterampilan sosial (socializing skills), dan keterampilan mengorganisasi Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 62

(organizing skills), yang masing-masing terdiri atas sub-sub keterampilan. (4) Menentukan bidang mata pelajaran Bidang-bidang mata pelajaran yang sesuai dengan tema yang telah dipilih. (5) Mengembangkan jadwal (6) Perencanaan jadwal atau batas waktu pembelajaran merupakan hal penting. Ada guru yang menggunakan waktu seluruh hari, minggu, atau bulan dan seluruh kurikulum berkisar tema. c. Komponen-komponen Pembelajaran Tematik (a) Kompetensi Dasar Penempatan komponen KD dalam rencana pembelajaran sangat penting, hal ini berguna untuk mengingatkan para guru seberapa jauh tuntutan target kompetensi yang harus dicapai. (b) Hasil Belajar Hasil belajar mencerminkan kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu KD. (c) Indikator Indikator merupakan KD yang lebih spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran (Harmini, 2002 : 7). (d) Tujuan Pembelajaran Berisi tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran (Wardani,dkk, 1999: 31) Pembelajaran IPS SD | 63

(e) Alokasi waktu Waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran. (f) Materi Isi dari proses pembelajaran tercermin dalam materi yang dipelajari siswa. Materi pelajaran harus dikembangkan berdasarkan tujuan pembelajaran (Wardani,dkk, 1999:31) (g) Metode Proses belajar mengajar melibatkan guru dan siswa. Agar terjadi proses interaksi antara guru dan murid sebagaimana yang dikehendaki, maka memerlukan metode pembelajaran. “Kita dapat memilih metode mengajar yang tepat, apabila kita mengetahui berbagai metode penyampaian, dianataranya metode ceramah, pebemuan, bermain peran dab sebagainya” (Hudoyo, 1979; 125-126) (h) Alat dan Media Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik dengan KD yang haru dikusai. (i) Sumber Belajar Sumber belajar untuk menguasai KD dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup. (j) Penilaian dan Tindak lanjut Prosedur dan instrument yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penelitian.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 64

d. Contoh RPP Tematik Bermuatan IPS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : …………………………………….. Kelas / Semester :V/1 Tema / Subtema : 1. Benda-benda di Lingkungan Sekitar/ 2. Perubahan Wujud Benda Pembelajaran Ke :4 Alokasi Waktu : 1 Hari (8 x 35 menit) A. KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan bendabenda yang dijumpainya di rumah dan sekolah sekolah. 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Pembelajaran IPS SD | 65

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR Bahasa Indonesia 1.2. Meresapi anugerah Tuhan Yang Maha Esa atas keberadaan proses kehidupan bangsa dan lingkungan alam 2.4. Memiliki kepedulian, tanggung jawab, dan rasa cinta tanah air terhadap bencana alam dan keseimbangan ekosistem serta kehidupan berbangsa dan bernegara melalui pemanfaatan bahasa Indonesia 3.4 Menggali informasi dari teks pantun dan syair tentang bencana alam serta kehidupan berbangsa dan bernegara dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku Indikator 3.4.1 Mengenal salah satu contoh perubahan alam yang terjadi karena kegiatan manusia melalui bacaan (pencemaran udara). 4.1. Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku 4.1.1 Menuliskan informasi dan data dari bacaan tentang perubahan alam yang terjadi karena kegiatan manusia Matematika 1. 2.Menghargai nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 66

2.2. Menunjukkan sikap berpikir logis, kritis dan kreatif 3.2. Memahami berbagai bentuk pecahan (pecahan biasa, campuran, decimal dan persen) dan dapat mengubah bilangan pecahan menjadi bilangan desimal, serta melakukan perkailan dan pembagian Indikator 3.2.1 Mengenal operasi pembagian berbagai bentuk pecahan 4.1. Mengurai sebuah pecahan sebagai hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dua buah pecahan yang dinyatakan dalam desimal dan persen dengan berbagai kemungkinan jawaban 4.1.1 Melakukan operasi pembagian berbagai bentuk pecahan PPKn 1.2 Menghargai kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa 2.1 Menunjukkan perilaku, disiplin, tanggung jawab, percaya diri, berani mengakui kesalahan, meminta maaf dan memberi maaf yang dijiwai keteladanan pahlawan kemerdekaan RI dalam semangat perjuangan, cinta tanah air, dan rela berkorban sebagai perwujudan nilai dan moral Pancasila 3.6. Memahami perlunya saling memenuhi keperluan hidup

Pembelajaran IPS SD | 67

Indikator 3.6.1 Mengenal cara-cara memenuhi keperluan hidup keluarga 4.6. Menyajikan dinamika saling memenuhi keperluan hidup antar daerah untuk menumbuhkan keutuhan nasional 4.6.1 Membuat tabel barang-barang dari daerahnya yang dikirim ke daerah lain IPS 1.1. Menerima karunia Tuhan YME yang telah menciptakan waktu dengan segala perubahannya 2.2. Menunjukkan perilaku jujur, sopan, estetika dan memiliki motivasi internal ketika berhubungan dengan lembaga sosial, budaya, ekonomi dan politik 3.1. Memahami aktivitas dan perubahan kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannnya dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional Indikator 3.1.1 Mengenal aktivitas kehidupan manusia dan perubahannya dalam konektivitas ruang dan waktu di bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya dalam lingkup nasional 4.1 Menyajikan hasil pengamatan mengenai aktivitas dan perubahan kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannya dalam kehidupan sosial, ekonomi, Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 68

pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional dari sumbersumber yang tersedia 4.1.1 Menyusun laporan secara tertulis tentang mengenai aktivitas dan perubahan kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannya dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional D. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Dengan mencermati gambar, siswa dapat mengetahui beberapa perubahan perilaku manusia berkaitan dengan teknologi dan informasi 2. Dengan mengamati teks bacaan, siswa dapat mengelompokkan perubahan perilaku manusia sesuai bidang kehidapan (Teknlogi dan informasi, social, budaya, pertanian, industri) dengan tepat 3. Dengan mencermati teks bacaan pada buku, siswa dapat mengetahui beberapa dampak perkembangan teknologi dan informasi secara logis dan tepat 4. Dengan mencermati teks bacaan pada buku, siswa dapat menemukan informasi penting mengenai perubahan perilaku manusia yang mempengaruhi lingkungan alam 5. Dengan pemberian tugas, siswa dapat mengidentifikasi kebutuhan dalam keluarganya 6. Dengan mengerjakan soal latihan matematika siswa dapat memilih prosedur pemecahan masalah dengan menganalisis hubungan antarsimbol, informasi yang relevan, dan mengamati pola secara mandiri. Pembelajaran IPS SD | 69

E. MATERI PEMBELAJARAN 1. Menuliskan Informasi dari bacaan Dampak Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Bahasa Indonesia) 2. Pembagian Pecahan (Matematika) 3. Kebutuhan dalam Kehidupan (PPKn) 4. Perubahan Perilaku Manusia yang Mempengaruhi Lingkungan Alam (Teks bacaan Pencemaran Udara karena Asap Kendaraan Bermoto)r (IPS) F. PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN Pendekatan : Saintific Model : Pembelajaran Tematik Metode : Ceramah, tanya jawab, penugasan, diskusi kelompok, presentasi G. MEDIA, DAN SUMBER PEMBELAJARAN Media : Gambar, Video, Papan tempel Sumber : 1. 2014. Benda-benda di Lingkungan Sekitar. Tema 1 Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Buku Guru. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2. 2014. Benda-benda di Lingkungan Sekitar Tema 2 Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Buku Siswa. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 70

H. KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan Awal

Deskripsi Kegiatan 1. Pengkondisian siswa (mempersiapkan siswa untuk memulai belajar) 2. Siswa dan guru berdoa bersama 3. Siswa dicek kehadirannya 4. Apersepsi: “ Anak-anak kalian tahu apa yang sedang ibu pegang?” (menunjukkan ponsel) “Anak-anak ibu akan cerita sedikit ya boleh?” “Dulu ibu sering mengirim surat pada teman ibu ketika ulang tahun, anak-anak pernah melakukannya?” “Sekarang ketika teman ibu ulang tahun, ibu hanya mengirim pesan lewat bbm” “Apakah ada perubahan perilaku yang ibu lakukan?” “Hari ini kita akan belajar bersama mengenai perubahan perilaku

Alokasi Waktu 15 menit

Keterangan Klasikal

Pembelajaran IPS SD | 71

Kegiatan Inti

Deskripsi Kegiatan manusia” 1. Siswa mangamati gambar yang terdapat pada buku siswa. (Kegiatan Mengamati) 2. Siswa mendiskusikan kegiatan apa yang mereka lihat pada gambar tersebut.(Menanya) 3. Siswa menemukan informasi penting dari gambar tersebut yang berkaitan dengan perubahan perilaku manusia dari waktu ke waktu. (Mencoba) 4. Siswa mengisi lembar jawaban yang terdapat pada buku siswa dan menjawabnya dengan benar.(Mengasosiasi) 5. Siswa membaca teks bacaan (Dampak PerkembanganTeknolo gi Informasi dan Komunikasi) yang terdapat pada buku siswa. (Mengamati)

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 72

Alokasi Waktu

Keterangan

4 x 35 menit

Klasikal, Individu

Kegiatan

Deskripsi Kegiatan

Alokasi Waktu

Keterangan

6. Siswa mengidentifikasikan perubahan perilaku manusia yang diakibatkan karena adanya penerapan teknologi. (Mencoba) 7. Siswa mengeksplorasi perubahan perilaku manusia karena adanya penerapan teknologi sesuai dengan bidang kehidupannya seperti yang terdapat pada kolom. (Mengasosiasi) 8. Siswa mengeksplorasi dengan menjelaskan masa dulu dan sekarang. (Mengokumikasikan) 9. Siswa membaca dengan cermat teks bacaan tentang keuntungan/Efek Positif Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Kerugian/Efek negatif Teknologi Informasi Pembelajaran IPS SD | 73

Kegiatan

Deskripsi Kegiatan

Alokasi Waktu

dan Komunikasi. (Mengamati) 10. Siswa distimulasi pemahaman dengan menanyakan informasi penting yang mereka dapatkan pada bacaan tersebut. (Menanya) 11. Siswa diminta untuk mencari informasi penting dalam bacaan itu yang berkaitan dengan perubahan perilaku manusia. (Mencoba) 12. Siswa menjawab beberapa pertanyaan yang terdapat pada buku siswa. (Mengasosiasi)

ISTIRAHAT (15 MENIT) 13. Siswa membaca dan mengamati teks bacaan dengan topik perilaku manusia yang mempengaruhi lingkungan alam.(Pencemaran Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 74

2 x 35 menit

Keterangan

Kegiatan

Deskripsi Kegiatan

14.

15.

16.

17.

Alokasi Waktu

Keterangan

Udara karena Asap Kendaraan Bermotor) (Mengamati) Siswa distimulasi dengan pertanyaan yang membangkitkan kesadaran siswa terhadap lingkungan seperti: Apakah akibat dari banyaknya asap kendaraan terhadap lingkungan? (Menanya) Siswa diminta untuk mencari informasi penting dari bacaan tersebut dan menjawab beberapa pertanyaan yang terdapat pada buku siswa. (Mencoba) Siswa diminta untuk mengamati kehidupan keluarganya. (Mencoba) Siswa mengisi pada tabel hasil pengamatannya yang meliputi nama kebutuhan dan cara mendapatkannya. (Mengasosiasi) Pembelajaran IPS SD | 75

Kegiatan

Deskripsi Kegiatan

Alokasi Waktu

Keterangan

18. Siswa mengamati nama kebutuhan dengan nama daerah asal barang tersebut pada tabel (Mengamati) 19. Siswa distimulasi pemahaman siswa tentang pecahan. (Menanya) 20. Siswa mengerjakan soal cerita yang terdapat pada buku siswa dan menjawabnya dengan benar dan tepat

ISTIRAHAT (20 MENIT) Penutup

1. Siswa mengerjakan evaluasi 2. Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran 3. Siswa memberi kesan pada pembelajaran yang telah dilakukan 4. Siswa menyampaikan pesan untuk pembelajaran selanjutnya 5. Siswa diberi tindak lanjut berupa PR

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 76

55 menit

Klasikal

Kegiatan

Deskripsi Kegiatan

Alokasi Waktu

Keterangan

6. Siswa dan guru berdoa bersama

I. PENILAIAN a. Prosedur Proses (Selama Kegiatan Pembelajaran berlangsung) Produk (tes pada kegiatan akhir yaitu evaluasi) b. Jenis Penilaian Tes LK pada kegiatan individu dan kelompok c. Bentuk Penilaian Subyektif dan Obyektif d. Alat Penilaian Soal dan Standart Penskoran e. Rubrik Penilaian Rubrik penilaian sikap

C. Pelaksanaan Pembelajaran Tahap ini merupakan pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran sebagai unsur inti yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan rambu-rambu yang telah disusun dalam perencanaannya sebelumnya. Kemdikbud (2013:266) menyatakan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan melalui tiga tahap kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.Secara Pembelajaran IPS SD | 77

prosedural langkah-langkah kegiatan tersebut diterapkan ke dalam tiga langkah sebagai berikut. 1. Kegiatan Pendahuluan Kegiatan awal merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan sebelum kegiatan inti pembelajaran dimulai. Tujuan dari kegiatan awal atau pembuka ini adalah pertama, untuk menarik perhatian peserta didik. Kemdikbud (2013:267) menjelaskan bahwa pada tahap pendahuluan terdapat empat bagian yaitu orientasi, apersepsi, motivasi, dan pemberian acuan. Hal ini dapat dilakukan oleh guru dengan cara mengajukan pertanyaan yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik, menyampaikan manfaat materi/tema pembelajaran yang akan dipelajari dan menyampaikan kemampuan yang akan dicapai oleh peserta didik. Selain itu guru juga perlu menyiapkan fisik dan psikis dengan menyapa dan memberi salam sebelum pembelajaran dimulai. Kedua, menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, hal itu dapat dilakukan dengan cara mengaitkan materi/tema pembelajaran sekarang dengan pengalaman atau pembelajaran sebelumnya agar kondisi peserta didik siap memulai pembelajaran dikelas. Hal tersebut sesuai pendapat Majid (2014:203) yang menjelaskan bahwa pembelajaran yang paling baru tergantung pada hubungan yang dibuat dengan pelajaran sebelumnya. Ketiga, memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan melalui penyampaian rencana kegiatan misalnya, individual, kerja kelompok, dan melakukan observasi. Guru hendaknya juga menyampaikan

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 78

tujuan pembelajaran kepada peserta didik dan menyampaikan cara-cara untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. 2. Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran. Dalam kegiatan inti atau pokok ini dilakukan pembahasan terhadap tema-tema yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Tema dan subtema tersebut dibahas melalui berbagai kegiatan pembelajaran. Khoiru & Amri (2010:2) menjelaskan bahwa guru memiliki tugas memilah dan memilih bahan pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik dengan cara mengembangkan sesuai kebutuhan. Guru dapat memakai metode dan media pembelajaran yang bervariasi agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang beragam. Pada proses inti pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator. Guru hendaknya juga mampu berperan sebagai model pembelajar yang baik bagi peserta didiknya. Artinya, guru secara aktif berkolaborasi dan berdiskusi dengan peserta didik dalam mempelajari tema atau subtema yang sedang dibahasnya dalam kegiatan pembelajaran. Peran inilah yang disebut dengan Nasution (dalam Majid,2014:130) sebagai suatu aktivitas mengorganisasi dan mengatur lingkungan sebaikbaiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Pada kegiatan inti, untuk mendapatkan pembelajaran yang efektif guru sudah sepatutnya menguasai materi pelajaran, memilih strategi pembelajaran dengan tepat, serta mengusai kondisi kelas. Dalam pelaksanaan pembelajaran, pemanfaatan sumber belajar dan media sangat berpengaruh terhadap Pembelajaran IPS SD | 79

kualitas pembelajaran. Penggunaan sumber belajar dan media yang bervariasi dapat menunjang terciptanya pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Seperti yang diungkapkan Khoiru & Amri (2010:17) bahwa dalam pembelajaran guru hendaknya menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara untuk membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik. 3. Kegiatan Penutup Kegiatan akhir merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri suatu pembelajaran. Kegiatan penutup bertujuan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang sudah dipelajari, untuk mengetahui tingkat keberhasilan pemahaman peserta didik, dan tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pada kegiatan penutup ini guru dapat melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik, memberikan tes lisan atau tulisan, mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio, serta memberikan arahan kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan. Hal tersebut sesuai dengan Kemdikbud (2013:268) yang menyatakan bahwa pada tahap kegiatan penutup, guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan dari proses pembelajaran.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 80

D. Penilaian Pembelajaran Penilaian merupakan hal yang sangat penting. Penilaian perlu dilakukan dalam rangka untuk mengetahui perkembangan belajar peserta didik. Disisi lain, penilaian dapat berfungsi sebagai sarana untuk mengevaluasi seluruh proses pembelajaran, karena dari situ akan diketahui seberapa besar keberhasilan peserta didik menguasai kompetensi atau materi yang telah diajarkan oleh guru. Apabila penilaian hasil belajar dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru, maka dapat memberikan gambaran atau informasi yang bermanfaat untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Namun sebaliknya, apabila guru tidak mampu melaksanakan penilaian dengan baik, maka akan terjadi kesalahan informasi yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Menurut Gronlund (dalam Kunandar, 2014) penilaian adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi atau data untuk menentukan sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya Arifin (dalam Kunandar, 2014) mendefinisikan penilaian sebagai suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Penilaian merupakan hal yang penting dalam pembelajaran, seperti yang dijelaskan Majid (2014:235) bahwa salah satu teknik pengendalian mutu pendidikan dapat Pembelajaran IPS SD | 81

diperoleh melalui evaluasi (evaluation), penilaian (assessment), pengujian (testing), dan pengukuran (measurement) yang valid, kredibel, komparabel, dan dilakukan secara professional serta independen. Berdasarkan penjelasan tersebut, menunjukkan bahwa penilaian merupakan hal yang penting untuk dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran, karena berangkat dari penilaian itulah guru dapat mengevaluasi serta memperbaiki kualitas pembelajarannya. 1. Tujuan Penilaian Pembelajaran Tematik Menurut PUSKUR (2006:16) tujuan penilaian pembelajaran tematik adalah : (a) Mengetahui pencapaian indikator yang telah ditetapkan; (b) Memperoleh umpan balik bagi guru untuk mengetahui hambatan pembelajaran; (c) Memperoleh gambaran yang jelas tentang perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa; (d) Sebagai acuan dalam menentukan rencana tindak lanjut (remedial, pengayaan, dan pemantapan). 2. Prinsip-prinsip Penilaian Pembelajaran Tematik Dalam penilaian pembelajaran tematik untuk kelas awal (kelas I, II dan III) memilki prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut : (a) Prinsip integral dan komprehensif yakni penilaian dilakukan secara utuh dan menyuluruh terhadap aspek pembelajaran (kognitif, psikomotor, afektif); (b) Prinsip kesinambungan yakni penilaian berencana, terusmenerus dan bertahap untuk memperoleh gambaran Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 82

(c)

(d)

(e) (f)

(g) (h)

tentang perkembangan sikap siswa sebagai hasil dari kegiatan belajar; Prinsip objektif yakni penilaian dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang handal dan dilaksanakan secara objektif; Mengingatkan bahwa siswa kelas I SD belum semuanya lancer membaca dan menulis, maka cara penilaian di kelas I tidak ditekan pada penilaian secara tertulis; Kemampuan membaca, menulis, dan berhitung merupakan yang dikuasai oleh siswa kelas I-III; Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikatorindikator dari masing-masing kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran; Penilaian pembelajaran tematik mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar siswa Hasil karya / kerja siwa dapat digunakan sebagai bahan masukan guru dalam mengambil keputusan. (Tim Penyusun Workshop PAKEM kelas awal, 2009:6-16).

3. Alat Penilaian Pembelajaran Tematik Alat penilaian dapat berupa Tes dan Non Tes. Tes mencakup: tertulis, lisan, atau perbuatan, catatan harian siswa dan portofolio. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas awal penilaian yang lebih banyak digunakan adalah melalui pemberian tugas dan portofolio. Satu jenis penilaian tidak dapat mengumpulkan informasi hasil dan kemajuan belajar siswa secara lengkap. Penilaian tunggal tidak cukup untuk memberikan gambaran Pembelajaran IPS SD | 83

tentang kemampuan, keterampilan, sikap seseorang. Interpretasi hasil tes tidak mutlak dan abadi karena anak terus berkembang sesuai dengan pengalaman belajar yang dialaminya. Untuk itu dalam pelaksanaan penilaian kelas guru diharapkan menggunakan beragam jenis penilaian untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi siswa (Tim Penyusun Workshop PAKEM Kelas Awal, 2009:6-16) E. Rangkuman



  

RANGKUMAN Muatan mata pelajaran IPS dalam pembelajaran tematik merupakan bukan menghilangkan ciri khas muatan mata pelajaran tetapi menggabungkan muatan dalam satu tema. Perencanaan pembelajaran dengan pembuatan tema, sub tema, jarring-jaring tema, dan silabus tematik. Pelaksanaan pembelajaran lebih mengimplementasikan perencanaan dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Penilaian pembelajaran lebih menggunakan penilaian proses dan hasil.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 84

F. Tugas Berikut ini kerjakan dengan benar dan tepat! 1. Bagaimana kedudukan muatan IPS dalam pembelajaran tematik? 2. Sebutkan tahap-tahap perencanaan pembelajaran dalam pembelajaran tematik?Jelaskan! 3. Sebutkan tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran dalam pembelajaran tematik?Jelaskan! 4. Sebutkan tahap-tahap penilaian pembelajaran dalam pembelajaran tematik?Jelaskan! 5. Simpulkan terkait kajian muatan IPS dalam pembelajaran tematik di atas? G. Daftar Rujukan BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pembelajaran Tematis. Jakarta : Direktorat Pendidikan. Harmini, S. 2002. Pembelajaran Terpadu Sebagai Salah Satu Pendekatan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Malang : Depdiknas Universitas Negeri Malang. Hudoyo, H. 1979. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas. Malang:Usaha Nasional.

Pembelajaran IPS SD | 85

Pusat Kurikulun Badan Penelitian dan Pengembangan (PUSKUR). 2006. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal. Jakarta : DEPDIKNAS Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu : Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP. Jakarta : Bumi Aksara Trianto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta : Prestasi Pustakaraya Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Prestasi Pustaka Tim Pengembang PGSD 1996/1997. Pembelajaran terpadu D-II dan S-2 Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdikbud. Tim Penyusun Workshop PAKEM Kelas Awal. 2009. PAKEM Kelas Awal. Jakarta: Depdiknas. Tim Penyusun KTSP SD. 2006. KTSP 2006: Standar Kompetensi Untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah. Ulfatin, Nurul. 2004. Buku Ajar Penelitian Kualitatif. Malang: AP FIP UM. Wardani, dkk. 1999.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta.Depdikbud. Wiyono, Bambang Budi. 2007. Metodelogi Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan Action Research). Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan. Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 86

BAB 5

PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN IPS A. Pendahuluan Pendekatan saintifik merupakan unsur atau ciri khas dalam pelaksanaan Kurikulum 2013. Pendekatan saintifik memiliki beberapa tahap-tahap dalam langkah-langkah pelaksanaannya. Selain itu, pendekatan saintifik tidak berarti hanya dapat diterapkan dalam salah satu mata pelajaran tetapi dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran tergantung guru dalam mengemas tahap-tahapnya. Pembelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat diterapkan dalam tahap-tahap pendekatan saintifik. Ciri khas mata pelajaran IPS yang merupakan sosial studies yang membahas fenomena-fenomena sosial yang ada di lingkungan siswa dapat begitu mudah dalam penerapan pendekatan saintifik. Demikian pendahuluan terkait pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPS. Berikut ini akan dibahas bagaimana pendekatan saintifik dapat dilakukan dalam pembelajaran IPS.

Pembelajaran IPS SD | 87

B. Konsep Pendekatan Saintifik Pendekatan saintifik merupakan suatu pendekatan yang mendorong peserta didik untuk memiliki ketrampilan ilmiah. Ketrampilan ilmiah ini penting untuk dimiliki peserta didik dan guru, untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna. Kemendikbud (2013:8) menjelaskan bahwa pendekatan saintifik meliputi: kemampuan dalam hal mengamatai, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Sedangkan Majid (2014:197) memaparkan proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini. (1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. (2) Penjelasan guru, respons peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangkan yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. (3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara, kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran. (4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir berdasarkan hipotesis dalam melihat perbedaan, kesamaa, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran. Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 88

(5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespons substansi atau materi pembelajaran. (6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan. (7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya. Apabila kita cermati, pembelajaran berbasis pendekatan saintifik (scientific approach) lebih memberikan kesan kebermaknaan bagi siswa dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Majid (2014:196) memaparkan bahwa hasil penelitian membuktikan pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi dua informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen.

C. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013) menjelaskan bahwa dalam pendekatan saintifik ada lima komponen, antara lain: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengkomunikasikan, untuk lebih jelasnya, berikut adalah pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pembelajaran IPS SD | 89

1. Mengamati Kegiatan pertama pada pendekatan saintifik adalah pembelajaran mengamati. Metode mengamati adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstektual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar (Hosnan, 2014:39). Hal ini sesuai dengan karakteristik siswa pada tingkat sekolah dasar yang berada pada tahap operasional konkret, maka pengamatan akan lebih banyak menggunakan media gambar, alat peraga, yang sedapat mungkin bersifat konstektual (Kemendikbud, 2013:234). Pada kegiatan pembelajaran, aktivitas mengamati merupakan bagian dari kebermaknaan proses belajar itu sendiri. Metode ini mempunyai keunggulan tertentu, misalnya seperti menyajikan media pembelajaran secara nyata, dengan begitu peserta didik akan senang dan guru akan mudah dalam pelaksanaannya. Kegiatan mengamati sangat bermanfaat untuk memenuhi rasa ingin tahu peserta didik akan hal-hal yang baru, sehingga suasana pembelajaran akan lebih hidup melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukan. Hal itu sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik yang masih berada pada tahap operasional konkret, mereka cenderung lebih mudah memahami sesuatu apabila disertai dengan objek yang nyata. Peserta didik akan dapat menemukan fakta antara objek yang diamati dengan materi pembelajaran yang sedang dipelajarinya melalui kegiatan pengamatan. Contoh dalam pembelajaran, guru dapat mengajak peserta didik untuk mengamati sebuah Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 90

gambar yang sudah dipersiapkan. Kemudian mereka diajak untuk mengidentifikasi tentang gambar tersebut, dengan begitu peserta didik secara langsung dapat mengamati gambar sekaligus memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek yang diamatinya. Contoh dalam pembelajaran, guru dapat mengajak siswa untuk mengamati sebuah gambar yang sudah dipersiapkan. Kemudian mereka diajak untuk mengidentifikasi tentang gambar tersebut, dengan begitu siswa secara langsung dapat mengamati gambar sekaligus memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek yang diamatinya. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan siswa selama observasi pembelajaran disajikan, yaitu: a) Cermat, objektif, jujur serta terfokus pada objek yang di observasi untuk kepentingan pembelajaran. b) Banyak atau sedikit serta homogenitas atau heterogenitas subjek, objek, atau situasi yang di observasi. Makin banyak dan heterogen subjek, objek atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan observasi itu dilakukan.Guru dan siswa perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.

Pembelajaran IPS SD | 91

2. Menanya Guru hendaknya mampu menginspirasi peserta didik untuk mengembangkan ketrampilannya dalam bertanya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik (Majid, 2014:215). Aktivitas menanya dapat dilakukan oleh guru setelah proses mengamati. Aktivitas menanya bermanfaat untuk membangkitkan ketrampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukajn pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Guru yang kreatif seharusnya diharapkan mampu menginspirasi siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula guru membimbing dan memandu siswanya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan siswanya, ketika itu pula guru mendorong siswanya untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik (Kemmendikbud, 2013:234). Aktifitas bertanya memiliki beberapa fungsi sebagai berikut. 1. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian siswa tentang suatu tema atau topik pembelajaran. Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 92

2. Mendorong dan menginspirasi siswa untuk belajar aktif, serta mengembangkan pernyataan dari dan untuk dirinya sendiri. 3. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusi. 4. Mestrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan. 5. Membangkitkan keterampilan sisa dalam berbicara, mengaukan pertanyaan, dan memberi jawaban logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. 6. Mendorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, berargumen mengembangkan kemampuan berfikir, dan menarik kesimpulan. 7. Mengembangkan sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosakata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok. 8. Membiasakan siswa berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam memproses persoalan yang tiba-tiba muncul. 9. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain (Kemendikbud, 2013). Aktifitas menanya dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak difahami dari apa yang diamati. Kegiatan ini digunakan untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut dari objek yang diamati Pembelajaran IPS SD | 93

tadi. Pertanyan guru yang baik dan benar menginspirasi siswa untuk memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Bertemali dengan hal ini guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah sehingga yang lebih tinggi disajikan sebagai berikut ini. Tabel Bobot pertanyaan Tingkat Kognitif (Kemendikbud, 2013b) Tingkatan Kognitif yang lebih rendah

Subtingkatan Pengetahuan

Pemahaman

Kata-kata Pertanyaan -

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 94

Apa…. Siapa…. Kapan…. Dimana…. Sebutkan… Jodohkan atau pangsangkan…. Persamaan kata…. Golongkan ….. Berilah nama…. Terangkanlah…. Bedakanlah …. Terjemahkanlah… Simpulkanlah…. Bandingkanlah….

Tingkatan

Subtingkatan Penerapan

Kognitif yang lebih tinggi

Elaborasi

Analisis

Sintesis

Kata-kata Pertanyaan -

Ubahlah… Gunakanlah… Tunjuknlah… Buatlah…. Demonstrasikanlah….. Carilah hubungan… Tulislah contoh…. Siapkanlah….. Klasifikasikanlah….. Analisislah…. Kemukanlah buktibukti… Mengapa….. Identifikasikan….. Tunjukan sebabnya….. Berilah alasan-alasan…. Ramaikanlah…. Bentuk…. Ciptakanlah….. Susunlah…... Rancanglah….. Tulislah…. Bagaimana kita dapat mmecahkan….. Apa yang terjadi Pembelajaran IPS SD | 95

Tingkatan

Subtingkatan

Kata-kata Pertanyaan

-

Evaluasi

-

seandainya…. Bagaimana kita dapat memperbaiki… Kembangkan… Berilah pendapat…. Alternative mana yang lebih baik…. Setujukah anda… Kritiklah….. Berilah alasan….. Nilailah…. Bandingkan… Bedakan….

Sumber: Kemendikbud 2013b

3. Mengumpulkan Informasi Proses pembelajaran pada pendekatan saintifik selanjutnya yaitu mengumpulkan informasi/eksperimen. Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Pada aktifitas mengumpulkan informasi kegiatan belajar yang dilakukan siswa yaitu (1) melakukan eksperimen, kegiatan eksperimen dpat dilakukan pada pembelajaran dengan Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 96

muatan IPA, karena eksperimen dilakukan untuk membuktikan kebenaran suatu teori; (2) membaca buku lain selain buku teks, sumber dapat berupa koran, majalah, lingkungan sekitar, dan sumber lain sesuai dengan materi yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Langkah mengumpulkan informasi merupakan langkah pengumpulan fakta dari apa yang telah diamati siswa. Faktafakta tersebut didapatkan dari pengamatan suatu objek dan yang telah dipertanyakan. Setelah itu dikumpulkan dalam suatu daftar ataupun lembar kerja. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada langkah mengumpulkan informasi adalah melakukan percobaan atau eksperimen, membaca literatur, menuliskan hasil pengamatan dari suatu objek, dan mewawancarai narasumber. Pada tahapan ini, siswa sedapat mungkin dikondisikan untuk belajar berpikir logis dan runtut. Guru membimbing selama pembelajaran, agar tidak terjadi kesalahan dalam hal mengumpulkan informasi. Dijelaskan dalam Permendikbud (2013, No 81 A) bahwa kompetensiyang dikembangkan pada aktivitas ini yaitu mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

Pembelajaran IPS SD | 97

Langkah mengumpulkan informasi merupakan langkah pengumpulan fakta dari apa yang telah diamati siswa. Faktafakta tersebut didapatkan dari pengamatan suatu objek dan yang telah dipertanyakan. Setelah itu dikumpulkan dalam suatu daftar ataupun lembar kerja. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada langkah mengumpulkan informasi adalah melakukan percobaan atau eksperimen, membaca literatur, menuliskan hasil pengamatan dari suatu objek, dan mewawancarai narasumber. Pada tahapan ini, siswa sedapat mungkin dikondisikan untuk belajar berpikir logis dan runtut. Guru membimbing selama pembelajaran, agar tidak terjadi kesalahan dalam hal mengumpulkan informasi. Langkah mengumpulkan informasi merupakan langkah pengumpulan fakta dari apa yang telah diamati peserta didik. Fakta-fakta tersebut didapatkan dari pengamatan suatu objek dan yang telah dipertanyakan. Setelah itu dikumpulkan dalam suatu daftar ataupun lembar kerja. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada langkah mengumpulkan informasi adalah melakukan percobaan atau eksperimen, membaca literatur, menuliskan hasil pengamatan dari suatu objek, dan mewawancarai narasumber. Pada tahapan ini, peserta didik sedapat mungkin dikondisikan untuk belajar berpikir logis dan runtut. Guru membimbing selama pembelajaran, agar tidak terjadi kesalahan dalam hal mengumpulkan informasi.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 98

4. Mengolah Informasi Pada aktivitas mengolah informasi, kegiatan belajar siswa yaitu mengolah informasi yang telah dikumpulkan dari hasil pengamatan dan mengumpulkan informasi/eksperimen. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan (Permendikbud, 2013 No 81 A). Langkah mengolah informasi merupakan langkah pembelajaran yang mengupayakan siswa mengolah fakta-fakta yang telah dikumpulkannya. Berdasarkan hasil pengolahan itu akan dihasilkan kesimpulan sementara dari objek yang menjadi materi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada langkah mengolah informasi ini adalah mendiskusikan hasil pengamatan dan menarik kesimpulan dari fakta-fakta yang telah dikumpulkan. Apabila guru mampu memfasilitasi siswa dengan baik, maka hal itu dapat menambah kreatifitas siswa dalam berpikir. Langkah mengolah informasi merupakan langkah pembelajaran yang mengupayakan peserta didik mengolah fakta-fakta yang telah dikumpulkannya. Berdasarkan hasil pengolahan itu akan dihasilkan kesimpulan sementara dari objek yang menjadi materi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada langkah mengolah informasi ini adalah mendiskusikan hasil pengamatan dan menarik kesimpulan dari fakta-fakta yang telah dikumpulkan. Pembelajaran IPS SD | 99

Apabila guru mampu memfasilitasi peserta didik dengan baik, maka hal itu dapat menambah kreatifitas peserta didik dalam berpikir. 5. Mengkomunikasikan Hasil tugas yang telah dikerjakan oleh peserta didik, dapat disajikan dalam bentuk laporan. Peserta didik hendaknya mampu mengkomunikasikan ide/temuan/pengalaman kepada orang lain. Guru hendaknya mampu memfasilitasi peserta didik dalam menyajikan karyanya. Contoh misal, guru dapat mendesain penyajian itu dengan cara presentasi di depan kelas, pameran, dan lain sebagainya. Sehingga peserta didik akan belajar berani untuk menyampaikan gagasan atau pikirannya. Pada kegiatan mengkomunikasikan ini diharapkan siswa dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik bersama-sama dalam kelompok atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama (Kemendikbud, 2013:238). Hasil tugas yang telah dikerjakan oleh siswa, dapat disajikan dalam bentuk laporan. Siswa hendaknya mampu mengkomunikasikan ide/temuan /pengalaman kepada orang lain. Guru hendaknya mampu memfasilitasi siswa dalam menyajikan karyanya. Contoh misal, guru dapat mendesain penyajian itu dengan cara presentasi di depan kelas, pameran, dan lain sebagainya. Sehingga siswa akan belajar berani untuk menyampaikan gagasan atau pikirannya. Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 100

D. Rangkuman   

RANGKUMAN Pendekatan saintifik adalah suatu pendekatan yang berbasis berpikir ilmiah. Pembelajaran IPS berbasis pendekatan saintifik (scientific approach) lebih memberikan kesan kebermaknaan bagi siswa. Pendekatan saintifik terdiri dari beberapa tahap yaitu mengamati, , menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan mengkomunikasikan.

E. Tugas Berikut ini kerjakan dengan benar dan tepat! 1. Bagaimana penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPS? 2. Sebutkan tahap-tahap dalam pendekatan saintifik?Jelaskan! 3. Bagaimana proses tahap mengamati dan menalar?berikan contohnya! 4. Bagaimana proses tahap mengumpulkan informasi dan mengolah informasi?berikan contohnya! 5. Simpulkan terkait kajian pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPS di atas?

Pembelajaran IPS SD | 101

F. Daftar Rujukan Akbar, Sa’dun. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Efendi, Mohammad. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Pengantar ke Arah Pemahaman KBK, KTSP, SBI. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. Kemendikbud 2013. Diklat Guru dalam implementasi kurikulum 2013: Konsep Pendekatan Saintifik. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. Wardani, dkk. 1999.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta.Depdikbud.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 102

BAB 6

PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN IPS A. Pendahuluan Penilaian autentik adalah penilaian yang menggambarkan kompetensi nyata siswa. Penilaian autentik juga merupakan salah satu ciri dalam Kurikulum 2013. Penilaian autentik merupakan penilaian yang membutuhkan proses dalam mengambil kompetensi-kompetensi siswa. Kompetensi siswa juga termasuk kompetensi pembelajaran IPS. Hal ini juga membutuhkan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian autentik. Ada beberapa bentuk penilaian autentik yang semua disesuaikan dengan Kompetensi Dasar dalam mata pelajaran IPS. Penilaian autentik membutuhkan keterampilanketerampilan dalam proses penilaian. Berikut ini akan dijelaskan beberapa kajian terkait penilaian autentik.

Pembelajaran IPS SD | 103

B. Konsep Asesmen Pembahasan tentang asesmen tidak terlepas dari evaluasi pembelajaran sehingga keduanya mempunyai keterkaitan. Akbar (2013:88) evaluasi pembelajaran adalah proses pendeskripsian, penafsiran dan pengambilan keputusan tentang kemampuan belajar siswa dari proses asesmen. Sedangkan asesmen adalah pengumpulan data tentang proses dan hasil pembelajaran melalui berbagai teknik untuk keperluan evaluasi. Hal ini dikuatkan oleh Nitko (dalam Wiyono dan Sunarni, 2009:3) mengemukakan bahwa asesmen merupakan proses untuk memperoleh informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan tentang pembelajaran, baik siswa, kurikulum, program atau sekolah. Selain itu, Phopam (dalam Wiyono dan Sunarni, 2009:3) asesmen pembelajaran adalah proses memperoleh informasi untuk mengambil keputusan tentang pembelajaran. Ketika guru berusaha untuk melakukan asemen terhadap kompetensi siswa berarti mengumpulkan berbagai informasi untuk mengetahui sejauh mana kesesuaian terhadap target kemampuan yang akan dicapai. Menurut Harsiati (2003:4) asesmen adalah proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa yang diperoleh melalui pengukuran untuk menganalisis atau menjelaskan unjuk kerja atau prestasi siswa dalam mengerjakan tugas. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa asesmen merupakan proses pengumpulan informasi kinerja atau prestasi siswa dalam Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 104

mengerjakan tugas untuk pengambilan keputusan pada pembelajaran. Ada bermacam-macam asesmen pembelajaran salah satunya yaitu asesmen autentik. Brown (2004:13) membedakan asesmen menjadi dua, yaitu asesmen tradisional dan asesmen autentik. Asesmen tradisional menekankan penguasaan pengetahuan siswa sebagai hasil belajar, sedangkan asesmen autentik menekankan pada proses belajar dan hasil belajar.

C. Penilaian Autentik Arends (dalam Wiyono dan Sunarni, 2009:42) asesmen autentik adalah proses pengumpulan informasi kemampuan siswa dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu. Asesmen autentik merupakan penilaian yang melibatkan siswa pada tugas-tugas atau kegiatan yang bermanfaat, penting dan bermakna (Muslich, 2011:2). Sedangkan Raymond, dkk (2011:4) asesmen autentik melibatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa dalam pembelajaran nyata. Moya dan O’Malley (1994) asesmen autentik terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, analisis dan pelaporan. Marzano (dalam Achmad, 2011:14) asesmen autentik meliputi penekanan pada kemampuan nyata siswa, mengembangkan seluruh kemampuan siswa melalui kegiatan pembelajaran bersifat konstruktivisme dan tidak menggunakan Pembelajaran IPS SD | 105

sistem tes. Senada dengan O’Malley dan Pierce (1996:4) asesmen autentik dapat menggambarkan berbagai bentuk asesmen yang mencerminkan belajar siswa, motivasi berprestasi dan sikap pada instruksi kegiatan kelas yang relevan. Jadi asesmen autentik adalah proses penilaian terhadap kemampuan nyata siswa dalam melaksanakan tugastugas tertentu. Penilaian dalam Kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Menurut Permendikbud, standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Salah satu penekanan dalam Kurikulum 2013 adalah penilaian autentik (authentic assessment). Penilaian yang diharapkan dapat mendeskripsikan perkembangan peserta didik dalam proses belajarnya. Pada kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 2006 (KTSP) sebenarnya sudah memberikan ruang terhadap penilaian autentik, akan tetapi dalam pelaksanaannya di lapangan penilaian autentik belum berjalan secara maksimal. Kemdikbud (2013:246) menjelaskan bahwa penilaian autentik (authentic assesment ) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kemdikbud (2013:7) juga menyatakan bahwa penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang sudah ditetapkan, sedangkan Sunarti (2014:27) menjelaskan bahwa penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 106

melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat diartikan bahwa penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara menyeluruh (komprehensif) untuk mengetahui proses hingga keluaran suatu pembelajaran yang telah dilakukan peserta didik. Penilaian yang dilakukan tidak hanya fokus pada ranah pengetahuannya saja, melainkan mencakup juga pada penilaian ranah sikap dan penilaian ranah ketrampilan yang hendaknya juga dinilai oleh guru dalam setiap pelaksanaan pembelajaran.

D. Jenis-jenis Penilaian Autentik (a)

Proyek Sunarti (2014:63) menjelaskan bahwa proyek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Penilaian proyek dilaksanakan terhadap persiapannya, pelaksanaan, serta hasil yang dibuat oleh peserta didik itu sendiri. Guru dalam melaksanakan penilaian proyek hendaknya memperhatikan ketiga aspek tersebut. Pertama mengamati persiapannya, kemudian mengamati pelaksanaan, dan terakhir karya atau hasil yang dapat diciptakan oleh peserta didik.

Pembelajaran IPS SD | 107

Berdasarkan hal tersebut, kegiatan perencanaan, pelaksanaan, hingga pelaporan hendaknya terekam oleh guru. Oleh karena itu guru akan lebih baik apabila terlebih dahulu menetapkan hal-hal yang perlu dinilai, seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapan laporan tertulis atau lisan. Pada penilaian setiap tahapan, guru perlu menyiapkan kriteria penilaian atau rubrik. Tabel 1.1 Contoh format rubrik untuk menilai projek Aspek

1

Persiapan

Jika memuat tujuan, topik, alasan

Pelaksanaan

Jika data diperoleh tidak lengkap, tidak terstruktur, dan tidak

Kriteria dan Skor 2 3 Jika memuat tujuan, topik, alasan, dan tempat penelitian

Jika memuat tujuan, topik, alasan, tempat penelitian, responden, dan daftar pertanyaan Jika data Jika data Jika data diperoleh diperoleh diperoleh kurang lengkap, lengkap, lengkap, kurang terstruktur, kurang terstruktur, dan sesuai terstruktur, dan kurang tujuan dan kurang sesuai

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 108

Jika memuat tujuan, topik, alasan, tempat penelitian, dan responden

4

Pelaporan secara tertulis

sesuai tujuan Jika pembahasan data tidak sesuai tujuan penelitian serta membuat simpulan tapi tidak relevan dan tidak ada saran

sesuai tujuan Jika pembahasan data kurang sesuai tujuan penelitian serta membuat simpulan dan saran tapi tidak relevan

tujuan Jika pembahasan data kurang sesuai tujuan penelitian serta membuat simpulan dan saran tapi kurang relevan

Jika pembahasan data sesuai tujuan penelitian dan membuat simpulan dan saran yang relevan

Sumber: Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014

(b)

Kinerja Wahyuni (2012:68) asesmen kinerja adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk mendemonstrasikan dengan kriteria yang diinginkan. Asesmen kinerja selalu melibatkan siswa di dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam praktik kehidupan sehari-hari. Penilaian seperti ini memiliki karakteristik dasar, yaitu siswa diminta untuk mendemonstrasikan kemampuan dalam mengkreasikan suatu produk atau terlibat dalam suatu aktifitas.

Pembelajaran IPS SD | 109

Danielson & Marquez (1998:1) asesmen kinerja adalah penilaian belajar siswa yang meliputi semua penilaian dalam bentuk tulisan, produk atau sikap kecuali pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, atau jawaban. Sementara karakteristik asesmen kinerja menurut Hibbard (dalam Widodo, 2009:34), yaitu: (1) menyusun respone, (2) pemikiran tingkat tinggi, (3) keautentikan, (4) keterpaduan, (5) pembuatan produk, dan (6) kedalaman materi. Asemen kinerja dapat merefleksikan tujuan pembelajaran dan menggambarkan keadaan sesungguhnya dalam proses pembelajaran. Asesmen kinerja bisa digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam penyajian lisan, pemecahan masalah dalam kelompok, partisipasi dalam diskusi dan sebagainya. Wiyono dan Sunarni (2009: 35) langkahlangkah yang perlu dilakukan dalam membuat asesmen kinerja, adalah: (1) identifikasi semua langkah penting atau aspek yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir, (2) menulis kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, (3) mengusahakan kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang akan diamati, dan (4) menyediakan lembar pengamatan dan kriteria untuk setiap pilihan yang digunakan dalam lembar pengamatan. Penggunaan asesmen kinerja memiliki kelebihan dan kelemahan. Iskandar (2011:23) menyatakan kelebihan asesmen kinerja, yaitu: (1) guru dapat secara langsung mengukur keterampilan-keterampilan dari siswa, (2) dapat Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 110

mempengaruhi cara belajar siswa lebih dari sekedar menghafal, dan (3) guru dapat mengukur proses kinerja siswa langkah demi langkah. Widodo (2009:34) keunggulan asesmen kinerja yaitu menggambarkan keadaan sesungguhnya siswa dalam membuat produk. Suhailayanti (2011:46) kelemahan asesmen kinerja, yaitu: (1) sangat menuntut waktu dan usaha, (2) pertimbangan dan penskoran yang lebih subjektif, (3) lebih membebani guru, dan (4) realibilitas yang cukup rendah. Sunarti (2014:59) menjelaskan bahwa tes unjuk kerja adalah penilaian unjuk kerja, merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Artinya, dalam penilaian unjuk kerja ini semua aktivitas peserta didik dalam melakukan sesuatu hal dalam kegiatan pembelajaran hendaknya diamati oleh guru. Penilaian ini cocok digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik untuk melakukan tugas tertentu seperti: praktikum, praktik ibadah, praktik olahraga, presentasi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, dan membacakan puisi atau deklamasi. Untuk mengamati unjuk kerja/kinerja/praktik peserta didik, guru dapat menggunakan instrumen sebagai berikut:

Pembelajaran IPS SD | 111

 Daftar cek Dengan menggunakan daftar cek, guru dapat melakukan penilaian autentik dengan cara mengisi nilai apabila kriteria kompetensi tertentu dapat dicapai oleh peserta didik. Misalnya guru mengisi nilai dengan menggunakan daftar cek apabila peserta didik dapat membaca prosedur kerja dengan baik dan benar. Tabel 1.2 Contoh format instrumen penilaian praktik di laboratorium dengan daftar cek

Nama Peserta Didik

Menggunakan jas lab Ya

Tidak

Membaca prosedur kerja Ya

Membersihkan alat

Tidak

Ya

Andi Boby Cicih Dimas

*Keterangan: diisi oleh tanda cek. Sumber: Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 112

Tidak

Menyimpan alat pada tempatnya Ya

Tidak

 Skala Penilaian (Rating Scale) Penilaian kinerja yang menggunakan skala penilaian ini dapat memungkinkan guru untuk memberikan nilai tengah terhadap penguasaan peserta didik terhadap kompetensi tertentu, karena guru dalam pemberian nilai secara kontinum dengan kategori nilai lebih dari dua. Nilai yang diberikan oleh guru akan tampak lebih bervariatif, karena skala penilaian yang diberikan kepada peserta didik terentang mulai dari tidak sempurna sampai dengan nilai sangat sempurna. Tabel 1.3 Contoh format instrumen penilaian praktik di laboratorium dengan skala penilaian (ratting scale) No. Aspek yang dinilai 1 2 3 4

Penilaian 1 2 3

Merangkai alat Pengamatan Data yang diperoleh Kesimpulan

*Keterangan: diisi oleh tanda cek. Sumber: Abdul Majid (2014:255)

Pembelajaran IPS SD | 113

Aspek yang dinilai Merangkai alat

Penilaian 1 Rangkaian alat tidak benar.

2

Rangkaian alat benar, tetapi tidak rapi atau tidak memperhatikan keselamatan kerja. Pengamatan Pengamatan Pengamatan tidak cermat, tetapi cermat. mengandung interpretasi. Data yang Data tidak Data lengkap, diperoleh lengkap. tetapi tidak terorganisir, atau ada yang salah tulis. Kesimpulan Tidak benar Sebagian atau tidak kesimpulan ada sesuai yang salah atau tujuan. tidak sesuai dengan tujuan.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 114

3 Rangkaian alat benar, rapi, dan memperhatikan keselamatan kerja.

Pengamatan cermat dan bebas interpretasi. Data lengkap, teroganisir, dan ditulis dengan benar. Semua benar sesuai dengan tujuan.

(c)

Portofolio Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karyakarya peserta didik dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui perkembangan kemampuan peserta didik, dengan menilai bersama karya atau tugas yang dikerjakannya. Sedangkan penilaian portofolio menurut Sunarti (2014:65) adalah penilaian berkelanjutan yang menilai proses dan hasil pembelajaran berdasarkan kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik, untuk melihat perkembangan kemampuan peserta didik. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karyakarya peserta didik secara individual pada suatu periode untuk suatu mata pelajaran. Pada akhirnya nanti hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik sendiri. Berdasarkan informasi yang didapat, guru dan perserta didik akan mengetahui perkembangan kemampuan peserta didik sendiri, dan harapannya dapat terus menerus melakukan perbaikan. Dengan demikian portofolio dapat menunjukkan perkembangan kemampuan belajar peserta didik melalui sekumpulan karya seperti: karangan, puisi, cerpen, gambar, resensi buku, dan karya nyata peserta didik yang diperoleh dari pengalaman belajarnya.

Pembelajaran IPS SD | 115

Tabel 1.4 Contoh format penilaian portofolio Mata Pelajaran Alokasi Waktu Kelas Nama Peserta Didik

No.

Jenis Tugas

KI/KD

: Bahasa Indonesia : 1 Semester : IV (empat) : ……………

Nilai

Tanda Tangan Peserta Guru Didik

Ket

1 2 3 dst.

Sumber: Kunandar (2014:299) Catatan Guru: ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ………

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 116

E. Instrumen Penilaian Autentik Berikut ini alternatif format instrumen penilaian autentik.

Pembelajaran IPS SD | 117

F. Rangkuman

  

RANGKUMAN Penilaian autentik merupakan penilaian yang menggambarkan kemampuan nyata siswa. Jenis-jenis penilaian autentik terdiri dari penilaian kinerja, penilaian portofolio, penilaian sikap, penilaian proyek dan evaluasi diri. Instrumen penilaian autentik menyesuaikan kebutuhan kompetensi siswa akan dinilai.

G. Tugas Berikut ini kerjakan dengan benar dan tepat! 1. Bagaimana penggunaan penilaian autentik dalam pembelajaran IPS? 2. Sebutkan jenis-jenis dalam penilaian autentik?Jelaskan! 3. Buatlah instrumen penilaian kinerja? 4. Buatlah instrumen penilaianportofolio? 5. Simpulkan terkait kajian penilaian autentik dalam pembelajaran IPS di atas?

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 118

H. Daftar Rujukan Akbar, S. 2011. Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Pendekatan Menyeluruh. Malang: FIP UM. Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Bundu, P. 2013. Model Asesmen Keterampilan Proses dan Nilai Karakter Berbasis E-Portfolio di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan Se-Indonesia, 17: 569-583. BSNP. 2006. Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas Danielson, Charlote, & Marquez, Elizabeth. 1998. A Collection of Perfomance Task And Rubrics: High School Mathematics. Larchmont, Ny: Eye On Education.Inc. Danim. 2010. Perkembangan Peserta Didik. Alfabeta: Bandung. Djaali & Pudji, Mujiono. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo. Harsiati, T. 2003. Penerapan Penilaian Otentik (Authentic Assesment) Berbentuk Portofolio dalam Upaya Peningkatan Proses dan Hasil Penulisan Karya Ilmiah pada Perkuliahan Bahasa Indonesia Keilmuan di Universitas Negeri Malang. Malang: Lemlit UM.

Pembelajaran IPS SD | 119

Harsiati, T. 2003. Penerapan Pendekatan Konstruktivis dan Peneilaian autentik (Portofolio) dalam Upaya Peningkatan Kualitas Perkuliahan Evaluasi PBI pada Mahasiswa JPBSI UM. Laporan Hasil Penelitian LPTK UM. Harsiati, T. 2011. Penilaian dalam Pembelajaran (Aplikasi pada Pembelajaran Membaca dan Menulis). Malang: Percetakan Universitas Negeri Malang. Hajdasujana, dkk. 1999. Evaluasi Keterbacaan Buku Teks Sunda untuk SD di Jawa Barat. Jakarta: Depdikbud. Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning: What it is and why it’s here to stay. United States of America:Corwin Prees Inc. Krathwohl, D.R. 1964. Taxonomy Op Educational Objectives:Affective Domain. New York: Longman Kemendiknas. 2010. Bahan Pelatihan Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta:Kemendiknas. Kemendikbud. 2013. Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud. Muslich, M. 2011. Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung: PT. Refika Aditama Puskur Balitbang. 2006. KTSP 2006. Jakarta:Depdiknas.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 120

Raymond, dkk. 2012. Learning through authentic assessment: An evaluation of a new development in the undergraduate midwifery curriculum. Jounal Nurse Education ini Practice Science Direct ,(1-6) Ruminiati. 2007. Modul Pendidikan Kewarganegaraan SD: Untuk Program S1 PJJ. Jakarta: Dirjen Dikti, Depdiknas R.I. Semiawan, C.R. 2010. Peran Pendidikan dalam Pembangunan Karakter Bangsa. Conference Proceeding. Malang: Program Studi Psikologi FIP UM. Soemantri, N. 1968. Pendidikan Kewargaan Negara di Sekolah. Bandung: IKIP. Wahyuni, S. 2010. Pengembangan Model Asesmen Auntentik dalam Pembelajaran Berbahasa Indonesia Lisan di SMA. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: PPS UM. Wahyuni & Ibrahim. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Refika Aditama. Wicaksono, V. 2012. Pengembangan Asesmen Autentik Proses dan Hasil Belajar IPS Kelas IV. Tesis tidak diterbitkan. Malang: UM. Wiyono dan Sunarni. 2009. Evaluasi Program Pendidikan dan Pembelajaran. Malang. FIP UM.

Pembelajaran IPS SD | 121

BAB 7

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK A. Pendahuluan Menjadikan manusia cerdas dan pintar boleh jadi mudah melakukannnya, tetapi menjadikan manusia agar menjadi orang yang baik dan bijak tampaknya jauh lebih sulit. Sangatlah wajar apabila dikatakan bahwa problem moral merupakan pesoalan akut atau penyakit kronis yang mengiringi kehidupan manusia. Menurut Ki Hajar dewantara (dalam Muslich, 2010), pendidikan adalah upaya untuk memajukan budi pekerti ( kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan jasmani siswa. UU No.20 Tahun 2003 juga menyebutkan bahwa pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat, dan berakhlak (berkarakter mulia). Sedangkan sekolah yang diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 122

secara berimbang pada kenyataannnya hanya berfokus dalam bidang pengetahuan saja. Menurut Sunarti & Rahmawati (2014:1)” Munculnya K- 13 diawali dari kegelisahan melihat sistem pendidikan di Indonesia yang cenderung berbasis pada pengajaran untuk memenuhi target pengetahuan siswa, padahal keterampilan dan sikap sangat diperlukan untuk mendapatkan lulusan yang handal dan beretika”. Hal ini tentu saja menjadi penghambat bagi perkembangan karakter siswa, karena dengan menyelipkan pendidikan karakter diharapkan mereka akan dapat mengontrol diri untuk tidak melakukan hal yang tidak baik. Akibat dengan bekal porsi afektif yang sedikit tadi memungkinkan membuat siswa melakukan tindakan-tindakan yang tidak baik yang sama sekali tidak sesuai dengan aturan norma yang berlaku. Theodore Roosevelt (dalam Wijayani, 2012:7) mengatakan bahwa mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman marabahaya bagi masyarakat. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik. Pada pendekatan ini siswa harus melakukan serangkaian aktivitas selayaknya langkah-langkah penerapan metode ilmiah (saintifik). Pada pendekatan saintifik, siswa diharuskan melakukan serangkaian aktivitas yang dimaksud meliputi: (1) merumuskan masalah, (2) mengajukan hipotesis, (3) mengumpulkan data, (4) mengolah dan menganalisis data dan (5) membuat kesimpulan

Pembelajaran IPS SD | 123

Pendekatan ilmiah (saintifik) diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa (Kemendikbud, 2013). Hal ini dapat memberikan acuan bahwa kurikulum 2013 yang menekankan pada pendidikan karakter dan khususnya pada jenjang sekolah dasar memiliki porsi perkembangan aspek afektif yang lebih besar, masih dimungkinkan untuk memberikan porsi yang sama besar dalam hal perkembangan aspek kognitif. Sehingga akan terjadi intelegensi antara kecerdasan akademik dan kecerdasan moral dengan porsi yang sama. Langkah pembelajaran pada pendekatan saintifik bahwa beberapa ranah pencapaian hasil belajar yang tertuang pada kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ranah sikap terdapat pada materi ajar agar siswa “tahu mengapa”. Ranah ketampilan terdapat pada materi ajar agar siswa “tahu bagaimana”. Selanjutnya pada ranah pengetahuan terdapat pada materi ajar agar siswa” tahu bagimana”. Selanjutnya pada ranah pengetahuan terdapat pada materi ajar agar siswa “tahu apa”. Hasil akhirnya diharapkan akan menghasilkan peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Secara implisit, proses pembelajaran dengan mengunakan pendekatan saintifik merupakan perwujudan dari Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 124

“rasa ingin tahu”. Sedangkan “rasa ingin tahu” itu sendiri adalah salah satu dari 18 nilai karakter yang dirumuskan kemendikbud. Dengan demikian, secara tidak langsung pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik telah memuat salah satu dari nilai karakter yang dirumuskan oleh Kemendikbud. Pada pendekatan saintifik juga masih dapat memuat nilai-nilai karakter, seperti jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, komunikatif. Oleh karena itu, perlu adanya upaya optimalisasi dari pihak guru dalam mengemas proses pembelajaran agar memiliki muatan karakter. Misalnya saja dalam pendekatan saintifik yang identik dengan berpikir keras, maka untuk lebih menyenangkan. Hal ini dimaksudkan agar susasana dalam penerapan pendekatan saintifik tidak menegangkan dan didominasi ranah kognitif belaka.

B. Konsep Pendidikan Karakter Karakter adalah kualitas kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus, yang menjadi pendorong dan penggerak, serta membedakannya dengan individu lain (Wiyani, 2012:25). Lebih lanjut karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh lingkungan,yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari (samani, 2013:43). Jadi karakter Pembelajaran IPS SD | 125

merupakan nilai dalam diri individu yang mendasarinya dalam bertindak serta menjadi ciri khas yang membedakannya dengan orang lain. Koesoema (Muslich 2013:70) menyatakan bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai “ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir. Winnie (dalam Gunawan, 2013:34), memahami bahwa istilah karakter memiliki dua pengertan tentang karakter. Pertama, ia menunjukan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannnya dengan “personality”. Seseorang baru bisa disebut “orang yang berkarakter” (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral. Hal itu dapat disimpulkan bahwa karakter baik pada dasarnya adalah perwujudan nilai yang terinternalisasi pada diri seseorang (Akbar, 2013:127). karakter itu sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral; sifat jiwa manusia, mulai dari angan-angan hingga terjelma sebagai tenaga; cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 126

untuk hidup dan berkerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara (Wibowo, 2013:12). Russel William menggambarkan karakter laksana “otot”, yang akan menjadi lembek jika tidak dilatih. Dengan latihan demi latihan, maka “otot-otot” karakter akan menjadi kuat dan akan mewujud menjdi kebiasaan (habit) (Gunawan, 2012:24). Konsep ini diperjelas oleh Desain Induk Pendidikan Karakter (2010:8-9) yang meliputi (a) Olah hati yang meliputi beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik; (b) Olah piker yang meliputi cerdas, kritis, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi ipteks, dan reflektif; (c) Olah raga yang meliputi bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, handal berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih; (d) Olah rasa/karsa yang meliputi ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja. Pendidikan karakter memiliki esensi yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi siswa, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Tetapi walaupun memiliki esensi dan tujuan yang sama, pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pada pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter Pembelajaran IPS SD | 127

menanamkan kebiasaan (habituation) tentang halyang baik sehingga siswa menjadi paham (domain kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan (domain afektif) nilai yang baik dan bisa melakukannya (doamain perilaku). Jadi pendidikan karakter erat kaitannnya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dipraktekan atau dilakukan (kemendiknas, 2010:10). Thomas Lickona (dalam Gunawan, 2010:23), pendidikan karakter merupakan pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya. Pendidikan karakter adalah sebagai proses pemberian tuntutan kepada siswa untuk menjadi manusia seutuhnya, yang berkarakter dalam dimensi hati, pikiran, raga serta rasa, dan karsa (Wiyani, 2012:28). Jadi pendidikan karakter adalah proses penanaman nilai-nilai mulia dalam diri siswa yang diwujudkan dalam prilaku dan tindakan sehari-hari. Merujuk pada Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan karakter Bangsa 2010-2025, disebutkan bahwa pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan pembukaan UUD 1945 dilatar belakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 128

terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintergrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa. Pancasila mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter sebagimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 serta mengatsi permasalahan kebangsaan saat ini, maka pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2010-2025, pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembnagunan nasional, yaitu “mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermental, beretika, berbudaya, dan berdasarkan falsafah pancasila”. Berkaitan dengan upaya mewujudkan pendidikan karakter sebagimana yang dirumuskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), sesungguhnya hal yang dimaksud itu sudah tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional, sebagimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tenang sistem pendidikan nasional, yaitu: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

Pembelajaran IPS SD | 129

mandiri warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Jadi pada akhirnya, pendidikan karakter merupakan proses internalisasi nilai-nilai mulia kepada siswa melalui proses yang kontinu dan melalui berbagai pendekatan seperti keteladanan, pembelajaran, pembudayaan pemerdayaan, penguatan, dan penilaian.

C. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Terdapat 18 nilai karakter dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: 1. Religius 2. Jujur 3. Toleransi 4. Disiplin 5. Kerja keras 6. Kreatif Kreatif 7. Mandiri 8. Demokratis 9. Rasa Ingin Tahu 10. Semangat kebangsaan 11. Cinta Tanah Air 12. Menghargai

13. Bersahabat/Komu nikatif 14. Cinta Damai 15. Gemar Membaca 16. Peduli Lingkungan 17. Peduli sosial 18. Tanggung Jawab

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 130

Berikut ini pada tabel 1.1 dijelaskan deskripsi dari 18 nilai yang dirumuskan oleh Kemendikbud. Tabel 1.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendiidkan Budayadan Karakter Bangsa No 1

Nilai Religiu

2

Jujur

3

Toleransi

4

Disiplin

5

Kerja Keras

Deskripsi Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas Pembelajaran IPS SD | 131

No

Nilai

6

Kreatif

7

Mandiri

8

Demokratis

9

Rasa Ingin Tahu

10

Semangat Kebangsaan

11

Cinta Tanah Air

Deskripsi dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar. Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 132

No

Nilai

12

Menghargai Prestasi

13

Bersahabat/ Komuniktif

14

Cinta Damai

15

Gemar Membaca

16

Peduli Lingkungan

Deskripsi tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain. Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

Pembelajaran IPS SD | 133

No 17

Nilai . Peduli Sosial

18

Tanggung Jawab

Deskripsi Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bentuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri masyarakat, lingkungan (alam sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Sumber: Kemendikbud 2013 D. Tujuan Pendidikan Karakter Pendidikan karakter adalah membentuk manusia yang berakhlak mulia, berperilaku baik, serta taat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Muschlis (2013:81) menyatakan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia siswa secara untuh, terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan siswa mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannnya, mengkaji, dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 134

karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Gunawan (2012:30) menyatakan bahwa pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada TuhanYang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Kemudian kemendikbud (2010:5) menyebutkan bahwa pendidikan karakter dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan (Mulyasa, 2013:9).

Pembelajaran IPS SD | 135

E. Rangkuman RANGKUMAN  



Pendidikan karakter dalam pendekatan saintifik bertujuan untuk melihat karakter apa saja yang muncul dalam tahap-tahap pendekatan saintifik. Pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia siswa secara untuh, terpadu, dan seimbang. 18 karakter itu diterapkan dengan pendekatan saintifik sehingga ke 18 karakter tersebut dapat terjiwai oleh siswa.

F. Tugas Berikut ini kerjakan dengan benar dan tepat! 1. Jelaskan konsep pendidikan karakter? 2. Bagaimana tujuan pendidikan karakter?Jelaskan! 3. Bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter melalui pendekatan saintifik? 4. Bagaimana indicator dikelas terkait ke 18 karakter tersebut? 5. Simpulkan terkait kajian pendidikan karakter melalui pendekatan saintifik di atas? Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 136

G. Daftar Rujukan Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta. Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. Kemendikbud, 2010 Kerangka Acuan Pendidikan Karakter Tahun Anggaran 2010. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional. Kemendikbud 2013. Diklat Guru dalam implementasi kurikulum 2013: Konsep Pendekatan Saintifik. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. Mulyasa, H.E 2012. Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: BumiAksara. Muschlis, Mansur. 2013. Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara Permendikbud Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Slideshare. (Online), (http://www.slideshare.net), diakses tanggal 20 Januari 2016. Permendikbud Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Slideshare. (Online), (http://www.slideshare.net), diakses tanggal 16 Januari 2016.

Pembelajaran IPS SD | 137

Samani, Muchlas & Hariyanto. 2013. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara. Pusat Kurikulun Badan Penelitian dan Pengembangan (PUSKUR). 2006. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal. Jakarta : DEPDIKNAS Ulfatin, Nurul. 2004. Buku Ajar Penelitian Kualitatif. Malang: AP FIP UM. Wibowo, Agus. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah: Konsep dan Praktik Implementasi. Jogjakarta: Pustaka Belajar. Wijayani, Novan Ardi. 2013. Konsep, praktik, & Strategi Membumikan pendidikan Karakter di SD. Jogjakarta: Ar- Ruzz Media.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 138

BAB 8

PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI

PENDEKATAN SAINTIFIK A. Pendahuluan Problematika implementasi pendekatan saintifik merupakan lanjutan dari kajian pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPS. Pelaksanaan tahap-tahap pendekatan saintifik tidak terlepas dari kendala-kendala yang terjadi. Hal ini juga tidak menutup kemungkinan para pelaksana yang ada dikelas atau pengambil kebijakan. Pada bagian ini merupakan pembahasan hasil penelitian dengan fokus penelitian antara lain: 1) masalah yang dialami guru dalam membuat perencanaan pembelajaran, 2) masalah yang dialami guru dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dan pendekatan tematik integratif, 3) masalah yang dialami guru dalam penilaian autentik. Adapun pembahasan dari masing-masing poin tersebut sebagai berikut.

Pembelajaran IPS SD | 139

B. Problematika dalam Membuat Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan beberapa rujukan dan hasil penelitian didapat bahwa guru selalu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) setiap akan melaksanakan pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Uno (2010:2) bahwa pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan peserta didik. Itulah sebabnya dalam setiap pembelajaran guru dianjurkan untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), karena peserta didik tidak hanya berinteraksi dengan guru tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan hasil telaah RPP, pembuatan RPP dimulai dengan menuliskan identitas RPP, kemudian kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, pendekatan dan metode pembelajaran, skenario atau kegiatan pembelajaran, media dan sumber belajar, serta penilaian. Penulisan identitas RPP berisi nama sekolah, kelas atau semester, tema, subtema, urutan pembelajaran, hari atau tanggal, alokasi waktu, dan tahun ajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Majid (2014:126) yang menyatakan bahwa penulisan identitas sekolah hendaknya meliputi: nama sekolah, kelas atau semester, hari atau tanggal, dan alokasi waktu. Pada RPP guru kelas I, masih terdapat indikator yang tidak sambung dengan Kompetensi Dasar (KD), misalnya pada Kompetensi Dasar (KD) matematika “3.8 mengenal Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 140

panjang, luas, waktu, dan suhu; 4.9 mengumpulkan dan mengelola data pokok kategorikal dan menyajikan dalam grafik konkrit dan piktograf menggunakan urutan label”. Kemudian guru merumuskan indikator pencapaian kompetensi matematika “membaca nyaring teks deskritif; menulis kembali menggunakan huruf tegak bersambung”, dengan demikian indikator tersebut tidak sambung dengan Kompetensi Dasar (KD). Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Majid (2014:126) yang menjelaskan bahwa indikator dirumuskan mengacu pada rumusan yang terdapat pada Kompetensi Dasar (KD) dalam bentuk pernyataan yang operasional. Pada kelas II, guru selalu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) setiap akan melaksanakan pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Uno (2010:2) bahwa pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan peserta didik. Itulah sebabnya dalam setiap pembelajaran guru dianjurkan untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), karena peserta didik tidak hanya berinteraksi dengan guru tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan hasil telaah RPP, dalam penyusunan RPP kelas II setelah Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, guru langsung menuliskan deskripsi materi. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru belum menuliskan tujuan pembelajaran pada RPP yang dibuatnya, dalam RPP Novi juga belum mencantumkan pendekatan dan metode pembelajaran, Pembelajaran IPS SD | 141

sumber dan media pembelajaran serta penilaian. Hal ini tidak sesuai dengan penjelasan Permendikbud Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yang menjelaskan bahwa komponen RPP terdiri atas identitas sekolah, identitas mata pelajaran atau tema/subtema, kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, langkahlangkah pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Pada kelas IV, guru tidak selalu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) setiap akan melaksanakan pembelajaran. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Uno (2010:2) bahwa pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan peserta didik. Itulah sebabnya dalam setiap pembelajaran guru dianjurkan untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), karena peserta didik tidak hanya berinteraksi dengan guru tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan telaah RPP, peneliti menemukan tujuan pembelajaran “siswa mengenal makna symbol pada setiap sila Pancasila dengan benar”. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam merumuskan tujuan pembelajaran guru belum memenuhi unsur Audience (A), Behavior (B), Condition (C), dan Degree (D). Tujuan pembelajaran tersebut hanya memuat unsur Audience (A), Behavior (B), dan Degree (D) saja, sedangkan unsur Condition Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 142

(C) belum ada. Hal ini bertentangan dengan pendapat Majid (2014:127) yang menyatakan bahwa dalam merumuskan tujuan pembelajaran hendaknya mengandung unsur audience (A), behavior (B), condition (C), dan degree (D). Audience (A) adalah peserta didik yang menjadi subjek tujuan pembelajaran tersebut. Behavior (B) merupakan kata kerja yang mendeskripsikan kemampuan audience setelah pembelajaran. Condition (C) merupakan situasi pada saat tujuan tersebut diselesaikan. Degree (D) merupakan standar yang hendak dicapai oleh audience sehingga dapat dinyatakan telah mencapai tujuan. Pada RPP kelas IV juga ditemukan tujuan pembelajaran yang belum sambung dengan indikator pencapaian kompetensi, misalnya pada indikator “menceritakan hasil wawancara”, pada perumusan tujuan pembelajaran ditulis “setelah kegiatan membuat daftar pertanyaan, siswa mampu mengaplikasikan kegiatan mewawancarai sesuai topik yang diminta”. Hal tersebut tidak sesuai dengan penjelasan Robert F. Mager (dalam Uno, 2010:35) bahwa tujuan pembelajaran merupakan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Pada kelas V, guru selalu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) setiap akan melaksanakan pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Uno (2010:2) bahwa pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan peserta didik. Itulah sebabnya dalam setiap pembelajaran guru dianjurkan untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPS SD | 143

Pembelajaran (RPP), karena peserta didik tidak hanya berinteraksi dengan guru tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil kajian dengan guru kelas V, berkaca dari kegiatan-kegiatan sebelumnya guru mengalami kendala karena kurang ada koordinasi dengan antarguru, sehingga kegiatan yang sudah dilakukan atau belum guru tidak tahu. Akhirnya guru sulit menentukan langkah pembelajaran, selama ini guru hanya menyusun kegiatan-kegiatan yang sederhana, kegiatan yang lapangan biasanya tidak guru cantumkan pada langkah pembelajaran. Pada RPP yang sudah dibuat oleh guru sudah dicantumkan materi pembelajaran serta mencantumkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Majid (2014:127) bahwa materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan menurut Koznan (dalam Uno, 2011:1) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik. Oleh karena itu materi pembelajaran dan strategi hendaknya dikembangkan secara terinci oleh guru dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Berdasarkan telaah RPP, guru sudah menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik model pembelajaran yang dipilih. Langkah-langkah kegiatan Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 144

tersebut sudah memuat pendahuluan atau kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Hal ini sesuai dengan pendapat Majid (2014:128) yang menyatakan bahwa untuk mencapai satu kompetensi dasar harus dicantumkan langkahlangkah kegiatan setiap pertemuan, langkah-langkah kegiatan tersebut memuat pendahuluan atau kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, dan masing-masing disertai alokasi waktu yang dibutuhkan oleh guru. Hal tersebut juga didukung Permendikbud Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 yang menyatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup. Sedangkan dalam pemilihan sumber belajar guru hanya mencantumkan buku siswa dan buku guru yang disediakan dari pemerintah. Hal tersebut tidak sesuai dengan yang diungkapkan Majid (2014:128) bahwa pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang terdapat dalam silabus, pemilihan sumber dan media pembelajaran didasarkan pada Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), materi, skenario atau kegiatan pembelajaran, serta tujuan pembelajaran yang telah dibuat oleh guru, sehingga hendaknya penggunaan sumber dan media pembelajaran yang lebih bervariasi.

C. Problematika dalam Membuat Penilaian Pembelajaran Pembelajaran sehari-hari melaksanakan pembelajaran sesuai dengan urutan pembelajaran, yaitu mulai dari pendahuluan atau kegiatan awal, dilanjutkan pada kegiatan inti, Pembelajaran IPS SD | 145

dan terakhir kegiatan penutup. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam Kemdikbud (2013:266) menyatakan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan melalui tiga tahap kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan awal dalam pembelajaran, guru melakukan apersepsi dan motivasi. Kegiatan apersepsi dan motivasi tersebut dilakukan guru melalui tanya jawab, mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, mengaitkan materi dengan lingkungan di sekitar peserta didik, atau memberikan gambaran tentang materi yang akan dipelajari. Tanya jawab dilakukan dengan menanyakan keadaan atau tentang sesuatu yang akan dipelajari peserta didik. Guru juga memotivasi dengan cara memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari materi yang akan dibahas. Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan Kemdikbud (2013:267) bahwa pada tahap pendahuluan terdapat empat bagian yaitu orientasi, apersepsi, motivasi, dan pemberian acuan. Guru juga sudah menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan selama sehari, misalnya kegiatan individual, kerja kelompok, melakukan observasi, atau simulasi, kemudian dilanjutkan penyampaian manfaat dan tujuan dari setiap materi yang akan dipelajari bersama termasuk manfaat atau kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan yang dijelaskan Majid (2014:203) bahwa pembelajaran yang paling baru tergantung pada hubungan yang dibuat dengan pelajaran materi sebelumnya. Namun dalam pengembangan pembelajaran, guru belum sepenuhnya mengembangkan Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 146

materi yang hendak diajarkan pada peserta didik. Guru masih beracuan pada materi yang ada di buku guru. Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Khoiru & Amri (2010:2) yang menjelaskan bahwa guru memiliki tugas memilah dan memilih bahan pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik dengan cara mengembangkan sesuai kebutuhan. Pada pelaksanaannya guru sudah terlihat membimbing peserta didik secara individu maupun kelompok untuk bisa belajar dengan baik, membiasakan berpikir logis dan sistematis, serta mempertahankan antusiasme peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Ada kalanya guru mengalami kesulitan dalam menguasai kelas dikarenakan banyak aktivitas pembelajaran yang dilakukan sehingga kondisi dan situasi kelas kurang teratur. Misalnya pada kegiatan diskusi kelompok, peserta didik masih terlihat ramai dengan teman lainnya yang bukan teman satu kelompok, sedangkan pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik sudah berjalan dengan baik, penerapan pembelajaran di SDN Sumbersari 1 Kota Malang sudah mengacu pada langkah kegiatan ilmiah. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengomunikasikan. Hal ini sesuai dengan komponen-komponen pendekatan saintifik yang dijelaskan dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 bahwa dalam pendekatan saintifik ada lima komponen, antara lain: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengomunikasikan, hanya saja ada kendala kecil dalam pemenuhan media pembelajaran. Pembelajaran IPS SD | 147

Penggunaan sumber dan media pembelajaran, guru masih terlihat kurang bervariasi. Guru hanya sering menggunakan sumber dan media pembelajaran dari buku yang disediakan pemerintah, belum ada penggunaan media pembelajaran yang berbeda dan menarik bagi peserta didik. Hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Khoiru & Amri (2010:17) yang menjelaskan bahwa dalam pembelajaran guru hendaknya menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara untuk membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik. Berdasarkan hasil kajian pembelajaran masih mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan mengkomunikasikan. Guru masih kesulitan untuk menumbuhkan keberanian peserta didik yang masih kelas rendah untuk mengkomunikasikan hasil karya atau tugas yang sudah dikerjakan. Solusi yang sudah dilakukan saat ini, biasanya guru membentuk suatu kelompok dan pada akhirnya mereka disuruh untuk mempresentasikan hasil kelompok secara bersama di depan teman-temannya. Pada pelaksanaan pembelajarannya, guru tidak lagi terlihat menyampaikan materi dengan memisahkan mata pelajaran, namun sudah memadukan beberapa muatan pelajaran yang disajikan dalam suatu tema dan subtema. Berdasarkan hasil kajian praktik pembelajaran kegiatan penutup dilakukan dengan melakukan refleksi yaitu menanyakan perasaan siswa setelah mengikuti pembelajaran, Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 148

dan membuat rangkuman bersama dengan peserta didik. Biasanya guru menanyakan perasaan peserta didik, mengumpulkan hasil kerja, dan melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan berikutnya serta tugas pengayaan. Hal tersebut sesuai dengan Kemdikbud (2013:268) yang menyatakan bahwa pada tahap kegiatan penutup, guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan dari proses pembelajaran. Berdasarkan hasil kajian kendala yang dialami guru pada penggunaan pendekatan saintifik dan pendekatan tematik integratif dalam pembelajaran yaitu kurang siapnya guru dengan proses belajar yang baru. Sehingga guru harus senantiasa membiasakan diri untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Solusi yang selama ini sudah dilakukan yaitu berusaha melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik sesuai buku dan mengkondisikan peserta didik supaya bisa mengikuti pembelajaran dengan baik.

D. Problematika dalam Membuat Penilaian Pembelajaran Berdasarkan hasil kajian praktik pembelajaran, guru belum melaksanakan semua jenis penilaian autentik selama kegiatan pembelajaran Pada setiap pembelajaran guru tidak selalu melakukan penilaian autentik secara keseluruhan. Karena jenis penilaian yang cukup banyak, semua proses atau aktivitas peserta didik mulai dari sebelum pembelajaran dimulai hingga pembelajaran selesai belum mampu direkam Pembelajaran IPS SD | 149

oleh guru. Guru tidak selalu merekam proses belajar peserta didik, hal itu terbukti selama pembelajaran berlangsung guru tidak memegang format penilaian proses pembelajaran. Hal tersebut tidak sesuai dengan Majid (2014:235) bahwa salah satu teknik pengendalian mutu pendidikan dapat diperoleh melalui evaluasi (evaluation), penilaian (assessment), pengujian (testing), dan pengukuran (measurement) yang valid, kredibel, komparabel, dan dilakukan secara professional serta independen. Jenis penilaian autentik yang cukup banyak, membuat guru dalam pelaksanaannya tidak dapat mengaplikasikan secara keseluruhan. Kesulitan guru adalah terlalu banyak komponen yang dinilai, sehingga terkadang banyak penilaian yang terlewati. Jenis penilaian autentik yang ada diantaranya yaitu penilaian proyek, kinerja, portofolio dan penilaian tertulis. Pada pelaksanaannya, guru hanya melakukan beberapa jenis penilaian saja, sedangkan jenis penilaian yang lain dilakukan tidak pada saat proses belajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan penilaian di sekolah belum sesuai dengan petunjuk pelaksanaan penilaian autentik. Pada penentuan kriteria penilaian guru belum menyesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi. Selama ini guru mengadopsi kriteria penilaian yang ada pada buku guru dari pemerintah saja. Hal ini telah sesuai dengan Kemdikbud (2013:7) yang menyatakan bahwa penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang sudah ditetapkan. Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 150

Secara umum masalah yang dialami dalam melakukan penilaian autentik yaitu kesulitan untuk menilai secara keseluruhan dikarenakan jenis penilaian yang cukup banyak. Akhirnya guru merasa tidak fokus pada pembelajaran, justru disibukkan oleh penilaian. Guru juga harus menilai peserta didik secara individual, mulai sebelum pembelajaran dimulai hingga selesai pembelajaran. Proses penilaian menyita banyak waktu sehingga fokus guru terhadap pembelajaran menjadi terganggu. Guru sering mengalami kekurangan waktu pada saat proses penilaian autentik, selain itu perekapan nilai juga membuat guru kerja dua kali karena setelah melakukan penilaian pada saat pembelajaran guru juga harus merekap nilai lagi untuk menentukan nilai atau skor akhir. Sejauh ini yang dilakukan guru adalah melaksanakan penilaian autentik secara tidak menyeluruh, misalnya pada penilaian sikap guru hanya mengamati sikap dan perilaku peserta didik dalam keseharian, tidak menilainya setiap kali pembelajaran.

Pembelajaran IPS SD | 151

E. Rangkuman

   

RANGKUMAN Problematika pendekatan saintifik dilihat dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Problematika perencanaan pembelajaran terutama dalam pembuatan silabus dan RPP. Problematika pelaksanaan pembelajaran kurang sesuai dengan perencanaan sehingga siswa kurang antusias dalam pembelajaran. Problematika penilaian pembelajaran kurang menggambarkan komptensi nyata siswa. Kurang menggunakan jenis-jenis penilaian autentik yang ada.

F. Tugas Berikut ini kerjakan dengan benar dan tepat! 1. Bagaimana problematika perencanaan pembelajaran dalam pendekatan saintifik? 2. Bagaimana problematika pelaksanaan pembelajaran dalam pendekatan saintifik? 3. Bagaimana problematika penilaian pembelajaran dalam pendekatan saintifik? 4. Simpulkan terkait kajian problematika pendekatan saintifik di atas?

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 152

G. Daftar Rujukan Akbar, Sa’dun. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Efendi, Mohammad. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Pengantar ke Arah Pemahaman KBK, KTSP, SBI. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. Kemendikbud 2013. Diklat Guru dalam implementasi kurikulum 2013: Konsep Pendekatan Saintifik. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. Wardani, dkk. 1999.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta.Depdikbud.

Pembelajaran IPS SD | 153

BAB 9

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN EDUKATIF DETEKTIF CILIK A. Pendahuluan Kurikulum 2013 menuntut keterlibatan siswa sepenuhnya dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran harus ditunjang dengan terciptanya situasi dan kondisi belajar yang mendukung sehingga dapat menumbuhkan motivasi dan semangat untuk belajar. Seringkali motivasi dan semangat siswa dalam belajar menurun karena rutinitas di sekolah dengan adanya tugas, ulangan harian maupun beban belajar lainnya sehingga menimbulkan kepenatan dan kejenuhan. Untuk mengatasi kepenatan dan kejenuhan belajar guru dapat menciptakan sebuah kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Bagaimanakah bentuk kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa ? Pengembangan kegiatan pembelajaran dalam bentuk permainan dapat dijadikan sebagai alternatif bagi guru untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan di kelas. Sebagai contoh setelah melewati masa liburan, siswa biasanya terlihat sangat energik Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 154

dan mudah bosan. Ketika masa seperti ini maka permainan yang memakan banyak energi dapat membantu memusatkan fokus siswa untuk kembali belajar (Nur’aini, 2008:16). Bermain adalah kegiatan yang menyenangkan untuk anak-anak bahkan untuk orang dewasa karena dapat menimbulkan kesenangan dan semangat untuk memenangkan sebuah permainan. Selain itu, permainan menurut Nurdin (2009:65) juga dapat mengundang rasa ingin tahu, menantang, mengaktifkan mental, fisik, psikis, serta mengembangkan kreativitas. Pembelajaran dengan permainan dapat dikembangkan dengan kegiatan bermain sambil belajar,. Permainan dapat menyerap perhatian siswa dan mengikutsertakan mereka ke dalam proses belajar yang aktif. Saat bermain siswa dapat belajar memahami konsep dan ide baru dalam belajar. Siswa dapat melihat materi yang diajarkan dari perspektif yang belum mereka ketahui sebelumnya, sehingga mereka akan mulai bereksperimen dengan hal-hal yang baru dalam belajar melalui sebuah permainan. Pada saat bermain, tanpa disadari siswa banyak berinteraksi dengan materi yang sedang diajarkan. Di dalam permainan, para siswa banyak melewati momen yang sulit dilupakan sehingga membuat mereka mudah mengingat materi yang disampaikan. B. Deskripsi Model pembelajaran memiliki peran penting dalam kegiatan pembelajaran karena menjelaskan bagaimana cara guru menyampaikan materi kepada siswanya agar kegiatan Pembelajaran IPS SD | 155

pembelajaran menjadi lebih fokus dan terarah. Pemilihan model belajar yang tepat akan memudahkan siswa dalam belajar. Selain tepat model pembelajaran menurut Nurdin (2009:34) juga harus inovatif dan dapat memberikan ruang yang luas bagi aktualisasi diri siswa sehingga dapat memunculkan kegembiraan belajar. Bermain sambil belajar merupakan salah satu kegiatan belajar paling efektif dalam menciptakan kegembiraan belajar, Menurut Semiawan (2008:21) bermain adalah suatu kegiatan yang serius tapi menyenangkan sebagai medium anak untuk mencobakan dirinya. Melalui bermain anak mencoba secara nyata bukan hanya sekedar imajinasi atau fantasi secara aktif sehingga anak bermain secara bebas melatih dirinya sesuai kemauan maupun kecepatannya sendiri. Melalui metode permainan siswa juga bisa memperoleh beberapa keterampilan tambahan di luar materi yang diajarkan, seperti keterampilan dalam bekerja sama, berpikir kritis, dan menyelesaikan masalah. Model permainan edukatif dikemas dalam bentuk permainan sehingga dalam langkah-langkah penerapannya siswa melakukan kegiatan bermain sambil belajar. Permainan edukatif menurut Suyadi (2009:33) adalah sebuah bentuk kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan dari cara atau alat pendidikan yang digunakan dalam kegiatan bermain, yang disadari atau tidak memiliki muatan pendidikan yang dapat bermanfaat dalam mengembangkan diri secara seutuhnya. Permainan edukatif detektif cilik dikembangkan dalam bentuk permainan untuk mengasah pemahaman dan melatih keterampilan sosial Dalam permainan Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 156

ini, siswa akan mencoba berperan dan berimajinasi sebagai sebuah kelompok detektif yang memiliki tugas untuk menyelesaikan sebuah kasus yang tersembunyi dengan kode tertentu. Siswa bekerja sama dalam kelompoknya mencari dan menyelesaikan sebuah kasus yang berisi materi pembelajaran dari pos satu ke pos selanjutnya hingga pos terakhir (finish), sehingga selain aktif menyelesaikan kasus siswa juga harus aktif bergerak menemukan kasus dan menuju lokasi pos-pos selanjutnya. C. Desain Permainan di desain sebagai model pembelajaran di luar kelas yang digunakan sebagai alternatif kegiatan pembelajaran di sekolah. Sebagai model pembelajaran, permainan ini bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Siswa dapat belajar secara mandiri sesuai alur permainan. Permainan ini memuat keterampilan proses yang terdiri dari mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengkomunikasikan dan menyimpulkan. Desain permainan ini disesuaikan dengan karakteristik siswa usia sekolah dasar.

Pembelajaran IPS SD | 157

Siswa menuju posnya

4m m

P O Kelompok 5

Guru Mengawasi aktivitas siswa dalam bermain

P O Kelompok 1

5m

5m

Halaman Sekolah

Kelompok 4

P O

Kelompok 3

Siswa menuju pos selanjutnya untuk mencari kasus Kelompok 2

P O 8m

Gambar Desain Permainan Edukatif Detektif Cilik

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 158

P O

a. Durasi Metode ini berbentuk permainan edukatif yang dapat diterapkan untuk 1 jam (60 menit) atau 2x jam pelajaran. Durasi waktu dapat dipersingkat atau diperpanjang, misal jika durasi dipersingkat maka pos-pos kasus dapat dikurangi atau ditambah sesuai kebutuhan belajar siswa. b. Area Metode ini harus dimainkan di luar kelas sehingga membutuhkan area tertentu. Sesuai desain permainan ini dirancang 8 m x 5 m sehingga dapat digunakan halaman sekolah atau lokasi sekolah lainnya yang memungkinkan untuk digunakan sebagai area permainan. c. Jumlah pemain Metode ini termasuk kedalam social play sehingga harus dimainkan dalam kelompok yang idealnya dibentuk 5 kelompok belajar dalam satu kelas yang terdiri dari 5-6 orang anak. d. Perlengkapan (contoh desain terlampir)  Panduan Petunjuk Siswa Panduan petunjuk siswa berisi tentang langkahlangkah dan aturan dalam permainan yang digunakan sebagai panduan dalam melakukan permainan.  Kasus Kasus memuat materi-materi yang berisi soal-soal pemecahan masalah sesuai muatan yang dibelajarkan pada siswa. Kasus adalah point terpenting dalam Pembelajaran IPS SD | 159

permainan ini karena disinilah siswa mulai menggunakan pengetahuan dan pemahaman yang dimilikinya dari kegiatan pembelajaran guna menyelesaikan kasus-kasus dengan benar yang akan dinilai oleh guru.  Tanda Pos Tanda pos digunakan untuk menentukan lokasi pos 1 sampai pos 5. Jarak antara pos satu dengan pos lainnya sepanjang 4 meter dari keseluruhan lokasi permainan yang digunakan yakni 8 meter x 5 meter. Tanda pos dapat menggunakan gambar, bendera, atau benda-benda lain yang ada di sekolah yang mudah dilihat oleh siswa. e. Alur Permainan

Permainan ini kelompok siswa akan menyelesaikan tugas dari pos satu ke pos selanjutnya. Setiap kelompok memulai permainan pada Pos atau Homenya masing-masing, yakni kelompok satu menempati pos 1, kelompok dua menempati pos 2 hingga kelompok 5 menempati pos 5. Sebelum permainan dimulai, setiap kelompok diberi tugas menyembunyikan kasus-kasus pada lokasi posnya masingmasing. Setiap kelompok memiliki kode kasus yang berbeda sehingga kasus yang dicari dan diselesaikan pada pos yang Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 160

dituju harus sesuai dengan kode mereka. Berikut alur dari setiap kelompok.  Kelompok 1 menyelesaikan kasus dari, Pos 1 Pos 2 Pos 3 Pos 4 Pos 5 (finish)  Kelompok 2 menyelesaikan kasus dari Pos 2 Pos 3 Pos 4 Pos 5 Pos 1 (finish)  Kelompok 3 menyelesaikan kasus dari Pos 3 Pos 4 Pos 5 Pos 1 Pos 2 (finish)  Kelompok 4 menyelesaikan kasus dari Pos 4 Pos 5 Pos 1 Pos 2 Pos 3 (finish)  Kelompok 5 menyelesaikan kasus dari Pos 5 Pos 1 Pos 2 Pos 3 Pos 4 (finish)

D. Peran Guru Dalam Permainan 1. Guru berperan sebagai pemberi kasus kepada siswa atau bisa disebut sebagai “Klien” yang meminta siswa menyelesaikan kasus sesuai dengan kode yang diberikannya. 2. Guru berperan untuk memeriksa kebenaran dari penyelesaian kasus-kasus siswa. 3. Untuk jalannya permainan, guru berperan sebagai fasilitator dan pengawas jalannya permainan yakni misal jika ada siswa yang melanggar permainan maka guru dapat mengingatkan atau jika ada kelompok yang mengalami kesulitan guru dapat memberi bantuan.

Pembelajaran IPS SD | 161

E. Langkah-Langkah Permainan Langkah-langkah penerapan metode edukatif Detektif Cilik adalah sebagai berikut.

permainan

Persiapan (Mengamati dan Menanya) (1) Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 5-6 orang anak. (2) Sebelum permainan dimulai, setiap kelompok mendapat penjelasan tentang aturan permainan dan mendapatkan perlengkapan yang dibutuhkan selama permainan dari guru.

Pelaksanaan (Mencoba dan Menalar) (3) Setiap kelompok menempati posnya masin-masing dan menyembunyikan kasus pada lokasi pos tersebut. (4) Setiap kelompok menuju pos selanjutnya untuk mencari kasus sesuai dengan kode yang dimilikinya. (5) Kelompok mendiskusikan pemecahan kasus yang ditemukan. (6) Setelah selesai mengerjakan kasusnya siswa menuju ke pos selanjutnya. (7) Siswa mengulangi kegiatan untuk mendiskusikan dan menyelesaikan kasusnya agar dapat menuju ke pos terakhir.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 162

Pembahasan/Tindak Lanjut (Mengkomunikasikan dan Menyimpulkan) (8) Setiap kelompok menyusun laporan hasil pemecahan masalah. (9) Setiap kelompok mempresentasikan hasil pemecahan kasusnya. (10) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang dilkukan. F. Aturan Permainan a. Setiap kelompok harus menempati posnya masing-masing. b. Setiap kelompok bertugas untuk menyembunyikan kasus pada posnya. c. Setiap kelompok harus menyelesaikan kasus sesuai kode yang dimilikunya. d. Setiap kelompok yang menemukan kasus yang memiliki kode berbeda harus megembalikan pada tempatnya. e. Setelah menemukan kasusnya, setiap kelompok harus mendiskusikan hasil pemecahan masalahnya. f. Setiap anggota kelompok harus ikut serta dan terlibat aktif dalam kegiatan mencari dan menyelesaikan kasus g. Kelompok yang curang dapat didiskualikasi dari permainan

Pembelajaran IPS SD | 163

G. Kriteria Keberhasilan Kriteria keberhasilan pada penerapan permainan edukatif Detektif Cilik adalah setiap siswa atau kelompok dapat terlibat aktif dalam kegiatan bermain sambil belajar dan terciptanya pembelajaran yang menyenangkan. Selain itu, kriteria keberhasilan permainan edukatif Detektif Cilik terdapat pada aspek pemahaman dan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah, kelincahan dan ketangkasan dalam bergerak, serta tumbuhnya sikap kerja sama, tanggung jawab dan jujur dalam melakukan permainan. H. Kelemahan Dan Kelebihan Kelebihan 1. Menciptakan pembelajaran aktif dan menyenangkan bagi siswa melalui permainan edukatif. 2. Menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa melalui kegiatan permainan edukatif. 3. Melatih pemahaman siswa dalam menyelesaikan kasus pemecahan masalah. 4. Melatih keterampilan dalam bekerjasama dalam sebuah kelompok. Kelemahan 1. Membutuhkan persiapan khusus sebelum pelaksanaan permainan untuk membuat perlengkapan permainan. 2. Membutuhkan durasi waktu yang cukup panjang dalam kegiatan pembelajaran. 3. Membutuhkan area halaman sekolah yang cukup luas. Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 164

I.

Contoh Rpp Penerapan Permainan Detektif Cilik

Kompetensi Inti 1.

2. 3.

4.

Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri, dan cinta tanah air dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru. Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Kompetensi Dasar Dan Indikator Matematika 1.1 Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya 2.1 Menunjukkan perilaku patuh, tertib dan mengikuti prosedur dalam melakukan operasi hitung campuran 3.14 Memahami penambahan dan pengurangan bilangan desimal 3.14.1 Melakukan operasi hitung bilangan desimal.

Pembelajaran IPS SD | 165

4.1

Mengemukakan kembali dengan kalimat sendiri , menyatakan kalimat matematika dan memecahkan masalah dengan efektif permasalahan yang berkaitan dengan KPK dan FPB, satuan kuantitas, desimal dan persen terkait dengan aktivitas sehari-hari di rumah, sekolah, atau tempat bermain serta memeriksa kebenarannya 4.1.1 Memecahkan masalah dalam kehidupan seharihari menggunakan konsep desimal dan persen melalui teks bacaan Ilmu Pengetahuan Alam 1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya, serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; obyektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hatihati; bertanggung jawab; terbuka; dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi 3.7 Mendeskrisikan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat 3.7.1 Mengidentifikasi dan menjelaskan satu teknologi tradisional/modern dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan survey/observasi. 4.6 Menyajikan laporan tentang sumberdaya alam dan pemanfaatannya oleh masyarakat

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 166

4.6.1

Membuat laporan dari hasil survey tentang salah satu teknologi tradisional/modern dalam kehidupan sehari-hari Bahasa Indonesia 1.2 Mengakui dan mensyukuri anugerah Tuhan yang Maha Esa atas keberadaan lingkungan dan sumber daya alam, alat teknologi modern dan tradisional, perkembangan teknologi, energi, serta permasalahan sosial 2.4 Memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan sumber daya alam melalui pemanfaatan bahasa Indonesia 3.4 Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku 3.4.1 Menemukan informasi tentang teknologi pengolahan persawahan Subak melalui kegiatan membaca dan menganalisis. 4.4 Menyajikan teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam secara mandiri dalam teks bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku 4.4.1 Menjelaskan melalui tulisan tentang satu sumber daya alam di lingkungan sekitar serta teknologi pengolahannya menggunakan kosa kata baku. SBdP 1.1 Mengagumi ciri khas keindahan karya seni dan karya kreatif masing-masing daerah sebagai anugerah Tuhan Pembelajaran IPS SD | 167

2.2

3.4

4.1

4.2

Menunjukkan rasa ingin tahu dalam mengamati alam di lingkungan sekitar untuk mendapatkan ide dalam berkarya seni Mengetahui berbagai alur cara dan pengolahan media karya kreatif 3.4.1 Mengetahui cara membuat kolase gambar. Menggambar berdasarkan tema 4.1.1 Menggambar tempat wisata yang pernah dikunjungi Membuat karya seni kolase dengan berbagai bahan 4.2.1 Membuat kolase gambar alam yang telah dibuat menggunakan jerami dan bahan alam lainnya serta menuliskan petunjuk cara pembuatannya.

Tujuan Pembelajaran 1. Melalui pengamatan dan pemberian tugas, siswa dapat melakukan operasi hitung bilangan desimal dengan benar. 2. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari menggunakan konsep desimal dan persen melalui teks bacaan dengan benar. 3. Melalui kegiatan membaca teks, siswa dapat mengidentifikasi dan menjelaskan hubungan antara teknologi subak dengan kehidupan masyarakatnya dengan benar. 4. Melalui permainan Detektif Cilik, siswa dapat mengidentifikasi dan menjelaskan teknologi

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 168

5.

6.

7. 8. 9.

tradisional/modern dalam kehidupan sehari-hari dengan benar. Melalui kerja kelompok, siswa dapat membuat laporan tentang salah satu teknologi tradisional/modern dalam kehidupan sehari-hari dengan benar. Melalui pembuatan laporan, siswa dapat menjelaskan melalui tulisan tentang satu sumber daya alam di lingkungan sekitar serta teknologi pengolahannya menggunakan kosa kata baku dengan benar. Melalui demonstrasi guru, siswa dapat mengetahui cara membuat kolase gambar dengan benar. Melalui pemberian tugas, siswa dapat menggambar tempat wisata yang pernah dikunjungi dengan benar. Melalui pemberian tugas, siswa dapat membuat kolase gambar alam yang telah dibuat menggunakan jerami dan bahan alam lainnya serta menuliskan petunjuk cara pembuatannya dengan benar.

Pembelajaran IPS SD | 169

Skenario Pembelajaran Kegiatan Awal (20 menit)

Deskripsi Kegiatan 1. Pra KBM  Salam  Doa  Presensi 2. Apersepsi Siswa diberi pertanyaan guna mengawali kegiatan pembelajaran, “Anak-anak tahukah kalian bahwa banyak terdapat sumber daya alam disekitar kita ?” “Coba sebutkan apa sajakah itu ?” “Apakah barang-barang tersebut dapat kita gunankan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari ?” 3. Informasi Materi Pembelajaran Menginformasikan tema dan materi yang akan dibelajarkan. “Anak-anak hari ini kita akan belajar tentang tema 6 Indahnya Negeriku, subtema Keindahan Alam Negeriku dengan materi menghitung prosentase, menganalisis bacaan, teknologi pengelola SDA, serta kolase gambar”.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 170

4.

Informasi Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Menyampaikan tujuan pembelajaran, “Anak-anak tujuan kita belajar hari ini adalah agar kalian dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengelolaan SDA disekitar menggunakan teknologi serta menghitung prosentase suatu barang dalam kehidupan sehari-hari” 5. Informasi Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan “Kegiatan belajar kita hari ini adalah diskusi, kerja kelompok, permainan “Detektif Cilik” dan membuat kolase”. Inti I 1. Siswa membaca teks tentang produksi padi (110 menit) di kabupaten Tabanan. 2. Siswa menghitung jumlah produksi padi yang dihasilkan oleh kabupaten lainnya di Bali berdasarkan informasi dari bacaan. 3. Siswa menghitung jumlah produksi padi yang dihasilkan daerah lainnya di Bali, berdasarkan contoh. 4. Siswa mencermati bacaan tentang teknologi Subak, kemudian menganalisis isi bacaan dan mencari hubungan sebab akibat yang Pembelajaran IPS SD | 171

5. 6. 7. 8.

9. 10.

11.

12. 13.

14.

kemudian terjadi pada kehidupan masyarakat di Bali dengan adanya Subak. Siswa menuliskan dalam bagan sebab akibat yang tersedia. Siswa menuliskan kesimpulan mereka tentang Subak. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari lima orang anak. Siswa bersama kelompoknya mencari teknologi baik tradisional atau modern yang digunakan dalam mengelola sumber daya melalui permainan Dtektif Cilik. Setiap kelompok mendapat lembar petunjuk panduan permainan Detektif Cilik Setiap kelompok bertugas mencari kasus rahasia pada pos-pos yang telah ditentukan oleh guru. Setelah menyelesaikan permainan, masingmasing kelompok mempresentasikan hasil pemecahan kasus utamanya kepada temantemannya. Siswa menjelaskan dengan singkat teknologi tersebut. Siswa bersama guru membahas dan mengklarifikasi kembali tentang teknologi yang digunakan dalam mengelola sumber daya alam Kelompok yang berhasil memecahkan

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 172

15.

16.

17. 18.

Penutup (35 menit)

kasusnya dengan benar diberi penghargaan Siswa menyusun laporan kelompok tentang kelebihan dan kekurangan teknologi tersebut, serta membuat kesimpulannya. Kegiatan dilanjutkan dengan siswa membuat kerajinan memakai pelepah pisang kering atau kulit jagung yang telah dikeringkan, di atas pola gambar pemandangan alam. (Siswa telah belajar cara menggambar pemandangan alam di semester sebelumnya). Siswa bisa menyiapkan bahan-bahan tersebut pada hari sebelumnya. Siswa bisa melanjutkan tugas ini di rumah, jika tidak selesai di sekolah.

1. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan materi yang belum dipahami. 2. Siswa diberi materi tindak lanjut dapat berupa tambahan dan pembenahan konsep, remidial dan pengayaan. 3. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan. 4. Siswa didorong guru untuk merefleksikan kegiatan pembelajaran. 5. Do’a 6. Salam penutup Pembelajaran IPS SD | 173

Prosedur Penilain. a. Proses : Bermain Detektif Cilik b. Hasil : Skor Permainan Detektif Cilik dan Kolase Gambar c. Sikap : Percaya diri, Teliti, Santun Teknik Penilaian a. Proses : Observasi/Pengamatan Bermain Detektif Cilik b. Hasil : Penilaian Permainan Detektif Cilik dan Kolase Gambar c. Sikap : Observasi/Pengamatan Sikap Percaya diri, Teliti, Santun Lampiran a. Lampiran I : Rangkuman Materi b. Lampiran II : Media Gambar c. Lampiran III : Lembar Kerja Siswa d. Lampiran IV : Lembar Penilaian Proses e. Lampiran V : Lembar Penilain Hasil f. Lampiran VI : Lembar Penilaian Sikap g. Lampiran VII : Lembar Perolehan Skor Akhir Siswa

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 174

Lampiran I RANGKUMAN MATERI Sumber Daya Alam (SDA) A. Pengertian Sumber Daya Alam adalah kekayaan alam yang dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sumber Daya Alam berdasarkan jenisnya terdiri atas 2 macam, yaitu, 1. Sumber Daya Alam Hayati, artinya sumber daya alam yang berasal dari makhluk hidup Contoh : kapas, woll, kedele, susu, obat-obatan herbal, kayu, keju, dsb. 2. Sumber Daya Alam Non Hayati, artinya sumber daya alam yang bukan berasal dari makhluk hidup Contoh : tanah, air, matahari, udara, barang-barang tambang, dsb Sumber Daya Alam berdasarkan sifatnya terdiri atas 2 macam, yaitu : 1. Sumber Daya Alam yang dapat diperbarui, artinya sumber daya alam yang tidak mudah habis walaupun digunakan terus menerus. Contoh : Air, udara, matahari, tanah, hewan, tumbuhan (hutan)

Pembelajaran IPS SD | 175

2. Sumber Daya Alam yang tidak dapat diperbarui, artinya sumber daya alam yang mudah habis apabila digunakan terus menerus. Contoh : Barang-barang tambang (minyak bumi, batubara, gas, emas, perak, tembaga, aluminium, dsb). B. Hubungan Sumber Daya Alam dengan Lingkungan Sumber daya alam dapat berupa kumpulan beraneka ragam makhluk hidup maupun benda-benda tak hidup yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia. Dalam pemanfaatan sumber daya alam memerlukan ilmu pengetahuan dan teknologi antara lain cara penggunaan teknologi yang tepat dan ekonomis agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan dan tidak mengganggu lingkungan. 1. Berbagai Jenis Sumber Daya Alam berdasarkan manfaatnya, sumber daya alam terbagi menjadi: a. Sumber daya alam penghasil energi seperti matahari, gelombang laut, gas bumi, dan angin. b. Sumber daya alam penghasil bahan baku seperti hutan, laut, dan tanah. c. Sumber daya alam untuk kenyamanan seperti udara bersih dan pemandangan alam. 2. Sedangkan menurut ketersediaanya di alam dapat dikelompokkan menjadi: a. Sumber daya alam yang kekal seperti sinar matahari, ombak, angin,air terjun, dan arus laut merupakan Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 176

sumber daya alam yang selalu tersedia dan tidak akan habis meskipun setiap saat dimanfaatkan. b. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak bumi, batu bara, logam (aluminium, bijih besi, dan sebagainya) dan gas bumi merupakan sumber daya alam dengan persediaan yang terbatas dan tidak dapat dibuat atau dibentuk lagi setelah habis. c. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui seperti berbagai jenis tumbuhan dan hewan merupakan sumber daya alam yang dapat dibentuk lagi jika rusak atau habis. 3. Jika dilihat menurut jenisnya, kita akan mendapati dua macam sumber daya alam yaitu: a. Sumber daya alam nonhayati, meliputi segala sesuatu yang bukan makhluk hidup, seperti udara, batu bara, logam, dan lain-lain. b. Sumber daya alam hayati, meliputi berbagai makhluk hidup, seperti berbagai mikroorganisme, tumbuhan, dan hewan. C. Hubungan Sumber Daya Alam dengan Teknologi Sumber daya alam merupakan kekayaan alam yang diciptakan oleh Tuhan untuk kesejahteraan manusia. Semua yang ada di alam ini merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Kemajuan teknologi sangat membantu manusia mengolah sumber daya alam untuk mendatangkan manfaat yang sebanyak-banyaknya. Sumber Pembelajaran IPS SD | 177

daya alam ada yang dapat dimanfaatkan secara langsung, ada pula yang harus diolah lebih dahulu dengan menggunakan teknologi. Benda-benda yang dibuat dengan teknologi menjadi sangat berbeda dengan bahan asalnya. Pembuatan benda yang memerlukan teknologi sederhana misalnya pembuatan tempe, tahu dari bahan dasar kedelai. Pembuatan benda-benda yang memerlukan teknologi yang agak rumit. Misalnya, pembuatan kertas dari kayu, pembuatan kain, dan pembuatan barangbarang dari karet. Mari kita lihat proses pembuatan benda yang dipakai sehari-hari dengan menggunakan teknologi. 1. Pembuatan Kertas Tahukah kamu dari apakah kertas dibuat? Apa bahan dasarnya? Bahan dasar kertas ada yang berasal dari merang padi, ada yang dari kayu yang jenisnya tidak keras seperti kayu albasia. Proses pembuatan kertas sebagai berikut. a. Kayu dipotong-potong dan dihaluskan. b. Dibuat bubur kertas dan dicampur dengan perekat dan pemutih. c. Dengan menggunakan mesin diproses menjadi kertas. d. Hasilnya berupa berbagai jenis kertas. 2. Pembuatan Bahan Pakaian Pakaian yang kita pakai saat ini bahan asalnya dapat dari hewan ataupun tumbuhan. Contohnya kain katun berasal dari bunga kapas, woldari bulu domba dan kain sutera dari serat yang diambil dari kepompong ulat sutera. Berikut kita pelajari pembuatan kain sutera ! Kain sutera Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 178

berharga mahal karena mutunya bagus. Kain sutera sangat halus dan lembut. Kita sudah tahu bahwa kain sutera berasal dari kepompong ulat sutera. Kepompong ulat sutera dibuat dari air liur ulat. Air liur mengeras membentuk serat benang. Dengan menggunakan teknologi di pabrik serat kepompong ulat sutera dipintal menjadi benang. Benang kemudian ditenun menjadi kain sutera.

Pembelajaran IPS SD | 179

Lampiran II MEDIA PEMBELAJARAN Gambar Pemandangan Sawah di Bali

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 180

Lembar Petunjuk Permainan Untuk Siswa PETUNJUK PERMAINAN EDUKATIF DETEKTIF CILIK Haii, calon anggota Detektif Cilik !!! Untuk dapat menjadi anggota Detektif Cilik kamu harus menyelesaikan kasus-kasus tersembunyi. Ikutilah petunjuk di bawah ini agar kamu berhasil ! Langkah-Langkah Permainan 1. Bentuklah kelompok yang teridiri dari 5-6 anak dan tentuknlah ketua kelompokmu. 2. Setiap kelompok akan menempati posnya masing-masing sesuai lokasi yang ditentukan 3. Setiap kelompok akan diberikan kumpulan kasus untuk disembunyikan pada lokasi posnya masing-masing. 4. Carilah kasus sesuai dengan kode kasusmu pada lokasi pos yang harus kamu tuju sesuai petunjuk pada peta. 5. Selesaikan dan diskusikan jawaban dari kasus yang kamu temukan bersama anggota kelompokmu. 6. Setelah kasus tersebut berhasil kamu selesaikan maka kamu dapat menuju pos kasus selanjutnya sesuai petunjuk pada peta. 7. Selesaikan kasus dengan cepat agar kamu dapat menjadi juara pada permainan ini !

a. b. c.

Aturan Permainan Setiap kelompok harus menempati posnya masing-masing. Setiap kelompok bertugas untuk menyembunyikan kasus pada posnya. Setiap kelompok harus menyelesaikan kasus sesuai kode yang dimilikunya.

Pembelajaran IPS SD | 181

e. f. g. h.

Setiap kelompok yang menemukan kasus yang memiliki kode berbeda harus megembalikan pada tempatnya. Setelah menemukan kasusnya, setiap kelompok harus mendiskusikan hasil pemecahan masalahnya. Setiap anggota kelompok harus ikut serta dan terlibat aktif dalam kegiatan mencari dan menyelesaikan kasus Kelompok yang curang dapat didiskualikasi dari permainan

Semoga Berhasil !!!!

Contoh Gulungan Kasus

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 182

Lampiran III LEMBAR KERJA SISWA 1 Nama : Kelas/Semester : ............../.................

Tabanan Penyumbang Produksi Gabah Terbesar di Bali Salah satu objek wisata yang mempunyai ciri khas Bali, yaitu desa Jatiluwih,dengan hamparan persawahan berundak/terasering seluas 636 hektar. Jatiluwih berada di Kabupaten Tabanan, kurang lebih 40 km dari pusat kota Tabanan dan 60 km dari Denpasar. Lokasi objek wisata Jatiluwih berada di daerah pegunungan Batukaru dengan hawa yang sejuk dan tentunya hamparan sawah berundak yang sangat indah. Selain itu, Jatilluwih menjadi daerah dengan kontribusi terbesar produksi gabah. Total produksi padi 2012 mencapai 865.500 ton gabah kering giling. Total produksi padi 2012 mencapai 865.500 ton gabah kering giling (GKG). Dari total jumlah tersebut, daerah lumbung padi, yakni Tabanan menyumbang 25,73%. Lebih banyak dari kabupaten/kota lainnya di Bali saat ini, seperti Gianyar yang hanya mencapai 20,10%, Buleleng 14,86%, Badung 13,95%, sedangkan kabupaten lainnya konstribusinya masih di bawah 10%. Kontribusi terendah diberikan Bangli, yakni sebesar 3,25%. Data BPS (Biro Pusat Statistik) Provinsi Bali mencatat, angka sementara 2012 mencatat produksi padi tahun itu mengalami peningkatan sebesar 7.500 ton GKG, sebelumnya 2011 produksi padi telah mengalami penurunan sebesar 10.500 ton Pembelajaran IPS SD | 183

GKG. Selain memiliki panorama keindahan yang luarbiasa, Jatiluwih juga telah memberikan peranan yang penting dalam menghasilkan sumber daya alam hayati bagi masyarakatnya.

Dari bacaan diatas, hitung jumlah produksi padi yang dihasilkan daerah-daeran lain di Bali ! 1. Gianyar

2. Buleleng

3. Badung

4. Bangli

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 184

Lembar Kerja Kelompok I Kelas/Semester Nama Kelompok

: ............../................. : 1. 2. 3.

4. 5. 6.

KASUS 1

1. Buatlah lima pertanyaan yang ingin kamu ketahui tentang gambar di atas ? a. ................................................................................................. b. ................................................................................................. c. ................................................................................................. d. ................................................................................................. e. .................................................................................................

Pembelajaran IPS SD | 185

2. Sumber daya alam apakah yang ada pada gambar tersebut ? ........................................................................................................ ........................................................................................................ 3. Teknologi apakah yang dibutuhkan untuk mengolah sumber daya alam tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan manusia ? ........................................................................................................ ........................................................................................................ ........................................................................................................ ........................................................................................................ ........................................................................................................ ........................................................................................................ ........................................................................................................ ........................................................................................................

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 186

Lembar Kerja Kelompok II Kelas/Semester : ............../................. Nama Kelompok : 1. 2. 3.

4. 5. 6.

KASUS 2

Bandarlampung (ANTARA News) - Menteri Pertanian Amran Sulaiman dijadwalkan mencanangkan gerakan tanam padi di Pekon Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus, Lampung pada 12 Februari 2015.Selain Menteri Pertanian mantan presiden Megawati juga dijadwalkan hadir pada acara tersebut. Acara utama yakni pencanangan gerakan tanam padi. Kemudian, secara simbolis menyerahkan bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) dan kunjungan ke kelompok peternak penerima bantuan sapi dan kambing di Pekon Sidorejo Kecamatan Sumberrejo. Pada hari Jumat (13/2) Mentan dijadwalkan mengunjungi PT Agrogiri Perkasa/Juang Pembelajaran IPS SD | 187

Jaya Kecamatan Sidomulyo Lampung Selatan. Acara kunjungan ini merupakan tindaklanjut dari Surat Menteri Pertanian RI no 27/PD.110/M/1/2015 tanggal 30 Januari 2015 perihal Gerakan Tanam Padi untuk Swasembada Pangan. Serta tindaklanjut dari penandatangan pakta integritas antara Korem/Kodim dengan Dinas Pertanian se-Provinsi Lampungsekaligus mendukung pencapaian peningkatan produksi padi di provinsi ini tahun 2015--2016. 1. Sumber daya alam pada yang dihasilkan di Pekon Palau Panggung, Kabupaten Talamus, Lampung ? ..................................................................................................... ..................................................................................................... ..................................................................................................... ..................................................................................................... ........................................................................................ 2. Teknologi apa yang ingin dikembangkan oleh Menteri Pertanian di Pekon Palau Panggung, Kabupaten Talamus, Lampung ? ..................................................................................................... ..................................................................................................... ..................................................................................................... 3. Mengapa teknologi tersebut perlu dikembangkan ? Jelaskan ! ..................................................................................................... ..................................................................................................... .....................................................................................................

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 188

Lembar Kerja Kelompok III Kelas/Semester : ............../................. Nama Kelompok : 1. 2. 3.

4. 5. 6.

KASUS 3

NATUNA (BP) - Anggota Polres Natuna berhasil menangkap pelaku penebangan liar hutan di Tunggul Tambun, Desa Kelarik Utara.. Dalam penangkapan yang dilakukan Selasa (20/1), polisi berhasil mengamankan enam tersangka, termasuk KS, 42 yang merupakan bos penebangan liar ini. Kapolres Natuna AKBP Amazona Pelamonia menunjukkan kayu ilegal yang berhasil diamankan beserta tersangka. Lokasi pembalakan hutan ini kata Kapolres, cukup jauh dan perlu perjalanan satu jam menggunakan sepeda motor menuju Pembelajaran IPS SD | 189

lokasi. Kata Kapolres, temuan ini merupakan hasil laporan warga, tentang adanya aktivitas pembalakan hutan. ”Selain tersangka, kami juga mengamankan lima mesin pemotong kayu,” katanya. Kayu olahan sebanyak 2.400 batang ini, terdiri 25% papan, 15% broti, dan 35% balok. Jenis kayu yang ditebang merupakan kayu yang dilindungi dan akan punah di Natuna. Seperti kayu balau, meranti, meranti batu, melur, mentulung dan kayu jenis resak. Kapolres mengatakan, dari informasi masyarakat, kayu olahan pembalakan, tidak hanya digunakan untuk kebutuhan lokal. Namun sudah dijual ke luar, seperti Pontianak dan Anambas. KS sendiri, selain mempekerjakan lima pekerja tersangka mengelola meubel kayu olahan. Akitivitas penebangan liar ini menurut kapolres, sudah berlangsung lama. (arn) 1. Apa yang dibahas pada teks berita diatas ? ........................................................................................................ ........................................................................................................ 2. Teknologi apa yang digunakan oleh para pelaku kejahatan itu ? ........................................................................................................ Coba hitunglah jumlah sesungguhnya papan, broti dan balok dari 2.400 batang kayu olahan ! a. Papan : ......................................................................... b. Broti : .................................................................................. c. Balok : ................................................................................... 3. Bagaimana sikapmu mengetahui adanya berita diatas ? ........................................................................................................ ........................................................................................................ Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 190

Lembar Kerja Kelompok IV Kelas/Semester : ............../................. Nama Kelompok : 1. 2. 3.

4. 5. 6.

KASUS 4 Provinsi Riau merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki banyak kekayaan sumber daya alam. Ibukota Provinsi Riau adalah Kota Pekanbar. Provinsi Riau memiliki luas 87.023,66 km². Sumber daya alam yang ada di provinsi ini, adalah minyak bumi sebanyak 30,2% dan gas alam sebanyak 14,8%, berhasil membuatnya menjadi salah satu provinsi dengan tingkat kesejahteraan penduduk yang cukup tinggi. Selain minyak bumi dan gas alam, Riau juga memiliki aset kekayaan hutan sebanayak 29,6% dan perkebunan sebanyak 25,4%. Perkebunan yang paling berkembang adalah kelapa sawit, kelapa, dan karet. Riau bahkan memiliki area seluas 1.34 juta hektar untuk perkebunan kelapa sawit. Kini, terdapat sekitar 116 pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) dengan total produksi CPO per tahun 3.386.800 ton.

Pembelajaran IPS SD | 191

1. Apa saja sumber daya alam yang dihasilkan oleh Provinsi Riau pada teks diatas ? Kelompokanlah hasil sumber daya alam Provinsi Riau berdasarkan jenis sumber daya alam hayati dan sumber daya alam non hayati ! ........................................................................................................ ........................................................................................................ ........................................................................................... 2. Teknologi apa yang dapat digunakan untuk mengolah sumber daya alam di provinsi Riau ? ........................................................................................................ ........................................................................................................ ........................................................................................................ 3. Lakukan pembulatan pada bilangan persen pada jumlah hasil sumber daya alam di Provinsi Riau ! No

Jenis Sumber Daya Alam

Persen

1. 2. 3. 4.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 192

Pembulatan

LAPORAN HASIL PENYELESAIAN KASUS Kelas/Semester : ............../................. Nama Kelompok : 1. 4. 2. 5. 3. 6. Tuliskanlah jenis-jenis teknologi pengelola sumber daya alam yang kamu temukan dari permainan Detektif Cilik ! Jenis-Jenis Teknologi 1.

....................................................................................................... ........................................................................................................ ........................................................................................................ ........................................................................................................

2.

....................................................................................................... ........................................................................................................ ........................................................................................................ ........................................................................................................ 3. ....................................................................................................... ........................................................................................................ ........................................................................................................ ........................................................................................................ 4. ....................................................................................................... ........................................................................................................ ........................................................................................................ ........................................................................................................

Pembelajaran IPS SD | 193

Lampiran V LEMBAR PENILAIAN PROSES

Ketangkasan

Kecerdasan

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Kriteria

Kerja Kelompok

SA

Nama Siswa

No.

Permainan Detektif Cilik Aspek yang Diamati

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. ... Petunjuk Penilaian : Lakukan penilaian berdasarkan Rubrik Penilaian dibawah ini ! Tuliskan pada bagian kolom sesuai kriteria yang dinilai !

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 194

Penghitungan skor akhir : Skor Maksimal = 12

Kriteria Penilaian : Skor Akhir

Kriteria

100-90

Sangat Baik

90-80

Baik

80-70

Cukup

70-60

Kurang

60>

Sangat Kurang

Pembelajaran IPS SD | 195

Rubrik Penilaian Proses Kerja Kelompok Kriteria Kerja Kelompok

Indikator  Saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas  Menghargai teman dalam satu kelompok  Mau menjawab dan menjelaskan pada anggota kelompok yang belum paham  Tidak saling mendominasi dalam kelompok

Skor

5

4

3

2

1

Ketangkasan

 Lincah dalam menyelesaikan tugas yang diberikan

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 196

5

Deskriptor jika siswa mampu mencapai semua indikator jika siswa mampu mencapai 3 indikator jika siswa mampu mencapai 2 indikator jika siswa mampu mencapai 1 indikator jika siswa tidak mampu mencapai indicator Jika siswa mampu mencapai semua

Kriteria

Indikator  Menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat sesuai batas waktunya  Tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan tugas  Aktif berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas

Skor

4

3

2

1 Kecerdasan

 Mencermati segala petunjuk yang diberikan dalam menyelesaikan tugas  Memiliki banyak ide dan pemecahan dari tugas yang diberikan

5

4

Deskriptor indikator jika siswa mampu mencapai 3 indikator jika siswa mampu mencapai 2 indikator jika siswa mampu mencapai 1 indikator jika siswa tidak mampu mencapai indicator jika siswa mampu mencapai semua indikator Jika siswa mampu mencapai 3 indikator

Pembelajaran IPS SD | 197

Kriteria

Indikator  Mampu mengumpulkan dan mengolah informasi dari tugas yang diberikan  Mampu menyelesaikan tugas dengan benar

Skor 3

2

1

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 198

Deskriptor jika siswa mampu mencapai 2 indikator jika siswa mampu mencapai 1 indikator jika siswa tidak mampu mencapai indicator

Lampiran VI LEMBAR PENILAIAN HASIL

No

Nama

LK I

LK II

LKK I, II, III, IV

Kolase

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

Pembelajaran IPS SD | 199

Keterangan Penilaian LKS LK I

LK II

Banyak Soal: 4 Soal Kunci Jawaban:

Soal : membuat bagan Kunci Jawaban: menyesuaiakan jawaban siswa

LKK I, II, III, IV (Detektif Cilik) Banyak Soal: 12 Kunci Jawaban: mennyesuaikan jawaban siswa

Kriteria

Skor

Kolase Rubrik Penilaian 60-70

71-80

 Gambar kurang jelas  Penempelan media kurang sesuai dengan objek  Penempelan tidak penuh pada objek

 Gambar cukup jelas  Penempelan media cukup sesuai dengan objek  Penempelan penuh pada objek

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 200

81-90  Gambar jelas  Penempelan media rapi sesuai dengan objek  Penempelan penuh pada objek

Percaya diri

Teliti

Santun

SA

Nama

No

Aspek yang Diamati

Kriteria

Lampiran VII LEMBAR PENILAIAN SIKAP

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 12 13 14 15

Petunjuk Penilaian : Lakukan penilaian berdasarkan Rubrik Penilaian Sikap dibawah ini ! Tuliskan pada bagian kolom sesuai kriteria yang dinilai !

Pembelajaran IPS SD | 201

Rubrik Penilaian Sikap Sikap Percaya diri

Teliti

Indikator  Berani bertanya pada guru dan pada saat kegiatan diskusi  Berani mengemukakan pendapat  Berani menanggapi pendapat dari kelompok lain  Berani tampil ke depan kelas

Skor Deskriptor jika siswa mampu 5 mencapai semua indikator jika siswa mampu 4 mencapai 3 indikator jika siswa mampu 3 mencapai 2 indikator jika siswa mampu 2 mencapai 1 indikator jika siswa tidak 1 mampu mencapai indikator Jika siswa mampu  Mengerjakan 5 mencapai semua setiap tugas yang indikator diberikan jika siswa mampu  Menyelesaikan 4 mencapai 3 tugas tepat pada indikator waktunya jika siswa mampu  Mengerjakan tugas 3 mencapai 2 sesuai dengan indikator petunjuk kerja 2 jika siswa mampu

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 202

Sikap

Santun

Indikator Skor Deskriptor mencapai 1  Mengoreksi hasil indikator pekerjaan sebelum jika siswa tidak dikumpulkan 1 mampu mencapai indikator jika siswa mampu  Berbicara dengan 5 mencapai semua sopan kepada indicator Guru Jika siswa mampu  Berbicara dengan 4 mencapai 3 sopan kepada indikator teman jika siswa mampu  Bertanya dan 3 mencapai 2 menjawab indikator pertanyaan jika siswa mampu dengan sopan 2 mencapai 1  Memakai pakaian indikator dengan rapi dan jika siswa tidak lengkap 1 mampu mencapai indikator

Pembelajaran IPS SD | 203

Penghitungan Skor Akhir Skor Maksimal = 15

Kriteria Skor Skor Akhir

Kriteria

100-90

Sangat Baik

90-80

Baik

80-70

Kurang Baik

70-60

Tidak Baik

60>

Sangat Tidak baik

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 204

LAMPIRAN VIII Perolehan Skor Akhir Siswa

No

Nama Siswa

Proses

Skor Akhir Hasil Ket. Sikap I II III

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Catatan Guru : ............................................................................................................... ............................................................................................................... ...............................................................................................................

Pembelajaran IPS SD | 205

J.

Rangkuman







RANGKUMAN Model pembelajaran detektif cilik merupakan permainan ini memuat keterampilan proses yang terdiri dari mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengkomunikasikan dan menyimpulkan. Langkah-langkah permainan sebagai berikut persiapan (mengamati dan menanya), pelaksanaan (mencoba dan menalar) pembahasan/tindak lanjut (mengkomunikasikan dan menyimpulkan) Kriteria keberhasilan pada penerapan permainan edukatif Detektif Cilik adalah setiap siswa atau kelompok dapat terlibat aktif dalam kegiatan bermain sambil belajar dan terciptanya pembelajaran yang menyenangkan.

K. Tugas Berikut ini kerjakan dengan benar dan tepat! 1. Bagaimana desain model pembelajaran detektif cilik? 2. Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran detektif cilik? 3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan model pembelajaran detektif cilik? 4. Praktekan model permainan detektif cilik di kelasmu? Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 206

L. Daftar Rujukan Akbar, Sa’dun. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Baswardono, D. 2010. Pendidikan Karakter di Rumah. Conference Proceeding. Malang: Program Studi Psikologi FIP UM. Bundu, P. 2013. Model Asesmen Keterampilan Proses dan Nilai Karakter Berbasis E-Portfolio di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan Se-Indonesia, 17: 569-583. Semiawan, C.R. 2010. Peran Pendidikan dalam Pembangunan Karakter Bangsa. Conference Proceeding. Malang: Program Studi Psikologi FIP UM. Uno, Hamzah. 2010. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Pembelajaran IPS SD | 207

DAFTAR PUSTAKA Akbar, Sa’dun. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Akbar, Sa’dun. 2011. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta : Cipta Media. Akbar, S. 2011. Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Pendekatan Menyeluruh. Malang: FIP UM. Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Baswardono, D. 2010. Pendidikan Karakter di Rumah. Conference Proceeding. Malang: Program Studi Psikologi FIP UM. Bundu, P. 2013. Model Asesmen Keterampilan Proses dan Nilai Karakter Berbasis E-Portfolio di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan Se-Indonesia, 17: 569-583. BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas BSNP. 2006. Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 208

Danielson, Charlote, & Marquez, Elizabeth. 1998. A Collection of Perfomance Task And Rubrics: High School Mathematics. Larchmont, Ny: Eye On Education.Inc. Danim. 2010. Perkembangan Peserta Didik. Alfabeta: Bandung. Djaali & Pudji, Mujiono. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pembelajaran Tematis. Jakarta : Direktorat Pendidikan. Efendi, Mohammad. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Pengantar ke Arah Pemahaman KBK, KTSP, SBI. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta. Harsiati, T. 2003. Penerapan Penilaian Otentik (Authentic Assesment) Berbentuk Portofolio dalam Upaya Peningkatan Proses dan Hasil Penulisan Karya Ilmiah pada Perkuliahan Bahasa Indonesia Keilmuan di Universitas Negeri Malang. Malang: Lemlit UM. Harsiati, T. 2003. Penerapan Pendekatan Konstruktivis dan Peneilaian autentik (Portofolio) dalam Upaya Peningkatan Kualitas Perkuliahan Evaluasi PBI pada Mahasiswa JPBSI UM. Laporan Hasil Penelitian LPTK UM. Pembelajaran IPS SD | 209

Harsiati, T. 2011. Penilaian dalam Pembelajaran (Aplikasi pada Pembelajaran Membaca dan Menulis). Malang: Percetakan Universitas Negeri Malang. Hajdasujana, dkk. 1999. Evaluasi Keterbacaan Buku Teks Sunda untuk SD di Jawa Barat. Jakarta: Depdikbud. Harmini, S. 2002. Pembelajaran Terpadu Sebagai Salah Satu Pendekatan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Malang : Depdiknas Universitas Negeri Malang. Hudoyo, H. 1979. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas. Malang:Usaha Nasional. Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning: What it is and why it’s here to stay. United States of America:Corwin Prees Inc. Kemdikbud. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 210

Kemdikbud. 2013. Panduan Teknis. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Kemdikbud. 2013. Panduan Teknis. Penilaian Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Kemendikbud 2013. Diklat Guru dalam implementasi kurikulum 2013: Konsep Pendekatan Saintifik. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. Kemendiknas. 2010. Bahan Pelatihan Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta:Kemendiknas. Kemendikbud. 2013. Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud. Krathwohl, D.R. 1964. Taxonomy Op Educational Objectives:Affective Domain. New York: Longman Kemdikbud. 2013. Panduan Teknis. Penilaian Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar.

Pembelajaran IPS SD | 211

Muslich, M. 2011. Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung: PT. Refika Aditama Pusat Kurikulun Badan Penelitian dan Pengembangan (PUSKUR). 2006. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal. Jakarta : DEPDIKNAS. Puskur Balitbang. 2006. KTSP 2006. Jakarta:Depdiknas. Raymond, dkk. 2012. Learning through authentic assessment: An evaluation of a new development in the undergraduate midwifery curriculum. Jounal Nurse Education ini Practice Science Direct ,(1-6) Ruminiati. 2007. Modul Untuk Program Depdiknas R.I.

Pendidikan Kewarganegaraan SD: S1 PJJ. Jakarta: Dirjen Dikti,

Samani, Muchlas & Hariyanto. 2013. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara. Semiawan, C.R. 2010. Peran Pendidikan dalam Pembangunan Karakter Bangsa. Conference Proceeding. Malang: Program Studi Psikologi FIP UM. Soemantri, N. 1968. Pendidikan Kewargaan Negara di Sekolah. Bandung: IKIP.

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 212

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu : Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP. Jakarta : Bumi Aksara. Trianto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta : Prestasi Pustakaraya. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Prestasi Pustaka. Tim Penyusun Workshop PAKEM Kelas Awal. 2009. PAKEM Kelas Awal. Jakarta: Depdiknas. Tim Penyusun KTSP SD. 2006. KTSP 2006: Standar Kompetensi Untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Ulfatin, Nurul. 2004. Buku Ajar Penelitian Kualitatif. Malang: AP FIP UM. Uno, Hamzah. 2010. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Wardani, dkk. 1999.Kurikulum Jakarta.Depdikbud.

dan

Pembelajaran.

Pembelajaran IPS SD | 213

Wahyuni, S. 2010. Pengembangan Model Asesmen Auntentik dalam Pembelajaran Berbahasa Indonesia Lisan di SMA. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: PPS UM. Wahyuni & Ibrahim. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Refika Aditama. Wicaksono, V. 2012. Pengembangan Asesmen Autentik Proses dan Hasil Belajar IPS Kelas IV. Tesis tidak diterbitkan. Malang: UM. Wiyono dan Sunarni. 2009. Evaluasi Program Pendidikan dan Pembelajaran. Malang. FIP UM. Kemendikbud, 2010 Kerangka Acuan Pendidikan Karakter Tahun Anggaran 2010. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional. Kemendikbud 2013. Diklat Guru dalam implementasi kurikulum 2013: Konsep Pendekatan Saintifik. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. Mulyasa, H.E 2012. Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: BumiAksara. Muschlis, Mansur. 2013. Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 214

Permendikbud Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Slideshare. (Online), (http://www.slideshare.net), diakses tanggal 20 Januari 2016. Permendikbud Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Slideshare. (Online), (http://www.slideshare.net), diakses tanggal 16 Januari 2016. Pusat Kurikulun Badan Penelitian dan Pengembangan (PUSKUR). 2006. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal. Jakarta : DEPDIKNAS Wibowo, Agus. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah: Konsep dan Praktik Implementasi. Jogjakarta: Pustaka Belajar Wijayani, Novan Ardi. 2013. Konsep, praktik, & Strategi Membumikan pendidikan Karakter di SD. Jogjakarta: ArRuzz Media. Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Pembelajaran IPS SD | 215

TENTANG PENULIS 1. Ludfi Arya Wardana, M.Pd. Ludfi Arya Wardana, M.Pd dilahirkan di Blitar pada 16 Februari 1990, putra pertama dari pasangan Samsul Arifin dan Dyah Styoningsih. Pendidikan Dasar diluluskan di SDN Bence II Garum Blitar tahun 2002. Kemudian melanjutkan SMPN 3 Kota Blitar lulus tahun 2005, kemudian melanjutkan SMAN 1 Talun Blitar lulus tahun 2008. Kemudian melanjutkan di Universitas Negeri Malang jurusan S1 PGSD lulus tahun 2012. Melanjutkan S2 Pendidikan Dasar PPS UM lulus tahun 2014. Ludfi Arya Wardana, M.Pd. merupakan dosen jurusan S1 PGSD Universitas Panca Marga Probolinggo. Beliau merupakan Wakil Dekan I (Akademik) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Panca Marga Probolinggo. Beliau juga aktif dalam organisasi Asosiasi Pendidikan Dasar Seluruh Indonesia. Ludfi Arya Wardana, M.Pd. aktif menulih ilmiah dan terpublikasi dijurnal nasional maupun internasional. Jurnal nasional seperti Jurnal Pendidikan Dasar Nusantara (Universitas Nusantara PGRI Kediri) dengan judul “Pelaksanaan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 216

Berbasis Masalah pada Mata Pelajaran IPS (Studi Pada Kelas V SDN Gending I Kabupaten Probolinggo. Jurnal Ar-Risalah dengan judul (IAI Ibrahimy Banyuwangi) “Pelaksanaan Materi Bela Negara dalam Membentuk Karakter Cinta Tanah Air pada Mata Pelajaran IPS (Studi Kelas V SDN Curahsawo III Probolinggo)”. Jurnal internasional seperti Proceeding of the 2nd International Conference on Education Management and Administration (CoEMA 2017) dengan judul Implementation of the Value of Mutual Cooperation through Local Wisdom in Petik Laut District Mayangan Probolinggo City in Social Studies. Moto hidup Yakin Usaha Sampai. 2. Afib Rulyansah, M.Pd. Afib Rulyansah, M.Pd dilahirkan di Kabupaten Lumajang pada, 17 April 1989, putra Keempat dari pasangan Hadi Prayitno dan Misyatun. Sekolah Dasar lulus dari SDN Rowokangkung 1 Lumjang tahun 2001. Kemudian melanjutkan ke SMPN 1 Rowokangkung Lumajang lulus tahun 2004, kemudian melanjutkan SMAN 3 Lumajang lulus tahun 2007. Kemudian melanjutkan ke Universitas Jember S1 PGSD lulus tahun 2011. Melanjutkan S2 Pendidikan Dasar PPS Universitas Negeri Malang lulus tahun 2013. Pembelajaran IPS SD | 217

Afib Rulyansah, M.Pd. merupakan dosen S1 PGSD Universitas Panca Marga Probolinggo. Beliau merupakan Ketua Program Studi untuk PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Panca Marga Probolinggo. Beliau aktif dalam organisasi Himpunan Dosen PGSD Indonesia. Afib Rulyansah, M.Pd. aktif menulis karya ilmiah dan terpublikasi dijurnal nasional. Beliau pernah mendapat hibah untuk program penelitian dan pengabdian kepada masyarakat tahun anggaran 2017 yang didana oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM).

Ludfi A. Wardana; Afib Rulyansyah | 218

View publication stats

More Documents from "Rahma Nurvianti"