Pembedahan Tenggorokan.docx

  • Uploaded by: Ribka
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pembedahan Tenggorokan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,479
  • Pages: 7
harus dilakukan paling tidak 1 minggu sebelum pembedahan. Pasien anemia dan gangguan perdarahan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut sebelum pembedahan. Dapat dilakukan adenoidektomi modifikasi pada pasien yang mengalami kelainan palatum (termasuk perbaikan sumbing langit-langit) untuk menghindari suara sengau pascaoperatif. Tonsilktomi dan adenoidektomi sering dilakukan pada nak-anak. Manajemen jalan nafas pascaoperatif dapat menimbulkan kesulitan pada sebagian pasien yang mengalami perubahan tonus neurologic dan kelainan fisik jalan napas, termasuk pasien dengan paralisis serebral, syndrome Down, syndrome Treacher Collins, atau penyakit Crouzon. Anak-anak yang masih sangat muda, karena ukuran jalan napas mereka yang kecil dan edema setelah pembedahan, juga beresiko lebih besar. Para pasien ini mungkin memerlukan pemantauan khusus pascaoperatif di lingkungan perawatan intensif. Pencatatan pengeluaran darah selama prosedur operasi harus mengikuti kebijakan institusi. Setelah memastikan bahwa sabuk pengaman terpasang pada pasien, di bawah bahu pasien diletakkan gulungan atau penyangga untuk menimbulkan hiperekstensi leher. Pasien berada dalam posisi Trendelenberg ringan. Pada pasien ditempelkan lempeng elektrokauterisasi, dan ahli bedah mungkin meminta pemakaian larutan antimiktoba untuk membersihkan wajah pasien sebelum pemasangan duk kepala dan kain penutup. Instrument dan barang yang digunakan adalah sebagai berikut: set tonsilektomi dan adenoidektomi (T&A), bergantung pada indikasi pembedahan, instrument tambahan misalnya forsep biopsy. Langkah penting 1. Dipasang sebuah retractor mulut yang menahan sendi yang dapat dihubungkan ke meja mayo. Juga dapat digunakan spatula lidah untuk membantu visualisasi

daerah operasi. Sepanjang prosedur, perangka pengisap cairan harus selalu disiapkan. 2. Terdapat dua teknik pembedahan dasar untuk melakukan tonsilektomi dan adenoidektomi. Pada salah satu teknik, elektrokauter digunakan untuk memotong tonsil dan fosa. Teknik ini memberikan hemostasis yang lebih baik, tetapi dapat terjadi komplikasi pascaoperatif misalnya nyeri dan lambatnya penyembuhan 3. Pada teknik alternative, mukosa pilar anterior diinsisi dengan sebuah pisau, diikuti oleh diseksi tumpul dengan gunting di sepanjang pilar posterior. Tonsil kemudian diangkat dengan sebuah jerat. 4. Untuk mendapatkan hemostasis digunakan elektrokauterisasi atau pemasangan kasa tonsil. 5. Adenoid kemudian diangkat dengan menggunakan kuret atau adenotom, yang diikuti oleh penekanan dengan kasa tonsil. 6. Setelah fosa diinspeksi secara teliti untuk memastikan bahwa hemostasis telah sempurna, retractor mulut dilepaskan. 7. Setelah slang endotrakea dikeluarkan, pasien harus berbaring miring atau dalam posisi semirekumben (Fowler) untuk mencegah aspirasi.

Eksisi kelenjar submandibula Indikasi untuk prosedur pembedahan ini mencakup massa di kelenjar, sialodentis akut rekuren atau kronik (sialo = mengenai kelenjar liur), disfungsi kelenjar, abses, dan sialolitiasis. Pertimbangan keperawatan perioperatif Pemeriksaan praoperatif mungkin mencakup biopsy jarum halus, CT scan, dan MRI untuk menilai luas penyakit submandibula. Pemeriksaan ini umumnya telah menggantikan sialogram, karena system duktus diinfus dengan medium kontras. Persiapan praoperasi pasien merupakan hal yang penting dan harus mencakup pembahasan mengenai kemungkinan kerusakan saraf fasialis serta saraf lingualis dan hipoglosus. Pada pasien dengan kemungkinan keganasan, diperlukan persiapan praoperatif yang lebih ekstensif, termasuk kemungkinan diperlukannya diseksi leher dan pemotongan saraf,

segmen mandibula dan dasar mulut. Pasien diletakkan dalam posisi terlentang dengan sisi yang terkena di sebelah atas. Persiapan kulit dan pemasangan duk dilakukan seperti untuk pembedahan toroid. Instrument dan barang yang diperlukan mencakup hal-hal berikut: set diseksi minor leher, probe lakrimal, dan stimulator saraf. Juga harus disiapkan set diseksi mayor leher dan set trakeostomi. Langkah penting 1. Dibuat sebuah insisi kulit kecil di bawah batas bawah bagian horizontal mandibula dan insisi ini kemudian dilanjutkan melaui otot platisma dan fasia servikalis untuk membuat flap kulit.\ 2. Cabang mandibula saraf fasialis dilokalisir dan diretraksi dengan hati-hati. 3. Arteri maksilaris eksterna dan vena fasialis anterior dijepit dan diikat. (Arteri maksilaris ekstrna dijepit secara ganda, diikat secara ganda, dan dipotong). Kelenjar dibebaskan dengan diseksi tumpul. 4. Duktus Wharton diikat dan dibagi. 5. Kelenjar submandibularis diangkat (Lore, 1988). 6. Dimasukkan sebuah drain kecil, dan luka ditutup dengan benag halus.dapat dipasang balutan kasa.

Parotidektomi Indikasi untuk parotidektomi parsial atau total antara lain adalah sebagai berikut: pengangkatan tumor jinak dan ganas, lesi peradangan, anomaly vaskuler, dan untuk kanker metastatic yang melibatkan kelenjar limfe yang terletak di atas kelenjar parotis. Pertimbangan keperawatan perioperatif Persiapan praoperatif pasien merupakan hal yang sangat penting, karena pembedahan mungkin merupakan bagian pertama dari pembedahan daerah kepala dan leher yang jauh lebih ekstensif. Penentuan lokalisasi dan pembebasan saraf fasialis dan cabang-cabangnya harus dilakukan

dengan ekstra hati-hati. Pasien harus mengetahui kemungkinan penyulit berupa kelemahan dan paralisis saraf fasialis. Apabila dilakukan parotidektomi total terhadap indikasi keganasan, maka mungkin perlu dilakukan tandur saraf bebas untuk memelihara kontiniutas saraf fasialis. Setelah parotidektomi, banyak pasien mengalami keringat gustatorik (sindrom Frey). Membaui dan mengecap makanan dapat menimbulkan pengeluaran keringat dan kemerahan pada kulit di atas daerah parotis. Pasien diletakkan dalam posisi telentang, dengan sebuah gulungan diletakkan di bawah bahu, dan sisi yang terkena terletak paling atas. Persiapan kulit mencakup pula seluruh sisi wajah yang terkena, leher dan dahi. Pemasangan duk seperti pada pembedahan tiroid. Instrument dan barang yang diperlukan antara lain adalah set diseksi leher mayor, stimulator saraf, probe lakrimal, dan lup optis. Langkah penting 1. Dibuat insisi pra-aurikularis dan pasca-aurikularis dengan perluasan melengkung mengikuti alur kulit bawah sudut rahang. 2. Flap kulit diangkat dan diretraksi. Dengan menggunakan pembebasan secara tumpul, kelenjar dipisahkan dari prosesus mastoideus dan tulang rawan kanalis auditorius eksternus. 3. Ditentukan lokasi batang saraf utama dari fasialis dan dengan pembebasan secara tajam, cabang-cabang saraf diikuti melalui kelenjar. Bagain superfisial kelenjar diangkat. Duktus Stensen (duktus kelenjar parotis) dapat dipotong dan diikat. 4. Apabila bagian dalam dari kelenjar parotis perlu diangkat, maka saraf fasialis diretraksi agar bagian tersebut mudah terlihat. 5. Hemostasis diperoleh dari ligatur dan elektrokauter. 6. Luka ditutup lapis demi lapis, dan dapat dipasang sebuah drain. Kemudian dipasang balutan yang menekan.

Uvulofaringoplasti Uvulopalatofaringoplasti (uvulopalatopharyngoplasty, UPPP) dilakukan untuk membebaskan obstruksi orofaring dengan mengeksisi kelebihan jaringan lunak palatum mole, uvula dan dinding faring posterior. Pertimbangan keperawatan perioperatif Walaupun prosedur pembedahan ini telah mengalami perkembangan, namun pascaoperatif banyak pasien masih memenuhi criteria diagnosis apnea tidur obstruktif (obstructive sleep apnea, y.i. lima kali atau lebih apnea per jam tidur). Pada hampir semua kasus, mengorok dapat dihilangkan (Lee, 1989). Banyak pasien dengan apnea tidur obstruktif mengalami kelebihan beran tubuh dan mungkin memerlukan pemberian posisi khusus di ruang operasi. Obat-obat dengan efek sedatif memeperparah apnea tidur dan tidak boleh diberikan kepada para pasien ini. Sebelum UPPP, dapat dilakukan trakeostomi karena kemungkinan adanya obstruksi jalan napas akibat edema pascaoperatif. Mungkin diperlukan trakeostomi atau bronkoskopi darurat jika terjadi obstruksi setelah induksi anestesi. Reseksi yang berlebihan dapat menimbulkan kebocoran udara hidung sewaktu berbicara dan regurgitasi hidung sewaktu menelan. Bagi pasien pemulihan pascaoperatif UPPP menimbulkan rasa nyeri yang hebat. Pemberian posisi dan pemasangan duk ialah seperti pada tonsilektomi. Instrument dan barang yang diperlukan mencakup antara lain: set instrument tonsilektomi, peralatan bronkoskopi, instrument trakeostomi, dan berbagai slang trakeostomi. Langkah penting 1. Setelah pembuka mulut yang menahan sendiri dipasang, ahli bedah mungkin menyuntikkan daerah yang akan dieksisi dengan sejumlah kecil larutan epinefrin 1:100.000. 2. Mukosa dikedua sisi uvula dijepit dengan hemostat dan diinsisi.

3. Dibuat sebuah insisi berbentuk kotak dengan menggunakan pisau atau elektrokauter melalui mukosa di dasar lidah, naik dalam sulkus antara pilar anterior dan mandibula, dan berbelok ke medial untuk melintasi palatum mole sekitar garis tengah antara tepi-tepi palatum mole dan durum. Mungkin diperlukan pengikatan untuk mengontrol perdarahan. 4. Dengan diseksi, mukosa, kelenjar, lemak, dan jaringan fibrosa diangkat sampai ke lapisan otot. 5. Uvula diamputasi di tepi serat otot palatum mole. Apabila tonsil ada, maka tonsil tersebut dieksisi. Apabila sebelumnya telah dilakukan tonsilektomi, mungkin dijumpai jaringan parut fibrosa padat. 6. Pilar tonsilaris posterior dipangkas dan difiksasi ke sudut insisi palatofaring. 7. Penjahitan dilakukan kea rah bawah pangkal lidah. Prosedur diseksi dan penjahitan ini diulangi di sisi yang berlawanan. 8. Penutupan palatum diselesaikan dengan menjahit permukaan nasal mukosa ke tepi insisi permukaan oral (Meyerhoff & Rice, 1992).

Prosedur Pembedahan Kepala dan Leher Usaha paling dini pembedahan kepala dan leher dibatasi pada lesi-lesi yang mudah dicapai di bibir dan lidah. Dengan kemajuan anestesi modern dan tersedianya darah untuk transfuse, antibiotic, terapi radiasi, peningkatan teknik diagnostic, dan instrumentasi, maka kemampuan untuk menangani

pasien secara aman jauh

meningkat bahkan saat ini telah berkembang berbagai prosedur pembedahan yang lebih radikal dan kompleks. Perbaikan Laringofisura Indikasi untuk laringotomi mencakup paralisis pita suara abduktorbilateral, keganasan, eksisi jaringan laring, serta koreksi striktur, lesi jinak, dan impaksi benda asing.

Pertimbangan keperawatan perioperatif Trakeostomi biasanya dilakukan sebagai bagian dari prosedur. Sebelum permulaan prosedur dimasukkan sebuah slang untuk makan. Pasien berada dalam posisi telentang, dengan sebuah gulungan diletakkan di bawah bahu dan kepala sedikit diekstensikan. Keseluruhan leher, bahu, dan dada anterior bagian atas dibersihkan dan ditutup duk seperti pada tiroidektomi. Prosedur pembedahan ini dapat dilakukan di bawah anestesi local dengan sedasi sadar atau dengan anestesi umum. Harus selalu disiapkan instrument pengisap, oksigen, dan peralatan resusitasi. Apabila digunakan sedasi intravena selama prosedur, maka kebijakan institusi harus dipatuhi untuk memantau pasien dan dokumentasi yang diperlukan. Instrument dan barang yang diperluakan antara lain adalah set kepala dan leher, gergaji oscillating bermesin, dan berbagai slang trakeostomi. Langkah penting 1. Untuk laringofisura, dibuat sebuah insisi garis tengah anterior dengan diseksi ke bawah sampai perikondrium eksternal tulang rawan tiroid. 2. Tulang rawan tiroid di bagi di garis tengah, dengan menggunakan sebuah gergaji oscillating. Jaringan lunak internal dibagi sewaktu kedua belahan tulang rawan tiroid diretraksi.

Related Documents


More Documents from ""