Pembedahan Sistem Tht.pptx

  • Uploaded by: Ribka
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pembedahan Sistem Tht.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,239
  • Pages: 36
PEMBEDAHAN SISTEM THT Kelompok 4 : Descagian Rahman Amkantari Dwi Suci Rhamdanita Maresa Trisuharsi K. Miskan Pebriani Ribka Todingan Rizhka Vionita Siti Masruroh

A. PEMBEDAHAN TELINGA 1. Prosedur Pembedahan Telinga Luar a. Miringitomi Bilateral dengan Slang Prosedur miringitomi bilateral dengan slang/saluran (bilateral myringotomy with tubes, BMT), dilakukan di bawah anestesi umum dengan sedikit instrument dan sebuah mikroskop. Dibuat insisi di pars tensa membran timpani dan efusi disedot diikuti oleh pemasangan saluran-saluran timpanostomi berongga yang kecil. Langkah penting :  Tidak memerlukan persiapan kulit  Kepala dan mikroskop ditempatkan pada posisinya  Saluran telinga luar dibersihkan dengan kuret telinga  Membran timpani dinsisi dengan pisau miringotomi  Cairan disedot  Saluran timpanostomi dipasang dengan menggunakanfosep alligator  Saluran timpanostomi terpasang  Penyedotan selesai  Diberikan tetes telinga antibiotic

2. Prosedur Pembedahan Telinga Tengah a. Stapedektomi/ Stapedotomi Pembedahan stapes telah berkembang dari stapedektomi total pada awalnya , menjadi stapedektomi parsial , kemudian menjadi stapedektomi fenestra kecil (small fenestra stapedectomy, SFS) atau stapedetomi (Conrad, 1990). Prosedur melibatkan pengangkatan lesi otosklerotik di kaki stapes dan pemasangan suatu implan untuk mempertahankan mekanisme penghantaran . Langkah penting :  Instrumen di tempatkan di Meja Mayo diatas kepala  Anastetik local, biasanya lidokain dengan epinefrin disuntikkan ke dalam empat kuadran kanalis untuk mengontrol perdarahan  Kanalis dibersihkan, speculum dipasang , dan mikroskop dipasang.  Flap timpanomeatal diangkat, menggunakan pisau Guilford atau House  Tonjolan tulang posterior diangkat dengan “senjata”  Sendi inkustapedial dipotong  Tendon stapes dipotong dengan gunting Bellucci  Suprastruktur stapes dipatahkan dengan mangkuk dan jarum Rosen

• Stapedotomi dilakukan dengan lubang bor di kaki stapes,

menggunakan bor Skeeter • Prosthesis dipasang dan pendengaran pasien diuji secara verbal • Protesis dipasang dan pendengaran pasien diuji secara verbal • Prosthesis dikencangkan dengan suatu tandur (vena, fasia, spons gelatinosa). • Flap timpanomeatal diganti, menggunakan suatu elevator gendang dan jarum Rosen. • Telinga luar disumbat dan dipasang pembalut

b. Timpanoplasti Terdapat lima jenis Timpanoplasti:  Penutupan perforasi membrane timani dengan suatu tandur, seperti pada miringoplasti  Penutupan perforasi dengan tandur, terutama otak dengan badan inkus  Melekatkan tandur ke stapes jika tidak terdapat maleus dan inkus  Invaginasi tandur ke dalam jendela oval jika semua tulang pendengaran tidak ada kecuali kaki stapes yang bergerak  Invaginasi tandur ke dalam jendela oval seperti IV tetapi disertai adanya kaki stapes yang tidak dapat begerak Pendekatkan dapat dilakukan melaui kanails telinga, belakang daun telinga, atau melalui keduanya. Ahli bedah mengatakan sisa-sisa membrane timpani. Bagian telinga tengah yang sakit kemudian diankat dengan picks, kuret, atau bor. Diperlukan irigasi untuk membersihkan kotoran dan mempertahankan agar lapangan operasi tetap bersih.

c. Rekonstruksi RangkaianTulang Pendengaran Rekonstruksi rangkaian tulang pendengaran dapat disertai oleh prosthesis penggantian tulang pendengaran parsial (partial assicular replacement prosthesis, PROP) atau prosteus penggantian tulang pendengaran total (total assicular replacement prosthesis, TORP) Pada PORP dilakukan penggantian maleus atau inkus yang sakit atau tererosi. TORP digunakan jika semua tulang pendengaran sakit atau tererosi.  Prosedur rekonstruksi rangkaian tulang pendengaran

Langkah 1,2, 3, dan 4 sama dengan spedektomi, kecuali bahwa penutup (flap) yang lebih besar dapat dibalik.

d. Mastoidektomi Biasanya digunakan anastesi umum, tetapi anestesi local juga dapat digunakan. Dapat dilakukan insisi endaural, pasca-aurikuler, atau keduanya. Tetapi insisi pasca-aurikular memberikan pemajanan lapangan operasi yang lebih baik dan biasanya lebih disukai. Tulang yang sakit dikeluarkan dengan bor. Tindakan harus dilakukan dengan hati-hati agar saraf fasialis tidak terkena. Kerusakan saraf fasialis menyebabkan imobilitas sisi yang terkena, terkulainya mulut, serta ketidakmampuan menutup mata, minum air, atau bersiul. Langkah penting  Keempat kuadran kanalis disuntik dengan lidokain plus efinefrin  Flap timpanomeatal diangkat  Dibuat insisi pasca-aurikularis untuk mengambil tandur fasia.  Tandur dihaluskan dan disihkan agar mongering.  Tulang mastoid yang sakit dikeluarkan dengan bor.

 Hasil diperiksa dengn pick, jarum Rosen, gimmick, dan pencari mastoid.  Tulang pendengaran yang sakit dsingkirkan dengan gunting Bellucci,  





“senjata”, gimmick, atau instrument pembedahan mikro lainnya. Semua tanda kolesteatoma dibersihkan. Tandur fasia dipasang Rongga mastoid dan telinga tengah ditutup dengan pledget yang dapat diserat yang direndam dalam larutam garam berimbang atau larutan Cortisporin. Insisi ditutup, kanalis eksterna disumbat, dan dikenakan pembalut.

3. Prosedur Pembedahan Telinga Dalam a. Implant Koklea Langkah penting  Dibuat suatu insisi di atas pina yang meluas ke ujung mastoid.  Diciptakan suatu resesus di korteks mastoid dengan trefin dan osteotum.  Membrane timpani diangkat.  Dibuat alur pada kanalis tulang posterior untuk sedapat electrode.  Tulang promontorium dibor agar lengkungan koklea pertama dapat dilihat.  Ujung kabel electrode dituntun masuk ke dalam koklea

b. Prosedur Pirau Kantong Endolimfatik Prosedur pembedahan yang tersedia untuk memperbaiki kelainan ini adalah prosedur pirau kantong endolimfatik (endolymphatic sac shaunt procedure) dan labirintektomi. Langkah penting  Digunakan pendekatan mastoid.  Kantong endolimfatik dibuka.  Cairan dikeluarkan.  Dipasang sebuah pirau di antara kantong dan ruang subaraknoid atau mastoid.

c. Labirnektomi Labirin vestibularis dapat diangkat untuk memperbaiki vertigo tetapi hal ini dapat menyebabkan hilangnya fungsi vestibular dan hilangnya pendengaran. d. Neuroma Akustik Walaupun jinak, ukuran tumor ini dapat menimbulkan gejalagejala gangguan serebelum atau batang otak. Gejala mungkin berupa penurunan pendengaran unilateral, tinnitus, vertigo, diplopia, dan penurunan lakrimasi. Apabila tumor meluas ke dalam cranium, maka pengangkatannya menjadi prosedur pembedahan saraf.

B. PEMBEDAHAN HIDUNG a. Reseksi Submukosa (RSM) Reseksi submukosa (RSM) mencakup pengangkatan septum tulang dan tulang rawan yang menyebabkan obstruski sekaligus mempertahankan topangan kaudal serta dorsal tulang rawan kuadrangular. Namun, prosedur ini dapat menimbulkan komplikasi secara internal, dapat terjadi perforasi septum dan kemungkinan obstruksi aliran udara; secar ekstrnal, RSM dapat menyebabkan turunnya hidung, hilangnya penunjang ujung hidung, dan retraksi kolumela. Hasil akhir yang diinginkan adalah pemulihan dari anestesi dengan pernapasan mulut yang lancar dan pengeluaran darah minimal selama dan setelah pembedahan. Setelah operasi, pasien ditempatkan pada posisi Fowler tinggi.

Langkah penting  Setelah injeksi hidung/tampon vasokonstriksi diangkat, lubang hidung dibuka dengan speculum hidung.  Dibuat setelah flap mukoperikondral-mukoperiosteum di satu sisi speculum dengan mula-mula menginsisi tulang rawan septum dengan pisau #15 dan kemudian menggunakan elevator Cottle atau Freer.  Bagian tulang septum kemudian dibebaskan sampai tulang rawan kuadrangual dilepaskan dari lempeng perpendicular etmoid dan vomer.  Bagian lubang hidung sisanya dibuka dan flap mukoperikondralmukoperiosteum diinsisi.

 Bagian tulang septum dibebaskan seperti sebelumnya dengan

hati-hati agar tidak bersentuhan dengan sisi di sebelahnya. Pada saat ini semua deviasi atau tonjolan diangkat.  Pada tahap ini septum dapat dimanipulasi ke arah garis tengah. Juga dapat digunakan tandur tulang rawan yang dipasang di flap.  Flap mukoperikondrial direposisi dan segmen-segemen septum distabilisasi untuk penutupan. Biasanya pada insisi digunakan benang yang cepat diserap dengan jarum pemotong (cutting) kecil (catgut polos atau kromik).  Hidung disumbat dengan tampon pembalut dan dipasang perban kassa 2x2 (drip pad) dengan plester. Sebelum pembalutan dapat dipasang belat (splint) plastic kaku eksternal.

b. Septoplasti (Rekontruksi Septum Hidung, RSH) Tonjolan dan spur dapat dibuang dengan tindakan septoplasti yang membebaskan tulang rawan septum kuadrangular atau anterior. Deformitas hidung eksternal yang disebabkan oleh deviasi septum hidung dan dislokasi kolumela dapat dikoreksi dengan prosedur ini. Selain itu dapat dilakukan rinoplasti jika sebagian dari deformitas disebabkan oleh pergeseran kerangka hidung. Langkah penting  Dengan menggunakan pisau #15, dibuat sebuah insisi di sepanjang ujung hidung (kaudal) sisi yang mengalami deviasi.  Apabila deviasi terjadi di pangkal septum, maka tulang dan tulang rawan terlibat. Karena itu, diseksi tumpul tidak dapat dilakukan dengan metode Freer Konvensional. Akan diperlukan diseksi tajam dan pemakaian osteotum.

 Setelah mukoperikondrium diangkat secara medial dan lateral di sisi 









yang terkena, dilakukan pengirisan kenveks agar septum menjadi lurus. Apabila terdapat deviasi proksimal, maka diperlukan pengangkatan mukoperikondrial lebih lanjut. Dilakukan pemotongan atau pengirisan terhadap deviasi penyebab untuk mengangkat tekukan. Karena tulang rawan memiliki ‘daya ingat’, maka tandur tulang rawan atau belatTeflon harus dijahitkan di tempat strategis jika mukoperikondrium tidak utuh. Apabila terdapat deformitas hidung, maka harus dibuat suatu insisi antara tulang rawan hidung lateral dan septum. Apabila hal ini tidak dilakukan, maka deformitas kemungkinan besar akan terjadi kembali seperti semula. Insisi ditutup dengan benang yang dapat diserap menggunakan jarum pemotong kecil. Belat Teflon dapat dipasang dengan nilon dengan menggunakan jerum pemotong. Apabila belat tidak digunakan, maka hidung dapat ditampon; sebalikanya, yang dilakukan adalah pembalutan kasa

c. Rinoplasti Rinoplasti adalah rekonstruksi hidung eksternal. Tindakan ini dilakukan bagi pasien yang menginginkan ujung hidungnya dinaikkan, pengangkatan suatu tonjolan, atau hidung yang lebih kecil, lurus, atau sempit. Apabila sudah ada gejala-gejala obstruktif, maka yang dilakukan pertama kali adalah septoplasti. Hal ini karena septoplasti itu sendiri dapat mengubah penampakan eksternal hidung. Langkah penting  Digunakan mata pisau #11 atau #15 untuk melakukan insisi melalui kulit dan tulang rawan, bergantung pada koreksi mana yang dilakuakan.  Elevasi perikondrium dan periosteum dilakukan dengan elevator Freer, gunting, dan osteotum.  Tonjolan dapat diangkat dengan pahat atau forsep pemotong; dapat digunakan sebuah pisau lengkung kecil berujung kancing untuk memotong tonjolan tulang

 Apabila septum memerlukan koreksi, maka digunakan gunting

septum; tepi-tepi tulang yang kasar dapat dapat dikikir.  Apabila diperlukan koreksi jaringan lunak, maka digunakan gunting kecil dan fosep bayonet; mungkin diperlukan pemasangan tandur pada saat ini.  Penjahitan dilakukan dengan benang nilon atau kromik dengan menggunakan jarum pemotong berbagai ukuran, bergantung pada koreksi yang sedang dilakukan. Pengeluaran darah harus selalu dicegah. Apabila digunakan tampon penyumbat hidung, maka pemasangannya harus dilakukan dengan hati-hati. Dapat dipasang belat hidung yang terbuat dari plastic kaku, logam, atau plester.

d. Polipektomi Hidung Polip hidung adalah mukosa hidung yang mengalami hipertrofi yang dapat terjadi akibat edema kronik. Polip biasanya dijumpai pada pasien pengidap rhinitis alergi. Polip biasanya dijumpai di meatus (turbinatus) tengah dan dapat berjumlah satu atau lebih. Polip matang memiliki dasar bertangkai, sedangkan polip baru melekat ke dasarnya. Langkah penting  Setelah bahan vasokonstriksi mencapai kadar terapeutik, rongga hidung yang mengalami kelainan diretraksi dengan speculum hidung.  Ditentukan dasar masing-masing polip agar dapat dipasang kawat di sekelilingnya. Polip kemudian diangkat menggunakan forsep dan jerat polip hidung. Ahli bedah kemudian akan mengidentifikasi apakah masih ada polip yang perlu diangkat setelah polip yang pertama diangkat.  Tidak diperlukan penjahitan. Setiap pengeluaran darah dihentikan sebelum dilakukan pemasangan tampon hidung.

e. Etmoidektomi Etmoidektomi adalah pengangkatan bagian turbinatus tengah yang sakit, pengangkatan sel-sel etmoidalis, dan pengangkatan jaringan yang sakit di fosa hidung melalui pendekatan nasal atau eksternal. Hal ini dilakukan pada pasien yang mengidap sinusitis etmoidalis kronik dan polip etmoidalis. Langkah penting  Sinus etmoidalis dicapai di lateral dari perlekatan meatus (turbinatus) media. Hati-hati agar turbinatus tidak cedera atau terangkat kecuali jika bersifat kistik.  Untuk mengangkat jaringan yang sakit di sinus etmoidalis digunakan forsep dan kuret secara hati-hati. Jaringan orbita dapat secara tidak sengaja tertarik atau terangkat. Apabila diamati adanya gerakan kelopak mata, maka ahli bedah harus segera diberi tahu.

f. Turbinektomi Pada tindakan ini setiap polip diangkat. Turbinektomi membebaskan gejala-gejala penyumbatan dan meningkatkan drainase. Langkah penting  Setelah badan vasokonstriktor yang sesuai diteteskan, lubang hidung diretraksi dengan speculum hidung untuk memperlihatkan turbinatus yang sakit.  Digunakan mata pisau #15 untuk melakukan insisi pada turbinatus.  Semua atau sebagian turbinatus diangkat, bersama dengan setiap polip yang ada.  Pada sebagian kasus, mungkin digunakan instrument elektrokoagulasi tajam berujung ganda selama beberapa detik untuk melakukan desikasi (pengeringan) jaringan.  Dapat digunakan tampon penyumbat hidung, diikuti oleh drip pad.

g. Sfenoidektomi Pasien yang mengidap sinusitis rekuren mungkin memerlukan evakuasi jaringan yang sakit. Dapat dilakukan pembuatan lubang dengan pendekatan intranasal atau ekstranasal di satu atau kedua sinus sfenoidalis. h. Antrostomi Intranasal (Jendela Antral) Prosedur ini dilakukan dengan membuat sebuah lubang di dinding lateral hidung di bawah turbinatus media dan pengangkatan ujung anterior turbinatus inferior. Hasil akhir yang diharapkan pada pasien adalah pernapasan tidak tersumbat. Karena letak tempat operasi berekatan dengan lantai orbiat, maka pasien harus diawasi dengan cermat untuk mengetahui ada tidaknya gangguan penglihatan. Setiap deficit neurologis mungkin mencerminkan adanya emboli udara.

i. Antrostomi Radikal (Caldwell-Luc) Prosedur ini dilakukan melalui insisi intraoral untuk menciptakan suatu lubang antara lubang hidung dan sinus maksilaris agar terjadi drainase melalui gravitasi. Karena ahli bedah memiliki visualisasi yang jelas terhadap sinus, maka setiap jaringan yang sakit dapat diangkat. j. Pembedahan Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF) Jenis prosedur ini memungkinkan ahli bedah untuk mengakses semua sinus dan dilakukan untuk keadaan-keadaan berikut: polip, mukokel, selulitis periorbita, dan sinusitis akut atau kronik yang tidak dapat diatasi dengan antibiotic. Saat ini terdapat dua teknik BSEF yang sering dilakukan: Messerklinger danWigand. Teknik Wigand mendekati semua sinus pada sisi yang terkena dan paling baik dilakukan untuk sinusitis yang parah atau jika teknik Messerklinger gagal

k. Sinustomi Frontal (Trefinasi) Pasien yang menderita sinusitis frontalis akut yang menimbulkan tekanan pada orbita memerlukan suatu lubang yang dibuat di sinus frontalis agar penimbunan pus atau cairan dapat keluar. Prosedur ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi cedera orbita atau intrakranium. Status neurologis diperiksa. Slang drainase dibiarkan di tempatnya di bawah balutan. Darah yang keluar harus minimal. Pascaoperatif, slang drainase berfungsi untuk mencegah terbukanya jahitan. l. Pembedahan Sinus Frontalis Pembedahan sinus frontalis dilakuakan sebagai usaha untuk menghilangkan, membersihkan, dan melakukan drainase sinus tersebut. Pasien yang menjalani jenis pembedahan ini adalah pasien pasien dengan infeksi sinus berulang dan kronik yang tidak berespon terhadap pemberian antibiotic.

m. Perbaikan Fraktur Hidung Pada banyak kasus, deformitas eksternal, atau obtruksi internal tidak terlihat jelas sehingga pasien tidak menyadari bahwa terdapat fraktur. Fraktur harus dimanipulasi selama 10 hari karena setelah itu tulang-tulang hidung sudah mulai menyatu dan reduksi akan menjadi sulit. n. Kontrol Epistaksis Langkah penting  Bergantung pada kemungkinan asal perdarahan dan preferensi ahli bedah, pintu masuk dapat dilakukan dengan pendekatan intranasal atau Caldwell-Luc. Untuk kedua hal ini lihat prosedur sebelumnya.  Persiapan harus juga mencakup pemeriksaan mikroskopik steril dengan instrumentasi yang sesuai.  Setelah arteri penyebab diketahui, dipasang sebuah hemoklip kecil.  Harus dilakukan inspeksi lebih lanjut untuk memastikan bahwa tidak ada lagi cabang-cabang pembuluh yang mengalami perdarahan.  Benang penutup digunakan sesuai preferensi ahli bedah setelah perdarahan berhenti. Dapat digunakan drain pita karet. Mungkin diperlukan pengisapan nasogaster.  Apabila diperlukan, dapat dilakukan pembalutan.

C. PEMBEDAHAN TENGGOROKAN 1. Prosedur Endolaring a. Laringoskopi taklangsung Indikasi laringoskop teklangsung adalah untuk melakukan inspeksi langsung terhadap rongga mulut sebagai bagian dari pemeriksaaan telinga, hidung, dan tenggorokan yang lengkap; untuk memeriksa laring dengan gejala spesifik misalnya suara serak atau stidor; dan untuk mengambil specimen biopsy serta untuk mengangkat tumor jinak kecil dari laring. Instrument dan barang-barang yang digunakan mencangkup: sumber cahaya koaksial, spatula lidah dari kayu, sarung tangan, spons kaca, cermin laring dengan berbagai ukuran, larutan penghangat atau defogger (penghilang kabut), wadah spesimen, alat pengisap, serangkaian plong halus melengkung, forsep dan forsep bermangkuk ganda untuk biopsi, dan pengambilan spesimen, tabung suntik dan jarumnya jika akan dilakukan aspirasi, rekraktor epiglottis, dan baskom muntah (reflex muntah mudah tercetus).

b. Pemeriksaan Serat Optik (Fiberskop) Lentur Indikasi untuk pemakaian fiberskop lentur adalah seperti indikasi untuk laringoskop tidak langsung, kecuali mengangkat biopsy, tetapi selain itu juga terdapat indikasi sebagai berikut: untuk pasien yang reflex muntahnya hipersensitif, pasien yang mengalami imobilisasi, anak-anak, pasien yang mengalami kelainan spina servikalis atau keterbatasan pembukaan rahang, dans ebagai penuntun untuk insisi slang ensotrakea secara nasal. Peralatan dan barang yang diperlukan mencangkup: instrument serat optik, sumber cahaya dan kabel, pelumas, anastesi topikal, larutan penghangat atau defogger, gulungan kapas, dan peralatan pengisap; mungkin diperlukan peralatan videoskopik

c. Laringoskopi Langsung Indikasi untuk laringoskopi langsung antara lain mencangkup penilaian keganasan laring dan biopsi, pengeluaran benda asing, pengangkatan lesi jinak dengan forsep atau laser, dilatasi atau eksisi laser untuk stenosis laring, evaluasi cedera laring dan drainase abses dan kista. Peralatan dan barang yang diperlukan mencangkup antara lain laringoskop yang ukurannya sesuai ukuran pasien, sumber cahaya dankabel, anestetik topikal, alat pengisap, pelindung mulut, dan tampon kasa, forsep biopsy laring, wadah spesimen, sarung tangan, larutan penghang atau defogger, baskom muntah, tabung suntik dan jarum halus untuk aspirasi, dan pemegang laringoskop yang menahan sendiri untuk laringoskopi dan mikrolaringoskopi.

d. Esofagoskopi Indikasi untuk visualisasi langsung esophagus dan kardia lambung mencangkup antara lain: pengangkatan benda asing, penyuntikan varises esophagus, diladasi stenosis, disfagia, hematemesis, pemeriksaan lesi, dan pengangkatan jaringan dan sekresi. Instrument dan bahan yang digunakan mencakup antara lain: esofagoskop yang sesuai dengan pilihan ahli bedah, peralatan dan slang pengisap, sumber cahaya koaksial dan kabel, serangkaian forsep, wadah specimen, pelumas, kasa, pelindung mulut, dan salin steril. e. Pembedahan Laser Karbon Dioksida Dengan Lariongoskopi Indikasi untuk pembedahan laser sering mencakup antara lain pengangkatan web, papiloma pita suara, dan karsinoma in situ. Instrument untuk prosedur ini mencakup set dasar laringoskopi dan mikrolaringoskopi. Harus selalu disiapkan set trakeostomi darurat dan berbagai slang trakeostomi, sebuah bronkoskopi ventilasi, dan forsepforsep pemegang.

2. Pembedahan Rongga Mulut Indikasi pembedahan ini mencakup antara lain peradangan kronik kelenjar, anomaly congenital, dan pengangkatan lesi jinak ata ganas. Lesi yang kecil dan superficial dapat dieksisi di bawah anestesi local dan sedasi. Namun lesi di rongga mulut sering memerlukan diseksi yang lebih luas dibandingkan dengan yang direncanakan dan bahkan memerlukan diseksi leher radikal serta reseksi mandibula dan lidah. a. Tonsilektomi dan Adenoidektomi Indikasi pengangkatan antara lain hipertrofi limfoid yang menyebabkan obstruksi pernapasan, disfagia untuk makanan padat, gangguan bicara, perdarahan tonsil, korpulmonal (akibat hipertrofi tonsil), abses peritonsil (quinsy), tonsilitis rekuren, adenoiditis rekuren, otitis media rekuren, komplikasi ortodonitik, dan kecurigaan akan keganasan. Instrument dan barang yang digunakan adalah sebagai berikut: set tonsilektomi dan adenoidektomi (T&A), bergantung pada indikasi pembedahan, instrument tambahan misalnya forsep biopsy.

b. Eksisi Kelenjar Submandibula Indikasi untuk prosedur pembedahan ini mencakup massa di kelenjar, sialodentis akut rekuren atau kronik (sialo = mengenai kelenjar liur), disfungsi kelenjar, abses, dan sialolitiasis. Instrument dan barang yang diperlukan mencakup hal-hal berikut: set diseksi minor leher, probe lakrimal, dan stimulator saraf. Juga harus disiapkan set diseksi mayor leher dan set trakeostomi. c. Parotidektomi Indikasi untuk parotidektomi parsial atau total antara lain adalah sebagai berikut: pengangkatan tumor jinak dan ganas, lesi peradangan, anomaly vaskuler, dan untuk kanker metastatic yang melibatkan kelenjar limfe yang terletak di atas kelenjar parotis. Instrument dan barang yang diperlukan antara lain adalah set diseksi leher mayor, stimulator saraf, probe lakrimal, dan lup optis.

d. Uvulofaringoplasti Uvulopalatofaringoplasti (uvulopalatopharyngoplasty, UPPP) dilakukan untuk membebaskan obstruksi orofaring dengan mengeksisi kelebihan jaringan lunak palatum mole, uvula dan dinding faring posterior. Instrument dan barang yang diperlukan mencakup antara lain: set instrument tonsilektomi, peralatan bronkoskopi, instrument trakeostomi, dan berbagai slang trakeostomi.

3. Prosedur Pembedahan Kepala dan Leher a. Perbaikan Laringofisura Indikasi untuk laringotomi mencakup paralisis pita suara abduktorbilateral, keganasan, eksisi jaringan laring, serta koreksi striktur, lesi jinak, dan impaksi benda asing. Instrument dan barang yang diperluakan antara lain adalah set kepala dan leher, gergaji oscillating bermesin, dan berbagai slang trakeostomi. b. Penyuntikan Teflon (Untuk Paralisis Pita Suara Adduktor) Indikasi prosedur ini mencakup: kerusakan saraf kranialis X dan paralisis akibat gangguan traumatic, degenerative, dan congenital serta pembedahan. Instrument dan barang yang diperlukan mencakup hal berikut: sumber cahaya koaksial, spons kasa, spatula lidah kayu, cermin laring dengan berbagai ukuran, larutan penghangat atau defogger, alat pengisap, anestetik local, pistol dan pasta teflon, jarum laring #18 dan #19 yang dapat dipakai ulang, dan baskom muntah.

c. Trakeostomi Indikasi untuk trakeostomi mencakup obstruksi pernapasan akut, stenosis laring dan trakea, trauma laring atau trakea, untuk terapi pernapasan jangka panjang, dan sebagai prosedur awal untuk pembedahan yang lebih luas. Instrument yang diperlukan ialah set diseksi leher minor dengan alat-alat berikut: dilator trakea, kait trakea Jackson, dan kait saraf Cushing. Diperlukan berbagai ukuran slang endotrakea dan trakeostomi, bersama dengan perangkat anestetik local. d. Laringektomi Indikasi laringektomi terutama untuk mengangkat tumor dan sebagai perluasan dari prosedur pembedahan yang sudah direncanakan jika proses penyakit telah menginvasi laring. Instrument dan barang yang diperlukan mencakup sebuah set diseksi leher mayor, gergaji oscillating, dan slang-slang trakeostomi.

e. Diseksi Leher Radikal Tujuan dasar dari prosedur pembedahan ini adalah pengangkatan total tumor dan struktur di sekitarnya, termasuk sistem limfe di salah satu atau kedua sisi leher dengan reseksi en bloc. Hal ini mencakup pengangkatan otot sternokleidomastoideus, vena jugularis, dan saraf aksesorius spinal. Instrument dan barang yang digunakan mencakup set diseksi leher mayor dan slang-slang trakeostomi.

Related Documents


More Documents from ""