Pembahsan.docx

  • Uploaded by: Putri Putry
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pembahsan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,356
  • Pages: 23
DEFINISI SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN A. Definisi Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan 1. Sistem Struktur Definisi sederhana mengenai system struktur dalam hubungannya dengan bangunan ialah bahwa struktur merupakan sarana untuk menyalurkan beban akibat penggunaan dan atau kehadiran bangunan ke dalam tanah. Struktur dapat juga didefenisikan sebagai suatu entitas fisik yang memiliki sifat keseluruhan yang dapat dipahami sebagai suatu organisasi unsur-unsur pokokyang ditempatkan dalam ruang yang didalamnya karakter keseluruhan mendominasi interelasi bagian -bagiannya. Secara singkat system struktur pada bangunan merupakan bagian utama yang mendukung bangunan agar dapat berdiri kokoh. Sistem struktur pada bangunan berlantai dapat ditempatkan pada bagian: a. Sub Struktur berupa pondasi yang diberada pada bagian bawah pondasi atau di dalam tanah, fungsi pondasi sebagai penerima gaya yang akan disalurkan ke tanah. b. Super Struktur berupa kolom, balok, plat lantai. Bagian ini berada pada bagian badan bangunan yang mana fungsinya sebagai penyalur gaya di dalam bangunan. c. Up Struktur berupa kuda-kuda yang berfungsi sebagai penopang material penutup yaitu atap dan kuda-kuda juga berguna sebagai penyalur beban dari atap. 2. Sistem Konstruksi Definisi system konstruksi dalam bangunan merupakan bagian atau elemen yang menempel pada system struktur utama, sedangkan fungsi dari system konstruksi adalah elemen yang dapat menyebarkan gaya dan penerma beban secara langsung. Penempatan system konstruksi pada bangunan berlantai berada pada: a. Super Struktur berupa tangga, dinding, plafond. Fungsi system konstruksi yang beraada pada bagian super struktur adalah menyalurkan gaya-gaya ke system struktur bangunan. b. Upper Struktur berupa atap, listplank, talang air. Fungsi system konstruksi yang berada pada bagian up struktur adalah penerima beban secara langsung. Beban yang diterima berupa beban angin dan hal ini terjadi pada system konstruksi atap, sedangkan listplank

berfungsi sebagai penrima beban angin dari arah samping atap sedangkan talang air berfungsi sebagai penyalur air hujan pada atap dan talang air juga dapat berfungsi sebagai pembentuk atap. B. Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan Dalam Arsitektur Dalam bangunan berlantai system struktur dan konstruksi merupakan bagian yang memikul beban dan gaya-gaya baik dari luar yang terjadi pada atap, lantai dan dinding melalui mekanisme pemikulan beban dalam ke tanah. Struktur dapat dijadikan sebagai prinsip perancangan yang dapat diatur dalam mekanisme pemikulan beban. Dalam hal tersebut dapat mengandung arti tindakan menetapkan hirarki dan tatanan sekaligus dari segi perwujudan ruang arsitektural dan tenaga fisik. Sistem struktur dan konstuksi pada bangunan dalam bentuk arsitektur, memiliki fungsi sebagai penerima beban dan penyalur beban. Jenis-jenis beban yang diterima dan disalurkan dalam system struktur dan konstruksi pada bangunan, adalah: 1. Beban Statis dan Dinamis Beban statis biasa juga disebut beban stasioner atau beban bangunan yang tak bergerak/diam. Beban ini dapat berupa beban yang bisa diperkirakan oleh arsitek dalam merancang bangunan. Beban dinamis atau beban yang bergerak, seperti dalam hal angin atau sebuah lokomotif yang melintasi jembatan, men gemukakan tugas-tugas perancangan structural yang lebih sulit karena baik besarnya maupun lamanya usia beban dapat diramalkan hanya dalam batasbatas tertentu. 2. Beban Hidup Beban hidup adalah beban rencana yang menyatakan anggapan statistic berdasarkan pengalaman mengenai penggunaan masa depan yang diperkirakan dari suau ruang yang direncanakan. Beban hidup meliputi semua beban selain berat struktur bangunan – penghuni, meubel, perlengkapan dan mesin-mesin. Hujan, angin, gempa bumi dan tekanan air merupakan beban hidup yang besar dan lamanya berubah-ubah. 3. Beban Mati Beban mati adalah berat bahan-bahan struktural dan komponen-komponen yang merupakan system tanggap gaya.

4. Beban Angin Beban angin merupakan beban dinamis tapi dalam analisis diperlukan sebagai beban statis ekivalen, yaitu sebagai asumsi rata-rata statistic gaya pada bangunan. 5. Beban Gempa Beban gempa biasanya berintesnsitas tinggi dan berlangsung singkat. Jadi beban gempa cenderung mempunyai dampak yang lebih besar terhadap suatu struktur daripada beban yang sama dan digunakan selama masa yang lebih lama. 6. Beban Termal. Beban termal disebabkan oleh perubahan-perubahan suhu, yang cenderung mengubah bentuk dan dimensi elemen-elemen structural sesuai dengan waktu dan musim. PONDASI, KOLOM, BALOK, DAN PLAT LANTAI A PONDASI Pondasi merupakan bagian dari struktur bangunan yang termasuk dalam sub struktur bangunan. Pondasi berfungsi sebagai penerima beban dari bangunan, kemudian beban tersebut dialirkan ke dalam tanah di bawah bangunan tersebut. Pondasi adalah bagian terendah dari bangunan yang meneruskan beban bangunan ke tanah atau batuan yang berada di bawahnya. Terdapat klasifikasi pondasi, yaitu: 1. Pondasi Dangkal Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung bebannya secara langsung. Pondasi dangkal biasanya dipergunakan pada bangunan sederhana/bangunan yang tidak berlantai serta pada bangunan 2 lantai. Jenis pondasi dangkal pada bangunan terbagia atas dua jenis, yaitu: a. Pondasi Batu (Pondasi Garis) Pondasi batu/garis biasa juga disebut sebagai pondasi memanjang. Pondasi batu/garis adalah jenis pondasi yang mendukung dinding secara memanjang atau digunakan untuk mendukung sederetan kolom yang berjarak dekat. Pondasi batu/garis memiliki kedalaman 1 – 1,5 meter. Pondasi ini tidak dipergunakan pada struktur vertical/bangunan tinggi. b. Pondasi Plat Kaki (Pondasi Foot-Plate)

Pondasi plat kaki biasa juga disebut sebagai pondasi telapak. Pondasi telapak adalah pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung kolom. Pondasi telapak memiliki kedalaman 1,5 – 2 meter, bias dipakai untuk bangunan vertical. Pondasi ini haeus bertumpu pada tanah keras atau pada tiang pancang. d. Pondasi Sarang Laba-Laba Pondasi sarang laba-laba merupakan pondasi kotak terbalik, dimana pada bagian bawah kotak tidak tertutup. Kotak yang kosong diisi dengan tanah atau pasir + batu. Plat lantai terdiri dari beberapa kotak kecil yang sama, dimana setiap sudut kotak ditempatkan tiang. Tiang dalam kotak dihubungkan dengan bidang diagonal. Seluruh dinding pondasi merupakan dinding beton bertulang dan tingginya sama dengan dinding luar. Ruang kosong dalam kotak setiga diisi dengan tanah atau pasir + batu sebelum diadakan pengecoran pada lantai dasar. e. Pondasi Tiang Pondasi tiang biasa juga disebut dengan nama pile foundation yang digunakan bila tanah pondasi pada kedalaman yang normal tidak mampu mendukung bebannya, dan tanah keras terletak pada kedalaman yang sangat dalam. Dan juga bilapondasi bangunan terletak pada tanah timbunan yang cukup tinggi, sehingga bila bangunan diletakkan pada timbunan akan dipengaruhi oleh penurunan yang besar. Pondasi tiang bentuknya hampir sama dengan pondasi sumuran akan tetapi pondasi tiang umumnya berdiameter lebih kecil dan lebih panjang serta lebih padat. B. KOLOM Kolom merupakan bagian dari super struktur yang terletak di atas sloof. Kolom berfungsi sebagai penyalur gaya dari beban yang berasal dari atap, ringbalk, dinding. Kolom juga merupakan elemen vertical yang sangat banyak digunakan. Kolom dapat juga disebut sebagai elemen struktur berarah miring asalkan memenuhi defenisi kolom, yaitu beban (aksial) hanya

diberikan

di

ujung-ujungnya

dan

tidak

ada beban

transversal.

Kolom

dalambangunan dapat di klasifikasikan, yaitu: 1. Kolom Pendek Kolom pendek adalah jenis kolom yang kegagalan material (ditentukan oleh kekuatan material) atau merupakan elemen struktur yang mempunyai nilai perbandingan antara

panjangnya dengan dimensi penampang melintang relative kecil. Kapasitas pikul beban kolom pendek tidak tergantung pada panjang kolom dan apabila mengalami beban berlebihan, kolom pendek pada umumnya akan gagal karena hancurnya material. 2. Kolom Panjang Kolom panjang adalah elemen struktur tekan yang semakin panjang akan semakin langsing yang disebabkan oleh proporsinya. Perilaku kolom langsing yang mengalami beban tekan sangat berbeda dengan perilaku kolom pendek. Karakteristik dari kolom panjang adalah apabila beban tekuk pada kolom mencapai beban tekuk kritis, kolom akan berada dalam keadaan keseimbangan netral. Dan apabila kolom mengalami deformasi dari konfigurasi linear, maka akan tetap pada konfigurasi baru (tidak kembali pada konfigurasi linear). Beban tekuk adalah beban maksimum yang dapat dipikul oleh kolom. Kolom merupakan elemen vertical struktur kerangka yang berfungsi meneruskan beban–beban seluruh elemen bangunan ke pondasi Konsep pembebanan Beban : atap, lantai, tingkat dan beban berguna jenis – jenis gaya yang membebani sebuah kolom : gaya normal / vertical gaya lateral / horizontal momen ( akibat eksentris gaya ) puntir catatan A. Kerja sama dengan pondasi yang paling ideal adalah bila kolom hanya meneruskan beban yang tegak lurus dengan titik pusat bumi (sesuai dengan gravitasi bumi) B. Bahaya tekuk dapat tejadi akibat ukuran kolom terlalu langsing / kecil bila dibandingkan dengan tinggi kolom C. Ada sebutan kolom non structural karena dianggap tidak memikul, tapi hanya berfungsi menjadi pengaku / pengikat dinding atau elemen pengisi lainnya

contoh kolom praktis pada beton bertulang Biasanya, ukurannya kecil saja ( beton bertulang : 12/12) sedangkan pada kolom, (structural), ukurannya cukup besar dan proporsional terhadap besarnya beban bahan yang umumnya dipakai : beton bertulang baja

kayu D. Bentuk kolom : (bentuk dasar) VII.2 Hubungan Kolom dengan Elemen Struktural lain: Pada struktur rangka, hubungan dapat terjadi Rajid / kaku → jepit Tidak rijid / tidak kaku → sendi atau engsel Hubungan dengan Pondasi Kolom Bahan Beton / bertulang  Hubungan rijid ( dicor / dibuat sekaligus)  Hubungan tidak rijid ( sebagai elemen pracetak) B. Kolom bahan baja  Rijid ( hubungan dilas atau baut )  Tidak rijid ( hubungan dibaut) C. Kolom bahan kayu Tidak rijid ( hubungan dipaku, baut dan dipasak)

Hubungan Dengan Balok Kayu A. Kolom dan balok bahan beton / bertulang 

Hubungan elemen kaku sempurna (beton bertulang dengan cor ditempat)



Bila terjadi hubungan tidak kaku (beton pra cetak )



Kolom dan balok bahan baja Sambungan dengan :



Las (hubungan kayu)



Baut (hubungan kaku/tidak kaku)

C. Kolom dan Balok bahan kayu Sambungan dengan : Pasak / baji paku gigi khusus untuk gaya tekan baut merupakan sambungan yang paling kurang efektif memikul beban Catatan : Profil C ini hanya digunakanuntuk bangunan ringan / sederhana

Bisa berbentuk menutup. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh. Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan. Ada tiga jenis kolom beton bertulang yaitu: 1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya. Terlihat dalam gambar 2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi

kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan terwujud. Seperti pada gambar 1.(b). 3. Struktur kolom komposit seperti tampak pada gambar 1.(c). Merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang. Hasil berbagai eksperimen menunjukkan bahwa kolom berpengikat spiral ternyata lebih tangguh daripada yang menggunakan tulangan sengkang, seperti yang terlihat pada diagram di bawah ini. Untuk kolom pada bangunan sederhan bentuk kolom ada dua jenis yaitu kolom utama dan kolom praktis. Kolom Utama Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8d12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8 – 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm). Kolom Praktis Adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan pasangan bata, (sudutsudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20. Letak kolom dalam konstruksi. Kolom portal harus dibuat terus menerus dari lantai bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama. Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi adalah balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban dari plat lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepitjepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan momen, gaya vertikal dan gaya horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.

D.PLAT LANTAI merupakan sebuah bidang datar yang lebar, biasanya mempunyai arah horizontal dengan permukaan bawah dan atasnya sejajar atau mendekati sejajar. Pelat beton bertulang direncanakan untuk memikul beban yang merata yang bekerja pada seluruh luas permukaannya. Pelat biasanya ditumpu oleh gelagar atau balok bertulang dan biasanya pelat dicor menjadi satu kesatuan dengan gelagar tersebut. Tulangan-tulangan baja pada pelat biasanya dipasang sejajar dengan permukaan pelat. Batang-batang baja lurus dapat dipakai sebagai tulangan walaupun pada pelat-pelat menerus batang-batang baja bawah seringkali dibengkokkan ke atas untuk memikul momen-momen negatif yang bekerja pada perekatan. Persyaratan pelat menurut PBBI 1971.N.I.- 2 hal.89 sebagai berikut : 1) Pelat-pelat dimana tulangan pokoknya hanya berjalan dalam satu arah maka tegak lurus pada tulangan pokok tersebut harus dipasang tulangan pembagi. 2) Pada pelat-pelat yang dicor setempat, diameter dari batang tulangan pokok dari jenis baja lunak dan baja sedang harus diambil minimum 8 mm dan dari tulangan pembagi minimum diameter 6 mm. Pada penggunaan batang tulangan dari jenis baja keras, diameter dari batang tulangan pokok diambil minimum 5 mm dan dari tulangan pembagi minimum 4 mm. Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain. Plat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan. Ketebalan plat lantai ditentukan oleh : ·Besar lendutan yang diinginkan ·Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung

Bahan konstruksi dan plat lantai Plat lantai harus direncanakan: kaku, rata, lurus dan waterpas (mempunyai ketinggian yang sama dan tidak miring), agar terasa mantap dan enak untuk berpijak kaki. Ketebalan plat lantai ditentukan oleh : beban yang harus didukung, besar lendutan yang diijinkan, lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung, bahan konstruksi dari plat lantai. Pada plat lantai hanya diperhitungkan adanya beban tetap saja (penghuni, perabotan, berat lapis tegel, berat sendiri plat) yang bekerja secara tetap dalam waktu lama. Sedang beban tak terduga seperti gempa, angin, getaran, tidak diperhitungkan. 2.1.2 Fungsi Plat Lantai Fungsi plat lantai adalah sebagai berikut 1. Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas

2. Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas 3. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah 4. Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah 5. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal 2.1.3 Konstruksi Plat Lantai Berdasarkan Materialnya Konstruksi untuk plat lantai dapat dibuat dari kayu, beton, baja dan yumen (kayu semen). 1. Plat Lantai Kayu Plat lantai kayu umumnya dibuat dari rangkaian papan kayu yang disatukan menjadi kesatuan yang kuat, sehingga membentuk bidang injak yang luas. Ukuran umum a. Lebar papan : 20-30cm b. Tebal papan: 2-3cm c. Jarak balok-balok pendukung : 60-80cm d. Ukuran balok : 8/12, 8/14, 10/14 e. Bentangan : 3-3,5 m Balok-balok kayu ini dapat diletakkan diatas pasangan bata 1 batu atau ditopang oleh balok beton. Keuntungan plat lantai kayu: §Harganya relatif murah, berarti biaya bangunan rendah §Mudah dikerjakan, berarti pekerjaan lebih cepat selesai §Beratnya ringan, berarti menghemat ukuran pondasi Kerugian plat lantai kayu: §Hanya boleh untuk konstruksi bangunan sederhana dengan beban ringan §Bukan peredam suara yang baik, suara gaduh atau hentakan kaki dari penghuni atas dapat mengganggu penghuni di lantai bawahnya §Sifat bahan rembes air, jadi tidak dapat dibuat km/wc di lantai atas §Mudah terbakar, jadi tidak boleh membuat dapur diatasnya §Dapat dimakan bubuk/serangga, berarti keawetan bahan terbatas §Mudah rusak oleh pengaruh cuaca yang berubah-rubah (panas dan hujan), jadi hanya cocok untuk bangunan yang terlindung 2. Plat Lantai Beton Plat lantai beton bertulang umumnya dicor ditempat, bersama-sama balok penumpu dan kolom pendukungnya. Dengan demikian akan diperoleh hubungan yang kuat yang menjadi satu kesatuan, hubungan ini disebut jepit-jepit. Pada plat lantai beton dipasang tulangan baja pada

kedua arah, tulangan silang, untuk menahan momen tarik dan lenturan. Untuk mendapatkan hubungan jepit-jepit, tulangan plat lantai harus dikaitkan kuat pada tulangan balok penumpu. Perencanaan dan hitungan plat lantai dari beton bertulang harus mengikuti persyaratan yang tercantum dalam buku SNI Beton 1991. Beberapa persyaratan tersebut antara lain : 

Plat lantai harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya 12cm, sedang untuk plat atap sekurang-kurangnya 7cm;



Harus diberi tulangan silang dengan diameter minimum 8mm dari baja lunak atau baja sedang;



Pada plat lantai yang tebalnya lebih dari 25cm harus dipasang tulangan rangkap atas bawah;



Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5cm dan tidak lebih dari 20cm atau dua kali tebal plat, dipilih yang terkecil;



Semua tulangan plat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum 1cm, untuk melindungi baja dari karat, korosi, atau kebakaran;



Bahan beton untuk plat harus dibuat dari campuran 1pc:2psr:3kr + air, bila untuk lapis kedap air dibuat dari campuran 1pc:1,5psr:2,5kr + air secukupnya.

Plat lantai dari beton mempunyai keuntungan antara lain : Mampu mendukung beban besar Merupakan isolasi suara yang baik Tidak dapat terbakar dan dapat lapis kedap air, jadi diatasnya boleh dibuat dapur dan km/wc Dapat dipasang tegel untuk keindahan lantai Merupakan bahan yang kuat dan awet, tidak perlu perawatan dan dapat berumum panjang. Untuk menghindari lenturan yang besar, maka bentangan plat lantai jangan dibuat terlalu lebar, untuk ini dapat diberi balok-balok sebagai tumpuan yang juga berfungsi menambah kekakuan plat. Bentangan plat yang besar juga akan menyebabkan plat menjadi terlalu tebal dan jumlah tulangan yang dibutuhkan akan menjadi lebih banyak, berarti berat bangunan akan menjadi besar dan harga persatuan luas akan menjadi mahal. Elemen-elemen pembebanan untuk plat lantai : Beban hidup (untuk rumah tinggal)= 0,200 t/m2 Beban hidup (untuk bangunan umum)= 0,250 t/m2 Pasir urug dibawah tegel tiap cm tebal= 0,018 t/m2

Berat tegel+perekat= 0,120 t/m2 Berat plafon+penggantung= 0,020 t/m2 Berat dinding pasangan bata tebal ½ batu= 0,250 t/m2 pas Berat jenis beton= 2,4 t/m3 (elemen pembebanan selengkapnya dapat dilihat pada buku : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983)

3.Konstruksi plat lantai baja Konstruksi ini biasanya digunakan pada bangunan yang sebagian besar komponenkomponen strukturnya terdiri dari material baja. Tangga ini digunakan pada bangunan semi permanen seperti bangunan peruntukan bengkel, bangunan gudang, dan lainlain. 4. Konstruksi plat lantai yumen (Kayu Semen) Plat lantai kayu semen ini dibuat dari potongan kayu apa saja dan kecil-kecil yang kemudian dicampur semen dengan ukuran 90 cm x 80 cm. Plat lantai yumen ini masih jarang digunakan karena termasuk bahan bangunan baru. Dan yumen ini buatan dari pabrik semen gresik. Cara pemasangan yumen : Sebelum dipasang yumen, dack yang akan digunakan harus dipasangin kayu bangkirai 5/7dengan panjang yang sudah diatur dengan jarak 40 cm. Kayu yang berjejer itu ditumpangi ringbalk dan dicor. Setelah itu lembaran yumen dipasang berjejer rapat diatas kayu tersebut lalu dibaut. TANGGA Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungi dua tingkat vertikal yang memiliki jarak satu sama lain. Jenis tangga berdasarkan sifat permanensinya Tangga dapat bersifat permanen maupun non permanen. Tangga permanen biasanya digunakan untuk menghubungkan: • dua bidang horisontal pada bangunan • lantai bangunan yang berbeda Tangga jenis ini terdiri dari anak-anak tangga yang memiliki tinggi yang sama. Tangga dapat berbentuk lurus, huruf "L", huruf "U" , memutar atau merupakan dari kombinasinya. Komponen-komponen dari tangga antara lain adalah tinggi injakan(riser), lebar injakan/kedalaman (tread), bordes (landing), nosing, pegangan tangan (handrail)

dan bidang pengaman (balustrade). Contoh dari penggunaan tangga ini misalnya seperti yang kita temui pada bangunan rumah tinggal atau perkantoran, "tangga monyet", dsb. Tangga non permanen biasanya digunakan untuk mencapai bidang horisontal yang lebih tinggi, dan digunakan hanya pada waktu-waktu tertentu sehingga bisa dipindahkan / disimpan. Contoh dari tangga jenis ini misalnya tangga lipat. Konstruksi Tangga Tangga merupakan suatu sambungan yang dapat dilalui antara tingkat sebuah bangunan, dan dapat dibuat dari kayu, pasangan batu, baja, beton bertulan dll. Statistik yang dikompilasi oleh Dewan Keamanan Nasional menunjukkan bahwa tangga adalah penyebab jumlah terbesar kecelakaan di rumah, kecelakaan ini dapat dikaitkan dengan berbagai faktor, yang tentu berada di luar kendali mereka yang merancang dan membangun tangga. Namun, ada terlalu banyak kecelakaan akibat kesalahan konstruksi langsung. Tukang kayu dapat memberikan kontribusi berharga terhadap pencegahan kecelakaan jika ia berencana dan melakukan pekerjaannya denganbaik. Teknik Keselamatan Departemen Biro Jasa Pekerja Nasional Kompensasi telah menyiapkan standar berikut sebagai saran untuk pembangun tangga untuk membantu menghilangkan beberapa penyebab yang bertanggung jawab untuk banyak kecelakaan. 1. Tangga harus bebas dari goncangan keras. 2. Dimensi bordes harus sama dengan atau lebih besar dari lebar tangga antara pegangan tangan dengan dinding. 3. Semua aantride dan optride dalam setiap anak tangga harus sama. 4. Semua tangga harus dilengkapi dengan substansial dan 36 inci pegangan tangan di ketinggian dari pusat dari tapak yang permanen. 5. Semua pegangan tangan harus memiliki sudut bulat dan permukaan yang halus dan bebas dari serpihan. 6. Sudut tangga dengan horisontal tidak boleh lebih dari lima puluh derajat dan tidak kurang dari dua puluh derajat. 7. Anak tangga tidak boleh licin, dan tanpa ada baut, sekrup, atau paku yang menonjol. KONSTRUKSI TANGGA BERDASARKAN MATERIAL 1. Konstruksi tangga kayu , untuk bangunan sederhana dan semi permanen. Pertimbangan : material kayu ringan, mudah didapat serta menambahkan segi estetika yang tinggi bila diisi dengan variasi profil dan difinishing dengan rapi. Kelemahan : tidak

dapat dilalui oleh beban-beban yang berat, lebarnya terbatas, memiliki sifat lentur yang tinggi serta konstruksi tangga kayu tidak cocok ditempatkan di ruang terbuka karena kayu mudah lapuk jika terkena panas dan cahaya. Kayu sebaiknya dipilih yang berkualitas bagus. Ukuran tebal adalah dari 3 - 4 cm, ukuran lebar dari 26 - 30 cm, sedangkan ukuran panjang papan menyesuaikan ukuran lebar tangga Anda. Umumnya konstruksi tangga baja memakai anak tangga dari papan kayu utuh tanpa sambungan. 2. Konstruksi tangga baja , biasanya digunakan pada bangunan yang sebagian besar komponen-komponen strukturnya terdiri dari material baja. Tangga ini digunakan pada bangunan semi permanen seperti bangunan peruntukan bengkel, bangunan gudang, dan lain-lain. Tangga ini kurang cocok untuk bangunan dekat pantai karena pengaruh garam akan mempercepat proses karat begitupun bila ditempatkan terbuka akan menambah biaya perawatan. 3. Konstruksi tangga beton , sampai sekarang banyak digunakan pada bangunan bertingkat 2 (dua) atau lebih dan bersifat permanent seperti peruntukan kantor, rumah tinggal, pertokoan. Tangga dengan konstruksi cor beton mengekspose papan anak tangga hanya dari satu sisi saja. Fungsinya hanya membungkus beton supaya secara estetika lebih indah, baik dibungkus semua atau hanya bagian atas (bagian pijakan / steps) saja. Adapun ukuran tebal papan kayu adalah dari 1.5 - 2.5 cm, ukuran lebar dari 26 - 30 cm, sedangkan ukuran panjang menyesuaikan ukuran lebar tangga Anda. Tangga dengan konstruksi cor beton ini dapat memakai papan kayu baik dari papan kayu utuh maupun papan kayu sambungan. Tulangan/pembesian : ukuran penampang tulangan/pembesian didasari atas perhitungan/perencanaan dan pada umumnya untuk konstruksi tangga beton bertulang dipergunakan ; untuk pelat tangga : tulangan utama/pokok : Ø 8, Ø 10, Ø 12, D.12 tulangan pembagi : Ø 8, Ø 10 untuk balok : tulangan utama : D.13, D.16, D.19

beugel/sengkang : Ø 8, Ø10 untuk anak tangga : tulangan utama : Ø10, Ø 12, D.12 tulangan pembagi : Ø 8, Ø 10 4. Konstruksi tangga batu/bata , konstruksi ini mulai jarang digunakan karena sudah ketinggalan dalam bentuk, kekuatan, efisiensi pembuatannya, dana sangat terbatas dalam penempatannya. 5. Eskalator, Eskalator adalah salah satu transportasi vertikal berupa konveyor untuk mengangkut orang, yang terdiri dari tangga terpisah yang dapat bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti jalur yang berupa rail atau rantai yang digerakkan oleh motor. Karena digerakkan oleh motor listrik , tangga berjalan ini dirancang untuk mengangkut orang dari bawah ke atas atau sebaliknya. Untuk jarak yang pendek eskalator digunakan di seluruh dunia untuk mengangkut pejalan kaki yang mana menggunakan elevator tidak praktis. Pemakaiannya terutama di daerah pusat perbelanjaan, bandara, sistem transit, pusat konvensi, hotel dan fasilitas umum lainnya. Bagian-Bagian Tangga Struktur Dan Konstruksi Bangunan 35

Ibu tangga : merupakan bagian tangga yang berfungsi mengikat anak tangga. Material yang digunakan untuk membuat ibu tangga misalnya antara lain, beton bertulang, kayu, baja, pelat baja, baja profil canal, juga besi.Kombinasi antara ibu tangga dan anak tangga biasanya untuk bu tangga misalnya, beton bertulang di padukan dengan anak tangga dari bahan papan kayu, bisa juga keduanya dari bahan baja, untuk ibu tangga menggunakan profil kanal untuk menopang anak tangga yang menggunakan pelat baja. Anak Tangga : Merupakan elemen dari tangga yang perlu perhatian cukup penting. Karena sering dilalui untuk naik turun pengguna, bahan permukaan anak tangga harus benar-benar aman,

nyaman agar terhindar dari kemungkinan kecelakaan seperti terpeleset karna licin atau terlalu sempit. Anak tangga terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian horizontal (pijakan datar) dan vertical (pijakan untuk langkah naik). Ukuran lebar anak tangga untuk hunian berkisar antara 20-33 cm. dan untuk bagian vertical langkah atasnya berkisar antara 1518 cm. untuk ukuran tangga darurat biasanya bagian vertical mencapai 20 cm. Ukuran lebar tangga juga penting diperhatikan, untuk panjang atau lebar tangga pada hunian tempat tinggal adalah minimal 90 cm. sedangkan untuk tangga servis biasanya lebih kecil, yaitu 75 cm. Bordes : Bordes biasa juga disebut Landing. Merupakan bagian dari tangga sebagai tempat beristirahat menuju arah tangga berikutnya. Bordes juga berfungsi sebagai pengubah arah tangga. Umumnya, keberadaan bordes setelah anak tangga ke 15. Kenyamanan bordes juga perlu diperhatikan, untuk lebarnya harus diusahakan sama dengan lebar tangga. Baluster : Merupakan penyangga pegangan tangga, biasanya bentuknya mengarah vertical. Material baluster bisa terbuat dari kayu, besi, beton, juga baja. Terkadang juga saya pernah melihat material baluster menggunakan kaca. Untuk keamanan dan kenyamanan pengguna tangga, usahakan jarak antar baluster tidak terlalu jauh, terutama untuk keamanan anak kecil.Untuk ukuran ketinggian baluster, standarnya kurang lebih antara 90-100 cm. A + 2.O = 57 – 65 cm. A + 2.O = 62 cm A + 2x19 = 62 cm Maka A = 62 - 38 = 24 cm Jadi panjang langkah datar ( antrede ) = 24 cm. jika tangga tersebut dibuat tangga lurus maka panjang ruang yang di butuhkan untuk tangga yaitu : 19 x 24 = 456 cm, belum terhitung awal naik tangga dan akhir tangga. Oleh karena itu lebih hemat bila menggunakan tangga bordes dengan dua lengan maka : · Banyaknya langkah naik n (A) = buah. ½ x 380/19 =10n · n langkah datar (O)

= 10 – 1 = 9 buah. · Panjang tangga seluruhnya menjadi 9 x 24 = 216 cm. · Panjang bordes = 80 cm, entrance tangga = 74 cm. · Panjang ruangan untuk tangga menjadi kurang lebih 370 cm. ATAP Atap merupakan bagian dari struktur bangunan yang berfungsi sebagai penutup/pelindung bangunan dari panas terik matahari dan hujan sehingga memberikan kenyamanan bagi penggunan bangunan. Struktur atap pada umumnya terdiri dari tiga bagian utama yaitu: struktur penutup atap, gording dan rangka kuda-kuda. Penutup atap akan didukung oleh struktur rangka atap, yang terdiri dari kuda-kuda, gording, usuk, dan reng. Beban-beban atap akan diteruskan ke dalam fondasi melalui kolom dan/atau balok. Konstruksi atap memungkinkan terjadinya sirkulasi udara dengan baik. Lebih detail bagian-bagian atap seperti gambar. Gambar . Struktur Atap Sederhana 2. Bentuk-Bentuk Atap a. Atap Limasan/Perisai b. Atap Pelana Struktur Dan Konstruksi Bangunan 39

Gambar . Tampak Muka (a) dan Tampak Samping (b) (i-i) (ii-ii) Gambar . Potongan Bujur (i-i); Potongan Melintang (ii-ii) c. Atap Gerigi (Gergaji)/ Sawteeth Gambar . Atap Gerigi atau Gergaji d. Atap Joglo Struktur Dan Konstruksi Bangunan 40

Gambar . Joglo Tanpa Soko Guru (a) dan Joglo dengan Soko Guru (b)

3. Bagian-Bagian Atap Bagian-bagian atap terdiri atas: gording, jurai, usuk, reng, penutup atap dan bubungan: a. Gording Gording membagi bentangan atap dalam jarak-jarak yang lebih kecil pada proyeksi horizontal. Gording meneruskan beban dari penutup atap, reng, usuk, orang, beban angin, beban air hujan pada titik-titik buhul kuda-kuda. Gording berada di atas kuda-kuda, biasanya tegak lurus dengan arah kuda-kuda. Gording menjadi tempat ikatan bagi usuk, dan posisi gording harus disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia. Gording harus berada di atas titik buhul kuda-kuda, sehingga bentuk kuda-kuda sebaiknya disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia. Gording kayu memiliki dimensi; panjang maksimal 4 m, tinggi 12 cm dan lebar 10 cm. Jarak antar gording kayu sekitar 1,5 sampai dengan 2,5 m. b. Usuk/Kaso Usuk berfungsi menerima beban dari penutup atap dan reng dan meneruskannya ke gording. Usuk terbuat dari kayu dengan ukuran 5/7 cm dan panjang maksimal 4 m. Usuk dipasang dengan jarak 40 sampai dengan 50 cm antara satu dengan lainnya pada arah tegak lurus gording. Usuk akan terhubung dengan gording dengan menggunakan paku. Pada kondisi tertentu usuk harus dibor dahulu sebelum dipaku untuk menghindari pecah pada ujung-ujung usuk. Struktur Dan Konstruksi Bangunan 42

c. Reng Reng berupa batang kayu berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan panjang sekitar 3 m. Reng menjadi tumpuan langsung penutup atap dan meneruskannya ke usuk/kaso. Pada atap dengan penutup dari asbes, seng atau sirap reng tidak digunakan. Reng akan digunakan pada atap dengan penutup dari genteng. Reng akan dipasang pada arah tegak lurus usuk dengan jarak menyesuaikan dengan panjang dari penutup atapnya (genteng). d. Jurai Pada pertemuan sudut atap terdapat batang baja atau kayu atau frame-work yang

disebut jurai. Pengertian lain dari jurai adalah garis sambungan antara bidang atap yang satu dengan bidang atap yang lainnya. Menutut bentuknya jurai dibedakan menjadi jurai dalam dan jurai luar. Jurai dalam merupakan balok kayu yang diletakan miring menghadap kedalam. Jurai dalam ini berfungsi sebagai pertemuan dan tumpuan antara balok gording dengan balok gording lainnya serta dudukan papan talang. Kayu yang diguakan sebagai jurai dalam berukuran 8 cm x 12 cm atau 8 cm x 15 cm. Jurai luar adalah sambungan yang menonjol kearah luar. e.Penutup Atap Penutup atap adalah elemen paling luar dari struktur atap. Penutup atap harus mempunyai sifat kedap air, bisa mencegah terjadinya rembesan air selama kejadian hujan. Sifat tidak rembes ini diuji dengan pengujian serapan air dan rembesan. Struktur penutup atap merupakan struktur yang langsung berhubungan dengan beban-beban kerja (cuaca) sehingga harus dipilih dari bahan-bahan yang kedap air, tahan terhadap perubahan cuaca. Struktur penutup yang sering digunakan antara lain; genteng, asbes, kayu (sirap), seng, polycarbonat, plat beton, dan lain-lain. 1) Genteng dan Bubungan Menurut bahan material terdapat genteng beton dan genteng tanah liat (keramik). Sedangkan menurut bentuknya, genteng terdiri atas genteng biasa (genteng S), genteng kodok, genteng pres silang. Sedangkan untuk bentuk genteng karpus terdiri atas genteng setengah lingkaran, genteng segitiga, dan genteng sudut patah. Gambar . Genteng Biasa (Genteng S) Gambar . Genteng Kodok Gambar . Genteng Pres Silang (a) (b) (c) Gambar . Bubungan Setengah Lingkaran (a); Bubungan Segitiga (b); Bubungan Sudut Patah (c) 2) Penutup Atap Kayu (Sirap) Bahan yang banyak digunakan pada rumah tradisional Indonesia berbahan dasar kayu. Sirap yang terbentuk dari potongan-potongan kayu tipis yang disusun 3 atau 4. Potongan

kayu ini kemudian dipaku ke multiplek yang melapisi rangka atap. Atap genteng sirap berbahan baku kayu ulin, kayu jati dan sebagainya. Keunggulan genteng sirap jika dibandingkan dengan genteng jenis lain antara lain bobotnya ringan, kuat, dan kokoh menahan beban yang berat; tidak menyerap panas sehingga ruangan dibawahnya terasa sejuk dan dingin; serta setelah disusun maka mempunyai nilai keindahan yang tinggi setelah disusun atau digunakan dirumah tinggal. Namun, pemasangan atap genteng sirap membutuhkan waktu yang lama. Apabila bocor, sulit untuk ditentukan letak atau posisi kebocorannya. Selain itu,karena berasal dari bahan kayu yang jarang didapatkan dipasaran, harganya pun menjadi relatif mahal. 3) Penutup Atap Seng Seng adalah salah satu sekian banyak bangunan yang sering digunakan sebagai penutup atap. Ukuran seng datar yang digalvanisir ( disepuh ) berkisar 915 mm x 1830 mm dengan beberapa macam tebal yang kurang dari 1mm . Jika seng terkena air hujan yang banyak mengandung garam akan mudah berkarat, lagipula oleh jatuhnya air hujan akan menimbulkan suara yang gaduh, serta tidak bersifat isolasi panas maupun dingin artinya bila udara di luar panas / dingin maka dalam ruangan akan terasa lebih panas / dingin. Kelebihannya bobotnya rendah, harganya murah, pemasangannya mudah sekaligus dapat menghemat biaya Struktur Dan Konstruksi Bangunan 45

Gambar . Penutup Atap Seng 4) Penutup Atap Asbes Atap asbes berasal dari campuran semen dan bahan serat yangdipadatkan. Bentuk dan ukurannya beragam dengan tipe gelombang, antara laingelombang 5½, gelombang 6½, dan gelombang 14. Harga genteng asbes cukup murah dipasaran dan menghemat biaya dalam pemasangan karena penggunaan kayu untuk rangka atap lebih sedikit (tidak memerlukan usuk dan reng) serta keunggulan: pemasangannya mudah dan cepat. Akan tetapi, atap dari asbes memiliki kekurangan pertama yaitu menyerap panas sehingga ruangan dibawahnya terasa panas. Agar tidak mudah ditumbuhi lumut dan tahan lama, sebaiknya atap genteng asbes dicat dengan cat khusus genteng. Sudut kemiringan Struktur Dan Konstruksi Bangunan 46

dalam pemasangan konstruksinya adalah 15-25. Kekurangan kedua, asbes dapat membahayakan tubuh. Jika ada bagian yang rusak, sehingga serat – seratnya bisa lepas, ini menjadi bebabahaya karena sulit untuk mendeteksi bagai manakah yang dikatakan rusak. Kondis lain yang sangat beresiko adalah saat asbes dipotong atau diperbaiki. Ketika di potong akan mengeluarkan serpihan-serpihan yang berupa serbuk, yang sangat berbahaya bagi paru-paru. Beberapa Penyakit Akibat Asbes: 1. Asbestosis yaitu luka pada paru-paru hingga menyebabkan kesulitan bernapas dan dapat mengakibatkan kematian. 2. Mesothelioma adalah sejenis kanker yang menyerang selaput pada perut dan dada, mesothelioma baru muncul gejalanya setelah 20 – 30 tahun sejak pertama kali menghirup serat asbes. 3. Kanker paru-paru, di negara-negara maju, asbes putih digolongkan sebagai karsinogen ( bahan penyebab kanker). Cara Mengurangi Efek Negatif Asbes 1. Jika atap menggunkan asbes, gunakanlah plafon untuk mecegah debu dan serat asbes jatuh kedalam rumah. 2. Ganti asbes setiap 5 tahun sekali, walaupun tidak ada tanda-tanda rusak. 3. Saat mengerjakan asbes, gunakan alat penutup hidung. 4. Buatlah ventilasi yang baik, ventilasi yang baik akan mengurangi efek gas radon yang terkandung di dalam asbes. 5. Mengecat asbes bukan solusi untuk mencegahnya asbes terhirup oleh tubuh, asbes yang rusak walaupun dicat tetapakan menimbulkan dampak yang sama. DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan beban) dan ada yang berupa dinding struktural (bearing wall). Dinding pengisi/ partisi yang sifatnya non struktural harus diperkuat dengan rangka (untuk kayu) dan kolom praktis-sloof-ringbalk (untuk bata). Dinding dapat dibuat dari bermacam-macam material sesuai kebutuhannya, antara lain : a. Dinding batu buatan : bata dan batako b. Dinding batu alam/ batu kali c. Dinding kayu: kayu log/ batang, papan dan sirap d. Dinding beton (struktural – dinding geser, pengisi – clayding wall/ beton pra cetak) DINDING BATU BUATAN A. DINDING BATA Dinding bata merah terbuat dari tanah liat/ lempung yang dibakar. Untuk dapat digunakan

sebagai bahan bangunan yang aman maka pengolahannya harus memenuhi standar peraturan bahan bangunan Indonesia NI-3 dan NI-10 (peraturan bata merah). Dinding dari pasangan bata dapat dibuat dengan ketebalan 1/2 batu (non struktural) dan min. 1 batu (struktural). Dinding pengisi dari pasangan bata 1/ 2 batu harus diperkuat dengan kolom praktis, sloof/ rollag, dan ringbalk yang berfungsi untuk mengikat pasangan bata dan menahan/ menyalurkan beban struktural pada bangunan agar tidak mengenai pasangan dinding bata tsb. Pengerjaan dinding pasangan bata dan plesterannya harus sesuai dengan syarat-syarat yang ada, baik dari campuran plesterannya maupun teknik Struktur Dan Konstruksi Bangunan 52

pengerjaannya. (Materi Pasangan Bata) B. DINDING BATAKO Batako merupakan material untuk dinding yang terbuat dari batu buatan/ cetak yang tidak dibakar. Terdiri dari campuran tras, kapur (5 : 1), kadang – kadang ditambah PC. Karena dimensinya lebih besar dari bata merah, penggunaan batako pada bangunan bisa menghemat plesteran 75%, berat tembok 50% - beban pondasi berkurang. Selain itu apabila dicetak dan diolah dengan kualitas yang baik, dinding batako tidak memerlukan plesteran+acian lagi untuk finishing. Prinsip pengerjaan dinding batako hampir sama dengan dinding dari pasangan bata,antara lain: a. Batako harus disimpan dalam keadaan kering dan terlindung dari hujan. b. Pada saat pemasangan dinding, tidak perlu dibasahi terlebih dahulu dan tidak boleh direndam dengan air. c. Pemotongan batako menggunakan palu dan tatah, setelah itu dipatahkan pada kayu/ batu yang lancip. d. Pemasangan batako dimulai dari ujung-ujung, sudut pertemuan dan berakhir di tengah – tengah. e. Dinding batako juga memerlukan penguat/ rangka pengkaku terdiri dari kolom dan balok beton bertulang yang dicor dalam lubang-lubang batako. Perkuatan dipasang pada sudut-sudut, pertemuan dan persilangan. Struktur Dan Konstruksi Bangunan 55

DINDING KAYU A. DINDING KAYU LOG/ BATANG TERSUSUN Kontruksi dinding seperti ini umumnya ditemui pada rumah-rumah tradisional di eropa

timur. Terdiri dari susunan batang kayu bulat atau balok. Sistem konstruksi seperti ini tidak memerlukan rangka penguat/ pengikat lagi karena sudah merupakan dinding struktural. B. DINDING PAPAN Dinding papan biasanya digunakan pada bangunan konstruksi rangka kayu. Papan digunakan untuk dinding eksterior maupun interior, dengan sistem pemasangan horizontal dan vertikal. Konstruksi papan dipaku/ diskrup pada rangka kayu horizontal dan vertikal dengan jarak sekitar 1 meter (panjang papan di pasaran ± 2 m, tebal/ lebar beraneka ragam : 2/ 16, 2/20, 3/ 25, dll). Pemasangan dinding papan harus memperhatikan sambungan/ hubungan antar papan (tanpa celah) agar air hujan tidak masuk. Selain itu juga harus memperhatikan sifat kayu yang bisa mengalami muai dan susut. C. DINDING SIRAP Dinding sirap untuk bangunan kayu merupakan material yang paling baik dalam penyesuaian terhadap susut dan muai. Selain itu juga memberikan perlindungan yang baik terhadap iklim, tahan lama dan tidak membutuhkan perawatan. Konstruksi dinding sirap dapat dipaku (paku kepala datar ukuran 1”) pada papan atau reng, dengan 2 – 4 lapis tergantung kualitas sirap. (panjang sirap ± 55 – 60 cm).

More Documents from "Putri Putry"

Pembahsan.docx
April 2020 37
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72
Makalah Kel 2.docx
November 2019 54
Tugas 4.docx
November 2019 46
Sepsis.docx
November 2019 26