Pembahasan.docx

  • Uploaded by: Azis Saw
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pembahasan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 919
  • Pages: 3
VI.Pembahasan Pada praktikum mikromeritik ini dilakukan beberapa percobaan yaitu menentukan distribusi partikel, kerapatan partikel dengan piknometer, dan menentukan kerapatan curah dan kerapatan mampat. Terdapat banyak metode untuk menentukan ukuran partikel yang sering digunakan dalam bidang Farmasi yaitu mikroskopis, pengayakan, pengendapan atau sedimentasi, dan penentuan volume ukuran. Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi partikel kecil menurut Dalla Valle, dimana ukuran partikel ini cukup kecil. Hal ini perlu diketahui untuk pembuatan sediaan obat seperti tablet,kapsul, granul, dan sirupkering. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara diantaranya ukuran diameter rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata, volume rata-rata dan sebagainya. Percobaan pertama yaitu penentuan distribusi ukuran partikel menggunakan metode pengayakan dengan bahan Laktosa sebanyak 25g. Pengayakan adalah sebuah cara pengelompokan butiran yang akan dipisahkan menjadi satu atau beberapa kelompok. Yang dapat dipisahkan antara partikel lolos ayakan (butiran halus) dan yang tertinggal diayakan (butiran kasar). Ayakan yang digunakan disusun berturut-turut dari nomor ayakan terkecil hingga nomor ayakan terbesar. Dalam percobaan ini menggunakan ayakan dengan nomor mesh 20,40,60,80, dan 100,semakin besar nomor mesh maka semakin rapat ayakan. Diperelukan sekurang-kurangnya 5 buah ayakan untuk memperoleh data analisis yang lebih rinci dan lebih tepat. Metode ayakan umumnya digunakan untuk memilih partikel-partikel yang lebih kasar. Keuntungan metode ayakan adalah waktu yang diperlukan singkat dan alat yang digunakan sederhana. Kekurangan dari metode ini adalah partikel yang diayak, yang sebenarnya tidak dapat lolos. Proses pengayakan dilakukan selama 5 menit hal ini dikarenakan waktu tersebut dianggap waktu optimum untuk mendapatkan keseragaman bobot pada tiap ayakan (nomor mesh). Bila waktu lebih dari 5 menit dikhawatir kanpartikel terlalu sering bertumbukan sehingga pecah dan lolos keayakan berikutnya, dengan begitu akan terjadi ketidak validan data. Setelah diayak kemudian ditimbang serbuk tertahan pada masing-masing pengayak diperoleh berat pada nomor ayakan 20 sebesar 6,74 gram, ayakan 40 sebesar 9,01 gram, ayakan 60 sebesar 4,79 garm, ayakan 80 sebesar2,09 gram, dan ayakan 100 sebesar 0,80 gram.Hasil persenser buktertahan dari nomor ayakan 40 sebesar 107,13%, ayakan 60 sebesar 56,95%, ayakan 80 sebesar 24,85%, dan ayakan 100 sebesar 9,512%. Dan setelah dihitung diperoleh diameter rata-rata laktosa yaitu sebesar 0,475 mm. Pada percobaan kedua yaitu menentukan kerapatan partikel menggunakan piknometer. Prinsip metode piknometer ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer.Ketelitian metode piknometer akanbertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer.Piknometer yang digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol, yang bertujuan untuk menghilangkan mikroorganisme yang terdapat pada piknometer karena penyimpanan.

Selain itu juga untukmenghindari terjadinya kesalahan pada penimbangan karena terdapat zat asing yang belum dibersihkan. Membersihkan piknometer dengan alkohol karena alkohol cepat menguap sehingga lebih cepat kering.Penentuan kerapan partikel ini sederhana karena hanya membutuhkan alat piknometer dan cairan pelarut yang tidak melarutkan zat dan sampel paracetamol sebanyak 2 gram. Langkah pertama yaitu timbang piknometer kosong 10ml yang telah dibersihkan(𝑊1 ), menimbang piknometer tidak boleh menggunakan tangan secara langsung karena akan menambah bobot piknometer, kemudian masukan paraffin cair kedalam piknometer hingga penuh dan tutup lalu timbang(𝑊1 ′), setelah itu keluarkan paraffin setengah dari pinometer dan masukan 2gram paracetamol(𝑊3 ) lalu isi kembali piknometer dengan paraffin hingga penuh beserta tutup, kocok hingga tidak terdapat gelembung kemudian ditimbang(𝑊4 ). Pada penimbangan piknometer yang dipenuhi dengan paraffin cair, tidak boleh terdapat gelembung, gelembung yang tertinggal dapat memengaruhi bobot karena gelembung merupakan bobot kosong yang akan mengurangi bobot seharusnya.Dari hasil didapatkan kerapatan partikel sebesar 1,390𝑔⁄𝑚𝐿. Pada percobaan ketiga yaitu menghitung kerapatan curah dan kerapatan mampat partikel. Kerapatan mampat adalah berat serbuk dibagi dengan volume serbuk konstan (volume akhir),serbuk yang telah diuji dengan alat uji kompresibilita shingga volume serbuk konstan. Kerapatan curah didefinisikan sebagai massa dari serbuk dibagi dengan volume bulk (volume awal) Kerapatan mampat dilakukan sama seperti menentukan kerapatan curah,hanya saja sampel diberikan perlakuan yaitu dimampatkan dengan cara diketuk-ketukan menggunakan alat yang telah diatur untuk 250 ketukan. Bahan yang digunakan yaitu avicel 25gram. Penentuan volume curah serbuk dapat dilihat dari volume yang pertama kali didapat ketika serbuk dimasukkan kedalam gelas ukur (volume awal). Sedangkan volume mampat didapat setelah gelas ukur yang diisi serbuk diketuk secara berulang (volume akhir). Hasil dari kerapatan curah memiliki nilai yang lebih kecil dari kerapatan mampat ini dikarenakan pada kerapatan curah masih terdapat volume rongga atau ruangan antar partikel. Setelah dimampatkan dengan cara diketuk 250 ketukan volume rongga atau ruang antar partikel sudah jauh lebih berkurang. Dari hasil percobaan didapatkan kerapatan curah sebesar 0,337𝑔⁄𝑚𝐿.Dan kerapatan mampat sebesar 0,463𝑔⁄𝑚𝐿.

VII.KESIMPULAN Setelah melakukan praktikum mikrometik didapatkan kesempulan : 

Setelah diayak kemudian ditimbang serbuk tertahan pada masing-masing pengayak diperoleh berat pada nomor ayakan 20 sebesar 6,74 gram, ayakan 40 sebesar 9,01 gram, ayakan 60 sebesar 4,79 garm, ayakan 80 sebesar2,09 gram, dan ayakan 100 sebesar 0,80 gram.Hasil persen serbuk tertahan dari nomor ayakan 40 sebesar 107,13%, ayakan 60 sebesar 56,95%, ayakan 80 sebesar 24,85%, dan ayakan 100 sebesar 9,512%. Dan setelah dihitung diperoleh diameter rata-rata laktosa yaitu sebesar 0,475 mm.



Pada penimbangan piknometer yang dipenuhi dengan paraffin cair, tidak boleh terdapat gelembung, gelembung yang tertinggal dapat memengaruhi bobot karena gelembung merupakan bobot kosong yang akan mengurangi bobot seharusnya.Dari hasil didapatkan kerapatan partikel sebesar 1,390𝑔⁄𝑚𝐿.



Hasil dari kerapatan curah memiliki nilai yang lebih kecil dari kerapatan mampat ini dikarenakan pada kerapatan curah masih terdapat volume rongga atau ruangan antar partikel. Setelah dimampatkan dengan cara diketuk 250 ketukan volume rongga atau ruang antar partikel sudah jauh lebih berkurang. Dari hasil percobaan didapatkan kerapatan curah sebesar 0,337𝑔⁄𝑚𝐿.Dan kerapatan mampat sebesar 0,463𝑔⁄𝑚𝐿.

VIII.DAFTAR PUSTAKA 1. Martin,A. 1990. Farmasi Fisika jilid II. Jakarta :Universitas Indonesia Press 2. Moechtar.1990. Farmasi fisika. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press 3. Parrot,L,E.1970. Pharmaceutical technologi.mineapolish:burgess publishing company

More Documents from "Azis Saw"