PEMBAHASAN Pada bakteri pertumbuhan dapat diartikan sebagai pertambahan jumlah sel bakteri itu sendiri. Pertumbuhan adalah proses irreversible atau proses yang tidak dapat kembali (Hastuti, 2008). Pertumbuhan makhluk hidup termasuk bakteri dipengaruhi oleh nutrisi dan kondisi lingkungan yang mendukung, sehingga makhluk hidup tersebut dapat melakukan pertumbuhan secara maksimum. Salah satu faktor lingkungan yang memengaruhi pertumbuhan bakteri tersebut adalah suhu. Suhu merupakan salah satu faktor utama yang sangat memengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Antara spesies satu dengan yang lain daya tahan terhadap temperatur (suhu) tidak sama. Pengaruh lingkungan tersebut akan memberikan gambaran yang menunjukkan peningkatan jumlah sel berbeda dan pada akhirnya akan memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya (Tarigan, 1988). Tujuan dari diadakannya praktikum pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri ini adalah untuk mempelajari pengaruh abiotik dalam hal ini adalah suhu terhadap pertumbuhan bakteri dan untuk mengetahui titik kematian termal bakteri (thermal death point). Titik kematian bakteri ialah temperatur yang serendah-rendahnya yang dapat membunuh bakteri yang berada di dalam standar medium selama 10 menit (Dwidjoseputro, 1984). Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa koloni bakteri pada suhu 40ºC dan 80ºC pertumbuhan bakteri di dalamnya sangat banyak (+++). Pada suhu 50ᴼC, 70ºC, 90ºC dan 100ºC pertumbuhan bakteri di dalamnya banyak(++). Hasil ini dilihat dengan cara kualitatif, yaitu terlihat adanya pertumbuhan bakteri yang sangat banyak ditandai dengan banyaknya pertumbuhan sel bakteri pada medium NA padat tersebut yang terbentuk.. Pada lempeng bakteri yang menggunakan suhu 60ºC pertumbuhan bakterinya sedikit (+), hal ini ditandai dengan jarangnya koloni bakteri yang tumbuh pada medium NA. Hal tersebut mungkin terjadi akibat saat menginokulasi bakteri dengan perlakuan suhu 60ºC praktikan menekan jarum inokulasi terlalu dalam hingga merusak NA padat sehingga bakteri tidak tumbuh dengan baik pada medium tersebut. Selain itu bisa juga disebabkan karena terlalu sedikit bakteri yang di goreskan pada medium sehingga sedikit pula bakteri yang hidup di medium tersebut.
Pada lempeng medium kontrol dengan suhu ruang bakteri tidak tumbuh sama sekali. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada, menurut Dwijoseputro (1994) berdasarkan batas temperatur, bakteri dapat dibagi atas: 1. Bakteri termofilik (politermik) yaitu bakteri yang tahan terhadap suhu tinggi dan dapat tumbuh baik sekali pada temperature 55oC-80oC. 2. Bakteri mesofil (mesotermik) yaitu bakteri yang tahan terhadap suhu sedang dan dapat hidup dengan baik antara 5o-60oC, temperature optimumnya 25oC-40oC. 3. Bakteri psikofil (oligotermik) yaitu bakteri yang tahan terhadap suhu rendah dan dapat hidup antara 0-30oC, temperature optimumnya 10oC-20oC. Ketahanan bakteri untuk hidup pada berbagai jenis suhu mulai dari yang rendah hingga pada suhu paling tinggi dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur minimum disebut dengan bakteri psikrofil, pada bakteri yang hidup pada suhu sedang disebut dengan bakteri mesofil, dan bakteri yang dapat hidup pada suhu tinggi disebut dengan bakteri termofil (Suharni et al, 2008). Dari kedua teori tersebut maka dapat dikatakan bahwa bakteri yang telah diamati termasuk ke dalam bakteri termofilik dikarenakan bakteri termofilik hidup pada suhu tinggi dengan rentangan sebesar 40oC-80oC atau bahkan lebih (Suharni et al, 2008). Berkaitan dengan bakteri golongan termofil (politermik), koloni bakteri yang diamati dapat juga dikatakan sebagai bakteri hyperthermofil karena bakteri ini dapat tumbuh di atas suhu 80°C. Bakteri hyperthermofil adalah bakteri thermofil yang dapat hidup di atas suhu 80°C (Lordbroken, 2010). Berdasarkan hasil praktikum ini titik kematian termal bakteri adalah 0ºC, karena bakteri ini merupakan bakteri yang masuk golongan termofil (politermik). Di mana mereka tidak dapat berkembang biak (tumbuh) dalam keadaan dingin, karena suhu optimum pertumbuhan bakteri ini adalah antara suhu 55ºC sampai 65ºC atau lebih. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa bakteri itu masih dapat hidup pada suhu 0ºC, karena menurut teori (Dwidjoseputro, 1984) umumnya bakteri lebih tahan terhadap temperatur rendah daripada temperatur tinggi. Hanya beberapa spesies yang biasa hidup pada temperatur yang rendah. Contohnya, bakteri pathogen yang berasal dari tubuh hewan atau manusia. Mereka dapat bertahan sampai beberapa bulan pada suhu titik beku (0ºC). Bakteri yang masih hidup pada suhu tinggi dikarenakan bakteri tersebut membuat spora sebagai perlindungan. Ini menjadikan mereka susah untuk mati pada suhu tinggi.
Beberapa kesalahan yang mungkin dilakukan oleh praktikan yaitu tidak sama banyak dalam mengambil dan menggoreskan bakteri dengan jarum inokulasi berkolong pada mendium sehingga menyebabkan perbedaan banyaknya bakteri yang terlihat, adanya kesalahan dalam prosedur kerja yang dilakukan, waktu yang diperlukan untuk pemanasan kurang atau kelebihan, kondisi alat (water bath) yang kurang optimal dan tidak dikalibrasi terlebih dahulu, dan kesalahan praktikan dalam menglihat hasil kualitatif dari pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri pada medium lempeng. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi hasil dari percobaan ini.
DAFTAR RUJUKAN Dwidjoseputro, D. 1984. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Dwidjoseputro. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan Dwidjoseputro. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan Hastuti, Utami Sari. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: Universitas Negeri Malang. Lordbroken. 2010. Mekanisme Ketahanan Mikroba Terhadap Suhu Tinggi. (Online), (http://lordbroken.com/2010/10/08/1118/), diakses pada 28 Februari 2016. Suharni, T., T , dkk. 2008. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya. Tarigan, J. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia