Pembahasan Mikrobiologi 1.docx

  • Uploaded by: Baby Byun
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pembahasan Mikrobiologi 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,205
  • Pages: 3
PEMBAHASAN MIKROBIOLOGI 1 -

Perbedaan Media NA dan PDA Pada praktikum kali ini kami mempelajari tentang pengenalan alat-alat laboratorium mikrobiologi, cara pembuatan media agar dan sterilisasi serta teknik penuangan. Pengenalan alat-alat laboratorium mikrobiologi kali ini lebih berfokus pada alat-alat ukur, alat pemanas, alat sterilisasi dan alat-alat pengaduk atau penghomogen larutan. Kemudian pada pembuatan media agar dan teknik penuangan, kami menggunakan dua jenis media, yaitu media NA dan media PDA. Sebelumnya kita telah mengetahui bahwa media atau medium adalah substrat atau dasar makan bernutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroba. Komponen dasar meda biasanya disesuaikan dengan jenis nutrisi yang diperlukan oleh mikroba tersebut, meliputi: air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh seprti pH dan suhu. Jenis-jenis media terbagi menjadi: o Media berdasarkan komposisi kimiawinya, media sintetik dan media non sintetik. o Media bersadarkan fungsinya, media selektif dan media diferensial. o Media berdasarkan keperluannya, media cair, media padat, media kering dan media semi solid. o Media yang diperkaya. (Lestari & Hartati, 2017:97-100).

-

Fungsi melakukan aseptik Saat melakukan praktikum mikrobiologi, praktikan diwajibkan melakukan teknik aseptik. Teknik aseptik adalah metode yang digunakan pada setiap prosedur dan peralatan invasif. (James, dkk., 2011: 116). Kondisi aseptik adalah suatu keadaan yang dirancang untuk menghindari adanya kontaminasi oleh mikroorganisme, pirogen ataupun partikel baik pada alat, kemasan maupun bentuk sediaan selama proses pencampuran. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan suatu kondisi aseptik: area yang digunakan harus steril, personal atau praktikan harus memakai pakaian dan perlengkapan keamanan yang steril, peralatan yang steril dan teknik penghomogenan yang sesuai prosedur. (Oetari, 2018: 6-8).

-

Fungsi dari bahan yang digunakan seperti gula, garam, agar, kaldu dan kentang Praktikum kali ini kami menggunakan dua jenis media, yaitu media NA dan media PDA. Media NA (nutrient agar) merupakan media berbentuk padat dari ekstrak daging, pepton dan garam. Media NA biasa digunakan untuk mengembang biakan bakteri. (Murwani, 2015: 152). Sedangkan media PDA (potato dextrose agar) merupakan media yang terbuat dari ekstrak kentang (potato), agar dan gula serta antibiotik. Media PDA biasa digunakan untuk memperbanyak kultur murni jamur yang meliputi media tanam, inokulasi dan inkubasi. (Achmad, dkk., 2011: 64). Pada pembuatan media NA, kami menggunakan kaldu ayam, agar plain, garam dan aquades. Kami memakai kaldu ayam sebagai pengganti ekstrak daging karena kaldu ayam memiliki kandungan karbohidrat, senyawa-senyawa organik dan vitamin. Kami juga menggunakan garam karena garam merupakan mineral yang merupakan sumber nutrisi bagi bakteri. Selanjutnya agar plain digunakan sebagai bahan pemadat media. Kemudian untuk media PDA kami menggunakan ekstrak kentang, gula pasir, agar plain dan atibiotik. Ekstrak kentang digunakan karena mengandung nutrient bagi pertumbuhan jamur. Gula pasir sebagai sumber karbon dan agar plain untuk memadatkan media. Selanjutnya pada media PDA kami

juga menggunakan antibiotik sebagai penangkal tumbuhnya bakteri pada media PDA yang digunakan untuk pertumbuhan jamur. (Lestari & Hartati, 2017: 101-102). Dari tabel hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pada labu erlemenyer media NA tidak mengalami kontaminasi dan menjadi padat. Namun pada labu erlemenyer media PDA terjadi kontaminasi yang sangat terlihat. Karena dari warna medianya menjadi sangat hitam dan tetap cair. Hal ini terjadi karena ekstrak kentang yang digunakan sudah teroksidasi dan terkontaminasi, sehingga menyebabkan gagalnya pembuatan media PDA pada labu erlemenyer. Kami menggunakan ekstrak kentang yang diparut kemudian diperas, bukan menggunakan kentang yang dipotong-potong lalu direbus dan diambil air rebusannya untuk dijadikan ekstrak. Hal ini dapat dilihat pada literatur Wahyuni (2015: 17), pada pembuatan media PDA (potato dextrose agar) kentang dikupas dan dicuci bersih lalu dipotong ukuran dadu kemudian dimasak dengan air suling steril dan disaring ekstrak (air hasil rebusan) dengan kain muslin. Setelah itu ditambahkan agar dan antibiotik lalu diaduk hingga homogen. Setelah dididihkan, labu erlemenyer ditutup dengan kapas dan aluminium foil lalu di plastik wrap dan selanjutnya di steriliasi ke dalam autoklas. Dapat dilihat dari literatur tersebut, terdapat penyebab lainnya yang menyebabkan terjadi kontam adalah saat selesai membuat media baik NA maupun PDA tidak dilakukan sterilisasi kembali dengan menggunakan autoklaf. Kurangnya kondisi aseptik juga dapat mempengaruhi terjadinya kontaminasi pada media. Selanjutnya kami juga melakukan teknik penuangan media pada cawan petri dan membuat media tabung miring. Pada teknik penuangan cawan petri, berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pada media cawan petri NA terdapat jamur yang berarti media NA terjadi kontaminasi. Karena seharusnya media NA hanya ditumbuhi oleh bakteri saja. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yaitu kurangnya kondisi aseptik dan teknik aseptik praktikan yang belum sesuai prosedur serta proses pencairan yang kurang. Pada saat proses pencairan media padat untuk dituangkan pada cawan petri. Mengalami kendala yaitu saat pemanasan pada water bath suhu awal yang digunakan hanya hangat kuku, lalu baru dinaikkan suhunya saat wakti praktikum tinggal seidikit lagi. Hal ini menjadi pembelajaran bagi praktikan untuk lebih aktif. Faktor lainnya dapat dikarenakan kurangnya kondisi aseptik pada lingkungan sekitar dan cawan petri yang digunakan lalu teknik penghomogenan angka 8 yang tidak konstan gerakannya serta waktu penghomogenannya. Serta saat penuangan, pembukaan cawan petri terlalu lebar sehinggga kontaminasi dari luar dapat masuk ke dalam cawan petri walaupun penuangannya sudah dilakukan di dekat bunsen yang menyala. Hal ini dapat dilihat pada literatur Sudjito (2018: 49), pada prosedur kerja teknik tuang cawan petri (pour plate), media yang sebelumnya pada pada tabung reaksi diencerkan/dicairkan terlebih dahulu lalu meda yang telah cair tesebut dituangkan pada cawan petri dengan cara aseptik dan setelah itu cawan petri dibungkus plastik wrap dan diputar membentuk angka 8, fungsi pemutaran membentukan angka 8 ini agar suspensi bakteri menjadi homogen, setelah homogen kemudian diinkubasi. Pembuatan media agar cawan petri bertujuan untuk memudahkan untuk melihatnya bentuk, warna koloni pada media. (Lestari & Hartati, 2017: 101). Media kedua yaitu pembuatan media tabung miring, dapat dilihat dari tabel hasil pengamatan pada media tabung miring baik NA maupun PDA tidak memadat terutama pada media NA sangat cair dan PDA semisolid yang seharusnya kedua media tersebut menjadi padat dan miring. Sama seperti pada pembuatan media teknik penuangan cawan petri, media NA dan PDA awalnya berbentuk padat lalu dipanaskan pada waterbath dan selanjutnya dibentuk media agarnya menjadi posisi miring. Namun hasilnya pada media NA tetap cair dan media PDA semisolid. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yaitu, saat pemanasan/pencairan terjadi kontaminasi yaitu media yang sudah agak cair terkena kapas penutup tabung media

sehingga terjadi kontaminasi. Kemudian dalam literatur Suwahyono (2013: 120), pemeliharan atau tenggang waktu penumbuhan ulang agar miring yang lama ke agar miring yang baru dapat dilakukan minimal setiap 8-9 bulan dan ada pula jamur yang memerlukan waktu 12 bulan serta jika pengerjaan pada media miring kurang hati-hati dapat terjadi kontaminasi, dan penyimpanan biakan agar miring sebaiknya pada suhu 5-20o. Dari literatur tersebut dapat disimpulkan bahwa kegagalan yang terjadi pada media NA dan PDA tabung miring karena kurangnya kehati-hatian pada saat melakukan pemanasan sehingga terjadi kontaminasi, tidak sesuainya suhu saat penyimpanan, terlalu cepat waktu pemeliharan medianya dan dan lain sebagainya. Pembuatan media agar tabung miring bertujuan untuk memudahkan kulturisasi bakteri/mikroba yang memiliki sifat aerob dan anaerob fakultatif yang membutuhkan )2 untuk berkembang. (Lestari & Hartati, 2017: 101). DAFTAR PUSTAKA James, J., C. Baker & H. Swain. 2011. Prinsip-prinsip Sains Untuk Keperawatan. Erlangga, Jakarta: xvii+245 hlm. Sudjito, Y.L. 2018. Smart Book Biologi. Grasindo, Jakarta: VIII+438 hlm. Surwahyono, U. 2013. Membuat Biopestisida. Penebar Swadaya, Jakarta: III+172 hlm. Wahyuni, S.H. 2015. IDENTIFIKASI DAN UJI ANTAGONISME JAMUR ENDOFIT TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) TERHADAP PERKEMBANGAN Xanthomonas albilineans L. DENGAN METODE STERILISASI AUTOKLAF DAN MEMBRAN FILTER. 94 hlm. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/57325. 09 Maret 2019, Pk 21.25 WIB.

Related Documents

Pembahasan
August 2019 65
Pembahasan
July 2020 39
Bakteri: Mikrobiologi
June 2020 42

More Documents from "Gamaliel Kevin Winarno"