Pembahasan Imunologi(1).docx

  • Uploaded by: Silma sahara
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pembahasan Imunologi(1).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,256
  • Pages: 17
BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Salah satu sistem terpenting yang terus menerus melakukan tugas dan kegiatan dan tidak pernah melalaikan tugas-nya adalah sistem kekebalan tubuh atau biasa kita sebut dengan sistem imun. Sistem ini melindungi tubuh sepanjang waktu dari semua jenis penyerang yang berpotensi menimbulkan penyakit pada tubuh kita. Ia bekerja bagi tubuh bagaikan pasukan tempur yang mempunyai persenjataan lengkap. Setiap sistem, organ, atau kelompok sel di dalam tubuh mewakili keseluruhan di dalam suatu pembagian kerja yang sempurna. Sistem imun diperlukan sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi. Berbagai komponen system imun bekerja sama dalam sebuah respon imun. Apabila seseorang secara imunologis terpapar pertama kali dengan antigen kemudian terpapar lagi dengan antigen yang sama, maka akan timbul respon imun sekunder yang lebih efektif. Reaksi tersebut dapat berlebihan dan menjurus ke kerusakan individu mempunyai respon imun yang

menyimpang.Sistem

kekebalan

tubuh

sangat

mendasar

peranannya

bagi kesehatan, tentunya harus disertai dengan pola makan sehat, cukup berolahraga, dan terhindar dari masuknya senyawa beracun ke dalam tubuh. Kondisi sistem kekebalan tubuh menentukan kualitas hidup. Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi oleh system pertahanan tubuh. Sistem imun adalah system perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme.Gejala menurunnya daya tahan tubuh sering kali terabaikan sehingga timbul berbagai penyakit infeksi. Sejak dasawarsa 1960 perhatian terhadap teknik imunisasi makin meningkat. Dewasa ini, imunisasi telah menjadi amat terkenal sebagai metoda pilihan untuk penentuan analit secara kuantitatif. Imunisasi telah masuk ke dalam banyak cabang dan disiplin dari penelitian ilmiah terutama yang berkaitan dengan subyek biologis.

1

2.2

Rumusan Masalah Bagaimana anatomi, fisiologi, kimia, fisika, dan biokimia terkait sistem imunoligi ?

2.3

Tujuan Untuk mengatahui anatomi, fisiologi, kimia, fisika, dan biokimia terkait sistem

imunoligi

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Anatomi, Fisiologi, Kimia, Fisika, Dan Biokimia Terkait Sistem Imunoligi

1.

Pengertian Sistem Imun (bahasa Inggris:immune system) adalah system perlindungan pengaruh

luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika system kekebalan bekerja dengan benar, system ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika system kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor,dan terhambatnya system ini juga telah dilaporkan menisngkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

2.

Fungsi Sistem Imun

1) Pembentuk kekebalan tubuh. 2) Penolak dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk ke dalam tubuh. 3) Pendeteksi adanya sel abnormal, infeksi dan patogen yang membahayakan. 4) Penjaga keseimbangan komponen dan fungsi tubuh. 3.

Anatomi Dan Fisioligi Imunologi Sistem imunitas manusia berhubungan erat dengan sistem limfatik, karena itu organ

organ yang berperan disini adalah organ-organ sistem limfatik. Dibagi menjadi dua, yaitu : 1)Organ limfatik primer (1)Timus

3

Gambar 2.1. Kelenjar Timus

Suatu jaringan limfatik yang terletak di sepanjang trakea di rongga dada bagian atas. Fungsinya memproses limfosit muda menjadi T limfosit. (2) Sumsum Tulang

4

Gambar 2. 2. Sumsum Tulang Belakang

Jaringan lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang yang merupakan tempat produksi sebagian besar sel darah baru. Sumsum tulang merupakan jaringan limfatik karena memproduksi limfosit muda yang akan diproses pada timus atau tempat-tempat lainnya untuk menjadi limfosit T atau limfosit B.

2) Organ limfatik sekunder (1)Tonsil

Gambar 2. 3. Tonsil

Jaringan lymphatic yang terdiri dari kumpulan-kumpulan limposit .

5

Fungsi : Memproduksi lymphatic dan antibodi yang kemudian akan masuk ke dalam cairan lymph.

Tonsil terletak pada : a. Dinding dalam nosopharynx (tonsila pharingea ) b. Fosa tonsilaris di samping-belakang lidah (tonsil palatina) c. Di bawah lidah (tonsila liqualis)

Tonsil bukan merupakan kelenjar karena tidak memiliki pembuluh lymph afferent, oleh sebab itu tonsil tidak menyaring cairan lympha.

3) Nodus Limfa

Gambar 2. 4. Nodus Limfa

Adalah titik di sepanjang pembuluh limfa yang memiliki ruang (sinus) yang mengandung limfosit dan makrofag.

Nodus limfa berfungsi sebagai: Penyaring mikroorganisme dalam limfe ketika cairan tersebut melewati nodus. Jadi bila jaringan terinfeksi, nodus limfatik bisa menjadi bengkak dan nyeri bila ditekan. Apabila infeksinya ringan, imfeksi tersebut akan diatasi oleh sel-sel nodus sehinggar nyeri serta bengkak mereda. Apabila infeksinya berat, organesme penyebab infeksi akan 6

menyebabkan peradangan akut dan destruksi sehingga terbentuklah abses di dalam nodus tersebut. Apabila bakteri tidak berhasil dirusak oleh nodus, bakteria tersebut dapat masuk ke dalam aliran limfe dan menginfeksi sirkulasi sistemik dan menimbulkan septikemia.

(1)Memproduksi limfosit baru untuk aliran darah. Sel-sel di dalam nodus bermultiplikasi secara konstan dan sel-sel yang baru terbentuk akan dibawa oleh cairan limfe. (2) Nodus dapat memproduksi beberapa antibodi dan antitoksin untuk mencegah infeksi. (10)

Gambar 2. 5. Limpa

Limpa ialah sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di sebelah kiri abdomen di daerah hipogastrium kiri di bawah iga kesembilan, sepuluh, dan sebelas. Limpa berdekatan pada fundus dan permukaan luarnya menyentuh diafragma. Limpa menyentuh ginjal kiri, kelokan kolon di kiri atas, dan ekor pankreas. Limpa terdiri atas struktur jaringan ikat . Diantara jalinan-jalinan itu terbentuk isi limpa atau pulpa yang terdiri atas jaringan limfe dan sejumlah besar sel darah. Limpa dibungkus oleh kapsul yang terdiri atas jaringan kolagen dan elastis yang terdiri dan beberapa serabut otot halus. Serabut otot halus ini berperram- seandainya ada- sangat kecil bagi limpa manusia. Dari kapsul itu keluar tajuk-tajuk trabekulae yang masuk ke dalam jaringan limpa dan membaginya ke dalam beberapa bagian. Pembuluh darah limpa masuk dan keluar melalui hilum yang berada di permukaan dalam. Pembuluh-pembuluh darah itu menuangkan isinya langsung ke dalam pulpa, sehingga darahnya dapat bercampur dengan unsur-unsur limpa dan tidak seperti pada organ-organ yang lain dipisahkan oleh pembuluh darah. Disini tidak terdapat sistem kapiler biasa. Tetapi langsung berhubungan dengan sel-sel limpa. Darah yang mengalir dalam limpa dikumpulkan lagi oleh sistem sinus yang bekerja seperti vena dan yang mengantarkannya ke dalam cabang7

cabang vena. Cabang-cabang ini bersatu dan membentuk vena limpa (vena lenalis). Vena ini membawa darahnya masuk ke peredaran gerbang (peredaran portal) dan diantarkan ke hati.

Fungsi limpa : (1)Sewaktu masa janin limpa membentuk sel darah merah dan mungkin pada orang dewasa juga masih mengerjakannya bila sumsum tulang rusak. (2)Sel darah merah yang sudah rusak dipisahkan dari sirkulasi. (3)Limpa juga menghasilkan limfosit. (4)Diperkirakan juga limpa bertuigas menghancurkan sel darah putih dan trombosit. (5)Sebagai bagian dari sistema retikulo endoteleal ,limpa juga terlibat dalam perlindungan terhadap penyakit dan menghasilkan zat-zat antibodi. (10)

2. 6. Sistem Imunitas

4. Sistem Pertahanan Tubuh 8

Berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit, sistem pertahanan tubuh digolongkan menjadi dua, yaitu pertahanan tubuh nonspesifik dan pertahanan tubuh spesifik. (Rohana Kusumawati, 2012) 1) Sistem Pertahanan Tubuh Nonspesifik Sistem pertahanan tubuh nonspesifik adalah pertahanan tubuh yang tidak membedakan mikrobia patogen satu dengan yang lainnya. Sistem pertahanan tubuh ini diperoleh melalui cara berikut : (1). Pertahanan yang terdapat di permukaan tubuh Pertahanan ini berupa pertahanan fisik, pertahanan mekanis, pertahanan kimiawi, dan pertahanan biologis. a. Pertahanan Fisik Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan terluar tubuh yang menghalangi jalan masuknya patogen ke dalam tubuh. Pertahanan ini dilakukan oleh kulit dan membran mukosa. Lapisan terluar kulit terdiri atas sel – sel epitel yang tersusun rapat sehingga patogen sulit untuk menembusnya. Lapisan terluar kulit mengandung kreatin dan sedikit air sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Saluran pencernaan, saluran pernafasan, dan saluran kelamin juga dilapisi oleh membran mukosa yang berfungsi menghalangi masuknya patogen. (Rohana Kusumawati, 2012) b. Pertahanan Mekanis Pertahanan secara mekanis dilakukan oleh rambut hidung dan silia pada trakea. Rambut hidung berfungsi menyaring udara yang dihirup dari partikel partikel berbahaya maupun mikrobia. Silia pada trakea berfungsi untuk menyapu partikel partikel berbahaya yang terperangkap dalam lendir agar dapat dikeluarkan dari dalam tubuh. (Rohana Kusumawati, 2012) c. Pertahanan Kimiawi Pertahanan secara kimiawi dilakukan oleh sekret yang dihasilkan kulit dan membran mukosa. Sekret mengandung zat – zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia, contoh minyak dan keringat. Kedua sekret tersebut memberikan suasanana asam sehingga mencegah pertumbuhan mikroorganisme di kulit. Adapun air liur (saliva), air mata, dan sekresi mukosa (mukus) mengandung enzim lisozim yang dapat membunuh bakteri. Enzim lisozim menghidrolisis dinding sel sehingga selnya pecah dan mati. (Rohana Kusumawati, 2012) 9

d. Pertahanan Biologis Pertahanan secara biologis dilakukan oleh populasi bakteri yang hidup di kulit dan membran mukosa. Bakteri – bakteri tersebut melindungi tubuh dengan cara berkompetisi dengan bakteri patogen untuk mendapatkan nutrisi. (Rohana Kusumawati, 2012) (2).Respons Peradangan (Inflamasi) Inflamasi adalah respon tubuh terhadap kerusakan jaringan, misal akibat tergores atau benturan keras. Proses inflamasi adalah kumpulan dari empat gejala sekaligus yaitu dolor (nyeri), rubor (kemerahan), calor (panas), dan tumor (bengkak). (Rohana Kusumawati, 2012) Mekanisme pertahanan tubuh melalui inflamasi : a. Jaringan mengalami luka. Adanya kerusakan jaringan mengakibatkan patogen mampu melewati pertahanan tubuh untuk menginfeksi sel – sel tubuh. Jaringan yang terinfeksi selanjutnya akan merangsang mastosit untuk mengeluarkan histamin dan prostaglandin. b. Terjadi pelebaran pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan kecepatan aliran darah sehingga permeabilitas pembuluh darah meningkat. Daerah yang terinfeksi berwarna kemerahan, panas, bengkak, dan terasa nyeri. Peningkatan kecepatan aliran darah dan permeabilitas pembuluh darah mengakibatkan terjadinya perpindahan sel – sel fagosit (neutrofil dan monosit) menuju jaringan yang terinfeksi. c. Sel – sel fagosit kemudian memakan patogen Inflamasi berfungsi mencegah infeksi menyebar ke jaringan lain serta mempercepat proses penyembuhan. Reaksi tersebut berfungsi sebagai sinyal adanya bahaya dan sebagai perintah agar sel darah putih (neutrofil dan monosit) melakukan fagositosis terhadap mikrobia yang menginfeksi tubuh. (Rohana Kusumawati, 2012) (3)Fagositosis Fagositosis adalah mekanisme pertahanan tubuh yang dilakukan oleh sel – sel fagosit dengan mencerna mikrobia atau partikel asing. Sel fagosit terdiri dari dua jenis, yaitu fagosit mononuklear dan polimorfonuklear. Contoh fagosit mononuklear adalah monosit dan jika bermigrasi ke jaringan akan berperan sebagai makrofag. Contoh fagosit polimorfonuklear adalah granulosit, yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, dan cell mast (mastosit). (Rohana Kusumawati, 2012) 10

Proses fagositosis sebagai berikut : a. Pegenalan (recognition), mikrobia atau partikel asing terdeteksi oleh sel – sel fagosit. b. Pergerakan (chemotaxis), setelah suatu partikel mikrobia dikenali, maka sel fagosit akan bergerak menuju partikel tersebut. Pada proses ini mikrobia atau partikel asing mengeluarkan zat yang dapat memikat sel hidup seperti fagosit untuk menghampirinya. c. Perlekatan (adhesion), setelah sel fagosit bergerak menuju partikel asing, partikel tersebut akan melekat dengan reseptor pada membran sel fagosit. d. Penelanan (ingestion), ketika partikel asing telah berikatan dengan reseptor di membran plasma sel fagosit, membran sel fagosit tersebut akan segera menyelubungi seluruh permukaan partikel asing dan menelannya ke dalam sitoplasma dalam sebuah gelembung mirip vakuola yang disebut fagosom. e. Pencernaan (digestion), lisosom yang berisi enzim – enzim penghancur seperti acid hydrolase dan peroksidase, berfusi dengan fagosom membentuk fagolisosom. Enzim – enzim tersebut mencerna seluruh permukaan partikel asing hingga hancur. Setelah infeksi dapat diobati, beberapa neutrofil dan sel fagosit lainnya akan mati bersamaan dengan matinya sel – sel tubuh dan patogen. Sel – sel fagosit yang masih hidup maupun yang sudah mati serta sel yang sudah rusak selanjutnya akan membentuk nanah. Terbentuknya nanah merupakan indikator bahwa infeksi telah sembuh. f. Pengeluaran (releasing), produk sisa partikel asing yang tidak dicerna akan dikeluarkan oleh sel fagosit. (Rohana Kusumawati, 2012) (4) Interferon Interferon adalah suatu zat anti virus bersifat tidak khas yang dapat menghambat replikasi virus di dalam sel. (Staff Pengajar FKUI, 1994) Interferon adalah jenis protein yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh selain protein komplemen. Protein komplemen membunuh bakteri penginfeksi dengan cara membentuk lubang pada dinding sel dan membran plasma bakteri tersebut. Hal ini mengakibatkan ion – ion Ca2+ keluar dari sel bakteri. Sementara itu, cairan dan garam – garam dari luar bakteri akan masuk ke dalam sel bakteri sehingga mengakibatkan sel bakteri hancur. (Rohana Kusumawati, 2012)

11

2) Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik Sistem pertahanan tubuh spesifik adalah pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang masuk ke dalam tubuh. Sistem ini bekerja apabila patogen telah berhasil melewati sistem pertahanan tubuh nonspesifik. Sistem ini disebut juga sistem imun. (Rohana Kusumawati, 2012) (1) Komponen komponen Sistem Kekebalan Tubuh Leukosit merupakan sel efektor sistem imun yang diperani oleh limfosit dan antibodi. a. Limfosit Menurut Lauralee Sherwood (2011), Limfosit terdiri dari dua tipe. a) Limfosit B (sel B) berubah menjadi sel plasma, yang mengeluarkan antibody yang secara tidak langsung menyebabkan destruksi benda asing (imunitas diperantarai oleh antibody, imunitas humoral) b) Limfosit T (sel T) secara langsung menghancurkan sel yang yang terinfeksi virus dan sel mutan dengan mengeluarkan bahan – bahan kimia yang melubangi sel korban (imunitas yang diperantarai oleh sel, imunitas sendiri). Menurut Rohana Kusumawati (2012) : a) Sel B Proses pembentukan dan pematangan sel B terjadi di sumsum tulang. Sel B berperan dalam pembentukan kekebalan humoral dengan membentuk antibodi. Sel B ini dapat dibedakan menjadi tiga jenis berikut. (a) Sel B plasma, berfungsi membentuk antibodi. (b) Sel B pengingat, berfungsi mengingat antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh serta menstimulasi pembentukan sel B plasma jika terjadi infeksi kedua. (c) Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B pengingat. Sel T dibedakan menjadi tiga jenis berikut.

b) Sel T Proses pembentukan sel T terjadi di sumsum tulang dan proses pematangannya terjadi di kelenjar timus. Sel T berperan dalam pembentukan kekebalan seluler yaitu dengan cara menyerang sel penghasil antigen secara langsung. Sel T juga ikut membantu produksi antibodi oleh sel B plasma. 12

(a) Sel T pembunuh, berfungsi menyerang patogen yang masuk ke dalam tubuh, sel tubuh yang terinfeksi, serta sel kanker secara langsung. (b) Sel T pembantu, berfungsi menstimulasi pembentukan jenis sel T lainnya dan sel B plasma serta mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis. (c) Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan respons imun dengan cara menurunkan produksi antibodi dan mengurangi aktivitas sel T pembunuh. Sel T supresor akan bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.

b. Antibodi (Imunoglobulin/Ig) Antibodi disebut juga imunoglobulin atau serum globulin, karena berfungsi untuk melindungi tubuh lewat proses kekebalan (immune). Antibodi merupakan senyawa protein yang berfungsi melawan antigen dengan cara mengikatnya. Antigen adalah senyawa protein yang terdapat pada patogen sel asing atau sel kanker. Contoh antibodi cacar hanya bekerja untuk antigen cacar. (Rohana Kusumawati, 2012) Antibodi tersusun dari dua macam rantai polipeptida yang identik, yaitu dua rantai ringan dan dua rantai berat. Keempat rantai pada molekul antibodi tersebut dihubungkan satu sama lain oleh iatan disulfida dan membentuk seperti huruf Y. Setiap lengan dari molekul tersebut memiliki tempat pengikatan antigen. (Rohana Kusumawati, 2012) Imunoglobulin dalam serum terutama terdiri dari fraksi protein yang mempunyai berat molekul sekitar 150.000 (angka sedimentasi 7S) dan komponennya adalah IgG, dan fraksi lain dengan berat molekul 90.000 (19S) yang ternyata IgM. (Staff Pengajar FKUI, 1994) Cara kerja antibodi dalam menginaktivasi antigen sebagai berikut : a) Netralisasi, menghalangi tempat pengikatan virus, membungkus bakteri dan atau opsonisasi. b) Aglutinasi partikel yang mengandung antigen, seperti mikrobia. c) Presipitasi atau pengendapan antigen yang dapat larut. d) Fiksasi komplemen atau aktivitas komplemen. (Rohana Kusumawati, 2012)

13

Antibodi dikelompokkan menjadi 5 subkelas berdasarkan perbedaan dalam aktivitas biologisnya : a) Immunoglobulin IgM berfungsi sebagai reseptor permukaan sel B untuk mengikat antigen dan disekresikan pada tahap – tahap awal respon sel plasma. b) IgG, immunoglobulin terbanyak dalam darah, diproduksi dalam jumlah besar ketika tubuh kemudian terpajan ke antigen yang sama. c) IgE melindungi tubuh dari cacing parasitic dan merupakan mediator antibody untuk respons alergik umum, misalnya hay fever, asma, dan urtikaria. d) IgA ditemukan dalam sekresi system pencernaan, pernapasan, dan kemih – kelamin, serta dalam air susu dan air mata. e) IgD terdapat di permukaan banyak sel B tetapi fungsinya belum diketahui. (Lauralee Sherwood, 2011)

5. Respons Kekebalan Tubuh terhadap Antigen Respons kekebalan tubuh terhadap antigen dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kekebalan humoral (antibodi – mediated immunity) dan kekebalan seluler (cell mediated immunity). 1) Kekebalan Humoral Dalam kekebalan humoral yang terlibat adalah sel B dan antibodi yang beredar dalam cairan darah dan limfe. Ketika suatu antigen masuk ke dalam tubuh untuk pertama kalinya, sel B pembela akan membentuk sel B plasma dan sel b pengingat. Sel B plasma akan menghasilkan antibodi yang berfungsi mengikat antigen. Sehingga makrofag akan lebih mudah menangkap dan menghancurkan patogen. Setelah infeksi berakhir, sel B plasma akan mati, sedangkan sel B pengingat akan tetap hidup dalam waktu lama. Respons tersebut dinamakan respons kekebalan primer. (Rohana Kusumawati, 2012) Apabila antigen yang sama masuk kembali ke dalam tubuh, sel B pengingat akan mengenalinya dan menstimulasi pembentukan sel B plasma. Sel B plasma berfungsi memproduksi antibodi. Respons tersebut dinamakan respons kekebalan sekunder. Respon ini lebih cepat dan konsentrasi antibodi yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan respons kekebalan primer. Hal ini disebabkan adanya memori imunologi, yaitu kemampuan sistem imun 14

untuk mengenali antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh. (Rohana Kusumawati, 2012) 2) Kekebalan Seluler Kekebalan ini melibatkan sel T yang bertugas menyerang sel – sel asing atau jaringan tubuh yang terinfeksi secara langsung. Ketika sel T pembunuh kontak dengan antigen pada permukaan sel asing, sel T pembunuh akan menyerang dan menghancurkannya dengan cara merusak membran sel asing. Apabila infeksi telah berhasil ditangani, sel T supresor akan menghentikan respons kekebalan dengan cara menghambat aktivitas sel T pembunuh dan membatasi produksi antibodi. (Rohana Kusumawati, 2012) 6. Jenis – Jenis Kekebalan Tubuh Berdasarkan cara memperolehnya, kekebalan tubuh terdiri atas dua kelombok, yaitu kekebalan aktif dan kekebalan pasif. 1) Kekebalan Aktif Kekebalan aktif adalah kekabalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri. Kekebalan ini bisa diperoleh secara alami dan secara buatan. Kekebalan akti alami diperoleh setelah seseorang mengalami sakit akibat infeksi suatu kuman penyakit. Setelah sembuh dari sakit, orang tersebut akan menjadikebal terhadap penyakit tersebut. Contoh, orang yang pernah sakit campak tidak akan terkena penyakit tersebut untuk kedua kalinya. (Rohana Kusumawati, 2012) Kekebalan aktif buatan diperoleh melalui vaksinasi. Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin ke dalam tubuh. Vaksin merupakan siapan antigen yang diberikan secara oral (melalui mulut) atau melalui suntikan untuk merangsang mekanisme pertahanan tubuh terhadap patogen. (Rohana Kusumawati, 2012) 2) Kekebalan Pasif Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh setelah menerima antibodi dari luar. Kekebalan ini diperoleh secara alami dan buatan. Kekebalan pasif alami dapat ditemukan pada bayi setelah menerima antibodi dari ibunya melalui plasenta saat masih berada di dalam kandungan. Jenis kekebalan ini juga dapat diperoleh lewat pemberian air susu pertama (kolostrum) yang mengandung banyak antibodi. (Rohana Kusumawati, 2012) 15

Kekebalan pasif buatan dapat diperoleh dengan cara menyuntikkan antibodi yang diekstrak dari satu individu ke tubuh orang lain sebagai serum. Kekebalan pasif buatan berlangsung singkat,

tetapi

berguna untuk

penyembuhan secara cepat. Contoh, pemberian serum antibisa ular kepada orang yang dipatuk ular berbisa. (Rohana Kusumawati, 2012)

7. Gangguan pada Sistem Kekebalan Tubuh 1. Alergi atau hipersensitivitas adalah suatu respon imun yang berlebihan terhadap suatu senyawa yang masuk ke dalam tubuh. Senyawa yang dapat menimbulkan alergi disebut alergen. Alergen berupa debu, serbuk sari, gigitan serangga, rambut kucing, dan jenis makanan tertentu misal udang. (Rohana Kusumawati, 2012) 2. Autoimunitas adalah gangguan pada sistem kekabalan tubuh saat antibodi yang diproduksi justru menyerang sel – sel tubuh sendiri karena tidak mampu membedakan sel tubuh sendiri dengan sel asing. Autoimunitas disebabkan karena gagalnya proses pematangan sel T di kelenjar timus. (Rohana Kusumawati, 2012) 3. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan berbagai penyakit yang disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). (Rohana Kusumawati, 2012)

16

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan Imunologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi imunitas. Imunologi berasal dari ilmu kedokteran dan penelitian awal akibat dari imunitas sampai penyakit. Sebutan imunitas yang pertama kali diketahui adalah selama wabah Athena tahun 430 SM. Thucydides mencatat bahwa orang yang sembuh dari penyakit sebelumnya dapat mengobati penyakit tanpa terkena penyakit sekali lagi.

3.2

Saran Pembaca diharapkan dalam membaca makalah ini dapat lebih tahu dan memahami tentang pentingnya Sistem Imun sehingga pemahaman itu dapat diinformasikan kepada orang awam dan dapat diaplikasikan untuk diri sendiri dan dilingkungan. Selain itu penulis mengharapkan saran yang membangun yang dapat menjadi motivasi dalam pembuatan makalah-makalah berikutnya sehingga dalam pembuatan makalah berikutnya penulis lebih teliti dan lebih baik lagi dalam menyampaikan informasi dalam bentuk tertulis seperti makalah ini.

17

Related Documents

Pembahasan
August 2019 65
Pembahasan
July 2020 39
Pembahasan Iodoform.docx
December 2019 31
Pembahasan Wiwin.docx
April 2020 23
Pembahasan Lap.docx
December 2019 26
Pembahasan Formol.docx
December 2019 27

More Documents from "Nicholas Gerry"