A. PEMBAHASAN 1.
Hubungan harga diri dengan kecenderungan depresi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto Harga diri merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan perilaku individu. Setiap idividu menginginkan penghargaan yang positif terhadap dirinya, sehingga seseorang tersebut akan merasakan bahwa dirinya berguna dan berarti bagi orang lain meskipun dirinya memiliki kelemahan baik secara fisik maupun mental (Yusuf, 2015). Rendahnya harga diri pada remaja memengaruhi seorang remaja untuk terserang depresi. Depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan munculnya gejala penurunan mood, kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi (WHO, 2010). Berdasarkan pengujian hipotesis pada penelitian ini didapatkan hasil terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara harga diri dengan kecenderungan depresi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto dengan nilai signifikansi sebesar p=0,000, dan r =0,394 pada kategori hubungan rendah. Berdasarkan distribusi data responden terbanyak adalah sebanyak 49 mahasiswa (37,1%) yang tidak mengalami kecenderungan depresi berasal dari tingkat harga diri tinggi. Hal ini bersesuaian dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusuf (2015) mengenai hubungan harga diri dan kesepian dengan depresi pada remaja yang menunjukkan bahwa harga diri memiliki hubungan yang signifikan negatif terhadap depresi. Hasil ini memberikan informasi bahwa terdapat hubungan antara harga diri dan kesepian dengan kecenderungan depresi, artinya semakin rendah harga diri maka kecenderungan depresi akan tinggi dan apabila kesepian tinggi maka
tingkat kecenderungan depresi juga tinggi, sebaliknya apabila harga diri tinggi maka kecenderungan depresi akan rendah dan apabila kesepian rendah maka semakin rendah pula tejadinya kecendrungan depresi (Yusuf, 2015) Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Sukmawati & Yuniati (2015) tentang hubungan antara konsep diri dengan kecenderungan depresi pada remaja dengan hasil analisis menunjukkan hubungan yang negatif antara konsep diri dengan kecenderungan depresi pada remaja, yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsep diri yang dimiliki maka akan semakin rendah kecenderungan depresinya. Rendahnya harga diri merupakan faktor yang berisiko terhadap kecenderungan depresi (Orth et al., 2014). Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (McKay & Fanning, 2006). Adapun perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah yaitu mengkritik diri sendiri atau orang lain, penurunan produktivitas, gangguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri, keluhan fisik, menarik diri secara sosial dan selalu khawatir (Damayanti, 2015). Harga diri memberikan kontribusi terhadap depresi. Pada orang yang memiliki harga diri tinggi akan menerima dan menghargai dirinya sendiri sebagaimana adanya, serta tidak cepat menyalahkan dirinya atas kekurangan dan ketidak sempurnaan dirinya, ia selalu merasa puas dan bangga dengan hasil karyanya sendiri dan selalu percaya diri dalam menghadapi berbagai tantangan, sehingga orang yang memiliki harga diri tinggi akan cenderung tidak mengalami depresi dan akan sukses dalam hidupnya (Aditomo & Retnowati, 2004). 2.
Hubungan fungsi keluarga dengan kecenderungan depresi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, seperti interaksi keluarga tersebut dengan tetangganya, selain itu keluarga juga dipengaruhi oleh kultur daerah setempat serta agama yang dianutnya. Pendidikan juga memengaruhi fungsi keluarga, ika di dalam keluarga tersebut memiliki pendidikan yang rendah maka kualitas hidup anggota keluarganya kurang baik (Kristyaningsih, 2011). Fungsi keluarga juga dipengaruhi oleh ekonomi, bila ekonomi rendah maka fungsi keluarga juga tidak sehat. Makanan yang kurang bergizi, pendidikan yang kurang memadai dan akan mengakibatkan kualitas anggota keluarganya tidak baik, selain itu pelayanan kesehatan juga dapat memengaruhi fungsi keluarga. Apabila terdapat kesulitan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai maka fungsi keluarga akan menjadi tidak sehat karena dapat menyebabkan angka kesakitan pada keluarga tersebut meningkat dan mengakibatkan kualitas hidupnya buruk (Sutikno, 2011). Berdasarkan pengujian hipotesis pada penelitian ini didapatkan hasil terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara fungsi keluarga dengan kecenderungan depresi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto dengan nilai signifikansi sebesar p=0,000, dan r =0,498 pada kategori hubungan sedang. Berdasarkan distribusi data responden terbanyak adalah 51 mahasiswa (38,6%) berasal dari fungsi keluarga sehat dan tidak mengalami kecenderungan depresi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Rahmawati et al., (2015) melakukan penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi remaja di Lembaga Pemasyarakatan dengan kesimpulan di Lapas yang memiliki dukungan keluarga tinggi memiliki peluang sebesar 0,214 untuk tidak mengalami depresi.
Individu yang cenderung depresi memiliki hubungan sosial yang kurang baik dan menganggap mereka kurang memberikan dukungan. Sedikitnya dukungan sosial dapat mengurangi kemampuan individu untuk mengatasi peristiwa yang negatif dan membuat mereka rentan terhadap depresi (Ali & Asrori, 2012). Kecenderungan depresi juga dapat dipicu oleh kejadian-kejadian yang seringkali berhubungan dengan masalah dan konflik keluarga. Kejadian-kejadian yang menimbulkan stres dan kurangnya dukungan sosial dari teman sebaya dan keluarga juga dapat memicu munculnya kecenderungan depresi (Rahmawati et al., 2015). Kurangnya penegertian, perhatian dan kasih sayang, akan membuat seseorang mengalami stres dan juga dapat mengalami kecenderungan depresi (Madyarin et al., 2014). Pada penelitian Betahapsari (2015) didapatkan kesimpulan terdapat hubungan antara fungsi keluarga dengan sindrom depresi pada anak jalanan. p=0,042 dengan koefisien korelasi negatif 0,302, artinya semakin tidak sehat fungsi keluarga, maka kemungkinan terjadinya sindrom depresi pada anak semakin tinggi dengan keeratan hubungan lemah. Penelitian ini juga sejalan dengan Alfares (2016) tentang Hubungan Fungsi Keluarga dengan Derajat Skala Depresi Lansia di Posyandu Lansia Mekar Sari Mojo Kota Surabaya 2016 yang menunjukkan bahwa terdapat adanya hubungan yang signifikan antara fungsi keluarga dengan derajat skala depresi, dimana semakin baik fungsi keluarga maka semakin baik derajat skala depresi pada lansia. 3.
Hubungan antara harga diri dan fungsi keluarga dengan kecenderungan depresi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto Faktor penyebab dari kecenderungan depresi antara lain adalah adanya tujuantujuan yang tidak tercapai yang menyebabkan kekecewaan serta adanya kegagalan
yang menyebabkan kurangnya penghargaan terhadap diri serta pada individu dengan harga diri rendah yang cenderung memandang dirinya secara negatif dan hanya terfokus pada kelemahan dirinya (Khan, 2012). Harga diri bukan merupakan sesuatu yang muncul secara tiba-tiba dan dengan sendirinya ataupun dibawa sejak lahir, melainkan melalui suatu proses dan pembentukan yang dimulai dari masa kanak-kanak serta perkembangannya terjadi sepanjang hidup, sehingga keadaan dan situasi keluarga sangat mempengaruhi pembentukan harga diri (Yusuf, 2015). Menurut Budianti (2015) mengemukakan bahwa keadaan keluarga juga berpengaruh terhadap pembentukan pandangan anak mengenai dunia. Salah satu faktor dari pembentukan harga diri adalah family experience, pengaruh keluarga terhadap harga diri menunjukan bahwa self-concept yang dibangun mencerminkan gambaran diri yang di komunikasikan atau disampaikan oleh orang-orang terpenting dalam hidupnya (significant others). Fungsi keluarga yang tidak sehat akan mengakibatkan kualitas hidup yang buruk sehingga menyebabkan pembentukkan harga diri yang rendah dan lama kelamaan bisa juga mencetuskan gangguan kesehatan jasmani serta menimbulkan depresi. Oleh karena itu, fungsi keluarga, tingkat harga diri, dan kecenderungan depresi ketiganya saling berhubungan satu sama lain karena saling berkaitan. Kecenderungan depresi dapat dicetuskan dari harga diri yang rendah, begitu pula harga diri rendah bisa ditimbulkan dari fungsi keluarga yang tidak sehat. Fungsi keluarga yang tidak sehat juga dapat meningkatkan kejadian kecenderungan depresi karena tidak terjadi keharmonisan dalam lingkungan keluarga (Sutikno, 2011). Berdasarkan pengujian hipotesis didapatkan hasil terdapat hubungan yang positif dan signifikan harga diri dan fungsi keluarga dengan kecenderungan depresi
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto dengan nilai signifikansi sebesar p=0,000, dan r =0,564 pada kategori hubungan sedang, dengan nilai F hitung 30,122 > F tabel 3,06. Hasil ini memberikan informasi bahwa ada hubungan antara harga diri dan fungsi keluarga dengan kecenderungan depresi artinya semakin rendah harga diri maka kecenderungan depresi akan cenderung tinggi dan apabila fungsi keluarga tidak sehat maka kecenderungan depresi juga tinggi, sebaliknya apabila harga diri tinggi maka kecenderungan depresi akan cenderung rendah dan apabila fungsi keluarga sehat maka semakin rendah pula adanya kecenderungan depresi. Penelitian ini menunjukkan bahwa harga diri dan fungsi keluarga memberikan sumbangsih secara bersama-sama terhadap kecenderungan depresi.