F. Pembahasan Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar urea. Penentuan kadar urea ini bertujuan agar dapat mengetahui dan mengidentifikasi kadar Blood Urea Nitrogen (BUN) dalam darah secara kuantitatif, menentukan sampel biologis terbaik (sampel/plasma) dalam menentukan BUN, serta untuk menginterpretasikan data BUN yang didapat dan menjelaskan kaitan hal tersebut dengan keadaan atau penyakit tertentu. Pemeriksaan kadar Blood Urea Nitrogen (BUN) merupakan salah satu parameter untuk mengetahui kerusakan pada ginjal. Dimana konsentrasi urea plama meningkat menggambarkan penurunan filtrasi glomerulus (Gheoghiade,2005). Ureum adalah suatu molekul kecil yang mudah mendifusi ke dalam cairan ekstrasel, tetapi pada akhirnya dipekatkan dalam urin dan diekskresi. Jika keseimbangan nitrogen dalam keadaan baik ekskresi ureum kira-kira 25 mg/hari. Ureum merupakan produk akhir dari metabolisme nitrogen yang penting pada manusia, yang disintesa dari amonia, karbon dioksida dan nitrogen amida aspartat. Konsentrasi urea dalam plasma darah terutama menggambarkan keseimbangan antara pembentukan urea dan katabolisme protein serta ekskresi urea oleh ginjal (Wahyono,2007). Metode penetapan ureum adalah dengan mengukur kadar nitrogen. Hasil penetapan disebut sebagai nitrogen ureum dalam darah (Blood Urea Nitrogen). Kadar ureum dalam serum dan plasma mencerminkan keseimbangan antara produksi dan ekskresi. Peningkatan BUN umumnya menunjukkan penurunan pada fungsi ginjal (Horne dan Swearingen,2001). Dalam serum normal konsentrasi BUN adalah
8-25
mg/dl,
(Gheorghiade,2005).
dan
kadar
ureum
normal
adalah
10-50
mg/dl
Penentuan kadar ureum dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu, metode colorimetri dan Auto Fast-Rate. Prinsip pemeriksaan ureum dengan metode colorimetri adalah urea dihidrolisis oleh urease menjadi amonia dan karbon dioksida. Kemudian amonia bereaksi dengan alkalin hipoklorit dan sodium salisilat dengan adannya sodium nitropusid membentuk warna kompleks berwarna hijau, intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan kadar ureum dalam sampel dan dibaca pada photometer DTN 410 dengan λ 550 nm. Prinsip pemeriksaan ureum metode UV Auto Fast-Rate adalah urea ditambah air dengan adanya urease membentuk 2 amonium dan 2HCO3, kemudian ammonium bereaksi dengan 2-oxaloglutarate dan NADH dengan adanya GLDH menjadi L-glutamate dan NAD+ serta air, perjalanan reaksi konstan selama 60 detik, peningkatan absorban dari GLDH sebanding dengan kadar urea dalam sampel dan dibaca pada photometer DTN 410 dengan λ 340 nm (Khairi, 2005). Pada percobaan ini digunakan sampel biologis berupa darah. Pada saat sebelum melakukan pengambilan sampel, probandus diminta untuk berpuasa kurang lebih 8 jam. Dimana digunakan waktu puasa untuk mengetahui kadar urea selama 24 jam. Pada pengambilan sampel darah pertama-tama probandus melakukan pengukuran tekanan drah etelah itu di pasang tourniquet pada lengan atas atau bagian atas siku. Kemudian probandus diminta mengepalkan tangan untuk memperlebar ukuran vena. Kemudian dibersihkan median cubit dengan kapas yang dibasahi oleh alcohol atau NaCl 0,9%, agar daerah tersebut bebas mikroorganisme. Kemudian ditusuk lokasi vena dengan sudut 30֯-45֯. Dipastikan jarum masuk ke dalam vena dengan menarik pompa spuit. Jika sudh cabut jarum dengan arah sama seperti arah penusukan. Kemudian tutup bagian yang diambil darahnya dengan kasa. Dimasukkan sampel darah kedalam tabung vacuteiner tutup berwarna merah. Digunakan tabung tutup warna merah karena tidak terdapat penambahan zat adiktif dan pada umumnya digunakan pada pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah (Riswanto, 2009). Setelah itu dilakukan sentrifugasi pada sampel untuk memisahkan antara serum dan plasma. Dimana pada serum digunakan kecepatan 3000 rpm dan pada plasma 1300 rpm selama 10 menit. Setelah dilakukan pengambilan dan preparasi sampel maka dilakukan pengukuran kadar urea. Pertama disiapkan 2 tabung sentrifugasi, dimasukkan 800 µL reagen I kedalam 2 tabung sentrifugasi. Reagen I berisikan TRIS, 2-oxaloglutarate, ADP, GLDH (Glutamate dehydrogenase) dimana
berfungsi sebagai dapar yang menjaga pH serum. Selanjutnya ditambahkan 200 µL reagen II kedalam 2 tabung sentrifugasi tersebut. Reagen II berisikan NADH, dimana NADH akan mengalami oksidasi menjadi NAD+. Banyaknya NADH yang dioksidasi menjadi NAD+ sebanding dengan urea yang dianalisis secara spektrofotometer. Setelah dimasukkan kedua reagen dihomogenkan pada kedua tabung agar reagen tercampu, setelah itu pada tabung 1 ditambahkan 10vL Larutan standar, pada tabung 2 ditambahkan 10vL sampel setelah itu dihomogenkan kembali, setelah tercampur diukur absorbansi dengan menggunakkan spektrofotometer dan dihitung kadar urea. Pada penentuan kadar urea didapatkan hasil kadar BUN untuk darah laki-laki yaitu sebesar 116,75mg/dL dan darah perempuan sebesar 87,56mg/dL, kadar BUN pada kedua sampel termasuk tinggi diketahui kadar BUN yang normal adalah antara 720mg/dL. Hal ini menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal. peningkatan urea nitrogen darah dapat disebabkan oleh katabolisme jaringan : demam,trauma,infeksi, dan toximea. peningkatan urea nitrogen darah juga dapat disebabkan penggunaan obat nyamuk bakar karena terjadi peningkatan aktivitas enzim urea yaitu, ornithine carbomyl transferase dan arginase (Abu bakar dan Hassan,2007). Demikian pula peningkatan jumlah metabolisme protein juga akan meningkat kadar urea nitrogen darah (wahyuni,2006). Dehidrasi dapat menyebabkan peningkatan urea nitrogen darah melalui mekanisme penurunan kecepatan rata-rata filtrasi glomerulus dapat menyebabkan peningkatan kadar urea nitrogen darah. Penurunan filtrasi glomerulus dapat disebabkan gagal ginjal kronis (Braun,2008). Namun kesalahan munkin saja terjadi pada penentuan kadar urea daklam darah seperti misalnya pemipetan serum dan reagen yang kurang benar, ketidakbersihan alat sehingga terjadinya kontaminasi, serta waktu dan suhu inkubasi yang kurang tepat.