Pembahasan Asi.docx

  • Uploaded by: Najma Zahara
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pembahasan Asi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,435
  • Pages: 6
BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 HASIL Data Pengamatan Berat sampel (mula-

Titrasi I

Titrasi II

25000 mg

25000 mg

10 mL

10 mL

16,5 mL

2,9 mL

mula) Volume sampel Volume I2 Volume I2 rata-rata

9,7 mL

Perhitungan: Mg Vitamin C

= ½ × 0,01 M × Volume I2 rata-rata × 176 × = ½ × 0,01 M × 9,7 × 176 ×

100 10

100 10

= 85,36 mg 𝑚𝑔 𝑉𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶

Kadar Vitamin C = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑚𝑢𝑙𝑎−𝑚𝑢𝑙𝑎 × 100% 85,36

= 25000 × 100% = 0,34%

4.2 PEMBAHASAN ASI (Air susu ibu) merupakan cairan air susu yang berasal dari sekresi payudara setelah seorang ibu melahirkan. ASI merupakan satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik karena ASI mengandung zat gizi, hormon, faktor kekebalan tubuh, anti alergi, dan anti inflamasi. ASI mengandung hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2003). Keseimbangan zatzat gizi dalam ASI berada pada komposisi terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling ideal bagi tubuh bayi, khususnya bayi usia 0-6 bulan. ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf bayi (Yahya, 2007). Sekarang semakin banyak ibu yang sadar mengenai pentingnya pemberian ASI bagi bayinya. Bagi seorang ibu pekerja terdapat beberapa alternative

pemberian ASI bagi bayinya seperti memerah ASI. ASI yang telah diperah akan disimpan agar bayinya dapat meminumnya setiap saat. Menurut pedoman penyimpanan ASI oleh CDC (Centers for Disease Control and Prevention), 2008 ASI dapat disimpan dalam suhu ruang yaitu 25ºC selama 6-8 jam, dalam refrigerator dengan suhu 4ºC selama 5 hari, dan dalam freezer yang terpisah dengan refrigerator dengan suhu -18ºC selama 3-8 bulan. Penyimpanan yang kurang tepat dapat mempengaruhi zat gizi yang terdapat pada ASI salah satunya yaitu kandungan vitamin C. Vitamin C adalah zat organik yang sangat dibutuhkan tubuh manusia dengan jumlah kecil untuk menjaga dan memelihara fungsi metabolisme (Martin, D.W. et.al,1981). Vitamin C merupakan zat gizi mikro paling tidak stabil dibandingkan vitamin lainnya. Vitamin C mudah teroksidasi jika terkena udara dan dapat dipercepat oksidasinya dengan adanya panas, sinar, enzim, alkali, oksidator sera katalis yaitu besi (Fe) dan tembaga (Cu) (Martin, D.W, et.al, 1981). Sehingga kadar vitamin C pada ASI yang disimpan dalam suhu ruang akan lebih mudah teroksidasi karena adanya udara dan panas. Salah satu cara untuk menganalisis kadar vitamin C adalah dengan menggunakan metode titrasi iodimetri. Iodimetri merupakan titrasi langsung dengan menggunakan bahan baku iodin (I2) yang digunakan untuk menganalisis kuantitatif senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih kecil daripada system iodium-iodida atau untuk senyawa-senyawa yang bersifat reduktor dan cukup kuat seperti vitamin C, tiosulfat, timah (II), arsenit, sulfit, ferosianida, sulfide, dan stibilum (III). Daya mereduksi dari berbagai macam zat ini tergantung pada konsentrasi ion hydrogen, hanya dengan menyesuaikan pH yang tepat maka akan dapat menghasilkan reaksi dengan iodium secara kuantitatif (Mursyidi, 2007). Pada analisis kadar vitamin C ini menggunakan sampel ASI yang sudah disimpan selama 24 Jam di dalam Cooler. Sebelum melakukan titrasi, buret terlebih dahulu dilapisi dengan menggunakan kertas alumunium foil. Hal ini dilakukan dilakukan agar larutan iodin tidak terkena cahaya. Larutan iodin mudah teroksidasi apabila terkena cahaya. Titrasi iodimetri ini dilakukan dengan menyiapkan 25 ml ASI, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan

ditambahkan aquades hingga garis batas tabung. Kemudian dilakukan pengocokan secara homogen yang bertujuan untuk homogenesis sehingga semua larutan dalam sampel dapat tercampur sempurna. Setelah di homogenkan sampel diambil sebanyak 10 ml kemudian dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml. Setelah itu sampel yang akan diuji ditambahkan 2 tetes larutan kanji. Penambahan larutan kanji ini berfungsi sebagai indikator dalam analisis. Perlakuan selanjutnya yaitu mentitrasi sampel dalam erlenmryer dengan larutan iodin 0,01 N. Proses titrasi dilakukan hingga sampel berubah warna menjadi biru violet atau kuning kecoklatan yang menandakan sebagai titik akhir titrasi. Pada praktikum ini titrasi dilakukan secara duplo atau dilakukan sebanyak dua kali. Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan secara duplo, diperoleh hasil kadar vitamin C pada sampel ASI yang kami peroleh adalah sebesar 0,34%. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Luthfor et al, 2004, jumlah kadar vitamin C dalam ASI adalah sebesar 3,49±0,52 mg/dL. Pada saat titrasi pertama kami mendapat kendala dari penggunaan larutan iodine. Larutan iodine yang ada di laboraturium memiliki konsentrasi yang sama berdasarkan pada keterangan dibotol, namun setelah diperhatikan secara seksama ternyata larutan iodine tersebut memiliki kepekatan warna yang berbeda. Pada awalnya kami menggunakan larutan iodin yang warnya tidak terlalu pekat untuk melakukan percobaan titrasi. Setelah larutan iodine dalam buret habis, sampel ASI kami hanya berubah menjadi sedikit biru namun tidak terlihat perbedaan signifikan dari sampel ASI yg belum dititrasi dengan yang sudah dititrasi. Setelah itu kami menambahkan larutan iodin yang warnanya lebih pekat untuk melanjutkan proses titrasi. Pada titrasi kedua volume I2 memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan titrasi pertama dikarenakan pada titrasi pertama menggunakan larutan iodine yang berwarna kurang pekat dan hal tersebut menyebabkan volume I2 yang digunakan lebih banyak untuk melihat perubahan warnanya. Sedangkan pada titrasi kedua digunakan larutan iodine yang berwarna pekat, sehingga hanya membutuhkan beberapa mL saja untuk melihat perubahan warnanya menjadi kuning kecoklatan. Perbedaan kepekatan warna pada larutan iodine juga memungkinkan adanya perbedaan

konsentrasi.

Konsentrasi

iodine

yang berwarna

lebih

pekat

kemungkinan sebesar 0,1 N sedangkan iodine lainnya memiliki konsentrasi 0,01 N menurut teknisi laboraturium. Kandungan zat gizi pada ASI berbeda pada tiap-tiap individu. Laktasi merupakan periode ketika seorang individu sangat bergantung pada asupan zat gizi (Andriani, 2012). Kandungan zat gizi pada ASI tergantung pada apa yang ibu konsumsi dan pola hidupnya. Ibu harus mengingat bahwa apa yang ibu makan akan berpengaruh pada kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan bayi. Sehingga pemenuhan gizi seimbang pada ibu menyusui sangat penting. Dalam menunjang perkembangan saraf pada bayi, vitamin C memilik fungsi besar. Vitamin C juga berpengaruh pada pertumbuhan gigi, tulang dan juga kolagen. Vitamin C mampu mencegah bayi terkena berbagai macam penyakit. Namun, terlalu banyak konsumsi vitamin C juga tidak baik dikarenakan efek samping yang ditimbulkan. Konsumsi buah jeruk atau buah lain yang mengandung vitamin C bisa menjadi pilihan alami dalam memenuhi asupan vitamin ini ke dalam ASI. Selain itu ada fungsi lain dari vitamin C yaitu bekerja sebagai antioksidan, membantu enzim dalam menjalankan fungsinya didalam metabolisme tubuh, membantu dalam proses metabolisme protein, mempercepat penyembuhan luka, membantu penyerapan zat besi, meningkatkan ketahanan tubuh terhadap bahaya infeksi, serta vitamin C dapat mencegah timbulnya kanker (Ari Istiany dan Rusilanti, 2013: 56). Kebutuhan vitamin C seseorang ialah 50 mg/hari namun kebutuhan ini akan meningkat pada wanita dewasa yaitu sekitar 80-120 mg/hari. Berdasarkan tabel FFQ yang telah diisi oleh sang ibu, dapat diketahui bahwa konsumsi vitamin C dari ibu tersebut cukup terpenuhi. Setiap hari ibu mengkonsumsi berbagai macam buah-buahan dan sayuran. Akan tetapi ibu tersebut juga harus memperhatikan mengenai asupan jajanan dan soft drink yang kurang baik bagi tubuh dan dapat mempengaruhi ASI yang dihasilkan.

Dapus Angga. 2016. Gizi seimbang Ibu menyusui. Jurusan Gizi. Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya.

http://gizi.fk.ub.ac.id/gizi-seimbang-ibu-

menyusui/. [diakses pada 4 Maret 2019] Atikah, P dan Erna. 2011. Ilmu Untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Badriul, dkk. 2008. Bedah ASI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Chang, YC, Chen, CH, Lin, MC. 2012. The macronutrient in human milk change after storage in various container. Pediatric and Neonatology, 53:205-209 Direktorat Gizi DepKes RI. (1996). Daftar Komposisi Bahan Makanan. Penerbit Bharata. Jakarta. Elseiver Hamosh, M, Ellis, LA, Pollock, DR, Hamosh, p. Breastfeeding and the working mother: effct of time and temperature of short term storage on proteolysis, lipolysis, and bacterial growth in milk. Pediatrics, 97:492-498 Erick, M. 2012. Nutrition in pregnancy and lactation, in Krause’e Foof anh the nutrition care process 13th edition. HarpeR, J.L, et.al,1986, Pangan, Gizi, dan Pertanian, Suhardja, Unversitas Indonesia, Jakarta, hal.3 ; 87-89. Kristiyansari, W., 2009. ASI:Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika. Martin,d.w.,et.al,1981,Harper’s Review of Biochemistry, 18th ed,Los Altos, California 94022, Lange Medsical Publicatins. Maryunani, Anik. 2012. Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif Dan Manajemen Laktasi. Jakarta : CV. Trans Info Media. Masfufatun, dkk. Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpanan Terhadap Vitamin C Dalam Jambu Biji (Psidium Guajava). Fakultas Kedokteran dan Fakultas Teknik. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Mursyidi, A. dan Rohman A. 2007. Pengantar Kimia Farmasi Analisis Volumetri dan Gravimetri. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Raaij, JMA, Groot, LCPGM. 2016. Kehamilan dan laktasi, dalam Metabolisme zat gizi. Jakarta : EGC Roesli, Utami. 2010. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara Ruhana, A., Novenda Nur Istiqomah, dan Bambang Prijadi. 2016. Pengaruh Waktu dan Suhu Penyimpanan Terhadap Kadar Asam Amino Taurin pada ASI. Indonesian Journal of Human Nutrition. Jurusan Gizi. Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya. Vol. 3 No.2 : 60 – 68 Sulastri, S.Kes. 2017. Wawancara. Rumah Bersalin Bidan Selastri. Wahyudi, N., Arni Amir, dan Eny Yantri. 2018. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan ASI terhadap Kadar Laktoferin dan Lisozim yang Terkandung

di

dalam

ASI.

Jurnal

http://jurnal.fk.unand.ac.id. 7(Supplement 2).

Kesehatan

Andalas.

Related Documents

Pembahasan
August 2019 65
Pembahasan
July 2020 39
Pembahasan Iodoform.docx
December 2019 31
Pembahasan Wiwin.docx
April 2020 23
Pembahasan Lap.docx
December 2019 26
Pembahasan Formol.docx
December 2019 27

More Documents from "Nicholas Gerry"