Analisis kimia yang diketahui terhadap sampel yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif yang paling sering diterapkan yaitu analisis titrimetri. Analisis titrimetri dilakukan dengan menitrasi suatu sampel tertentu dengan larutan standar, yaitu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Perhitungan didasarkan pada volume titran yang diperlukan hingga tercapai titik ekuivalen titrasi. Analisis titrimetri yang didasarkan pada terjadinya reaksi asam-basa antara sampel dengan larutan standar disebut analisis AIDIMETRI dan ALKALIMETRI. Sebaliknya, jika digunakan suatu basa sebagai larutan standar, analisis tersebut sebagai analisis alkalimetri (Keenan, 1991). Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya/larutan standar. (Syukri, 1999). Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat dikenal sebagai standarisasi. Suatu larutan standar dapat disiapkan dengan menggunakan suatu sampel zat terlarut yang diinginkan, yang ditimbang dengan tepat dalam volume larutan yang diukur dengan tepat. Zat yang akan memadai dalam hal ini disebut dengan standar primer (Day, 1998). Suatu zat standar primer harus memenuhi persyaratan berikut : 1.
Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan
2.
Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan
3.
Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengatur
4.
Zat harus mempunyai ekuivalen tinggi
5.
Zat harus mudah larut pada kondisi dalam mana ia digunakan
6.
Reaksi dengan larutan standar harus stokiometri dan praktis.
Asidimetri dan alkalimetri yaitu 2 macam kelompok dari titrasi netralis. Asidimetri dan alkalimetri sering juga disebut dengan titrasi asidimetri dan titrasi alkalimetri (Basset, 1994). Titrasi asidimetri adalah titrasi larutan yang bersifat basa (basa bebas, dan larutan garam-garam terhidrolisis yang berasal dari basa lemah) dengan larutan standar asam. Titrasi alkalimetri adalah titrasi larutan yang bersfiat asam (asam bebas, dan larutan garam-garam terhidrolisis yang berasal dari basa lemah) dengan larutan standar basa. (Harjadi, 1990). Dalam proses titrasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Indikator titrasi : zat kimia lain, analit atau titran yang sengaja ditambahkan pada proses titrasi untuk mengetahui titik ekivalen. 2.
Titik ekivalen
: saat dimana reaksi tepat berlangsung sempurna
3. Titik akhir titrasi : peristiwa dimana indikator telah menunjukkan warna dan titrasi harus dihentikan. Dalam titrasi juga perlu diperhatikan larutan standart primernya dan larutan standar sekundernya. Larutan standar primer yaitu suatu zat yang sudah diketahui kem urniannya dengan pasti, konsentrasinya dapatdiketahui dengan pasti dan teliti berdasarkan berat zat yang dilarutkan. Sedangkan larutan standar sekunder adalah suatu zat yang tidak murni atau kemurniannya tidak diketahui, konsentrasi larutannya hanya dapat diketahui dengan teliti melalui proses standarisasi (Sukamariah, 1990). Di dalam larutan standar sekunder perlu diperhatikan pemilihan indikatornya agar kesalahan titrasi yang terjadi menjadi sekecil mungkin. Di dalam pembuatan larutan standar asam yang biasa dipakai adalah HCl dan H2SO4. Sedangkan di dalam pembuatan larutan standar basa yang biasa digunakan adalah NaOH (Underwood, 2002). Larutan standar yang diinginkan biasanya dibuat dengan mengencerkan asam yang pekat. Tetapi dalam pengenceran sering diperoleh konsentrasi yang tidak tepat, hanya mendekati saja, oleh sebab itu perlu distandarisasikan. Pada saat melakukan proses standarisasi atau penetapan kadar, saat terjadi perubahan warna indikator, titrasi dihentikan. Indikator warna berubah warna pada saat titik ekuivalen. Saat perubahan warna terjadi, saat itu disebut titik akhir titrasi.