PEMBAHASAN 1. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru dan gastrointestinal. Selain itu, pengatur keseimbangan cairan dapat melalui sistem atau mekanisme rasa haus yang harus dikontrol oleh sistem hormonal, yakni ADH (Anti Diuretik Hormon) , sistem aldosteron, prostagladin, dan glukokortikoid. 1) Ginjal Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terjadi pada fungsi ginjal, yakni sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah, dan eksreasi bahan buangan atau kelebihan garam. Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini, diawali oleh kemampuan bagian ginjal seperti glomerulus sebagai penyaring cairan. Rata-rata setiap 1 liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10 persen nya di saring keluar. Cairan yang tersaring (filtrat glomerulus), kemudia mengalr melalui tubuli renalis yang sel-sel nya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang di produksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1ml /kg/bb/jam. 2) Kulit Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang bisa disarafi oleh vasomotorik dengan kemmapuan mengendalikan aterio kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan pana dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasam panas lainnya dilakukan melalui cara pemancaran yaitu dengan melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cata tersebut berupa vara konduksi, yaiyu pengalihan panas ke benda yang di sentuh dan cara konvensi , yaiu dengan mengalirkan udara yang telah panas ke permukaan yang lebih dingin. Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat ini, suhu dapat diturunkan dengan cara pelepasan air yng jumlahnya kurang lebuh ½ liter sehari. Perangsangan kelejar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh dari aktivitas otot, suhu lingkungan, melalui kondisi tubuh yang panas. 3) Paru Organ paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensibe water loss kurang lebih 400ml/hari. Proses pengeluarkan cairan terkait dengan respons akibat perubahan terhadap upaya kemampuan bernafas. 4) Gastrointestinal Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengelurakan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/hari. 5) Sistem Endokrin a. ADH Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis
posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel. b. Aldosteron Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang di seksresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensinrenin. c. Prostagladin Prostagladin merusak asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons radang pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulai ginjal. d. Glukokortikoid Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabrosi natrium dan airyang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium. e. Mekanisme Rasa Haus Mekanisme rasa haus diatur dalam rangka memenuhi kebuthan cairan dengan cara memasang pelepasan renin yang dapat menimbulkan produksi angitensi II, sehingga merangsang hipotalamus sehingga menimbulkan rasa haus. 2. Cara Perpindahan Cairan 1. Difusi Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara bebas atau acak. Proses difusi dapat terjadi pada bila dua zat bercampur dalam sel membran. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membran kapiler yang permaebel. Kecepatan proses difusi berfariasi tergantung pada faktor ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan temperatur cairan. Zat dengan molekul yang benar akan bergerak lambat dibanding molekul kecil. Molekul akan lebih mudah berpindah dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan berkonsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat. 2. Osmosis Osmosis adalam proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membran semipermeable biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Soult adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah soult Proses osmosis ini penting dalam pengaturan keseimbngan cairan ekstra dan intrasel. Osmoralitas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCI berperan penting dalam pengaturan keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila ada tuga jenis larutan garam dengan kepekatan yang berbeeda, dan di dalamnya di masukkan sel darah merah maka larutan yang mempunyai kepekatan sama yang akan seimbang dan berdivusi terlebih dahulu. Larutan NaCI 0,9 % merupakan larutan yang isotorik, karena larutan NaCI mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam sistem vaskular. Larutan isotonik merupakan larutan yang mempuyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan yang mempunyai larutan hipotonik mempuyai kepekatan lebih rendah dibanding dengan larutan intrasel. Pada proses osmonis, dapat terjadi perpindahan larutan dengan kepekata rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membran semipermeable, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
3. Transpor Aktif Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transpor aktif. Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini pending untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Proses pengaturan cairan dipengaruhi oleh dua faktor yakni tekanan cairan dan membran semipermeable. a. Tekanan cairan Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotik juga menggunakan tekanan osmotik, yang merupakan kemampuan partikel pelaut untuk menarik larutan melalui membran. Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi maka larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung, larutan tersebut dosebut koloid. Sedangkan larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung, maka larutan kristaloid. Sebagai contoh, larutan kristaloid adalah larutan garam. Sedangkan koloid adalah apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal perpindahan cairan menembus membran sel permeable tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus intravena bersifat isotonik karena mempunyai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini menyebabkan tekanan osmotik plasma akan lebih besar dibandingkan dengan dekanan osmotik cairan interstisial dan molekul protein lebih besar, maka akan terbentuk larutan koloid yang yang sulit menembus membran semipermiabel. Tekanan hidroponik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting untuk pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel. b. Membran semipermeable merupankan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran semipermeable ini terdapat pada dinding kapiler pempuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak perpindah ke jarinagan. 3.Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasara manusia secara fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh. Sementara itu sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, dapat katagori presentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah: bayi baru lahir 75% dari total berat badan , pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Presentase jumlah cairan tubuh bervariasi bergantung pada faktor usia, lemak dalam tubuh, dan jenis kelamin. Jika lemak tubuh sedikit, maka cairan tubuh pun lebih besar. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan lebih sedikit dibanding pada pria, karena jumlah lemak dalam tubuh wanita dewasa lebih banyak dibanding dengan lemak dalam tubuh pria dewasa.
4. Jenis Cairan 1. Cairan Zat Gizi (nutrien) Pasien yang istirahat di tempat tidur memperlakukan kalori 450 kalori setiap hari. Cairan nutrien dapat diberikan melalui memerlukan intravena dalam bentuk karbohidrat, nitrogen dalam vitamin untuk metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien berkisar antara 200-1500 kalori per liter. Cairan nutrien terdiri atas: Karbihidrat dari air, contoh: drkstrosa (glukosa), levulosa (fruktosa), invert sugar ( ½ dekrosa dan ½ levulosa ). Asam amino, contoh: amigen, aminosol, dan travamin. Lemak, contoh: lipomul dan liposyn. 2. Blood Volume Expanders Blood volume expanders merupakan jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume pembuluh darah sesudah kehilangan atau plasma. Hal ini terjadi pada saat psien mengalami perdarah berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan jumnlah volume darah . Pada pasien dengan luka bakar berat, sebagian besar cairan akan hilang dari pembuluh darah di daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untk menggantikan cairan ini. Jenis blood volume expanders antara lain yaitu human serum albumin dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotik,sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah. 5. Gangguan/Masalah Kebutuhan Cairan : 1. Hipovolumi atau Dehidrasi Kekurangan cairan eksternal terjaid karena penurunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan tubuh dengan mengosongkan cairan vaskular. Sebagai kompesensai akibat penurunan cairan interstisial. Tubuh akan mengalirkan cairan keluarb sel. Pengosongan cairan ini terjaid pada pasien diare dan muntah. Ada tiga macam kekurangan volum cairan eksternal atau dehidrasi,yaitu : a. Dehidrasi isotonik. Terjadi jka kehilangan sejumlah cairan dan elektrolitnya yang seimbang. b. Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangn sejumlah air yang lebih banyak dari pada elktrolitnya. c. Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya daripada air. Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya: a. Dehidrasi berat Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L Serum natrium 159-166 mEq/L Hipotensi Turgor kulit buruk Oliguria Nadi dan pernafasan meningkat Kehilangan cairan mencapai >10% b. Dehidrasi sedang Kehilangan cairan 2-4 1 atau 5-10% BB Serum natrium 152-158 mEq/L Mata cekung
c. Dehidrasi ringan dengan ciri-ciri mengalami kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5 – 2 L. Hipervolusi atau Overhidrasi Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial) . Normalnya cairan interstisial tidak terkait dengan air, tetapi elastis dan hanya terdapat dianatara jaringan. Keadaan hipervolumi dapat menyababkan Pitting edema merupakan edema yang berada pada darah perifer atau akan mencekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini disebabkan karane perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekanan. Cairan dalam jaringan yang edema tidak menunjukan tanda kelebihan cairan ekstra sel, tetapi sering karena infeksi dan trauma yang menyebabkan pengumpalan membekunya cairan pada permukaan jaringan. Kelebihan cairan vaskular dapat meningkatkn hidrostatsik cairan dan akan menekan cairan ke permukaan interstisial, sehingga dapat menyebabkan edema anasarka (edema yang terdapat diseluruh tubuh) Peningkatan tekanan hidrostatik yang besar dapat menekan sejumlah cairan hingga ke membran kapiler paru sehingga menyebabkan edema paru, dan dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi edema paru adalah penumpukan sputum,dispnea,batuk, dan suara ronki. Keadaan edema ini disebabkan karena gagal jantung yang mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru. 6. Kebutuhan Elektrolit Elekrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh yang mengandung oksigen,nutrien dan sisa metabolisma seperti karbondioksida , yang semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit. Contohnya NaCl akan di pecah menjadi ion Na dan Cl . Pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang bermuatan negatif disebut anion sedangkan ion yang bermuatan positif disebut kation. Contoh kation antara lain natrium, kalium, kalsium, dan magnesium. Contoh anion antara lain klorida, bikarbonat dan fospat. 1. Komposisi cairan : Komposisi elektrolit dalan plasma sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. h.
Natrium : 135-145 m Eq/L Kalium : 3,5-5,3 m Eq/L Klorida : 100-106 m Eq/L Bikarbonar arteri : 22-26 m Eq/L Bikardonat vena : 24-30 m Eq/L Kalsium : 4-5 m Eq/L Magnesium : 1,5-2,5 m Eq/L Fospat : 2,5-4,5 mg/100 ml
Pengukuran elektrolit dalam satuan miliekuivalen per liter cairan tubuh atau miligram per 100 ml (mg/100 ml) ekuivalon tersebut merupakan kombinasi kekuatan zat kimia atau kekuatan kation dan anion dalam molekul. 7. Pengaturan Elektrolit a. Pengaturan Keseimbangan Natrium Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi dalam pengaturan osmoralitas dan volume cairan tubuh. Natrium ini paling banyak cairan ekstrasel. Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosteron. Aldosteron dihasilkan oleh kotreks suprarenal dan berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan konsentrasi natrium dalam plasma dan prosesnya di bantu oleh ADH.
ADH mengatur sejumlah air yang di serap kembali dalam ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah natrium yang di serap kembali oleh darah. Natrium tidak hanya bergerak ke dalam atau keluar tubuh, tetapi juga mengatur keseimbangan cairan tubuh. Ekskresi dari natrium dapat dilakukan melalui ginjal atau sebagian kecil melaui tinja, kringat dan air mata. b.
Pengaturan Keseimbangan Kalium Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan Klium diantur oleh ginjal dengan mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulus ginjal dan sekresi aldosteron. Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan ekstrasek). Sistem pengaturannya tiga langkah, yaitu: 1) Peningkatan konsentrasi dalam cairan ekstrasl yang menyebkan penigkatan produksi aldosteron. 2) Peningkatan jumlah aldosteron akan mengurangi jumlah kalium yang di keluarkan melalui ginjal. 3) Peningkatan pengeluaran kalium; konestrasi kalium dalam cairan ekstra sel menurun. Kalium berpengaruh terhadap fingsi sistem pernapasan. Partikel penting dalam kalium ini berfungsi untuk menghantarkan impuls listrik ke jantung kc jantung, otot lain, jaringan usus pencernaan. Ekskresi kalium dilakukan melalui urine, dan sebagian lagi melalui tinja dan keringat. c. Pengaturan Keseimbangan Kalsium Kalsium dalam tubuh berfungsi untuk membentuk tulang, penghantur influs kontraksi otot, koagulasi darah (pembekuan darah), dan membantu beberapa enzim perkreas dicksresi melalui urine dan keringat. Konsentrasi kalsium dalam tubuh dalam tubuh diatur langsung oleh hormon paratiroid melalui proses reabsorpsi tulang. Jika kadar kalsium darah menurun, kelenjar paratiroid akan merangsang pembentukan hormon parateroid yang lansung meningkatkan jumlah kalsium dalam darah. d. Pengaturan Keseimbangan Klorida Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel tetpi kloorida dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dalam natrium yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotik dalam darah. Hipokloremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar klorida dalam darah. Kadar klorida yang normal dalam darah orang dewasa adalah 95-108 mEq/L. e. Pengaturan keseimbangan magnesium Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan intrasel. Keseimbangan yang diatur oleh kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh dipengruhi oleh konsentrasi kalsium. Hiponmagnesemia terjadi bila komsentrasi serum turun kurang dari 1,5 mEq/L dan bila hipermagnasemia kadar magsanemianya lebih dari 2,5 mEq/L. f. Pengaturan Keseimbangan Bikabornat Bikabornat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam tubuh. g. Pengturan Keseimbangan Fosfat (PO4) Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.
8. Gangguan/Masalah Kebutuhan Elektrolit 1. Hiponatremia Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mE/q , mual , muntah, diare sehingga timbul rasa haus yang berlebihan , denyut nadi cepat, hipotensi, konvulasi, dan membran mukosa kering. Hiponatremia ini dapat disebabkan oleh kekurangan cairan yang berlebihan seperti kondisi diare yang bekepanjangan. 2. Hipernatremia Hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu badan naik, kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/L . Kondisi demikian dapat disebabkan karena dehidrasi , diare, peasupan air yang belebihan sedangkan asupan garam sedikit. 3. Hipokalemia Hipokalemia suatu keadaan kekurang kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sanagat cepat. Serung terjadi pasien yang mengalami diare yang berkepanjangan dan juga ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nasfu makan dan muntah-muntah, perut kembung , lemah dan lunaknya otot, denyut jantung tidak beraturan (aritmia) , penurunan bising usus, kadar kalium plasma menurun kurang dari 3,5 mEq/L. 4. Hiperkalemia Hiperkalemia merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi, sering terjadi pada pasien luka kabar, penyakit ginjal, asidosis metabolik, pemberian kalium yang berlebihan melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual hiperaktivitas melalui sistem pencernaan, aritmia, kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan irritable (peka rangsangan) , serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/L. 5. Hipokalsemia Hipokalsemia merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung,kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/L dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal. 6. Hiperkalsemia Hiperkalsemia merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang terjadi pada pasie yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan bitamin D secara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksi otot, batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasa lebih dari 4,3 mEq/L. 7. Hipomagnesia Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disorientasi dan konvulasi. Kadar magnesium dalam darah kurang dari 2,5 mEq/L
8. Hipermagnesin Hipermagnein merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah yang ditandai degan adanya koma,gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L. 9.Keseimbangan Asam Basa Aktivitas sel tubuh memerlukan keseimbanagn asam-bas, keseimbangan asam-basa tersebut dapat diukur dengan pH (derajat keasamaan) . Dalam keadaan normal pH cairan tubuh 7,35-7,45 Kesimbangan asam-basa dapat dipertahankan melalui proses metabolime dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan oleh pernapasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal) . Tiga macam sistem larutan buffer cairan tubuh yaitu larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat dan larutan buffer protein. Sistem buffer itu sendiri terdiri atas natrium bikabornat (NaHCO) , Kalium, bikarbonat (KHCO), asam karbonat. Pengaturan keseimbang asam-basa dilakukan oleh paru melalui pengakutan kelebihan C02 dan kelebihan H2CO2 dari darah yang dapat meningkat pH menjadi standar (normal). Ventilasi dianggap memadai apabila suplai O2 seimbang dengan kebutuhan O2 demikian juga pembuangan O2. Pembuangan melalui paru harus seimbang dengan pembentukan CO2 agar ventilasi memadai. Ventilasi yang memadai dapat mempertahankan kadar CO2 sebesar 40 mmHg. Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan ekstrasel juga meningkat.Sebaliknya penurunan metabolisme mempekecil kosentrasi CO2 , jika kecepatan ventilsai paru meningkat, kecepatan pengeluaran CO2 juga meningkat, dan ini menurunkan jumlah C02 yang berkumpul dalam caira ekstrasel. Peningkatan dan penurunan vetilasi alveolus efeknya akan mempengaruhi pH cairan ekstra sel. Peningkatan paCO2 menurunkan pH paCO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi alveolus juga akan mengubah konsentrasi ion H+ . sebaliknya ion H+ dapat mempengaruhi kecepatan ventilasi alveolus (umban balik). Kadar pH rendah,kosentrasi ion H+ yang tinggi disebut asidosis,sebaliknya pH yang tinggi kosentrasi ion H+ rendah disebut alkalosis . 10.Jenis Asam-Basa Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi asidosis. Keadaan asidosis dapat disebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum . Contoh cairan alkali antara lain natrium (sodium laktat) dan natrium bikabornat. Laktat merupakan garam dari asam lemah yang dapat mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman (asidosis). Ion H+ diperoleh dari asam karbonat (H2C03), yang mana terurai menjadi HCO3 (bikabornat) dan H+. Selain sistem pernafasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan keseimbangan asam basa yang sangat kompleks. Ginjal mengeluarkan ion hidrogen dan membentuk ion bikabornat sehingga pH darah normal. Jika pH plasma turun dan menjadi lebih asam,ion hidrogen dikeluarkan dan bikabornat dibentuk kembali.