BAB III PEMBAHASAN Pada hari Selasa, 10 Oktober 2018 di Gedung Pertamina Sukowati dilaksanakan praktikum Geologi Teknik yang menjelaskan Uji penetrasi. Dalam uji penetrasi sendiri terdapat 3 alat yang dapat digunakan, antara lain DCP, SPT dan Sondir. DCP atau Dynamic Cone Penetrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur daya dukung tanah dasar jalan langsung di tempat (in situ). Pada pengelolahan data yang telah di dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut, data yang telah tersedia antara lain Konus berjumlah 30. Terlebih dahulu data yang dimiliki di plotkan pada grafik kumulatif penetrasi dan kumulatif tumbukan. Dari titik yang telah di plot di tarik garis penghubung antara kedua titik hingga semua titik memiliki garis penghubung. Kemudian dicari trend yang berbeda antara ganris yang terbentuk, sebagai perbedaan litologi pada data yang di temukan.
grafik hubungan antara kumulatif tumbukan dengan kumulatif penetrasi 1200 1000
935
1000
825
800 650
600
530 415
400 325 220
200 110 45 80 0 0 0
10
Litologi 2
Litologi 1 20
30
40
50
Untuk mencari nilai DCP nya dengan (Kumulatif Penetrasi Akhir – Kumulatif Penetrasi Awal )/ (Kumulatif Tumbukan Akhir – Kumulatif Tumbukan Awal). Untuk mencari nilai dari CBR nya adalah dengan memasukkan nilai yang telah di dapat dalam grafik konus dan bikonus. Dimana pada penentuan nilai nya memotong garis konus yang memiliki nilai 30 sesuai pada data yang tersedia.
Uji sondir disebut juga Dutch Cone Penetration Test atau Cone Penetration Test/Uji Penetrasi Statik merupakan Serangkaian pengujian penetrasi berbentuk silindris untuk pengetasan tanah pada suatu lokasi dengan ujung yang berupa konus. Dalam perhitungan data yang telah tersedia antara lain, kedalaman, konus, dan bikonus. Untuk mencari data kainnya perhitungan yang dilakukan antara lain adalah dengan mencari nilai Friction yaitu dengan mengurangkan nilai bikonus dengan konus. Kemudian untuk mencari nilai hambatan lekatnya, digunakan rumus biconus di kurang dengan konus kemudian dibagi dengan jumlah luas permukaan yaitu 10 dan dikali dengan tahap pembacaan yaitu 20. Kemudian untuk jumlah hambatan lekatnya dengan menjumlahkan hasil jumlah hambatan lekat pada sebelumnya dengan hambatan lekat pada kedalaman selanjutnya. Untuk mencari nilai dari local frictoin dengan membagi nilai friction yang telah di dapat sebelumnya kemudian di bagi 10. Sedangkan untuk friction ratio dengan membagi nilai local fraction dengan nilai konus kemudian dikali dengan 100%. Untuk pembuatan grafik sendiri dengan memasukkan data pada Excel kemudian memuat grafik scatter yang memasukkan nilai kedalaman dengan nilai konus sebagai satu garis, dimana sumbu Y merupakan kedalaman dan sumbu x adalah nilai konus. Dan pada satu grafik yang sama terdapat pula nilai kedalaman dengan nilai local friction nya. Sehingga di dapat grafik seperti berikut:
Di interpretasika pada kedalaman 0-1,8 m merupakan litologi hardrock, dengan nilai Qc nya yang lumayan tinggi mencapai 40 kg/𝑐𝑚2 dan pada Tf nya terdapat sedikit kenaikan yang mendukung interpretasi bahwa litologi pada kedalaman ini adalah hardrock. Pada
kedalaman
2-4,5
m
diinterpretasikanmerupakan
litologi
perselingan antara hardrock dan softrock, dimana pada grafik Qc grafik memilik gelombang yang tidak stabil dan berada pada rentang nilai 20-30 kg/𝑐𝑚2 dan pada grafik Tf nya menunjukkan kestabilan yang rendah. Pada kedalaman 6-7,8 m diinterpretasikan merupakan litologi hardrock yang dimana memiliki nilai Qc yang sangat tinggi, dimana semakin keras lapisan yang sedang di lewati konus maka akan semakin tinggi perlawanan yang diterima oleh konus sendiri.