Pemateri 2 Manajemen Pendidikan.docx

  • Uploaded by: Wahyu Tri Buwono
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pemateri 2 Manajemen Pendidikan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,370
  • Pages: 25
MACAM KEPEMIMPINAN ,KERANGKA PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN, TEORI KEPEMIMPINAN Manajemen Pendidikan Oleh: Wahyu Tri Buwono 11713011060 1Prodi

S1 Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Ganesha [email protected]

Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi. Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas. Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Semua individu adalah seorang Pemimpin tetapi bukan berarti semua Pemimpin memiliki jiwa Kepemimpinan. Sehingga tidak heran jika ada suatu tujuan organisasi yang tidak tercapai, salah satunya karena Pemimpin yang tidak memiliki jiwa Kepemimpinan seperti rasa tanggung jawab (responbility) ataupun kejujuran (honest). Begitu pula dengan Pimpinan, jika suatu organisasi berjalan tanpa pimpinan maka akan berakhir kacau balau. Sehingga kata Pimpin memiliki peran yang sangat penting baik itu dalam bentuk Kepemimpinan, Pemimpin, maupun Pimpinan dalam tujuannya untuk diri sendiri maupun berkelompok.

Kata Kunci : Kepemimpinan, Pemimpin, dan Pimpinan

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kepemimpinan

dapat

diartikan

sebagai

proses

mernengaruhi

dan

mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Sebagaimana didefinisikan oleh Stoner,Freeman, dan Gilbert (1995), kepemimpinan adalah the process of directing and influencing the taskrelated activities of group members. Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan memengaruhi para anggota

dalam hat

berbagai

aktivitas

yang

harus

dilakukan.

Sebagai proses, kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses di mana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untukmemperjelas

tujuan

organisasi

bagi

para

pegawai,

bawahan,

atau yangdipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi. Adapun dari sisi atribut, kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu, pemimpin dapat didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki kemampuan untukmemengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin mereka. Pada hakikatnya setiap manusia adalah pemimpin, dengan lingkup terkecilnya adalah memimpin dirinya sendiri. Bagaimana tidak, manusia juga harus pandaipandai mengorganisir dirinya sendiri misalkan dalam hal menyelesaikan tugas kampus dengan batas waktu yang telah ditentukan, untuk itu harus pandai mengatur dirinya sendiri sedemikian sehingga tugas terselesaikan dengan baik dan pada waktu yang tepat. Pemimpin tak luput dari objek (hal yang dipimpin) baik itu berupa orang banyak maupun untuk diri sendiri. Kita ketahui setiap manusia memiliki

keterbatasannya masing-masing begitu pula bagi seorang pemimpin, sekalipun tujuan organisasi sudah tercapai namun masih ada langit diatas langit, setiap organisasi pasti terdapat minimal seorang pembuat kesulitan (trouble maker) atau orang yang sulit diatur dan setiap pemimpin pasti tidak mungkin mampu memuaskan semua yang dipimpinnya. Oleh sebab itu sebagai calon pimpinan suatu organisasi yang mekibatkan banyak orang, harus melakukan persiapan diri minimal dalam menghadapi

kesulitan

baik

itu

dari

lingkungan

maupun

anggotanya

sendiri.Perjuangan untuk menjadi seorangpemimpin tidak hanya berhenti sampai disitu, persiapan tersebut tidak ain dan tidak bukan dengan paling tidak mengetahui arti

kepemimpinan

kemudian

menanamkan

dan

melaksanakan

sikap-sikap

kepemimpinan yang nantinya pasti bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun orang banyak. Kepemimpinan merupakan topik yang menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, harus dipelajari hingga kini dan oleh siapapun, dipahami untuk dilaksanakan. Kepemimpinan tidak dapat dilepaskan dari kekuasaan karena tanpa kekuasaan pemimpin tidak memiliki kekuatan, pemimpin tidak akan dapat mempengaruhi orang lain, mengajak agar mereka bertindak seperti yang diharapkan guna mencapai suatu tujuan. Kepemimpinan merupakan salah satu topik terpenting dalam mempelajari dan mempraktekkan manajemen karena didalamnya mengandung planning, organizing, leading, dan controlling. Alasannya, tidak lain dan tidak bukan seorang pemimpin dapat mengarahkan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengaturan atau pengendalian yang baik. Terkait pentingnya kata “pimpin”, pada makalah ini akan dibahas mengenai manfaat dan pengertian dari kepemimpinan, pemimpin, dan pimpinan serta macam-macam, kerangka perspektif, teori-teori dan prinsip dari kepemimpinan.

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang tersebut, adapun masalah yang diangkat sekaligus menjadi batasan makalah ini adalah sebagai berikut. 1.2.1.

Bagaimana macam kepemimpinan?

1.2.2.

Bagaimana kerangka perspektif kepemimpinan?

1.2.3.

Bagaimana teori kepemimpinan?

1.3. Tujuan Adapun yang menjadi tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut. 1.3.1.

Untuk mengetahui dan memahami macam kepemimpinan

1.3.2.

Untuk mengetahui dan memahami bagaimana kerangka perspektif kepemimpinan

1.3.3.

Untuk mengetahui dan memahami bagaimana teori Kepemimpinan.

1.4. Manfaat Penyusunan dari makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu sebagai berikut. 1.4.1.

Bagi penulis

Dengan penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis terkait manfaat dan pengertian dari kepemimpinan, pemimpin, dan pimpinan serta macam-macam, kerangka perspektif, teori-teori dan prinsip dari kepemimpinan. 1.4.2.

Bagi pembaca

Dengan membaca makalah ini diharapkan agar pembaca lebih termotivasi lagi untuk lebih mempelajarisifat-sifat kepemimpinan dan menerapkannya dalam kehidupan nyata.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1

Macam Kepemimpinan, Kerangka Perspektif Kepemimpinan, Teori Kepemimpinan. 2.1.1 Macam Kepemimpinan Pemimpin dapat bersifat formal maupun nonformal. Pemimpin formal diangkat oleh atasannya dengan surat keputusan resmi, sedangkan pemimpin nonformal diangkat oleh anggota lainnya tanpa surat keputusan. Tugas seorang pemimpin pendidikan adalah melaksanakan manajemen pendidikan, baik sebagai fungsi maupun sebagai tugas. 2.1.2 Kerangka Perspektif Kepemimpinan Teori kepemimpinan bisa didasarkan pada beberapa perspektif yang berbeda. Jago (1982) telah mengembangkan kerangka perspektif kepemimpinan yang terdiri atas dua dimensi, yaitu (1) fokus dan (2) pendekatan. Fokus memandang kepemimpinan sebagai seperangkat sifat-sifat (traits) dan sebagai seperangkat perilaku yang esensinya kepemimpinan yang efektif atau tidak efektif tergantung sifat-sifat yang dimiliki pemimpin sejak lahir. Jadi, pemimpin menurut pendekatan ini dilahirkan. Perspektif perilaku berfokus pada perilaku pemimpin yang dapat diamati. Gaya bersifat dan bertindak tampak dari cara melakukan sesuatu seperti cara memerintah, cara mengambil keputusan, cara memotivasi, cara berkomunikasi, berkoordinasi dan sebagainya sehinga muncul gaya umum pemimpin yaitu otoriter, demokratis dan laize faire (bebas kendali). Pandangan perilaku ini dikenal dengan sebutan one best way (satu jalan terbaik). Padahal dalam kenyataannya dalam berorganisasi tidaklah selalu demikian. Setiap organisasi memiliki ciri khusus dan masing-masing dengan keunikannya sehingga tidak mungkin organisasi dipimpin dengan perilaku yunggal untuk segala situasi. Situasi yang berbeda harus dihadapi dengan perilaku yang berbeda pula. Oleh sebab itu muncul koreksi terhadap pendekatan perilaku yang disebut dengan pendekatan kontingensi. Pendekatan terdiri atas universal dan kontingensi.

Pendekatan universal menganggap hanya ada satu cara terbaik untuk memimpin. Pemimpin efektif tergantung pada situasinya. Pendekatan kontingensi jika diterjemahkan secara harfiah berarti pendekatan kemungkinan. Artinya, situasi yang berbeda harus dihadapi dengan perilaku kepemimpinan yang berbeda pula. Oleh karena itu, beberapa literatur menyamakan istilah kontingensi dengan situasi. Jago (1982) meringkas kerangka perspektif kepemimpinan seperti Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Kerangka Perspektif Kepemimpinan Pendekatan Universal

Kontingensi

Tipe I

Tipe III

Teori trait

Model kontingensi Fielder’s

Tipe II

Tipe IV

Perilaku

Studi

Teori Path-Goal Model

pemimpin

Michigan

Vroom-Yetton

Sifat-sifat pemimpin

Fokus

Studio Ohio

(Jago, 1982)

Gibson, dkk., (2009) juga memberikan kerangka untuk mempelajari kepemimpinan seperti Gambar 2.1 berikut. Sifat-sifat perempuan

Perilaku pemimpin

Kemampuan

Orientasi tugas

Kepribadian

Orientasi manusia

Motivasi

Struktur inisiasi

Hasil efektifitas

Konsiderasi

Produksi

Transaksional

Mutu

Transformasional

Efisiensi

primal Variabel situasional

Fleksibelitas

Kebutuhan pengikut

Kepuasan

Struktur tugas

Persaingan

Kekuatan posisi

Pengembangan

keberadaan Kejujuran pemimpinGambar 2.1 Kerangka untuk pengikut Mempelajari Kepemimpinan (Gibson, dkk., 2009)

Keterbacaan kelompok

2.1.Teori Kepemimpinan Kepemimpinan adalah urusan semua orang (leadership is every body’s bisnis) karena setiap manusia adalah pemimpin, minimal memimpin dirinya sendiri serta bertaggungjawab atas kepemimpinannya. Kepemimmpinan biasanya berlandaskan beberapa teori-teori kepemimpinan yang untuk lebih jelasnya dijelaskan berikut ini 1. Teori kepemimpinan Klasik Jauh sebelum teori kepemimpinan modern muncul, terlebih dahulu telah muncul penemu-penemu klasik kepemimpinan. Studi telah kepemimpinan telah menarik perhatian para ahli. Sepanjang sejarah telah memaklumi adanya pemimpin yang gagal dan berhasil. Disamping itu, kepemimpinan banyak

memengaruhi sistem kerja dan perilaku orang banyak. Sebagian ada yang sudah dapat diketahui dan sebagian lagi masih misterius. Oleh karena itu, kepemimpinan menarik perhatian para ahli untuk dibahas dan diteliti. Di Amerika Serikat terdapat banyak penelitian tentang kepemimpinan mulai dari yang klasik sampai yang modern. Berikut uraian hasil penelitian mereka. 1.

Gaya Kepemimpinan Model Taylor (Taylor 1911)seorang ahli teknik mesih sekaligus Bapak Manajemen

Ilmiah menemukan gaya kepemimpinannya dalam memimpin perusahaan sebagai berikut. a. Cara terbaik untuk meningkatkan hasil kerja adalah dengan meningkatkan teknik atau metode kerja, akibatnya manusia dianggap sebagai mesin. b. Manusia untuk manajemen, bukan manajemen untuk manusia. c. Fungsi pemimpin menurut teori manajemen keilmuan (teori klasik) adalah menetapkan dan menerapkan kriteria prestasi untuk mencapai tujuan. d. Fokus pemimpin adalah pada kebutuhan organisasi. 2.

Gaya kepemimpinan Model Mayo Gaya kepemimpinan (Mayo 1920) yang dikenal dengan gerakan

hubungan manusiawi merupakan reaksi dan revisi dari gaya kepemimpinan Taylor yang memperlakukan manusia seperti mesin. Mayo berpendapat bahwa dalam memimpin (1) selain mencari teknik atau metode kerja terbaik, juga harus memerhatikan perasaan dan hubungan manusiawi yang baik; (2) pusat-pusat kekuasaan adalah hubungan pribadi dalam unit-unit kerja; dan (3) fungsi pemimpin adalah memudahkan pencapaian tujuan anggota secara kooperatif dan mengembangkan kepribadianya. 3. Studi Iowa Penelitian kepemimpinan mula-mula dilakukan oleh Lippit & White pada tahun 1930 di bawah pembimbing Lewin dari Universitas Iowa. Penelitian ini berpengaruh terhadap penelitian-penelitian berikutnya. Dalam penelitiannya, Lewin, et al. (1981) meneliti tiga klub anak-anak berumur 10 tahun. Setiap klub diminta memainkan peran tiga gaya kepemimpinan,

yaitu otoriter, demokratis, dan laize faire (semaunya sendiri). Pemimpin yang otoriter bertindak sangat direktif, selalu mengarahkan, dan tidak memberikan kesempatan bertanya apalagi membantah. Bawahan harus patuh pada perintah atasan tanpa membantah. Pemimpin demokratis mendorong kelompok untuk berdiskusi, berpartisipasi, menghargai pendapat orang, siap berbeda, dan perbedaan tidak untuk dipertentangkan, tetapi untuk didapat hikmahnya. Pemimpin demokratis mencoba untuk bersikap objektif dalam memuji dan mengkritik. Pemimpin laize faire memberikan kebebasan mutlak pada kelompok. Dalam melakukan eksperimen, ketiga gaya kepemimpinan tersebut dimanipulasi sedemikian rupa terhadap variable-variabel kepuasan dan prestasi-agresi. Pengendalian dalam eksperimen itu meliputi semua anak laki-laki memiliki kecerdasan emosional yang sama, setiap klub mempunyai aktivitas yang sama, perangkat visi dan fasilitas yang sama, dan pemimpin diperkirakan mempunyai gaya yang berbeda. Penelitian menemukan bahwa 19 anak dari 20 anak sangat suka kepada kepemimpinan demokratis dan hanya 1 orang anak sangat senang dengan gaya kepemimpinan otoriter mungkin karena kebetulan dia anak seorang militer. 4. Studi Ohio Pada tahun 1945, Biro Penelitian Bisnis Universitas Negeri Ohio melakukan serangkaian penemuan dibidang kepemimpinan yang pada umumnya enggunakan angket disebut dengan Angket Deskripsi Perilaku Pemimpin (the Leader Behavior Description Questionnaire) atau yang dikenal dengan singkatan LBDQ. Angket ini untuk mendaatkan data kepemimpinan dalam berbagai unit kerja (Stogdill and Coons 1957). Tim peneliti merumuskan kepemimpinan itu sebagai suatu perilaku seorang yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu yang terdiri atas dua dimensi, yaitu struktur

pembuatan

inisiatif

(initiating

structure)

dan

perhatian

(consideration). Dimana masing-masing menunnjukkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada pencapaian tugas dan perilaku pemimpin yang pada hubungan manusiawi kepada bawahannya. Jika LBDQ diisi oleh bawahannya, maka LOQ (Leader Opinion Questionnaire) diisi oleh pimpinan. 5.

Studi Michigan Kantor Riset Angkatan Laut mengadakan kontrak kerjasama dengan

Pusat Survey Universitas Michigan untuk mengadakan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan pada seksi produksi lebih menyukai: (1) menerima pengawasan dari pengawasan-pengawasan mereka yang bersifat terbuka dibandingkan yang terlalu ketat; (2) sejumlah otorias dan tanggung jawab yang ada dalam pekerjaan mereka; (3) memberikan pengawasan yang terbuka pada bawahannya dibadingkan pengawasan yang ketat; dan (4) berorientasi pada pekerja dari pada produksi (Likert 1962). Penelitian mengidentifikasikan dua konsep gaya kepemimpinan, yaitu berorientasi pada bawahan dan berorientasi pada produksi. 2.

Teori Kepemimpinan Modern Lima pertemuan yang disebutkan dimuka merupakan tonggak sejarah yang amat penting bagi pengembangan teori kepemimpinan. Untuk mengetahui teori kepemimpinan, dapat dengan mempelajari beberapa literatur yang pada umumnya membahas hal yang sama. Teori kepemimpinan terdiri atas pendekatan: (1) sifat-sifat, (2) perilaku, (3) situasional-kontigensi dan (4) Pancasila. Teori kepemimpinan ini bersifat umum. Oleh sebab itu, dapat diterapkan dalam berbagai organisasi termasuk organisasi pendidikan. Keempat pendekatan kepemimpinan tersebut diutraikan sebagai berikut. a. Teori Pendekatan Sifar-sifat (Traits Approach Theory) Pendekatan ini berdasarkan pada sifat seseorang yang dilakukan dengan cara: (1) membandingkan sifat yang timbul sebagai pemimpin dan bukan pemimpin (2) membandingkan sifat pemimpin yang efektif dengan pemimpin yang tidak efektif.

Analisis ilmiah tentang kepemimpinan dimulai dengan memusatkan perhatian kepada diri pemimpin itu sendiri. Pertanyaan penting yang ingindijawab, “Apakah sifat-sifat yang membuat seseorang menjadi pemimpin?”. Teori awal sifat-sifat pemimpin ini dapat ditelusuri kembali sejak zaman Yunani Kuno dan Roma dimana mereka percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan (leaders are born, not buit). Kemudian dilanjutkan dengan penelitian mengenai pemimpin efektif dan pemimpin tidak efektif. Pemimpin yang efektif tidak berdasarkan pada sifat manusia tertentu, tetapi terletak pada beberapa jauh sifat seorang pemimpin dapat mengatasi keadaan yang dihadapinya, yakni ketakwaan, kejujuran, kecerdasan, keikhlasan, kesederhanaan, keluasan pandangan, komitmen, keahlian, keterbukaan, keluasan hubungan sosial, kedewasaan dan keadilan. dan berikut syarat-syarat yang dipenuhi pemimpin yang efektif menurut para ahli. 

Menurut Wexley dan Yukl dalam (Moh. As’ad 1996) Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang kemampuannya lebih tinggi dari rata-rata bawahaannya, kemampuan tersebut adalah (1) memiliki kecerdasan yang cukup, (2) memiliki kemampuan berbicara, (3) memilikikepercayaan diri, (4) memiliki inisiatif, (5) memiliki motivasi berprestasi, (6) memiliki ambisi.



Menurut (Newstrom and Davis 1997) Sifat-sifat yang harus dimliki seorang pemimpin yang efektif adalah (1) Keinginan Personal, (2) Kejujuran dan Integritas, (3) Kemampuan Berfikir, (4) Luwes dan Adaptif, (5) Kharisma, (6) Hasrat untuk memimpin, (7) Percaya Diri, (8) Pengetahuan, (9) Perasaan Positif, (10) Kretivitas dan Orisinilitas.



Menurut (Tiong 1997) Misalkan pemimpin dalam dunia pendidikan seperti seorang kepala sekolah, sifat yang harus dimiliki sehingga dikatakan pemimpin yang efektif adalah (1) adil dan tegas dalam mengambiil keputusan, (2)

membagi tugas secara adil kepada guru, (3) menghargai partisipasi staf, (4) memahami perasaan guru, (5) memiliki visi dan berupaya melakukan perubahan, (6) terampil dan tertib, (7) berkemampuan dan efisien, (8) memiliki dedikasi dan rajin, (9) tulus, dan (10) percaya diri. Untuk membandingkan antara pemimpin efektif dan tidak efektif, terlebih dahulu harus mengetahui bagaimana pemimpin yang disebut tidak efektif (1) Deserter (bersebrangan dengan sifat kepemimpinan), seperti: tidak ada rasa keterlibatan, semangat rendah, dan sukar diramalkan (2) Missonary(misionaris), seperti: santai, dan lemah (3) Autocrat (otokrat), seperti: diktator, dan keras kepala (4) Compromiser (orang yang berkompromi), seperti: angin-anginan b. Teori Pendekatan Perilaku (Gaya-gaya Kepemimpinan) Pendekatan sifat ternyata disak mempu mendeskripsikan apa yang menyebabkan seorang menjadi pemimpin yang efektif. maka dari tu direvisi dengan pendekatan perilaku. Dikarenakan perilaku dapat dipelajari, maka pemimpin dapat dilaih dengan perilaku kepemimpinan yang tepat agar menjadi pemimpin yang efektif. Jadi jelas dalam kaitannya dengan pemimpin yang efektif dalam pendekatan ini adalah pemimpin yang memiliki atau menggunakan gaya (style) yang dapat mewujudkan sasarannya. Berikut adalah gaya kepemimpinan menurut para ahli 

Menurut Plato dalam bukunya yang berjudul Republic membagi tiga gaya kepemimpinan, yaitu (1) filosofer (pemikir), (2) militer (otoriter), (3) entrepreneur.



Menurut(Likert 1962) Likert merancang empat sistem kepemimpinan dalam manajemen yang terdiri dari (1) Exploitative Autoritative (Otoriter yang Memeras), (2) Benevolent

Authoratitive

(Otoriter

yang

(Konsultatif), (4) Participative (Partisipatif). 

Menurut (Blake and Mouton 1964)

Baik),

(3)

Consultative

Perilaku kepemimpinan juga dipengaruhi oleh (1) gaya tandus, (2) gaya perkumpulan, (3) gaya tugas dan (4) gaya tim. 

Menurut (Reddin 1969) Kepeemimpinan menurut Reddin dikemas dalam model tiga dimensi berdasarkan keefektifannya yang dalam bahasa Inggris disingkat 3D Models, yang terdiri dari (1) gaya yang tidak efektif, (2) gaya dasar, dan (3) gaya yang efektif.



Menurut Lippit & White dalam bukunya “Leader Behavior and Member Reaction in Three Social Climate”Terdiri dari (1) Otoriter, (2) Demokratis,dan (3) Laissez faire.

c.

Teori Pendekatan Kepemimpinan Situasional – Kontigensi Pendekatan ini merevisi pendekatan perilaku yang ternyata tidak mampu menjelasan kepemimpinan yang ideal. Pendekatan ini menggambarkan bahwa gaya yang digunakan tergantung pada diri pemimpinnya sendiri, dukungan pengikutnya dan situasi yang kondusif. Pendekatan ini didukung oleh model para ahli dalam (Usman 2013) 

Model Kontigensi Fiedler Fiedler mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan yang digunakan tergantung situasi, situasi tersebut meliputi (1) hubungan pimpinanbawahan yang menguntungkan situasi, (2) derajat susunan tugas yang menguntungkan situasi, dan (3) kekuasaan formal yang menguntungkan situasi.



Model Rangkaian Kesatuan Kepemimpinan Tannenbaum & Schimidt Model ini memiliki pandangan bahwa terdapat tiga faktor yang dipertimbangkan pemimpin dalam memilih gaya kepemimpinannya, yaitu kekuatan dirinya sendiri sebagai pemimpin, kekuatan bawahannya dan kekuatan situasinya selain memandang tingkat kematangan pemimpin.



Model Kontinum Kepemimpinan Vroom & Yetton Vroom & Yetton terkenal dengan gaya pembuatan keputusan, yang terdiri dari lima gaya pengambilan keputusan didalam berbagai situasi, lengkap

dengan tingkat partisipasi bawahannya, sebagai berikut: (1) Tetapkan keputusan sendiri dengan menggunakan informasi yang ada saat itu, partisipasi bawahan tidak ada. (2) Dapatkan informasi dari bawahan dan selesaikan masalah oleh kita sendiri, partisipasi bawahan rendah. (3) Ikut sertakan bawahan yang bersangkutan dengan masalah, minta ide dan sasarannya secara sendiri-sendiri, partisipasi bawahan sedang. (4) Ikut sertakan bawahan sebagai satu kelompok, dapatkan ide dan sasaran dari mereka, partisipasi bawahan tinggi. (5) Ikut sertakan bawahan sebagai suatu kelompok dalam memecahkan masalah, sehingga dalam gaya ini partisipasi bawahan sangat tinggi. 

Model Kontigensi Lima Faktor Farris Sesuai dengan namanya, perilaku pemimpin tergantung pada lima faktor, yaitu (1) wewenang anggota kelompok terhadap masalah, (2) pentingnya penerimaan dan pemberian keputusan pada pimpinan, (3) pentingnya penerimaan keputusan pada anggota kelompok, dan (5) tekanan waktu.



Model Kepemimpinan Dinamika Kelompok Cartwight & Zander Model ini menggunakan pendekatan tujuan dan hubungan baik dengan bawahannya. Pendekatan tujuan berarti pemimpin cenderung lebih memperhatikan penyelesaian tugas pekerjaan bawahannya daripaa hubungan baik dengan bawahannya. Sedangkan dalam pendekatan hubungan baik dengan bawahan berarti perhatian pemimpin terpusat pada hubungan antarpribadi yang menyenangkan, memutuskan perselisihan, memberikan semangat, dan saling menigkatkan kebersaman.



Model Kepemimpinan Path Goal Theory oleh (Evan 1970; House 1971) Model ini didasarkan pada motivasi individu atas pengharapannya atau tujuannya mendapatkan imbalan. Peranan pemimpin adalah menjelaskan kepada bawahannya cara mendapatkan imbalan (mencapai tujuan individu). Keefektifan kepemimpinan bergantung dari (1) kemauan pemimpin memuaskan kebutuhan bawahannya, dan (2) kemauan pemimpin memberi petunjuk kepada bawahannya.



Model Kepemimpinan Vertical Dyad Linkage Graen Model ini dikembangan dengan menitikberatkan pada hubungan antara pemimpin dengan tiap-tiap bawahan secara bebas, dalam hal ini berarti setiap pemimpin harus memperhatikan perbedaan setiap bawahannya gna dapat mengubah kelemahan menjadi kekuatdan dan ancaman menjadi peuang. Keadaan bawahan dapat diketahui dengan baik oleh atasan jika ada hubugan yang baik dan mendalam dengan bawahannya secara individual.



Model Kepemimpinan Bass Pendekatan ini mengunakan sistem yang terdiri atas input, proses (hubungan, perilaku pimpinan), dan output.



Model Kepemimpinan Situasional Hersey & Blanchard Kepemimpinan situasional pada model ini didasarkan saling pengaruh antara perilaku kepemimpinan yang diterapkan, sejumlah pendukungan emosional yang diberikan dan tingkat kematangan bawahannya. Empat gaya kepemimpinan yang dihasilkan adalah telling, selling, participating, dan delegating.



Model Kepemimpinan Transforming (Mentransormasi) Pensekatan ini akan berpengaruh secara simultan terhadap perkembangan personal dan produktivitas usaha dari semua pihak yang terkait selain seorang pemimpin juga mentransformasikan diri dan sifat alamiah kepemimpinannya

dalam

suatu

proses

belajar

memimpin

yang

berkesinambungan. Jadi pendekatan ini membentuk pemimpin sebagai agen aktif perubahan yang positif, antara lain mampu mengubah lingkungan, organisasi, kelompok, pribadi-pribadi. Perilaku, keterampilan yang dibutuhkan kepemimpinan transforming terdiri dari (1) manajemen diri, (2) komunikasi interpersonal, (3) pembimbingan dan manajemen masalah, (4) tim dan pengembangan organisasi, dan (5) luwes dalam gaya, peran, dan keterampilan.

Kepemimpinan dapat dilihat sebagai sebuah proses yang meliputi rangkaian dapat ditumpuk atau dibalik alurnya sesuai dengan situai dan kondisi. Adapun proses tersebut berupa langkah-langkah, seperti memperkirakan,

merencanakan

pengelompokkan,

memotivasi,

mengevaluasi, dan mengkaji ulang. d. Kepemimpinan Pancasila Dalam lingkungan ABRI yang telah dirumuskan Sebelas Asas Kepemimpinan ABRI yang digali dari pustaka nilai kepemimpinan di bumi Indonesia. Asas-asas tersebut terdiri dari: 

Takwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa.



Waspada Purba Wisesa, yaitu waspada dan mengawasi serta sanggup dan berani memberi koreksi kepada anak buah.



Ambeng Para Ma Arta, yaitu dapat memilih mana yang tepat harus didahulukan.



Prasaja, yaitu bersikap sederhana dan tidak berlebihan.



Satya, yaitu bersikap loyal yang timbal balik dari atasan terhadap bawahannya , dan dari bawahan terhadap atasan dan ke samping terhadap teman-teman.



Gemi Nastiti, yaitu berarti hemat cermat (kesadaran kemampuan dalam membatasi penggunaan dan pengeluaran segaa sesuatu yang benar-benar diperlukan.



Belaka, yang berarti jujur yaitu kemauan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggungjawabkan tindakannya.



Legawa, yang berarti ihlas, yaitu kemauan, kerelaan, dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tanggung jawab dan keduduan kepada generasi berikutnya.



Ing Ngarsa Sung Tulada, artinya jika berada di depan ia memberikan teladan.



Ing

Madya

Mangun

Karsa,

artinya

jika

berada

ditengah

ia

mengembangkan tekad. 

Tut Wuri Handayani¸ artinya jika berada dibelakang ia mendorong.

Kepemimpinan Hasta Brata Dalam kitab Mahabaratha diceritakan sewaktu Sri Rama menobatkan Wibisana menjadi Raja Alengka, ia memberikan ajaran kepemimpinan Hasta Brata, yaitu delapan petunjuk untuk seorang raja menjadi pemimpin yang baik, yakni terdiri dari unsur-unsur alam (1) bumi diharapkan pemimpin berwatak kuat, tidak membeda-bedakan, (2) banyu atau air diharapkan pemimpin mengalir kebawah dan merata, (3) geni atau api, kecil kawan besar lawan sehingga pemimpn harus berani menjatuhkan hukuman bagi pelanggar hukum, (4) agni atau angin diharapkan pemimpin memiliki watak yang menyejukkan, (5) surya atau matahari diharapkan pemimpin memberikan kekuatan dan kehidupan seluruh isi alam semesta, (6) candra atau bulan, memberikan penerangan dalam kegelapan, (7) kartika atau bintang, meberikan petunjuk bagi umat manusia, dan (8) samodra atau lautan, samudra adalah lautan yang luas sehingga contoh nyata yang diharapkan untuk seorang pemimpin adalah dapat menampung aspirasi ata pendapat anak buahnya dari manapun dan memiliki pengetauan yang luas. Kepemimpinan Pendidikan Salah satu kunci yang sangat menentukan keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya adalah kepala sekolah, menurut Anonim (2002) kepala sekolah harus memiliki 25 kompetensi, (1) penyusunan program kepala sekolah, (2) monitoring dan evaluasi, (3) manajemen kelembagaan, (4) kompetensi

manajerial,

(5)

manajemen

sarana

dan

prasarana,

(6)

pengembangan diri, (7) manajmen hubungan sekolah dengan masyarakat, (8) wawasan kependidikan, (9) memahami sekolah sebagai sistem, (10) manajemen tenaga kependidikan, (11) supervisi pendidikan, (12) manajemen kesiswaan, (13) memberdayakan sumber daya, (14) manajemen waktu, (15) manajemen bimbingan dan konseling, (16) Laporan Akuntabilitas Kinerja

Sekolah (LAKIS), (7) jiwa kepemimpinan, (18) koordinasi, (19) memahami budaya sekolah, (20) menyusun dan melaksanakan regulasi sekolah, (21) sistem informasi manajemen, (22) proses pengambilan keputusan, (23) akreditasi sekolah, (24) manajemen keuangan, dan (25) memiliki dan melaksanaan kreativitas inovesi dan jiwa kewirausahaan.

Kepemimpinan Pendidikan Kejuruan Menurut (Finch and McGough 1982) pendidikan kejuruan meliputi dimensi manusia (human), tugas (task), lingkungan (environment). Dimana dimensi manusia meliputi hubungan manusiawi, kreativitas, komitmen (tanggung jawab), fleksibilitas dan orientasi jauh kedepan. Dimensi tugas meliputi perencanaan, pengembangan, manajemen, dan penilaian. Dimensi lingkungan terdiri dari sekolah, masyarakat, dan penyediaan tenaga kerja. Dalam dunia pendidikan kejuruan, dikenal pemimpin sebagai leader (berjiwa besar

untuk

meyakinkan

dan

menggerakkan

orang

lain),

sebagai

administrator (menciptakan dan memahami pelayanan administrasi yang lancar dan tepat waktu), sebagai educator (memiliki pemahaman yang baik terhadap

Wawasan

Wiyata

Mandala),

sebagai

supervisor

(mampu

mengomunikasikan program supervisi kepada tenaga kerja kependidikan serta siswa sesuai dengan propgram kerja, sabagai climate maker (mampu meyakinkan dan menggerakkan seluruh tenaga kependidikan dan siswa), sebagai manager (memiliki program dan target yang harus diwujudkan selama masa jabatannya), sebagai interpreneur (mampu menganalisis dan memanfaatkan peluang serta menciptakan keunggulan komparatif dan kompetitif).

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Macam Kepemimpinan Nama yang sama bukan berarti dapat mewakili orang yang sama. Begitu pula dengan kepemimpinan yang memiliki perbedaan, yakni tepatnya pada istilah pemimpin. Pertama adalah jenis pemimpin dalam lingkup formal, berarti seseorang yang disahkan menjadi pemimpin baik itu melalui sidang-sidang yang berlandaskan peraturan-peraturan tertulis maupun dengan surat keputusan resmi. Contoh pemimpin dalam dunia formal adalah kepala sekolah, rektor, dan sebagainya. Kemudian pemimpin nonformal yakni pemimpin yang dikangkat atau dipilih oleh anggotanya tanpa didasari surat-surat resmi, contohnya seperti ketua kelas, korti dan sebagainya. Namun jika dilihat secara umum, pemimpin memiliki tugas yang sama yaknimisalkan dalam ranah pendidikan adalah melaksanakan manajemen pendidikan, baik sebagai fungsi maupun sebagai tugas. Seorang pemimpin juga harus dapat memberi dan menjadi contoh baik untuk anggotanya, karena pada umumnya jika sudah terpilih menjadi pemimpin berarti sudah dipercayakan kinerja dan kemampuan yang melebihi yang lainnya. 3.2 Kerangka Perspektif Kepemimpinan Dalam BAB kajian teori, kerangka perspektif ini diambil merut tokoh yang bernama Jago yang mengemukakan bahwa pemimpin itu dilahirkan sehingga teorinya hampir sama dengan teori kepemimpinan berpendekatan sifat-sifat.Padahal dalam kenyataannya dalam berorganisasi tidaklah selalu demikian, melainkan memiliki ciri khusus dan keunikannya masing-masing sehingga tidak mungkin organisasi dipimpin dengan perilaku tunggal untuk segala situasi. Situasi yang berbeda harus dihadapi dengan perilaku yang berbeda pula. Oleh sebab itu, muncul koreksi terhadap pendekatan perilaku yang disebut dengan pendekatan kontigensi. Pendekatan terdiri atas universal dan kontigensi. Pendekatan universal hanya ada satu cara terbaik untuk memimpin. Pemimpin efektif tergantung pada situasinya. Pendekatan kontigensi jika

diterjemahan secara harfiah berarti pendekatan kemungkinan. Artinya, yang berbeda harus dihadapi dengan perilaku yang berbeda pula. 3.3 Teori Kepemimpinan Teori kepemimpinan memiliki sudut pandang yang berbeda menurut para ahli, dan zaman. Pertamakali dikenal teori ini berasal mula dari teori kepemimpinan klasik. Satu tokoh teori kepemimpinan klasik adalah seorang teknik mesin bernama Taylor mengemukakan bahwa kepemimpinan dalam memimpin haruslah mempekerjakan bawahannya bagaikan mesin. Bagaimana pekerjaan manusia jika disamakan sistemnya dengan sebuah benda mati? Pekerja juga manusia yang memelukan waktu luang untuk beristirahat, memarlukan refreshing sekedar melepas penatnya setelah menyelesaikan suatu pekerjaan, memerlukan cinta kasih sayang agar lebih bersemangat menjalankan kewajiban. Jika sistem ini berjalan maka tak heran berakibat pada banyak pegawai yang sakit, bercerai, kacau balau karena hidupnya hanya ntuk bekerja, lupa makan dan keluarga. Untuk itu teori selanjutnya dari seorang tokoh bernama Mayo merevisi gaya kepemimpinan tersebut dengan menerapkan metode yang terbaik dan memerhatikan perasaan dan hubungan manusiawi. Teori

berikutnya

menurut

Studi

Ohio

dengan

hasil

penelitiannya

kepemimpinan itu sebagai suatu perilaku seseorang yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu dengan menurut dua dimensi, pertama adalah pembuatan inisiatif yang menunnjukan bahwa perilaku pemimpin yang berorientsi pada tugas dan yang kedua adalah perhatian, maksudnya perhatian dalam hal ini adalah menunjukkan perilaku pemimpin pada hubungan manusiawi terhadap bawahannya. Sehingga teori tidak lain sedkit ada kaitannya dengan tokoh Mayo. Selanjutnya

melalui

Studi

Michigan

dimana

dalam

penelitiannya

menyimpulkan bahwa, pemimpin yang berorientasi pada bawahan menekankan pentingnya hubungan dengan pekerja yang meganggap setiap pekerja penting, diperhatikan minatnya, diterima keberadaannya dan dipenuhi kebutuhannya. Pemimpin yang berorientasi pada produksi menekankan pentingnya produksi dan

aspek teknik-teknik kerja. Pekerja diperlakukan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Kedua orientasi ini paralel dengan gaya kepemimpinan demokratis dan otoriter dalam konsep perilaku kontinum dari Tannenbaum-Schmidt. Tak berhenti pada teori kepemimpinan klasik, terdapat teori kepemimpinan modern setelahnya yang terdiri dari; pendekatan sifat, pendekatan perilaku, kepemimpinan situasional, kepemimpinan pancasila, kepemimpinan pendidikan dan kepemimpinan pendidikan kejuruan. Pertama dengan pendekatan sifat, pendekatan ini berpandangan bahwa seseorang dikatakan pemimpin jika dan hanya jika dilahirkan dengan sifat kepemimpinan. Dilahirkan berarti pemimpin yang memiliki sifat-sifat, bakat kepemimpinan sejak lahir bukan dididik maupun dilatih. Pelatihan kepemimpinan akan bermanfaat dan berhasil untuk mereka uang telah memiliki sifatsifat kepemimpinan dan yang tidak memiliki sifat kepemimpinan akan menghasilkan hasil yang sia-sia jika dilatih sekalipun. Teori yang dikenal dengan Teori Great Man meyakinkan bahwa jika seorang dilahirkan sebagai pemimpin maka ia kan menjadi pemimpin. Dalam kaitannya pendekatan pemimpin melalui sifat-sifat juga dilakukan dengan cara membedakan pemimpin yang efektif dan yang tidak efektif. Sifat kepemimpinan efektif yang telah dijelaskan oleh para ahli umumnya bermakna sama, hanya berbeda dalam jumlah dan pemilihan kata. Pada dasarnya pemimpin yang dikatakan pemimpin efektif adalah pemimpin yang tetap menjadi dirinya sendiri, maksudnya pemimpin yang tetap pada pendiriannya sendiri dan tidak akan goyah jika dihasut oleh lingkungannya, sehingga ia akan memperlakukan orang yang sesuai dengan cara yang ingin dia lakukan. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa mereka dalam mendengarkan pendapat dari orang lain dengan baik untuk dipertimbangkan, sehingga tidak ada rasa sungkan dalam mengajak rekan kerjanya berdiskusi untuk mencapai sesuatu dan kemudian bisa merangkul atau mengajak anggotanya bersama-sama meraih yang diinginkan. Juga memiliki tanggungjawab, komitmen terhadap dirinya sendiri dan kaitannya dengan orang banyak serta sikap positif lainnya. Sedangkan pemimpin yang tidak efektif adalah antonim dari kepemimpinan efektif seperti mereka yang memiliki pendirian tak kokoh sehingga setiap keputusan yang diambil selalu tidak didasari rasa percaya diri dan membuat

suatu perjalanan akan berhenti sebelum tanda-tanda mencapai tujuan yang diinginkan, dan sebagainya. Selain itu, dalam teori ini terdapat pendekatan kepemimpinan situasional yang juga didefinisikan menurut para tokoh, walaupun jika dilihat secara umum definisidefinisi tersebut memiliki maksud yang sama. Para ahli sepakat bahwa kepemimpinan yang efektif (Ke) ditentukan oleh pemimpin (P), pengikut (p), dan situasi (s) berfungsi optimal yang dirumuskan Ke = f(P,p,s). Dengan rasional sebagai berikut, melalui menganalisis motivasi pokok bawahannya, pemimpin menempatkan pada situasi yang sesuai. Kualitas hubungan pemimpin dengan anggota kelompok adalah yang paling berpengaruh pada keefektifan kepemimpinannya sehingga kepemimpinannya tidak begitu perlu mendasarkan pada kekuasaan formalnya. Sebaliknya, jika seorang pemimpin tidak disegani atau tidak dipercaya, maka ia harus didukung oleh peraturan yang memberi ketenangan untuk menyelesaikan tugasnya. Tugas yang terinci adalah variabel yang penting dalam situasi kerja. Tugas yang sangat berinci diprlukan apabila prosedur telah dtetapkan untuk setiap tahap atau apabila telah terdapat petunjuk mengenai pelaksanaan tugas. Anggota kelompok mendapat gambaran yang jelas mengenai tugas yang harus dikerjakan. Teori selanjutnya adalah mengenai kepemimpinan pancasila. Jika semisalnya muncul sebuah pertanyaan “teori kepemimpinan apa yang relevan digunakan di Indonesia?” maka teori ini adalah jawabannya. Berdasarkan namanya, teori ini berisikan terkait implementasi dari sila-sila Pancasila dan semboyan dari bapak Pendidikan Nasional tak lain adalah Ki Hajar Dewantara (Tut Wuri Handayani). Karena dari teori kepemimpinan ini mengharapkan bahwa kita dapat menjadi pemimpin yang percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan kepercaaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap, dapat menjadi pemimpin yang bisa saling menghormati dan tetap menjalin hubungan kerjasama antar pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda. Kemudian dari teori ini juga menjelaskan bahwa emimpin itu diharapkan dapat mengkui persamaan derajat, hak dan kewajiban antar sesama manusia sehingga tidak semena-mena dengan anggotanya maupun orang lain. Pemimpin juga diharapkan

cinta dengan tanah air dan bangsanya sendiri, rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. Dalam mengambil sebuah keputusan diharapkan mengutamakan musyawarah untuk mufakat demi kepentingan bersama dan harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepasa Tuhan Yang Maha Esa, dan tidak merugikan khalayak umum. Lanjut pada kepemimpinan pendidikan, perbedaannya hanya pada lingkup yang dipimpin yakni pada ranah pendidikan. Contohnya kepala sekolah, rektor dan sebagainya. Misalkan diambil contohnya adalah kepala sekolah, maka seorang pemimpin dilingkungan sekolah tersebut adalah pertama harus dapat menyusun program sekolah, baik itu visi, misi dan kegiatan apa yang akan dilaksanakan disuatu sekolah tersebut, kedua adalah mengevaluasi atau memantau dan menilai seberapa jauhnya suatu kegiatan sudah terlaksanakan, tentu dalam hal ini diperlukan manajemen atau pengelolaan dalam hal sarana dan prasarana maupun uraian kegiatan lainnya. Kegiatan sekolah juga dapat meningkatkan hubungan sosialisme sekolah dengan masyarakat contohnya misalkan disuatu sekolah melaksanakan lomba matematika yang diikuti dari jenjang SD sampai SMA, dan sebagainya. Tidak hanya dengan masyarakat, kepala sekolah harus mampu mengatur unsur fisik non fisik sekolah, misalkan dibuatnya peraturanperaturan dan sanksi tertentu terhadap siswanya sehingga bimbingan dan konseling juga berperan didalamnya. Setelah adanya suatu kegiatan, kepala sekolah wajib melaporkan terkait kinerja sekolah pada waktu tertentu dalam laporan yang sering disingkat dengan LAKIS (Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekolah sehingga disana perlu adanya manajemen keuangan dan berkoordinasi yang memiliki dampak pengiring seperti meningkatnya akreditasi sekolah. Kepemimpinan pendidikan secara khususny dalam bidang sekolah kejuruan juga memiliki dimensinya sendiri menurut salah satu tokoh, dimensi itu yang pertama adalah manusia yang meliputi hubungan manusiawi, kreativitas, komitmen, fkelsibilitas, dan orientasi jauh ke depan. Keuda adalah dimensi tugas yang meliputi perencanaan, pengembangan, anajemen, dan penilaian. Dan yang terakhir adalah lingkungan itu meliputi sekolah, masyarakat, dan penyediaan tenaga kerja.

BAB IV PENUTUP 4.1. KESIMPULAN Dari

berbagai

pendapat

kepemimpinan

diatas,

dapat

disimpulkan

bahwa

kepemimpinan adalah proses memengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Pimpinan adalah jabatan atau posisi teratas seseorang dalam sekumpulan orang sedemikian sehingga mereka dapat memerintah dalam hal positif untuk mencapai tujuan tertentu, dan orang tersebut dinamakan pemimpin. teori kepemimpinan sangat bermanfaat bagi setiap pemimpin dalam menjalankan tugasnya, teori-teori tersebut ada teori klasik dan teori kepemimpinan modern yang masingmasing dikuatkan dengan tokoh dan pandangannya tersendiri. Teori klasik didukung dengan gaya kepemimpinan Taylor yang memekerjakan bawahan bagaikan mesin serta model Mayo, Iowa, Ohio dan Studi Michigan yang memiliki maksud sama untuk teori kepemimpinan yakni secara manusiawi. Kepemimpinan memiliki perbedaan menurut tingkat formal dan non formal, perbedaannya terlihat jelas dalam cara pemilihan atau pelantikan pemimpinnya, yakni pemimpin formal dilantik berdasarkan surat-surat resmi tertentu sedangkan yang non formal tidak. Kepemimpinan juga didukung dengan prinsip yang khususny dalam makalah ini adalah prinsip kepemimpinan abad ke-21, walaupun maksud dan tujuannya memiliki nilai yang sama jika dibandingkan secara umumnya.

DAFTAR PUSTAKA Feldman, Daniel C., and Hugh J. Arnold(1983)Managing Individual and GroupBehavior Organization. Tokyo: Tosho Prenting CO, Ltd. Kartono, and Kartini (2003) Pemimpin Dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada. Murphy, Joseph, Stephen N. Elliott, EllenGoldring, and Andrew C. Porter(2006) Learning-Centered Leadership: A Conceptual Foundation. Learning Sciences Institute, Vanderbilt University. Reinhartz, and Beach (2007) Supervisory Leadership: Focus on Instruction. Allyn and Bacon Publisher. Stogdill, R., and Coons (1957) Leader Behavior.Colombus: Bureau for Bussines Research. Usman,Husaini (2013) ManajemenTeori, Praktik, Dan RisetPendidikan. EdisiKetiga. Jakarta Timur: PT BumiAksara. Wahjosumidjo (1987) Kepemimpinan Dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Yavebaum,and Sherman (2008) Everything Leadership Book.Second Edition. Massachusetts: Adams Media.

Related Documents


More Documents from "Fahri ramadhan"