PEMANTAUAN JENTIK BERKALA I.
II.
DEFINISI Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) adalah kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk dan kepompong nyamuk penular DBD (Aedes aegypti) di tempat – tempat perkembangbiaknnya. Pemeriksaan jentik berkala adalah pemeriksaan tempat – tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan atau kader atau petugas pemantau jentik (jumantik). Rumah adalah semua bangunan tempat tinggal termasuk bangunan yang digunakan usaha kecil seperti warung, toko, ruko, industry rumahan. Tempat – tempat umum (TTU) adalah semua bangunan untuk pelayanan umum seperti rumah sakit, puskesmas, klinik, stasiun pompa bensin dan lain – lain. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DBD telah muncul sebagai masalah kesehatan masyarakat internasional pada abad 21. RUANG LINGKUP Pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) bertujuan untuk mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. Sasaran pemberantasana sarang nyamuk demam berdarah dengue adalah semua perkembangbiakan nyamuk penular DBD 1. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari 2. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari (non-TPA) 3. Tempat penampungan air alamiah Ukuran keberhasilan kegiatan PSN ABJ Antara lain dapat diukur dengan Anka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. A. Cara Pencegahan / Pemberantasan DBD Cara yang dilakukan adalah dengan memberantas vector (nyamuk penularnya), karen avaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum tersedia. Cara yang dianggap paling tepat untuk memberantas vector (nyamuk Aedes aegypti) adalah dengan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN). Mengingat nyamuk ini telah tersebar luas di seluruh tanah air, baik di rumah – rumah maupun di tempat – tempat umum maka upaya pemberantasan tidak hanya merupakan tugas pemerintah (tenaga kesehatan) saja tetapi harus didukung oleh peran serta masyarakat. Untuk membatasi penularan penyakit yang cenderung meluas, mencegah kejadian luar biasa (KLB) serta menekan angka kesakitan dan kematian, maka pemerintah juga melaksanakan pemberantasan vector dengan menggunakan insektisida (fogging focus) di desa/kelurahan yang ditemukan adanya penderita, apabila memenuhi kriteria penyemprotan/pengasapan berdasarkan hasil penyeledikan epidemiologi (PE). Cara PSN DBD PSN DBD dilakukan dengan cara 3M yaitu : a. Menguras dan meyikat tempat – tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc, drum, dan lain-lain seminggun sekali (M1). b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan dan lain-lain (M2). c. Mengubar atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan (M3).
Selain itu ditambah dengan cara lainnya, seperti : a. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali. b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancer/rusak. c. Menutup lubang-lubang pada potongan bamboo/pohon, dan lain-lain (dengan tanah dan lain-lain) d. Menaburkan bubuk larvasida, misalnya ditempat-tempat yang sulit dikuras atau didaerah yang sulit air. e. Memelihara ikan pemakan jentik dikolam/bak-bak penampungan air. f. Memasang kawat kasa g. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar h. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai i. Menggunakan kelambu j. Mermakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk Keseluruhan cara tersebut diatas dikenal dengan istilah dengan ‘3M Plus’. B. Pemeriksaan Jentik Berkala Oleh Petugas Puskesmas Selain oleh kader, PKK, Jumatik atau tenaga pemeriksa jentik lainnya, pemeriksaan jentik berkala (PJB) juga dilakukan oelh masing-masing puskesmas terutama di desa/kelurahan endemis (cross check) pada tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti di 100 sampel rumah/bangunan yang dipilih secara acak dan dilaksanakan secara teratur setiap 3 bulan untuk mengetahui hasil kegiatan PSN DBD oleh masyarakat. Pengambilan sampel harus diulang untuk setiap siklus pemeriksaan. Alat dan Cara Pelaksanaan Survei Jentik 1. Alat untuk survei jentik visual adalah lampu senter, lembar observasi dan alat tulis untuk mencatat hasil observasi. 2. Sasaran survei adalah tempat-tempat yang memungkinkan air tergenang, karena merupakan tempat biasa nyamuk Aedes aegypti berkembang biak. Nyamuk Aedes aegypti betina selalu meletakkan telur di dinding tempat penampungan air atau barang-barang yang memungkinkan air tergenang. Cara pelaksanaan survei jentik, yaitu: 1. Membuka tutup kontainer air apabila ada 2. Mengamati secara langsung ada tidaknya jentik di dalam kontainer, 3. Lampu senter digunakan untuk membantu pengamatan container di tempat kurang cahaya, dengan cara mengarahkan cahaya senter ke dalam kontainer, tunggu beberapa saat apakah ada jentik yang terlihat. 4. Menghitung jumlah total tempat penampungan air dan jumlah tempat penampungan air yang positif jentik. 5. Mencatat hasil pengamatan ke dalam lembar observasi. III.
TATALAKSANA Cara PJB 1. Dilakukan dengan mengunjungi rumah dan tempat-tempat umum untuk memeriksa tempat penampungan air (TPA), non TPA dan tempat penampungan alamiah. Di dalam dan di luar rumah/bangunan serta memberikan penyuluhan tentang PSN DBD kepada keluarga/masyarakat. 2. Jika ditemukan jentik, anggota keluarga atau pengelola tempat umum diminta untuk ikut melihat/menyaksikan, kemudian lanjutkan dengan PSN DBD(‘3M’ atau ‘3M Plus’). 3. Memberikan penjelasan dan anjuran PSN DBD kepada keluarga dan pengelola/petugas kebrsihan tempat-tempat umum.
IV.
4. Mencatat hasil pemeriksaan jentik pada Kartu Jentik Rumah / Bangunan yang ditinggalkan di rumah/bangunan dan pada formulir JPJ -1 untuk pelaporan ke puskesmas dan yang terkait lainnya. Contoh cara memilih sample 100 rumah/bangunan sebagai berikut : 1. Dibuatkan daftar RT untuk setiap desa/kelurahan. 2. Setiap RT diberi nomor urut. 3. Dipilih sebanyak 10 RT sample secara acak (misalnya dengan cara systematic random sampling) dari seluruh RT yang ada d wilayah desa/kelurahan. 4. Dibuat daftar nama kepala keluarga (KK) atau nama TTU dari masing-masing RT sampel atau yang telah terpilih. 5. Tiap KK/rumah/TTU diberi nomor urut, kemudian dipilih 10 KK/rumah/TTU yang ada di tiap RT sampel secara acak (misalnya dengan cara sistimatik random sampel). Cara melakukan systematic random sampling: 1. Sampel RT, misalnya: a. Kelurahan X dengan jumlah 100 RT b. Setiap RT diberi nomor urut (RT 1 sampai dengan RT 100) c. Jumlah RT sampel sebanyak 10 RT , sehingga interval : 100/10 = 10 d. Ambil kertas gulungan bernomor 1 sampai dengan 10 (dikocok) e. Misal keluar angka 3, maka RT nomor urut 3 terpilih sebagai sampel pertama. f. Sampel selanjutnya adalah dengan menambahkan : 3 + 10 = 13 (RT No. 13), 13 + 10 = 23 (RT No. 23) dan seterusnya sampai terpilih sebanyak 10 RT sampel. 2. Sampel rumah/bangunan a. Buat daftar rumah/bangunan dari tiap-tiap RT sample, missal RT 1 : 30 rumah/bangunan, sampel 10 rumah untuk tiap RT, maka interval 30/10=3 b. Ambil gulungan kertas bernomor 1 sampai dengan 3, dikocok Misal keluar angka 2, maka KK (rumah) atau bangunan dengan nomor urut 2 terpilih sebagai sampel pertama c. Sampel selanjutnya adalah dengan menambah 2 + 3 = 5 (rumah / bangunan dengan nomor urut 5 dan seterusnya sampai terpilih 10 rumah/bangunan ) d. Pengambilan sampel 10 rumah/bangunan dari RT terpilih lainnya dilakukan dengan cara yang sama, sehingga rumah/ bangunan dari 10 RT sampel berjumlah 100 rumah/bangunan. DOKUMENTASI Pencatatan dilakukan meliputi: 1. Mencatat hasil pemeriksaan jentik pada Kartu Jentik Rumah / Bangunan yang ditinggalkan di rumah/bangunan dan pada formulir JPJ -1 untuk pelaporan ke puskesmas dan yang terkait lainnya. 2. Melakukan rekapitulasi hasil PJB dilaksanakan oleh puskesmas setiap bulan dengan melakukan pencatatan hasil pemeriksaan jentik di pemukiman(rumah) dan tempat-tempat umum pada Formulir JPJ-2 3. Hasil PJB dicatat dan dilaporkan ke dinas kbupaten/kota menggunakan Formulir JPJ-2
Referensi 1. Depkes RI ,Tahun 2005 : Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. 2. Muftikan, Tahun 2012 : Survei Jentik Sebagai Deteksi Dini Penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) Berbasis Masyarakat dan Berkelanjutan.
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3