Pedoman Program Gizi 2017.docx

  • Uploaded by: Rizqia Ramadhani
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pedoman Program Gizi 2017.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 12,122
  • Pages: 51
PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 5 menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di satu wilayah kecamatan atau bagian wilayah kecamatan yang difungsikan sebagai Gate Keeper dalam pelayanan kesehatan, harus dapat

memberikan jaminan terhadap

penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat dan perorangan yang paripurna, adil, merata, berkualitas dan memuaskan masyarakat. Pelayanan gizi di puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi didalam gedung dan diluar gedung. Pelayanan gizi didalam gedung umumnya bersifat individual, dapat berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Kegiatan didalam gedung juga meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan dilakukan diluar gedung. Sedangkan pelayanan gizi diluar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di puskesmas, diperlukan pelayanan yang bermutu sehingga dapat menghasilkan status gizi yang optimal dan mempercepat proses penyembuhan pasien. Pelayanan gizi yang bermutu dapat diwujudkan apabila tersedia acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu sesuai dengan 4 pilar dalam Pedoman Gizi Seimbang ( PGS ). Pelayanan Puskesmas harus memenuhi keselamatan masyarakat (public safety) dalam rangka melindungi kepentingan pasien, masyarakat dan petugas, untuk itu pelayanan Puskesmas harus dilakukan sesuai standar, sehingga diperlukan suatu pedoman kegiatan program gizi. Dengan adanya pedoman kegiatan program gizi maka dapat diketahui kondisi jumlah dan kualitas manajemen, sumber daya dan upaya pelayanan yang dilakukan oleh Pelaksana Gizi UPTD. Puskesmas Panarukan.

B. TUJUAN 1. Tujuan Umum : Tersedianya pedoman pelaksanaan kegiatan program gizi sehingga tercapai pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu agar terwujud derajat kesehatan masyarakat Kecamatan Panarukan yang optimal.

1

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

2. Tujuan Khusus : a. Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan gizi, peran dan fungsi ketenagaan, sarana dan prasarana di Puskesmas dan jejaringnya; b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu di puskesmas dan jejaringnya; c. Tersedianya acuan bagi tenaga gizi puskesmas untuk bekerja secara profesional memberikan pelayanan gizi yang bermutu kepada pasien/ klien di puskesmas dan jejaringnya; d. Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi di Puskesmas dan jejaringnya.

C. SASARAN 1. Tenaga gizi Puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas 2. Pengelola program kesehatan dan lintas sektor terkait

D. RUANG LINGKUP 1. Kebijakan pelayanan gizi di puskesmas 2. Pelayanan gizi didalam gedung 3. Pelayanan gizi diluar gedung 4. Pencatatan dan pelaporan 5. Monitoring dan evaluasi

E. BATASAN OPERASIONAL Jenis konseling gizi yang dapat dilaksanakan di Puskesmas antara lain konseling gizi terkait penyakit dan faktor resikonya, Konseling ASI, konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak ( PMBA ) dan konseling faktor resiko Penyakit Tidak Menular ( PTM ). 1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/ terstruktur untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. 2. Dietetik adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip – prinsip keilmuan makanan, gizi, sosial, bisnis dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal secara individual melalui pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan diberbagai area/ lingkungan/ latar belakang praktek pelayanan 3. Edukasi/ pendidikan gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan – pesan gizi dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/ klien dan lingkungannya terhadap upaya perbaikan gizi dan kesehatan. Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok

2

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

atau golongan masyarakat masal dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam kehidupan sehari – hari. 4. Food Model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari bahan sintetis atau asli yang diawetkan dengan ukuran dan satuan tertentu sesai dengan kebutuhan yang digunakan untuk konseling gizi kepada pasien rawat inap maupun pengunjung rawat jalan. 5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan 6. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara makanan dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat – zat gizi dan bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan dari tubuh. 7. Kegiatan Spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000 hari pertama kehidupan ( HPK ). Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti imunisasi, PMT ibu hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di posyandu, suplemen Tablet Tambah Darah ( TTD ), promosi ASI Eksklusif, MP ASI dsb. Kegiatan spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam kurun waktu relatif pendek ( Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam rangka 1000 HPK ) 8. Kegiatan Sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila direncanakan secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik dampaknya sensitif terhadap proses keselamatan proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK. 9. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya. 10. Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan pelayanan gizi sesuai dengan standart dan memuaskan baik kualitas dari petugas maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan pasien/ klien. 11. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik baik di masyarakat maupun puskesmas dan unit pelaksana kesehatan lainnya berpendidikan dasar Akademi Gizi/ Diploma III Gizi. 12. Nutrisionist Registered ( NR ) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi dan sarjana gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan. 13. Pasien/ Klien adalah pengunjung puskesmas tenaga kesehatan baik rawat inap/ rawat jalan yang memerlukan pelayanan baik pelayanan kesehatan dan atau gizi. 3

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

14. Pasien Beresiko Malnutrisi adalah pasien dengan status gizi buruk, gizi kurang atau gizi lebih mengalami penurunan asupan makan, penurunan berat badan dll. 15. Pasien Kondisi Khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui, lansia, pasien dengan penyakit tidak menular ( PTM ) seperti Diabetes Mellitus, Hipertensi, Hiperlipidemia, penyakit ginjal dll. 16. Pelayanan Gizi adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik pada masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit diselenggarakan baik didalam dan diluar gedung. 17. Pelayanan Gizi di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas. 18. Pelayanan Kesehatan Perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi ( private goods ) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk Puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap. 19. Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya. 20. Pelayanan Gizi Rawat Jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan dimulai dari pengakajian gizi, penentuan diagnosis gizi, intervensi gizi dan monitoring dan evaluasi kepada pasien/ klien rawat jalan. Intervensi gizi rawat jalan pada umumnya berupa kegiatan konseling gizi dan dietetik dan atau penyuluhan gizi. 21. Pelayanan Gizi Rawat Inap adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan dimulai dari pengkajian gizi, penentuan diagnosis gizi, intervensi gizi, dan monitoring dan evaluasi kepada pasien/kliendi rawat inap. Intervensi gizi rawat inap mencakup kegiatan konseling gizi, penyediaan makanan pasien rawat inap, pemantauan asupan makanan dan pergantian jenis diet apabila diperlukan. 22. Preskripsi Diet adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara individual muali dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencangkup zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan dan rute pemberian makan. Preskripsi diet dirancang berdasarkan pengkajian gizi, komponen diagnosa gizi, rujukan, 4

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

rekomendasi, kebijakan dan prosedur, serta kesukaan dan nilai-nilai yang dianut pasien/klien. 23. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)

adalah pendekatan sistematik dalam

memeberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir yang meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanan gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi. 24. Registered Dietesien (RD) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi atau Sarjana Gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi (internship) dan telah lulus uji kompetensi serta teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan berhak mengurus izin memberikan pelayanan gizi, makanan dan dietetic, dan menyelenggarakan praktek gizi mandiri. 25. Rujukan Gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi yang memberikan pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah gizi baik secara vertikal maupun horizontal. 26. Sarana Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. 27. Skrining Gizi adalah tindakan penapisan untuk mengetahui apakah seorang pasien beresiko malnutrisi, tidak beresiko malnutrisi atau kondisi khusu. 28. Technical Registered Dietesien (TRD) adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Diploma III Gizi sesuai aturan yang berlaku atau Ahli MAdya Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 29. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi sesuai dengan peraturan perundangan. Tenaga gizi meliputi Technical Registered Dietisien ( TRD ), Nutrisionist Registered ( NR ) dan Registered Dietisien ( RD ). 30. Tenaga Gizi Puskesmas adalah tenaga gizi yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas perbaikan gizi di Puskesmas. Apabila tidak tersedia tenaga gizi maka pelaksanaan tugas perbaikan gizi di puskesmas dapat dilakukan oleh tenaga pelaksana gizi yang berasal dari tenaga kesehatan lain seperti perawat atau bidan. 31. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri di bidang kesehatan serta memiliki kemampuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. 32. Terapi Diet adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi. 33. Tim Asuhan Gizi Puskesmas adalah sekelompok tenaga kesehatan di puskesmas yang terkait dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter ( umum/ spesialis ), tenaga gizi, perawat dan atau bidan dari setiap unit pelayanan yang bertugas menyelenggarakan asuhan gizi ( nutrition care ) untuk mencapai pelayanan paripurna yang bermutu. 5

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA Tenaga gizi puskesmas diharapkan telah mengikuti pelatihan terkait gizi seperti pelatihan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (TLAGB), Pelatihan konselor ASI, Pelatihan pemberian Makan pada bayi dan anak (PMBA). Pelatihan pemantauan pertumbuhan dll. Kegiatan dalam rangka perbaikan gizi yang menjadi tanggung jawab puskesmas dilakukan oleh TPG dengan latar belakang pendidikan gizi. Apabila belum ada TPG berlatar belakang pendidikan gizi, dapat dikerjakan oleh TPG yang bukan berlatar belakang gizi seperti sanitarian, perawat, bidan atau tenaga kesehatan lainnya. Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit adalah sebagai berikut : Kualifikasi 

Jumlah

S1/D3 gizi yang memiliki

2 orang

keahlian di bidang gizi

Nama 1. Dwi Wahyuningsih,

Nama Jabatan Koordinator Gizi

Kompetensi Umum 

Tatalaksana Gizi Buruk



Pemantauan Pertumbuhan



Konselor ASI

Kualifikasi Formal S1 Gizi

S.Gz.

Keterangan Pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk, Pemantauan Pertumbuhan Balita, Konselor ASI, PMBA (Pemberian Makan pada Bayi dan Balita)

2. Riema Windar Asti, Amd. Gz.

Pelaksana Gizi

DIII Gizi

Pelatihan

Puskesmas

Tatalaksana Gizi

(Magang)

Buruk

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN Penanggungjawab program dan pelaksana gizi di Puskesmas Panarukan bekerja secara purna waktu sesuai dengan jam dinas dan bilamana diperlukan dapat bekerja diluar jam dinas dalam rangka koordinasi dan komunikasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait.

6

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

C. JADWAL KEGIATAN BULAN

NO

KEGIATAN

1

Konsultasi Gizi

2

Penimbangan BALITA

3

Edukasi Gizi

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nop

Des























Pencegahan Anemi Pada Remaja & 4

WUS

5

Pengolahan TTD u/ Bumil & bufas

6

Survailens gizi

7

Konseling ASI & PMBA Pengelolaan

pemantauan

8

pertumbuhan di Posyandu

10

Pemberian Kapsul Vit.A

11

Pembinaan gizi di Institusi Kerjasama lintas sektor dan lintas

12

program

7

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

BAB III STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG GIZI (Therapeutic Feeding Center/TFC)

TERAS DEPAN

TERAS BELAKANG

Keterangan : I.

Ruang Pendaftaran dan Konsultasi

II.

Ruang Akrupesur

III.

Perpustakaan

IV. Dapur V.

Ruang Rawat Inap

VI. Pojok Laktasi VII. Gudang VIII. Kamar Mandi IX. Ruang Tengah : Lemari

: Tempat Cuci Piring dan Tangan

: Kursi

: Meja

: Tempat tidur

: Kulkas

: Bak Mandi

: WC

: Rak Buku Letak ruang konsultasi gizi berada pada bagian depan Puskesmas, yaitu di area perawatan balita gizi buruk (TFC) yang mempunyai akses langsung dengan lingkungan luar puskesmas. 8

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

B. STANDAR FASILITAS I. Persyaratan Ruang Persyaratan yang perlu diperhatikan pada ruang konsultasi gizi adalah sebagai berikut: 1. Luas minimal ruangan konsultasi gizi adalah 3 m X 2 m 2. Persyaratan komponen bangunan adalah sebagai berikut; a.

Atap: atap harus kuat terhadap kemungkinan bencana (angin puting beliung, gempa dll), tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat perindukan vektor

b.

Langit – langit: langit – langit harus kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan, ketinggian langit – langit dari lantai minimal 2,8

c.

Dinding: material dinding harus keras, rata, tidak berpori/ tidak berserat, tidak menyebabkan silau, kedap air, mudah dibersihkan dan tidak ada sambungan agar mudah dibersihkan

d.

Lantai: material lantai harus kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang mudah dibersihkan

e.

Pintu dan Jendela

II. Persyaratan Prasarana 1. Sanitasi a.

Pada ruangan konsultasi gizi sebaiknya disediakan “wastafel” dengan debit air mengalir yang cukup.

b.

Dilengkapi pula dengan tempat sampah yang tertutup.

2. Ventilasi a.

Ventilasi harus cukup agar sirkulasi udara dalam ruangan tetap terjaga. Jumlah bukaan ventilasi sebaiknya 15 % terhadap luas lantai ruangan.

b.

Arah bukaan ventilasi tidak boleh berdekatan dengan tempat pembuangan sampah (TPS), toilet dan sumber penularan lainnya.

3. Pencahayaan a.

Pada siang hari sebaiknya menggunakan pencahayaan alami.

b.

Intensitas cahaya cukup agar dapat melakukan pekerjaan dengan baik ( 200 lux ).

4. Listrik Tersedia kotak kontak yang aman untuk peralatan/ perlengkapan dengan jumlah kurang lebih 2 titik

III. Persyaratan peralatan/ perlengkapan Persyaratan perlengkapan yang disediakan pada ruangan konsultasi gizi antara lain; 1. Meja 2. Kursi

9

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

3. Media KIE ( poster, brosur makanan sehat sesuai kelompok umur, brosur diet penyakit dll ) 4. Standar makanan diet, standar pemantauan pertumbuhan balita dan anak, tabel IMT dll 5. Food model : 1 set 6. Daftar bahan penukar makanan 7. Alat ukur antropometri (timbangan berat badan, microtoise, pita LILA dll) 8. Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas : 1 buah

10

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN Pelayanan Gizi di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas. Pelayanan gizi di Puskesmas dilakukan di dalam gedung dan di luar gedung, sebagaimana dijelaskan berikut ini: 1. Kegiatan Pelayanan Gizi di Dalam Gedung Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya promotif, preventif, dan kuratif serta rehabilitatif baik rawat jalan maupun rawat inap yang dilakukan di dalam puskesmas. Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari 2 jenis yaitu pelayanan gizi rawat jalan dan pelayanan gizi rawat inap. Berikut adalah uraian mengenai pelayanan gizi rawat jalan dan rawat inap Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari 2 jenis yaitu pelayanan gizi rawat jalan dan rawat inap. a.

Pelayanan Gizi Rawat Jalan Pelayanan rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi : 1) Pengkajian gizi 2) Penentuan diagnosis gizi 3) Intervensi gizi 4) Monitoring dan evaluasi gizi Tahapan pelayanan gizi rawat jalan diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh tenaga kesehatan di Puskesmas untuk menetapkaan pasien beresiko masalah gizi. Apabila tenaga kesehatan menemukan pasien beresiko masalah gizi maka pasien akan dirujuk untuk memperoleh asuhan gizi, dengan langkah – langkah sebagai berikut : 1) Pengkajian gizi Tujuan : mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebab melalui pengumpulan, verifikassi dan interpretassi data secara sistematis. Kategori data pengkajian gizi meliputi : (a) Data Antropometri Pengukuran antropometri dapat dilaukan dengan berbagai cara meliputi pengukuran Tinggi Badan (TB)/Panjang Badan (PB) dan Berat Badan (BB). Lingka Lengan Atas (LILA), Lingkar Kepala, Lingkar Perut, Resiko Lingkar Pinggang Panggul (RLPP), dll. (b) Data Pemeriksaan Fisik/Klinis Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik meliputi tanda – tanda 11

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

klinis kekurangan gizi atau kelebihan gizi seperti rambut, otot, kulit, baggy pants, penumpukan lemak bagian tubuh tertentu dll. (c) Data Riwayat Gizi Ada dua macam pengkajian dan riwat gizi pasien yang umum digunakan yaitu secara pengkajian riwayat gizi kualitatif dan kuantitatif : (1) Pengkajian riwayat gzi secara Kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi konsumsi makanan. (2) Pengkajian gizi secara Kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari, dengan cara recall 24 jam, yang dapat diukur dengan menggunakan bantuan food model. (d) Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium Data hasil laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan biokimia darah terkait gizi dalam rangka mendukung diagnosa penyakit serta menegakkan diagnosis gizi pasien/klien. Hasil pemeriksaan laboratorium ini dilakukan juga untuk menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi. Contoh data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi yang dapat digunakan misalnya kadar gula darah, kolesterol, LDL, HDL, trigliserida ureum, keratinin,dll. 2) Penentuan Diagnosis Gizi Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementara sesuai dengan respon pasien. Dalam melakukan asuhan gizi, tenaga gizi puskesmas seharusnya bisa menegakkan diagnosis gizi secara mandiri tanpa meninggalkan komunikasi dengan profesi lain di puskesmas dalam memberikan layanan. Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi, faktor penyebab, serta tanda dan gejala yang ditimbulkan. Untuk mengetahui ruang lingkup diagnosis gizi dapat merujuk pada Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar, Kementrian Kesehatan RI, 2014 atau Buku Pedoman Asuhan Gizi di Puskesmas, WHO dan Kementrian Kesehatan RI,2011. 3) Pelaksanaan Intervensi Gizi Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu. Intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat jalan meliputi : (a) Penentuan jenis diet sesuai kebutuhan gizi individual Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit serta kemampuan pasien/klien untuk menerima makanan dengan memperhatikan pedoman gizi seimbang, faktor aktifitas, faktor stress serta kebiasaan makan/pola makan.

12

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

(b) Edukasi Gizi Edukasi gizi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan terkait perbaikan gzi dan kesehatan. (c) Konseling Gizi Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien/klien melipuri konseling gizi terkait penyakit, konseling ASI, konseling Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA), konseling aktifitas fisik, dan konseling faktor resiko Penyakit Tidak Menular (PTM). Tujuan konseling yaitu untuk mengubah perilaku dengan cara meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai massalah gizi yang dihadapi. 4) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Rawat Jalan Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan, keberhasilan pelaksanaan intervensi gizi pada pasien/klien dengan cara : (a) Monitoring : (1) Menilai pemahaman dan kepatuhan pasien/klien terhadap intervesi gizi (2) Menentukan apakah intervensi yang dilaksanakan sesuai dengan rencana diet yang telah ditetapkan (3) Mengindektifikasi hasil asuhan gizi yang positif maupun negatif (4) Menginformasikan yang menyebabkan tujuan intervensi gizi tidak tercapai (5) Menetapkan kesimpulan yang berbasis fakta (b) Evaluasi hasil : (1) Membandingkan data hasil menitoring tujuan rencana diet atau standart rujukan untuk mengkaji perkembangan dan menentukan tindakan selanjutnya (2) Mengevaluasi dapak keseluruhan intervensi terhdapa hasil keshatan pasien secara menyeluruh,

meliputi

perkembangan

penyakit, data hasil

pemeriksaan laboratorium, dan status gizi. Hal – hal yang dimonitori dan dievaluasi dalam pelaksanaan asuhan gizi antara lain : 1.

Perkembangan data antropometri

2.

Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi

3.

Perkembangan data fisik/klinis

4.

Perkembangan data asupan makanan

5.

Perkembangan diagnosa gizi

6.

Perubahan perilaku dan sikap

13

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

b. Pelayanan Gizi Rawat Inap Intervensi gizi pada pelayanan gizi rawat inap mencakup penyelenggaraan pemberian makan pasien, pemantauan asupan makanan, konseling gizi dan pergantian jenis diet apabila diperlukan. Peayanan gizi rawat inap merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi : 1) Pengkajian gizi 2) Penentuan diagnosa gizi 3) Intervensi gizi meliputi penyelenggaraan makanan, pemantauan asupan, perubahan diet dan konseling 4) Monitoring dan evaluasi asuhan gizi Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh tenaga kesehatan Puskesmas untuk menetapkan pasien beresiko masalah gizi atau tidak. Skrining gizi setidaknya dilakukan pada pasien baru 1x24 jam setelah pasien masuk rawat inap. Pasien yang beresiko masalah gizi anatara lain adalah pasien gizi kurang/buruk dengan komplikasi medis, pasien dengan kondisi khusus seperti Diabetes Millitus, Hipertensi, dan lain-lain. Anak gizi buruk dengan komplikasi medis dapat dirawat inao di Puskesmas Rawat Inap apabila di Puskesmas sudah ada tenaga atau tim asuhan gizi yang dilatih Tatalaksana Anak Gizi Buruk (TAGB) serta mempunyai sarana dan prasarana perawatan yang memadai untuk anak gizi buruk. Apabila tenaga kesehatan menentukan pasien berisiko masalah gizi maka pasien akan memperoleh asuhan gizi dengan langkah – langkah sebagai berikut : 1) Pengkajian gizi Pengkajian gizi ertujuan untuk mengidentifikasi massalah gizi dan faktor penyebab melalui pengumpulan, verifikasi, dan interpretasi data secara sistematis. Kategori data pengkajian gizi meliputi : (a) Data Antropometri Pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara meliputi pengukuran TB/PB, dan BB, Lingkar Lengan Atas (LILA), Lingkar Kepala, Lingkar Perut, Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP),dll. (b) Data Pemeriksaan Fisik/Klinis Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik meliputi tanda – tanda klinis gizi kurang atau gizi lebih seperti rambut, otot, kulit, baggy pants, penumpukan lemak dibagian tubuh tertentu, dan lain-lain.

14

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

(c) Data Riwayat Gizi Ada dua macam cara pengkajian riwayat gizi pasien yaitu secara kualitatif dan kuantitatif : (1) Pengkajian riwayat gzi secara Kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi konsumsi makanan. (2) Pengkajian gizi secara Kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari, dengan cara recall 24 jam, yang dapat diukur dengan menggunakan bantuan food model. (d) Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium Data hasil laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan biokimia darah terkait gizi dalam rangka mendukung diagnosa penyakit serta menegakkan diagnosis gizi pasien/klien. Hasil pemeriksaan laboratorium ini dilakukan

juga

untuk

menentukan

intervensi

gizi

dan

memonitor/mengevaluasi terapi gizi. Contoh data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi yang dapat digunakan misalnya kadar gula darah, kolesterol, LDL, HDL, trigliserida ureum, keratinin,dll. 2) Penentuan Diagnosis Gizi Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementara sesuai dengan respon pasien. Dalam melakukan asuhan gizi, tenaga gizi puskesmas seharusnya bisa menegakkan diagnosis gizi secara mandiri tanpa meninggalkan komunikasi dengan profesi lain di puskesmas dalam memberikan layanan. Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi, faktor penyebab, serta tanda dan gejala yang ditimbulkan. Untuk mengetahui ruang lingkup diagnosis gizi dapat merujuk pada Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar, Kementrian Kesehatan RI, 2014 atau Buku Pedoman Asuhan Gizi di Puskesmas, WHO dan Kementrian Kesehatan RI,2011. 3) Pelaksanaan Intervensi Gizi Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu. Intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat jalan meliputi : 1) Penentuan jenis diet sesuai kebutuhan gizi individual Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit serta kemampuan pasien/klien untuk menerima makanan dengan memperhatikan pedoman gizi seimbang, faktor aktifitas, faktor stress serta kebiasaan makan/pola makan. 2) Konseling Gizi Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien/klien melipuri konseling gizi terkait penyakit, konseling ASI, konseling Pemberian Makanan Bayi dan Anak 15

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

(PMBA), konseling aktifitas fisik, dan konseling faktor resiko Penyakit Tidak Menular (PTM). Tujuan konseling yaitu untuk mengubah perilaku dengan cara meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai massalah gizi yang dihadapi. 3) Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan Puskesmas Rawat Inap merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan

bahan

makanan,

penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan

makanan,

distribusi

dan pencatatan pelaporan serta evaluasi.

Penyelenggaraan

Puskesmas

dengan

Rawat Inap dilaksanakan

tujuan

makanan

di

menyediakan

makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman, dan dapat diterima oleh pasien guna mencapai status gizi yang optimal. (1) Alur Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat Inap. Alur penyelenggaraan makanan di Puskesmas sama dengan yang dilakukan di

fasilitas

pelayanan

kesehatan

lain

termasuk rumah

tetapi lebih sederhana. Alur penyelenggraan makanan

dijabarkan

sakit, seperti

gambar di bawah ini: Gambar 1. Alur Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat Inap

(2) Sasaran Sasaran penyelenggaraan makanan di Puskesmas Rawat Inap adalah pasien rawat inap. (3) Bentuk Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat Inap Kegiatan

penyelenggaraan

makanan merupakan bagian dari

unit

produksi makanan di Puskesmas Rawat Inap. Sistem penyelenggaraan makanan di Puskesmas dilakukan secara Sistem Swakelola. Pada sistem penyelenggaraan makanan Swakelola, unit produksi makanan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan penyelenggaraan makanan. Dalam system swakelola ini, seluruh sumber daya yang diperlukan (tenaga,

dana, metode, sarana, dan prasarana) disediakan oleh pihak 16

2017

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

Puskesmas Rawat Inap.

Pada pelaksanaannya, unit produksi

makanan

mengelola kegiatan gizi sesuai dengan manajemen dan menerapkan Standar Operasinal Prosedur yang ditetapkan. (4) Mekanisme Penyelenggaraan Makanan ((a)) Perencanaan Anggaran Belanja Makanan Perencanaan

anggaran belanja

makanan

adalah

kegiatan penyusunan anggaran biaya yang diperlukan untuk bahan makanan bagi pasien/klien yang dilayani, tertentu,

biasanya

1

(satu)

taksiran anggaran belanja memenuhi kebutuhan

bulan. makanan

macam

dan

selama

Tujuannya yang jumlah

pengadaan jangka

adalah

waktu

tersedianya

diperlukan bahan

suatu

untuk

makanan

bagi

pasien/klien yang dilayani sesuai dengan standar kecukupan gizi. Besar anggaran

belanja

makanan

dalam

satu

bulan yang akan

dihitung berdasarkan gambaran pelaksanaan pada

bulan

berjalan dan kemungkinan prakiraan

kenaikan

melihat data jenis dan jumlah

dalam

pasien

yang

harga 1 (satu)

dating sedang dengan

bulan terakhir.

Perencanaan anggaran belanja makanan meliputi beberapa kegiatan antara lain: ((1)) Memperhitungkan anggaran belanja maka perhitungan biaya tidak termasuk untuk bahan bakar,tenaga, peralatan dan sebagainya di luar bahan makanan. ((2)) Perencanaan menu Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah untuk memenuhi kebutuhan gizi dan selera pasien/klien dengan memenuhi

prinsip

giziseimbang. Tujuan perencanaan menu adalah

tersediasiklus menu sesuai klasifikasi pelayanan yang ada di Puskemas perawatan (misalnya siklus menu 10 hari).

Perencanaan kebutuhan

bahan makanan merupakan suatu proses untuk menentukan jumlah, macam dan kualitas bahan makanan yang diperlukan dalam kurun waktu tertentu. ((b)) Pengadaan bahan makanan Kegiatan

pengadaan bahan makanan meliputi penetapan

bahan makanan, perhitungan harga, pemesanan

dan

spesifikasi

pembelian

bahan

makanan dan melakukan survei pasar. Dari survey tersebut akan diperoleh perkiraan harga bahan makanan yang meliputi harga terendah, harga tertinggi, dan harga perkiraan maksimal. ((c)) Penyimpanan bahan makanan dan makanan

17

2017

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara jumlah, kualitas, dan keamanan bahan makanan kering dan segar di tempat penyimpanan yang aman dan memiliki lingkungan yang sehat. Tujuan penyimpanan bahan makanan adalah tersedianya bahan makanan yang siap digunakan dalam jumlah dan kualitas yang tepat sesuai dengan kebutuhan. ((d)) Pengolahan bahan makanan Proses Pengolahan bahan makanan meliputi proses persiapan bahan makanan, pemasakan makanan, pendistribusian dan penyajian makanan. ((1)) Persiapan bahan makanan Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan

dalam

mempersiapkan bahan makanan yang siap diolah (mencuci, memotong, menyiangi, meracik, dsb) sesuai dengan menu, standar resep, standar porsi, standar bumbu, dan jumlah klien/pasien yang akan dilayani. ((2)) Pemasakan makanan Pemasakan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah (memasak)

bahan makanan mentah menjadi

makanan

yang

siap

dimakan, berkualitas dan aman untuk dikonsumsi. Proses pemasakan ini bertujuan untuk: • Mengurangi risiko kehilangan zat-zat gizi bahan makanan • Meningkatkan nilai cerna • Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan, dan penampilan makanan. • Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk tubuh. ((3)) Pendistribusian dan penyajian makanan Pendistribusian makanan adalah serangkaian proses

kegiatan

penyampaian makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah porsi pasien/konsumen yang

dilayani. Hal-hal

yang

perlu

diperhatikan dalam pendistribusian makanan yaitu: o Kerjasama tim di ruang rawat inap antara dokter,

perawat/bidan,

tenag gizi dalam hal penentuan diet, pemesanan makanan, penyajian dan pengawasan makanan. o Alat penyaji makanan harus sesuai denganmacam masakan

yang

dihidangkan. o Sebaiknya digunakan alat yang baik, kuat dan menarik o Ketepatan waktu penyajian makanan pasien o Kerapian dan kebersihan makanan yang sampai pada pasien. 4) Monitoring dan Evaluassi Asuhan Gizi Rawat inap 18

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

Kegiatan utama dari monitoring dan evaluasi asuhan gizi adalah memantau pemberian intervensi gizi secara berkesinambungan untuk menilai kemajuan penyembuhan dan status gizi pasien. Hal – hal yang dimonitoring dan evaluasi dalam asuhan gizi rawat inap antara lain : (1) Perkembangan data antropometri (2) Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi (3) Perkembangan data pemeriksaan fisik/klinis (4) Perkembangan asupan makanan termasuk daya terima makanan (5) Perkembangan diagnosa gizi (6) Perubahan perilaku dan sikap (7) Perubahan diet Pemantauan tersebut mencakup antara lain respon pasien terhadap diet yang diberikan, bentuk makanan, toleransi terhadap makanan yang diberikan, adanya mual, muntah, keadaan klinis, defekasi, perubahan data laboratorium, dll. Tindak lanjut dilaksanakan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan hasil evaluasi gizi. Untuk pasien yang dirawat perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi Hospital Malnutrition. Selain itu evaluasi status gizi dan asupan makan juga dilakukan secara rutin. 2.

Alur Pelayanan Gizi di Dalam Gedung : 1. Pasien/klien datang sendiri atau dirujuk dari jaringan Puskesmas 2. Pasien/klien mendaftar di loket pendaftaran di Puskesmas. 3. Pasien/klien mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan di Poli Umum, Poli KIA, Poli Gigi, Poli Mata, Poli TB oleh petugas medis dan non paramedis 4. Di Poli Umum, Poli KIA, Poli Gigi, Poli Mata, Poli TB pasien sekaligus mendapatkan Skrining Gizi oleh tenaga kesehatan serta ditentukan apakah pasien perlu dirawat inap atau cukup rawat jalan. 5. Pasien/klien rawat jalan yang beresiko atau tidak beresiko mengalami masalah gizi bisa mendapatkan konseling gizi atas permintaan pasien. 6. Pasien/klien rawat inap yang beresiko atau tidak beresiko mengalami masalah gizi mendapatkan pelayanan gizi sesuai kebutuhan berupa pelayanan pasien rawat inap. 7. Pasien/klien yang mendapatkan pelayanan gizi oleh Tim Asuhan Gizi Puskesmas. Jika diperlukan akan dilakukan Skrining Gizi Ulang oleh tenaga gizi. 8. Pasien rawat jalan maupun rawat inap yang beresiko atau tidak beresiko mengalami masalah gizi pelayanan gizi yang sesuai Proses Asuhan Gizi Terstandart (PAGT) mulai dari pengkajian gizi, diagnosa gizi, intervensi gizi, monitoring dan evaluasi.

19

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

9. Hasil monitoring dan evaluasi ditindak lanjuti oleh Tim Asuhan Gizi Puskesmas. Tindak lanjut dapat berupa rujukan ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang lebih tinggi apabila masalah gizi dengan penyakit penyerta dan atau komplikasi yang dialami pasien/klien tidak memungkinkan ditangani di Puskesmas atau dapat berupa pengkajian ulang baik masalah medis dan masalah gizinya

3. Kegiatan Pelayanan Gizi di Luar Gedung Beberapa kegiatan pelayanan gizi di luar gedung dalam rangka upaya perbaikan gizi yang dilaksanakan oleh puskesmas antara lain: 1) Edukasi gizi a. Tujuan edukasi gizi adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat mengacu pada pedoman gizi seimbang (PGS) dan sesuai dengan risiko/masalah gizi. b. Sasarannya adalah kelompok dan masyarakat di wilayah kerja puskesmas c. Lokasi edukasi gizi antara lain : Posyandu, Pusling, Institusi Pendidikan, Kegiatan Keagamaan, Kelas Ibu, dll. d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta berkoordinasi dengan tim penyuluh di Puskesmas misalnya tenaga promosi kesehatan,antara lain : 1. Merencanakan kegiatan edukasi di wilayah kerja puskesmas 2. Merencanakan materi edukasi yang akan di sampaikan kepada masyarakat 3. Memberikan pembinaan kepada kader agar mampu melakukan pendidikan gizi di Posyandu dan masyarakat luas. 4. Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM, institusi pendidikan, pertemuan keagamaan, dan pertemuan-pertemuan lainnya. 5. Menyusun laporan pelaksanaan pendidikan gizi di wilayah kerja puskesmas. 2) Konseling ASI Ekslusif dan PMBA a. Tujuan konseling ASI Eksklusif dan PMBA adalah: 1. Meningkatkan pengetahuan,sikap dan perilaku keluarga sehingga bayi baru lahir segera diberikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan meneruskan ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan. 2. Sejak usia 6 bulan di samping meneruskan ASI mulai diperkenalkan makanan pendamping ASI (MP-ASI) 3. Meneruskan ASI dan MP-ASI sesuai kelompok umur sampai usia 24 bulan. 20

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

b.

2017

Sasaran konseling adalah ibu hamil dan atau keluarga dan ibu yang mempunyai anak usia 0-24 bulan

c. Lokasi konseling antara lain posyandu, Kelompok pendukung ASI (KP-ASI), TPG (Taman Pemulihan Gizi), terintregrasi dengan program lain dalam kegiatan kelas ibu. d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam konseling ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi antara lain : 1. Merencanakan kegiatan konseling ASI dan PMBA di wilayah kerja puskesmas 2. Menyiapkan materi dan media konseling yang akan digunakan 3. Melakukan pembinaan kepada tenaga kesehatan lain atau kader yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas konseling dan PMBA 4. Memberikan konseling kepada sasaran sesuai permasalahan individualnya. 5. Materi konseling PMBA antara lain : a. Makanan sehat selama hamil b. Inisiasi menyusu dini (IMD) c. ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan, MP-ASI kepada bayi mulai usia 6 bulan dan terus memberikan ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. d. Makanan sehat ibu menyusui 6. Membuat laporan bulanan pelaksanaan konseling di wilayah kerja puskesmas. 3) Taman Pemulihan Gizi Taman pemulihan gizi berbasis masyarakat merupakan upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi masalah gizi yang dihadapi dengan dibantu oleh tenaga gizi puskesmas dan tenaga kesehatan lain. Pendirian TPG tergantung kepada besaran masalah gizi di daerah. a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan status gizi balita b. Sasaran kegiatan ini adalah balita gizi buruk tanpa komplikasi, Balita BGM dan 2T c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di desa d. Fungsi tenaga gizi di PGBM adalah: 1. Melakukan terapi gizi (konseling, pemberian makanan pemulihan gizi, pemantauan status gizi, dll) untuk pemulihan gizi buruk 2. Memberikan bimbingan teknis kepada kader dalam melaksanakan perbaikan gizi di pos pemulihan gizi berbasis masyarakat 3. Menyusun laporan pelaksanaan program perbaikan gizi di pos pemulihan gizi berbasis masyarakat. 4) Pengelolaan pemantauan pertumbuhan di posyandu a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memantau status gizi balita menggunakan KMS (Kartu menuju sehat) atau Buku KIA 21

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

b. Sasaran kegiatan ini adalah kader posyandu c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di posyandu d. Fungsi tenaga gizi puskesmas antara lain : 1. Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja puskesmas 2. Memberikan pembinaan kepada kader posyandu agar mampu melakukan pemantauan pertumbuhan di Posyandu. 3. Melakukan penimbangan 4. Membina kader dalam menyiapkan SKDN dan pelaporan 5. Menyusun laporan pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja puskesmas. 6. Memberikan konfirmasi terhadap hasil pemantauan pertumbuhan. 5) Pengelolaan kapsul vitamin A a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan pemberian viitamin A melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pematauan sehingga kegiatan pencegahan kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik. b. Sasaran : kegiatan ini anatar lain bayi, balita, dan ibu nifas. c. Lokasi pelaksanaan kegiatan di posyandu d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolahan manajemen pemberian vitamin A antara lain : 1. Merencanakan kebutuhan vitamin A untuk bayi 6-11 bulan, anak usia 12-59, dan ibu nifas setiap bulan. 2. Memantau kegiatan pemberian vitamin A di wilayah kerja puskesmas yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lain. 3. Menyusun laporan pelaksanaan distribusi Vitamin A di wilayah kerja Puskesmas. e. Ketentuan dalam pemberian vitamin A : 1. Bayi 6-11 bulan diberikan vitamin A 100.000 SI warna biru,diberikan dua kali setahun yaitu februari dan agustus 2. Balita 12-59 bulan diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah, diberikan dua kali setahun yaitu februari dan agustus 3. Bayi dan balita sakit Bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-59 bulan yang sedang menderita campak, diare, gizi buruk,xeroftalmia, diberikan vitamin A dengan dosis sesuai umur 4. Ibu nifas (0-42 hari) f. Pada ibu nifas diberikan 2 kapsul merah dosis 200.000 SI, kapsul segera setelah melahirkan 1 kapsul dan 1 kapsul lagi 24 jam berikutnya. 22

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

6) Edukasi dalam rangka pencegahan anemia pada remaja puteri dan WUS a. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan program pencegahan anemia gizi besi pada kelompok sasaran. b. Sasaran kegiatan ini adalah remaja putri , WUS c. Lokasi

pelaksanaan

kegiatan

ini

UKS

(usaha

kesehatan

sekolah)/

SMP/SMA/Sederajat d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian TTD antara lain: 1. Memberikan pendidikan gizi agar remaja putri dan WUS mengonsumsi TTD secara mandiri 2. Apabila di suatu daerah prevalensi anemia ibu hamil >20% maka tenaga gizi puskesmas merencanakan kebutuhan TTD untuk remaja putri dan WUS dan melakukan pemberian TTD kepada kelompok sasaran. 3. Memantau kegiatan pemberian TTD di sekolah yang menjadi Pilot Project setiap bulan sekali di wilayah kerja puskesmas 4. Menyusun laporan pelaksnaan distribusi TTD di wilayah kerja puskesmas. 5. Ketentuan pemberian TTD untuk remaja putri dan WUS: a. Pencegahan : 1 tablet/ minggu b. Pengobatan : 1 tablet/hari sampai kadar Hb Normal. 6. TTD diminum setiap hari Selasa, kegaitan ini dikenal dengan “SAFE” (Selasa Minum Fe) 7) Surveilents gizi Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengelolahan data yang dilakukan secara terus menerus, penyajian serta diseminasi informasi bagi Kepala Puskesmas serta Lintas Program dan Lintas Sektor terkait di kecamtan. Informasi dari kegiatan surveilans gizi dimanfaatkan untuk melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Sebagai acuan bagi petugas gizi puskesmas dalam melakukan surveilans gizi bisa menggunakan buku Surveilans Gizi,Kementerian Kesehatan RI,2014. a. Tujuan : 1. Tersedianya informasi berkala dan terus menerus tentang besaran masalah gizi dan perkembangan di masyarakat. 2. Tersedianya informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui penyebab masalah gizi dan faktor-faktor terkait 3. Tersedianya informasi kencenderungan masalah gizi di suatu daerah 4. Menyediakan

informasi

intervensi

yang

paling

tepat

untuk

dilakukan(bentuk,sasaran,dan tempat) b. Lingkup data surveilans gizi antara lain: 23

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

1. Data status gizi 2. Data konsumsi makanan 3. Data cakupan program gizi c. Sasaran : bayi, balita d. Dalam pelaksanaan surveilans gizi, tenaga gizi puskesmas berkoordinasi dengan tenaga kesehatan di wilayah puskesmas dengan fungsi antara lain: 1. Merencanakan

surveilans

mulai

dari

lokasi,metode/cara

melakukan,

penggunaan data. 2. Melakukan

surveilans

gizi

meliputi

mengumpulkan

data,mengolah

data,menganalisa data,melaksanakan diseminasi informasi 3. Membina kader posyandu dalam pencatatan dan pelaporan kegiatan gizi di posyandu 4. Melaksanakan intervensi gizi yang tepat 5. Membuat laporan surveilans gizi e. Contoh Kegiatan dalam Surveilans Gizi antara lain : 1. Pemantauan Status Gizi (PSG)-KADARZI a. Tujuan : mengetahui status gizi masyarakat sebagai bahan perencanaan serta memperoleh gambaran berkala tentang cakupan keluarga sadar gizi yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali. b. Sasaran : disesuaikan dengan kebutuhan setempat (bayi, balita, ibu hamil) 2. Sistem Kewaspadaan Dini – Kejadian Luar Biasa/SKD-KLB Gizi Buruk a. Tujuan : mengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu b. Sasaran : balita dan keluarganya,posyandu 3. Pemantauan Konsumsi Garam Beryodium di rumah tangga a. Tujuan : Memperoleh gambaran berkala tentang cakupan konsumsi garam beriodium yang memenuhi syarat di masyarakat. Dilaksanakan setiap satu tahun sekali b. Sasaran : rumah tangga 8) Pembinaan gizi di Instutisi a. Pembinaan Gizi di Sekolah 1. Tujuan kegiatan ini adalah memperbaiki status gizi anak sekolah 2. Sasaran

kegiatan

ini

adalah

peserta

didik

PAUD,

taman

kanak-

kanak/RA,SD/MI,SMP/MTS,SMA/MA Pondok Pesantren, dan sederajat. 3. Bentuk –bentuk kegiatan perbaikan gizi di sekolah a. Edukasi gizi (penyuluhan) 24

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

b. Penjaringan status gizi di sekolah c. Pemberdayaan peserta didik sebagai dokter kecil 9) Kerjasama lintas sektor dan lintas program a. Tujuan : meningkatkan pencapaian indikator perbaikan gizi di tingkat puskesmas melalui kerjasama lintas sektor dan lintas program b. Sasaran : seksi pemberdayaan masyarakat Kantor Camat, TP PKK, Dinas Pendidikan, Kepala Desa/Kelurahan, program KIA, bidan koordinator, tenaga sanitarian, tenaga promosi kesehatan, perawat,juru imunisasi, dan lain-lain c. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam kerjasama lintas sektor dan lintas program adalah: 1. Merencanakan kegiatan sensitif yang memerlukan kerjasama 2. Mengidentifikasi sektor dan program yang perlu kerjasama 3. Melakukan pertemuan untuk menggalang komitmen kerjasama 4. Melakukan koordinasi dalam menentukan indikator-indikator keberhasilan kerjasama 5. Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama 6. Membuat laporan hasil kerjasama 10) Konseling

Gizi

Melalui

Pos

Pembinaan

Terpadu

Penyakit

Tidak

Menular/Gempita Muter (Posbindu PTM) a. Tujuan : mencegah dan mengendalikan faktor resiko PTM berbasis masyarakat sesuai dengan sumber daya dan kebiasaan masyarakat agar masyarakat dapat mawas diri (awareness) terhadap faktor risiko PTM. b. Sasaran : masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia >15 tahun. c. Lokasi : posbindu PTM di integrasikan ke kegiatan masyarakat yang sudah aktif berjalan baik antara lain institusi pendidikan, di tempat kerja maupun di lingkungan tempat tinggal dalam wadah desa, yang dilakukan minimum 1 (satu) kali dalam sebulan. d. Peran tenaga gizi puskesmas pada posbindu PTM adalah sebagai konselor gizi terkait faktor resiko PTM yang ditemukan saat pemeriksaan kesehatan oleh tenaga medis. . 11) Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu Hamil dan Ibu Nifas a. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan pemberian TTD untuk kelompok masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi yaitu ibu hamil melalui pembinaan mulai perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan anemia gizi besi b. Sasaran kegiatan ini asdalah ibu hamil dan ibu nifas c. Lokasi : ditempat praktek bidan, posyandu 25

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam penegelolaan manajemen pemberian TTD antara lain : 1. Merencanakan kebutuhan TTD untuk kelompok sasan selama satu tahun 2. Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja puskesmas. 3. Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja puskesmas 4. Ketentuan dalam pemberian TTD untuk ibu hamil dan ibu nifas : a. Pencegahan : 1 tablet/hari sejak awal kehamilan dan dilanjutkan sampai masa nifas b. Pengobatan : 2 tablet/hari sampai kadar Hb Normal

12) Pengelolaan Pemberian MP-ASI dan PMT-Pemulihan a. MP-ASI MP-ASI adalah MP-ASI pabrikan yang disiapkan oleh kementerian kesehatan RI dalam rangka pencegahan dan penanggulangan gizi terutama di daerah rawan gizi/keadaan darurat/bencana. MP-ASI didistribusikan secara bertingkat. Tenaga gizi puskesmas akan mendistribusikan kepada masyarakat. Sasaran MP-ASI Bufferstock :balita 6-24 bulan BGM. b. PMT Pemulihan 1. Sasaran : balita gizi buruk dan kurang, balita pasca perawatan gizi buruk, ibu hamil KEK (Kurang Energi Kronik) 2. PMT Pemulihan untuk balita gizi kurang adalah makanan ringan padat gizi dengan kandungan 350-400 kalori energi dan 10-15 gram protein. 3. PMT bumil KEK diberikan dalam bentuk makanan padat gizi dengan kandungan 500 kalori energi dan 15 gram protein. 4. Lama pemberian PMT Pemulihan untuk balita dan ibu Hamil KEK adalah 90 hari makan anak (HMA) dan 90 hari makan bumil (HMB) Fungsi tenaga gizi puskesmas dala manajemen pemberian MP-ASI dan PMT – Pemulihan antara lain : 1. Merencanakan kebutuhan MP-ASI dan PMT-Pemulihan untuk sasaran selama satu tahun 2. Memantau kegiatan pemberian MP-ASI dan PMT-Pemulihan, di wilayah kerja puskesmas 3. Menyusun laporan pelaksanaan distribusi MP-ASI dan PMT-Pemulihan di wilayah kerja puskesmas.

4.

Alur Pelayanan Gizi di Luar Gedung Penanganan masalah gizi memerlukan pendekatan yang komperehensif. Pelaksanaan pelayanan gizi luar gedung bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektor terkait. Alur 26

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

pelayanan gizi luar gedung disesuaikan dengan jenis kegiatan, sasaran, dan keadaan wilayah setempat.

B. METODE PELAYANAN GIZI Dalam upaya mencapai tujuan program gizi, diperlukan metode-metode dalam melakukan kegiatan program gizi. Macam metode yang digunakan adalah : 1. Kegiatan Pelayanan Gizi di Dalam Gedung a. Pelayanan Gizi Rawat Jalan Wawancara, Tatap muka, Tanya jawab b. Pelayanan Gizi Rawat Inap Wawancara, Tatap muka, Tanya jawab 2. Kegiatan Pelayanan Gizi di Luar Gedung a.

Edukasi gizi :Tatap muka, Tanya jawab

b.

Konseling ASI Ekslusif dan PMBA : Tatap muka, Tanya jawab

c.

Taman Pemulihan Gizi : Tatap Muka, Diskusi, Demontrasi

d.

Edukasi dalam rangka pencegahan anemia pada remaja puteri dan WUS : Tatap muka, demontrasi, Tanya Jawab

e.

Surveilents gizi : Wawancara, demonstrasi, kunjungan rumah

f.

Kerjasama lintas sektor dan lintas program : Tatap Muka, Diskusi

g.

Konseling Gizi Melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular/Gempita Muter (Posbindu PTM) : wawancara, tatap muka, Tanya jawab, kunjungan rumah

h.

Pengelolaan Pemberian MP-ASI dan PMT-Pemulihan : Demontrasi, Tanya jawab

C. LANGKAH KEGIATAN a) Pelayanan Gizi di Dalam Gedung 1. Pengkajian 1.1. Data antropometri a. Pengukuran Tinggi Badan -

Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus, datar setinggi tepat 2 meter. Angka 0 (nol) pada lantai yang datar rata.

-

> 2 tahun, bisa berdiri

-

Menggunakan mikrotoa

-

Anak tidak memakai sandal atau sepatu

-

Berdiri tegak, menghadap kedepan,pandangan lurus kedepan

-

Kaki lurus, tumit, pantat, punggung, dan kepala bagian belakang harus menempel pada dinding/tiang pengukur

-

Turunkan mikrotoise sampai rapat pada kepala bagian atas,siku-siku harus lurus menempel pada dinding 27

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

-

2017

Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa dengan ketelitian 0,1 cm.

b. Pengukuran Panjang Badan -

Letakkan pengukur panjang badan pada meja atau tempat yang rata

-

Letakkan alat ukur dengan posisi panel kepala di sebelah kiri dan panel penggeser di sebelah kanan pengukur.panel kepala adalah bagian yang tidak bisa di geser.

-

Tarik geser bagian panel yang dapat di geser sampai diperkirakan cukup panjang untuk menaruh bayi/anak

-

Baringkan bayi/anak dengan posisi terlentang,diantara kedua siku, dan kepala bayi/anak menempel pada bagian panel yang tidak dapat di geser.

-

Rapatkan kedua kaki dan tekan lutut bayi/anak sampai lurus dan menempel pada meja/tempat menaruh alat ukur. Tekan telapak kaki bayi/anak sampai tegak lurus,kemudian geser panel yang dapat di geser sampai menempel pada telapak kaki bayi/anak.

-

Bacalah panjang badan bayi/anak pada skala ke arah angka yang lebih besar.

-

Setelah pengukuran selesai,kemudian bayi/anak diangkat

-

Catat hasil pengukuran panjang badan

c. Pengukuran Berat Badan 1. Menggunakan dacin -

Gantungkan dacin pada tempat yang kokoh seperti pelana rumah atau kusen pintu atau dahan pohon atau penyangga kaki tiga yang kuat

-

Atur posisi angka pada batang dacin sejajar dengan mata penimbang

-

Letakkan bandul geser pada angka nol,jika ujung kedua paku timbang tidak dalam posisi lurus,maka timbangan perlu ditera atau diganti dengan yang baru

-

Batang dacin dikaitkan dengan tali pengaman

-

Pasang sarung timbang/celana timbang/kotak timbang yang kosong pada dacin.

-

Seimbangkan

dacin

yang

telah

dibebani

dengan

sarung

timbang/celana timbang/ kotak timbang dengan memberi kantung plastik berisikan pasir/batu di ujung batang dacin,sampai kedua jarum di atas tegak lurus. -

Masukkan balita ke dalam sarung timbang dengan pakaian seminimal mungkin dan geser bandul sampai jarum tegak lurus.

-

Baca berat badan balita dengan melihat angka pada ujung bandul geser

-

Catat hasil penimbangan dengan benar di kertas/buku bantu dalam kg 28

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

-

2017

Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan balita dari sarung/celana/kotak timbang.

2. Menggunakan timbangan injak -

Letakkan timbangan dilantai yang datar dan tidak mudah bergerak

-

Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0 (nol)

-

Pakaian anak sebaikknya seminimal mungkin (tidak memakai alas kaki,jaket,topi,jam tangan, kalung dan tidak memegang sesuatu)

-

Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi

-

Lihat jarum timbangan sampai berhenti

-

Baca angka yang di tunjukkan oleh jarum timbang atau angka timbangan.

-

Catat hasil penimbangan pada kertas/buku bantu

3. Menggunakan timbangan bayi -

Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang

-

Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk angka 0 (Nol)

-

Bayi sebaiknya telanjang,tanpa topi,kaos kaki,sarung tangan,dll

-

Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan

-

Lihat jarum timbangan samapai berhenti

-

Baca angka yang di tunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan

-

Bila bayi terus menerus bergerak,perhatikan gerakan jarum,baca angka ditengah-tengah antara gerakan jarum kekanan dan kekiri.

d. Pengukuran LILA -

Pengukuran dilakukan di bagian tengah. Antara bahu dan siku lengan

-

Lengan harus dalam keadaan bebas. Artinya otot lengan tidak tegang

-

Alat ukur tidak kusut (permukaannya rata) 1. Tetapkan letak bahu dan letak siku tangan 2. Tetapkan titik tengah lengan atas Caranya rentangkan pita dari bahu ke arah siku. Tentukan tengahtengah lengan atas ibu 3. Lingkarkan pita ukur tepat pada tengah-tengah lengan atas ibu 4. Bacalah skalanya secara benar. Bila masih berada di bagian MERAH(kurang dari 23,5 cm),maka ibu tersebut tergolong SANGAT KURUS atau menderita KEK

e. Pengukuran Lingkar Kepala -

Topi/hiasan rambut yang dapat menggangu pengukuran harus dilepas

29

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

-

2017

Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi,menutup alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian kepala yang menonjol tarik agak kencang.

-

Baca angka pada pertemuan dengan angka 0 (Nol) dengan ketelitian 0,1 cm

-

Tanyakan tanggal lahir bayi/anak,hitung umur bayi/anak

-

Hasil pengukuran di catat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis kelamin.

f. Penentuan IMT (Indek Masa Tubuh) 1. Untuk Orang Dewasa usia diatas 18 tahun (tidak digunakan pada bayi, balita, remaja, bumil) -

Pasien diukur terlebih dahulu berat badannya dengan timbangan dan tinggi badannya

-

Masukkan hasil pengukuran ke rumus IMT : IMT = Berat Badan (kilogram) Tinggi Badan (meter)2

-

Interpretasikan hasil IMT yang didapat ke dalam tabel klasifikasi menurut Asia Pasifik

Klasifikasi

IMT

Berat badan kurang

< 18.5

Kisaran normal

18.5-22.9

Berat badan lebih

≥ 23

Berisiko

23 -24.9

Obes I

25-29.9

Obes II

≥ 30

2. Untuk Anak Pra Sekolah dan remaja -

Pasien diukur terlebih dahulu berat badannya dengan timbangan dan tinggi badannya

-

Masukkan hasil pengukuran ke tabel IMT menurut umur dari standar WHO 2005

-

Interpretasikan IMT anak sesuai tabel

1.2. Data Pemeriksaan Fisik/Klinis a. Marasmus 

Anak tampak sangat kurus,tinggal tulang terbungkus kulit



Wajah seperti orang tua



Cengeng,rewel 30

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI



2017

Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, bahkan sampai tidak ada



Sering disertai diare kronik atau konstipasi/susah buang air,serta penyakit kronik



Tekanana darah, detak jantung, dan pernafasan berkurang.

b. Kwashiokor 

Oedem umumnya di seluruh tubuh dan terutama pada kaki



Wajah membulat dan sembab



Otot-otot mengecil,lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk, anak berbaring terus-menerus



Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis



Anoreksia



Pembesaran hati



Sering disertai infeksi, anemia, dan diare/mencret



Rambut warna kusam dan mudah dicabut



Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi hitam terkelupas



Pandangan mata anak nampak sayu

c. Marasmic kwashiokor 

Tanda –tanda marasmic kwashiokor adalah gabungan dari tanda-tanda yang ada pada marasmus dan kwashiokor yang ada (Depkes RI,1999).

1.3. Data Riwayat Gizi Ada 3 tingkat kegiatan dalam pengkajian asupan makanan : a. Perhitungan asupan makanan b. Perhitungan asupan zat gizi c. Membandingkan asupan dengan kebutuhan zat gizi 1.4. Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnosa penyakit serta untuk menentukan terapi gizi. Pemeriksaan laboratorium antara lain : Darah,urine, faeces. 2. Penentuan Diagnosis Gizi Rangkuman masalah gizi dari data penilaian gizi (kesehatan pasien,hasil lab, diagnosa medis, masalah atau gejala). Bersifat sementara sesuai dengan perubahan respon pasien/klien. 3. Intervensi Gizi Langkah-langkah intervensi gizi : -

Menentukan jenis diet berdasarkan tujuan

31

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

-

2017

Merencanakan diet yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien

4. Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Langkah-langkah monitoring dan evaluasi asuhan gizi : -

Tim asuha gizi memantau/mengkaji keberhasilan terapi medis

-

Dietisien/nutrisionis harus terus berkomunikasi dengan dokter penanggung jawab pasien.

-

Memantau dan melaksanakan setiap perubahan rencana diet secara tepat

-

Membandingkan secara sistematik kondisi yang ada saat ini dengan kondisi sebelumnya

-

Hasil evaluasi menjadi ukuran keberhasilan pelaksanaan terapi gizi medis dan sebagai acuan perencanaan pada tahap selanjutnya.

b) Pelayanan Gizi di Luar Gedung 1. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi Langkah –langkah edukasi/pendidikan gizi adalah a. Identifikasi masalah b. Diagnosis masyarakat c. Penetapan tujuan d. Pengembangan rencana operasional, dan e. Pengembangan kegiatan

2. Konseling ASI Eksklusif dan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) Langkah-langkah konseling adalah : a. Persiapan ( tempat,materi, dan alat bantu ) b. Memberikan salam c. Tanyakan bagaimana keadaan yang berkaitan dengan masalah gizi d. Uraikan tentang hal-hal yang ingin diketahui atau dianggap perlu untuk diketahui e. Bantu untuk mengatasi dan memecahkan masalah berdasarkan kemampuan yang dimiliki f. Jelaskan sekali lagi hal-hal yang berkaitan dengan cara pemecahan masalah g. Ulangi hal-hal yang penting dan perlu diketahui untuk diingat h. Meminta pasien/klien untuk datang kembali bila diperlukan.

3. Konseling Gizi Melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) Langkah-langkah konseling sama seperti pada langkah-langkah konseling ASI Esklusif dan PMBA

4. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu 32

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

1. Persiapan a. Kader memastikan data sasaran seperti jumlah bayi baru lahir,bayi,balita,ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, PUS dan WUS. b. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai hari buka posyandu,dapat melalui pertemuan warga setempat, sarana ibadah dan lain-lain. c. Mempersiapkan tempat,sarana dan prasarana posyandu seperti alat timbang (dacin dan sarung,pita LILA), obat gizi (Vitamin A dan TTD),oralit, buku pencatatan dan pelaporan, dll d. Melakukan pembagian tugas antar kader e. Kader berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan tim penggerak PKK f. Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan dan pemulihan jika diperlukan. 2. Pelaksanaan a. Pendaftaran 1. Balita -

Balita di daftar dalam register balita

-

Minta KMS/Buku KIA pada Ibu. Untuk balita yang baru pertama kali datang di timbang dan belum mempunyai KMS/Buku KIA,berikan KMS sesuai jenis kelamin. Isi kolom identitas secara lengkap sertakan kartu bantu atau secarik kertas yang diselipkan pada KMS/Buku KIA

-

Ibu dipersilahkan menuju tempat penimbangan

2. Ibu Hamil Didaftar dalam register ibu hamil, dipersilahkan menuju tempat penimbangan berat badan dan pengukuran LILA 3. Pasangan Usia Subur (PUS) Daftar dalam register PUS, kemudian dipersilahkan ke tempat penyuluhan dan pelayanan kesehatan. b. Penimbangan dan Pengukuran LILA 1. Menimbang balita -

Masukkan balita ke dalam sarung timbang dengan pakaian seminimal mungkin tanpa alas kaki dan popok dan geser bandul sampai jarum tegak lurus.

-

Baca berat badan balita secara cermat dengan melihat angka di ujung bandul geser

-

Catat hasil penimbangan dengan benar di kartu bantu atau secarik kertas yang diselipkan dalam KMS/buku KIA dalam kg dan ons

-

Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan balita dari sarung/celana/kotak timbang.

2. Pengukuran LILA pada ibu hamil dan WUS 33

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

-

2017

Cara mengetahui keadaan gizi ibu hamil dan WUS adalah dengan mengukur lingkar lengan atas menggunakan pita LILA. Bila tidak tersedia pita LILA gunakan meteran jahit pakaian dengan ukuran yang sama.

-

Bila hasil pengukuran LILA berada di bagian merah <23,5 cm berarti sangat kurus atau risiko kekurangan energi kronis.

c. Pencatatan 1. Balita -

Catat dan plot hasil penimbangan dan buat garis pertumbuhan anak dengan cara meghubungkan titik berat badan bulan lalu dengan bulan ini.

-

Catat setiap kejadian yang dialami anak

-

Isi kolom ASI,Imunisasi dan vitamin A bila diberikan

-

Salin hasil penimbangan dari KMS pada buku SIP

2. Ibu Hamil Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran LILA ibu hamil dicatat dalam buku KIA dan register ibu hamil yang terdapat dalam SIP. 3. PUS/WUS Hasil pengukuran LILA dicatat pada register PUS/WUS yang terdapat dalam SIP. d. Penyuluhan dan Konseling 1. Menjelaskan status pertumbuhan balita berdasarkan hasil penimbangan berat badan/plot pada KMS 2. Menyampaikan informasi tentang makanan untuk balita 3. Menyampaikan informasi dan penyuluhan kepada ibu hamil dan ibu nifas tentang hasil pemeriksaan termasuk risiko tinggi. 4. Menyampaikan informasi kepada PUS mengenai KB 5. Memberikan penyuluhan masalah kesehatan lain yang diperlukan 6. Melakukan rujukan kasus balita dan ibu hamilyag berisiko. e. Pelayananan Kesehatan oleh Petugas Kesehatan 1. Pemberian imunisasi 2. Pemberian kapsul vitamin A pada bayi, balita, dan ibu nifas 3. Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil 4. Pelayanan KB 5. Penyelenggaraan PMT penyuluhan dan PMT pemulihan. 34

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

6. Pemeriksaan kehamilan bagi posyadu yang memiliki sarana 7. Pengobatan ringan.

5. Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A a. Merencanakan kebutuhan vitamain A untuk bayi 6-11 bulan, anak usia 1259 bulan, dan ibu nifas setiap tahun. b. Memantau kegiatan pemberian vitamin A di wilayah kerja puskesmas yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lain. c. Menyusun laporan pelaksanaan distribusi vitamain A di wilayah kerja puskesmas. d. Ketentuan dalam pemberian vitamin A : -

Bayi 6-11 bulan diberikan vitamin A 100.000 SI warna biru,diberikan dua kali setahun yaitu februari dan agustus

-

Balita 12-59 bulan diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah, diberikan dua kali setahun yaitu februari dan agustus

-

Bayi dan balita sakit Bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-59 bulan yang sedang menderita campak, diare, gizi buruk,xeroftalmia, diberikan vitamin A dengan dosis sesuai umur

-

Ibu nifas (0-42 hari) Pada ibu nifas diberikan 2 kapsul merah dosis 200.000 SI, kapsul segera setelah melahirkan 1 kapsul dan 1 kapsul lagi 24 jam berikutnya.

-

Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang bersih

-

Pencet kapsul dan pastikan anak menelan semua isi kapsul

-

Untuk anak yang sudah bisa menelan dapat diberikan langsung satu kapsul untuk diminum

6. Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) Untuk Ibu Hamil dan Ibu Nifas a. Merencanakan kebutuhan TTD untuk kelompok sasaran selama satu tahun b. Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja puskesmas. c. Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja puskesmas d. Ketentuan dalam pemberian TTD untuk ibu hamil dan ibu nifas : Pencegahan : 1 tablet/hari sejak awal kehamilan minimal 90 tablet setiap kehamilan dan dilanjutkan sampai masa nifas Pengobatan : 2 tablet/hari sampai kadar Hb Normal

35

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

7. Edukasi Dalam Rangka Pencegahan Anemia pada Remaja Putri dan WUS a. Merencanakan kebutuhan TTD untuk kelompok sasaran selama satu tahun b. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya TTD bagi remaja putri c. Melakukan demontrasi pada sasaran d. Memberikan kesempatan untuk Tanya jawab dengan sasaran e. Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja puskesmas. f. Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja puskesmas g. Ketentuan dalam pemberian TTD untuk remaja putrid dan WUS : Pencegahan : 1 tablet/hari sejak awal tahun pendidikan dan dilanjutkan sampai 42 tablet setahun Pengobatan : 2 tablet/hari sampai kadar Hb Normal

8. Pengelolaan Pemberian MP-ASI dan PMT-Pemulihan a. Petugas gizi puskesmas melakukan validasi data balita gizi buruk b. Jika data balita gizi buruk sudah valid dan benar maka akan diusulkan mendapatkan PMT pemulihan c. Menentukan prioritas balita gizi buruk yang menerima MP-ASI dan PMT – pemulihan d. Petugas gizi memberikan bahan MP-ASI dan PMT-Pemulihan kepada petugas pembina desa (PPD) sesuai alokasi terpilih atau langsung kepada sasaran setiap hari Selasa di TFC (Therapeutic Feeding Center) e. MP-ASI dan PMT-Pemulihan diberikan kepada balita setiap 7 hari sekali sambil di timbang berat badan dan diukur tinggi/panjang badannya, dicatat daya terima dan permasalahan yang ada f. Petugas mengisi kartu monitoring PMT pemulihan sesuai dengan kondisi balita. g. Petugas melaporkan hasil perkembangan status gizi balita penerima MP-ASI dan PMT Pemulihan ke puskesmas setiap satu bulan sekali. h. Puskesmas merekap hasil perkembangan status gizi balita penerima MP-ASI dan PMT-Pemulihan dan melaporkan dalam bentuk laporan ke dinas kesehatan satu bulan sekali

9. Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM) a. Melakukan terapi gizi (konseling, pemberian makanan pemulihan gizi, pemantauan status gizi, dll) untuk pemulihan gizi buruk b. Memberikan bimbingan teknis kepada kader dalam melaksanakan perbaikan gizi di pos pemulihan gizi berbasis masyarakat c. Menyusun laporan pelaksanaan program perbaikan gizi di pos pemulihan gizi berbasis masyarakat. 36

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

10. Surveilens Gizi 1. Pemantauan Status Gizi (PSG)-KADARZI Langkah –langkah persiapan pengumpulan data a. Sosialisasi TPG puskesmas atau bidan di desa berkoordinasi dengan kepala desa/kelurahan dan ketua RW atau kepala dusun pada klaster terpilih. b. Penyusunan jadwal kegiatan c. Sosialisasi di tingkat masyarakat d. Persiapan logistik Menyiapkan bahan dan alat untuk pelaksanaan pengumpulan data anak balita (alat ukur berat badan dan tinggi badan, MP-ASI depkes, Kapsul Vitamin A,iodina test,dll) e. Pengumpulan data f. Rekapitulasi dan pengolahan data g. Pengiriman hasil pengolahan ke Kabupaten

2. Pemantauan Konsumsi Garam Beryodium di rumah tangga Langkah-langkah pengujian garam: a. Menentukan lokasi dan sampel/sasaran b. Koordinasi lintas program dan lintas sektor c. Menentukan jadwal pelaksanaan d. Pelaksanaan: -

Sampel/sasaran membawa garam konsumsi sebanyak 1-2 sendok makan dari rumah masing-masing.

-

Garam di bungkus dalam plastik atau kertas, sebelum diambil sebaiknya garam diaduk terlebih dahulu

-

Mencatat merek dagang/cap/label garam,betuk garam, tempat membeli garam.

-

Ambil ½ sendok teh garam yang akan diuji, letakkan ditempat yang datar dengan alas berwarna putih kemudian ratakan permukaannya. Bila garam berbentuk briket,haluskanterlebih dahulu.

-

Teteskan larutan yodium test 2-3 tetes pada garam tersebut : 

Bila tidak berubah warna berarti garam tidak mengandung yodium



Bila berwarna biru-ungu berarti garam mengandung yodium

37

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

-

2017

Test kit garam beryodium dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan, kemudian teteskan ke permukaan garam. Tes kit yang sudah dibuka, hanya dapat digunakan dalam kurun waktu 6 bulan

3. Survei KADARZI Langkah –langkah persiapan pengumpulan data: a. Sosialisasi TPG puskesmas atau bidan di desa berkoordinasi dengan kepala desa/kelurahan dan ketua RW atau kepala dusun pada klaster terpilih. b. Penyusunan jadwal kegiatan c. Sosialisasi di tingkat masyarakat terutama pada Kader Kadarzi d. Persiapan logistik Menyiapkan bahan dan alat untuk pelaksanaan pengumpulan data anak balita (kuesioner Kadarzi) e. Pengumpulan data f. Rekapitulasi dan pengolahan data g. Pembuatan Peta Kadarzi

11. Pembinaan Gizi di Institusi a. Mengkoordinir dan atau melakukan edukasi gizi di sekolah b. Menapis status gizi anak sekolah c. Mengkoordinir pemantauan dan intervensi terhadap status gizi anak di sekolah d. Menjalin kerjasama dengan sekolah dalam pemberdayaan peserta didik sebagai dokter kecil. e. Membuat laporan program perbaikan gizi di sekolah

12. Kerjasama Lintas Sektor dan Lintas Program a. Merencanakan kegiatan sensitif yang memerlukan kerjasama b. Mengidentifikasi sektor dan program yang perlu kerjasama c. Melakukan pertemuan untuk menggalang komitmen kerjasama d. Melakukan koordinasi dalam menentukan indikator-indikator keberhasilan kerjasama e. Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama f. Membuat laporan hasil kerjasama

38

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

BAB V LOGISTIK

Kebutuhan logistik untuk pelaksanaan pelayanan program gizi Puskesmas Panarukan direncanakan dalam POA, permintaan obat dan bahan habis pakai dan lokmin bulanan, maupun lokmin tri bulanan lintas sektor. Pengadaan logistik berasal dari Dana Desa, Dinas Kesehatan Kabupaten dan Puskesmas Panarukan sendiri.

39

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan program gizi

perlu

diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan. Pengendalian mutu pelayanan klinis merupakan kegiatan untuk mencegah terjadinya masalah terkait pelayanan pengobatan atau mencegah terjadinya kesalahan pengobatan / medikasi (medication error), yang bertujuan untuk keselamatan pasien. Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan sebagai berikut: a. Unsur masukan (input), yaitu sumber daya manusia, sarana dan prasarana, ketersediaan dana, dan Standar Prosedur Operasional. b. Unsur proses, yaitu tindakan yang dilakukan, komunikasi, dan kerja sama. c. Unsur lingkungan, yaitu kebijakan, organisasi, manajemen, budaya, respon dan tingkat pendidikan masyarakat. Pengendalian mutu pelayanan klinis terintegrasi dengan program pengendalian mutu pelayanan klinis Puskesmas yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Kegiatan pengendalian mutu pelayanan klinis meliputi: a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi untuk peningkatan mutu standar. b. Pelaksanaan, yaitu: 1. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja(membandingkan antara capaian dengan rencana kerja) 2. Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian. c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi yaitu: 1. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan standar 2. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan. 40

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama proses berlangsung untuk memastikan bahwa aktifitas berlangsung sesuai dengan yang direncanakan. Monitoring dapat dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis yang melakukan proses. Aktifitas monitoring perlu direncanakan untuk mengoptimalkan hasil pemantauan. Contoh ; monitoring pelayanan pasien, monitoring kinerja tenaga kesehatan Sedangkan untuk menilai hasil atau capaian pelaksanaan pelayanan klinis, dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan terhadap data yang dikumpulkan yang diperleh melalui metode berdasarkan waktu, cara dan teknik pengambilan data.

Berdasarkan waktu pengambilan data, terdiri atas: a. Retrospektif Pengambilan data dilakukan setelah pelayanan dilaksanakan. Contoh : survey kepuasan pelanggan, laporan mutasi barang. b. Prospektif Pengambilan data dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan pelayanan. Contoh : waktu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan cara pengambilan data, terdiri atas: a. Langsung (data primer); Data diperoleh secara langsung dari sumber informasi oleh pengambil data. Contoh: survey kebutuhan dan harapan masyarakat b. Tidak langsung (data sekunder); Data diperoleh dari sumber informasi yang tidak langsung Contoh: catatan riwayat penyakit yang lalu

Cara pengambilan data : a. Survei Survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Contoh : survey kadarzi, survey kebutuhan dan harapan masyarakat b. Observasi Observasi yaitu pengamatan langsung aktifitas atau proses dengan menggunakan ceklist atau perekaman.

Pelaksanaan evaluasi terdiri atas : a. Audit Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan dengan pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan dengan menentukan kinerja yang berkaitan dengan standar yang dikehendaki dan dengan menyempurnakan kinerja tersebut. Oleh karena itu, 41

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

audit merupakan alat untuk menilai, mengevaluasi, menyempurnakan pelayanan klinis secara sistematis. Terdapat 2 macam audit, yaitu: 1. Audit Klinis Audit Klinis yaitu analisis kritis sistematis terhadap pelayanan klinis, meliputi prosedur yang digunakan untuk pelayanan, penggunaan sumber daya, hasil yang didapat dan kualitas hidup pasien. Audit klinis dikaitkan dengan pengobatan berbasis bukti. 2. Audit Profesional Audit Profesional yaitu analisis kritis pelayanan klinis oleh seluruh tenaga medis dan paramedis terkait dengan pencapaian sasaran yang disepakati, penggunaan sumber daya dan hasil yang diperoleh. Contoh : audit pelaksanaan system manajemen mutu b. Review (pengkajian) Review (pengkajian) yaitu tinjauan atau kajian terhadap pelaksanaan pelayanan klinis tanpa dibandingkan dengan standar. Contoh : kajian penggunaan antibiotika.

42

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

BAB VII KESELAMATAN KERJA

Untuk keamanan dan kenyamanan bagi petugas dalam memberikan pelayanan kesehatan, terutama untuk mencegah tertularnya penyakit dimana di puskesmas banyak kasus–kasus penyakit menular, misal TBC, Kusta, hepatitis, HIV-AIDS dan penyakit yang disebabkan virus lainya. maka petugas dalam melaksanakan pelayanan diwajibkan memperhatikaan keamanan diri dengan pemakaian alat perlindungan diri (APD) menggunakan masker, sarung tangan, dan clemek plastic bila diperlukan. Dan selalu melakukan cuci tangan dengan sabun sebelum dan setelah melaksanakan kegiatan atau pelayanan. Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan. a) Pengertian Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja pe tugas ataupun kelalaian/kesengajaan. b) Tujuan Syarat-syarat keselamatan kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dengan tujuan : a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan. b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. c. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan. d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya. e. Memberi pertolongan pada kecelakaan. f. Member perlindungan pada pekerja.

43

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luaskan suhu, kelembaba n, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran. h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/psikis, keracunan, infeksi dan penularan. i. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. j. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban. k. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya. l. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang. m. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan. n. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang. o. Mencegah terkena aliran listrik. p. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan dan pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. c) Prinsip Keselamatan Kerja Pegawai Dalam Proses Penyelenggaraan a. Pengendalian teknis mencakup : 1. Letak, bentuk dan kontruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi syarat yang telah ditentukan. 2. Ruangan dapur cukup luas, denah sesuai dengan arus kerja dan dapur dibuat dari bahan-bahan atau kontruksi yang memenuhi syarat. 3. Penerapan ventilasi yang cukup memenuhi syarat. 4. Tersedianya ruang istirahat untuk pegawai. b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai. c. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari pegawai. d. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang telah ditetapkan, dan pegawai diberi waktu untuk isrirahat setelah 3 jam bekerja, karena kecelakaan kerja sering terjadi setelah pegawai bekerja > 3 jam. e. Maintenance (perawatan) alat dilakukan secara continue agar peralatan tetap dalam kondisi layak pakai. f. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai. g. Adanya fasilitas/peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama yang cukup. h. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja. 44

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

d) Prosedur Keselamatan Kerja a. Ruang penerimaan dan penyimpanan bahan makanan Keamanan kerja di ruangan ini terlaksana bila : 1. Menggunakan alat pembuka bungkus bahan makanan menurut cara yang tepat dan jangan melakukan dan meletakkan posisi tangan pada tempat kea rah bagian alat yang tajam (berbahaya). 2. Barang yang berat selalu ditempatkan di bagian bawah dan angkatlah dengan alat pengangkut yang tersedia untuk barang tersebut. 3. Pergunakan tutup kotak/tutup panic yang sesuai dan hindari tumpahan bahan. 4. Tidak diperkenankan merokok di ruang penerimaan dan penyimpanan bahan makanan. 5. Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan/diperluk an. 6. Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan anda. 7. Tidak mengangkat barang dalam jumlah besar, yang dapat membahayakan badan dan kualitas barang. 8. Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin di ruang penerimaan dan penyimpanan. b. Ruang persiapan dan pengolahan makan Keamanan dan keselamatan kerja di ruanagna ini akan tercapai bila : 1. Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik. 2. Tidak menggaruk, batuk selama mengerjakan/mengolah bahan makanan. 3. Menggunakan

berbagai

alat

yang

tersedia

sesuai

dengan

petunjuk

pemakaiannya. 4. Bersihkan mesin menurut petunjuk dan matikan mesin sebelumnya. 5. Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan dibersihkan. 6. Berhati-hatilah bila membuka dan menutup, menyalakan atau memati kan mesin, lampu, gas atau listrik, dll. 7. Meneliti dulu semua peralatan sebelum diguanakan. 8. Pada saat selesai menggunakannya, teliti kembali apkah semua alat sudah dimatikan mesinnya. 9. Mengisi panci-panci menurut ukuran semestinya, dan jangan melebihi porsi yang ditetapkan. 10. Tidak memasukkan muatan ke dalam kereta makan yang melebihi kapasitasnya. 11. Meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi. 12. Bila ada alat pemanas, perhatikan cara penggunaan dan pengisiannya.

45

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

13. Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat dan jangan mengisi terlalu penuh. 14. Perhatikanlah, bila membawa makanan pada baki, jangan sampai tertumpah atau makanan tersebut tercampur. 15. Perhatikan posisi tangan sewaktu membuka dan mengeluarkan isi kaleng. c. Alat pelindung kerja 1. Baju kerja, celemek dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin dan enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja. 2. Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada di lingkungan dapur (jangan menggunakan sepatu yang berhak tinggi). 3. Menggunakan cempal atau serbet pada tempatnya. 4. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan jumlah yang cukup, sabun, alat pengering, dsb. 5. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah dijangkau. 6. Tersedia alat atau obat P3K yang sederhana.

46

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

A. PENGERTIAN 1. Pengawasan Pengawasan merupakan salah satu fungsi manejemen yang mengusahakan agar pekerjaan atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, dan kebijakan yang ditetapkan dapat mencapain sasaran yang dikehendaki. 2. Pengendalian Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan perbaikan yang terjadi sesuai dengan tujuan arah pengawasan dan pengendalian bertujuan agar semua kegiatan kegiatan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna, dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksaan dan peraturan perundang undangan yang berlaku. 3. Evaluasi/Penilaian Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi manajemen. Evaluasi ini bertujuan untuk menilai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan yang disusun sehinga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki. Melalui penilaian, pengelola dapat memperbaiki rencana bilaperlu ataupun membuat rencana program yang baru. Pada kegiatan evaluasi, tekanan penilaian dilakukan terhadap masukan, proses, luaran, dampak untuk menilai relevansi kecukupan, kesesuaian dan kegunaan. Dalam hal ini di utamakan luaran atau hasil yang dicapai. Pengawasan

dan

pengendalian

mutu

merupakan

suatu

kegiatan

dalam

mengawasi dan mengendalikan mutu untuk menjamin hasil yang diharapkan sesuai dengan standar.

B. TUJUAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU 47

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

Pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan gizi di Puskesmas Pulung, ditujukan untuk menjamin ketepatan dan keamanan pelayanan gizi. Fungsi dari kegiatan pengawasan dan pengendalian mutu dalam pelayanan gizi di Puskesmas adalah 1. Mengawasi setiap tahapan proses, 2. Menjamin keamanan pelayanan yang dihasilkan serta 3. Menghasilkan pelayanan yang bermutu.

a. Indikator Mutu Pelayanan Indikator mutu pelayanan gizi mencerminkan mutu kinerja programi gizi dalam ruang lingkup kegiatanya ( pelayanan asuhan gizi, pelayanan makan, dsb ). Indikator mutu kegiatan dalam gedung : 1. Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien 2. Respon time 3. Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien 4. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian makan ke pasien 5. Jumlah konsultasi Gizi rawat jalan yang terlayani 6. Jumlah konsultasi Gizi rawat inap yang terlayani 7. Pemberi pelayanan 8. Protap Gizi

Indikator mutu kegiatan luar gedung : 1. Ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan 2. Ketepatan tempat pelaksanaan kegiatan 3. Ketepatan sasaran pelaksanaan kegiatan 4. Ketepatan petugas yang melaksanakan 5. Protap program gizi

b. Pencatatan dan Pelaporan Untuk memantau dan menilai pencapaian indicator yang telah ditetapkan, diperlukan data atau informasi yang diperoleh dari catatan dan laporan terkait dengan aspek yang akan dinilai. Pencatatan dan pelaporan merupakan bentuk pengawasan dan pengendalian. Pencatatan dilakukan pada setiap langkah kegiatan sedangkan pelaporan dilakukan

berkala

sesuai

dengan

kebutuhan

Puskesmas

(bulanan/

triwulan/tahunan). 48

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

Beberapa pencatatan dan pelaporan dalam pelayanan gizi Puskesmas Panarukan : 1.

Buku catatan makanan pasien berisi nama pasien dan diet dibuat setiap hari untuk rekapitulasi order diet.

2.

Laporan kegiatan konsultasi gizi rawat inap.

3.

Catatan registrasi pasien (nama, diagnosa, jenis diet dan antropometri).

4.

Pencatatan konsultasi gizi rawat jalan.

5.

Laporan Gizi Bulanan PGz

6.

Laporan Operasi timbang balita di posyandu

7.

Laporan Pemberian Fe 90 Tablet pada Bumil

8.

Register Pencatatan Pemberian Tablet Tambah Darah Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur

9.

Buku Pencatatan Bumil KEK

10. Buku Pencatatan Balita BGM 11. Laporan Balita BGM 12. Laporan Balita Gizi Buruk

49

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

BAB IX PENUTUP

Pelayanan Gizi Puskesmas merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan lainnya di Puskesmas dan secara menyeluruh merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan di Puskesmas. Pedoman Pelayanan Gizi Puskesmas bertujuan untuk memberikan acuan yang bertujuan jelas dan professional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan giz i di Puskesmas yang tepat bagi klien sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Selain itu pedoman

ini

juga

akan

bermanfaat

bagi

pengelola

gizi

Puskesmas

dalam

mengimplementasikan dan mengevaluasi kemajuan serta pengembangan pelayanan gizi yang holistic.

50

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM GIZI

2017

51

Related Documents


More Documents from "UPTD puskesmas salopa pkm"

Abstrak Tranlate.pdf
April 2020 45
10-nylon-11-in-oil-gas1.pdf
November 2019 62
Cv Edit Mode.docx
November 2019 57
Bab-i-bab-v.doc
May 2020 71