BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Pelayananan Unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Citama merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui panduan intervensi medik, Kedokteran fisik atau rehabilitasi untuk mencapai kemampuan fungsional yang optimal . (Kepmenkes No. 378/Menkes/SK/IV/2008).
B. Tujuan Pedoman Upaya Rehabilitasi medik ditujukan untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan cara mencegah, mengurangi impaUnit Rehabilitasi Medikent/ kelainan, disability/ ketidakmampuan dan handicap/ kecacatan, beserta dampaknya melalui peningkatan fungsi semaksimal mungkin, sehingga dapat melakukan fungsinya di masyarakat. C. Ruang Lingkup Pelayanan kesehatan dengan pendekatan rehabilitasi medik, yaitu pendekatan kelainan, ketidakmampuan, kecacatan yang terjadi pada pasien. Hal ini secara spesifik terlihat dari pendekatan peran dokter sebagai guru dan fasilitator, peran aktif pasien dan pendekatan kerja secara rutin. Pelayanan rehabilitasi medik tidak terlepas dari upaya kesehatan pada umumnya, yaitu upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative dalam cakupan yang spesifik yaitu terhadap kecacatan. D. Batasan Operasional Pelayanan Unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Citama diselenggarakan secara rutin. Adapun waktu pelaksanaannya yaitu : a. Senin – Sabtu
: 07.00- 21.00
b. Minggu
: 07.00- 12.00
1
E. LANDASAN HUKUM a. KepMenkes RI No. 376/MENKES/PER/III/2007 tentang Standar Profesi Fisioterapi b. Keputusan Meneteri kesehatan Nomor 378/Menkes/SK/IV/2008 tentang Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit, sepanjang mengatur pelayanan Fisioterapi c. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 778/Menkes/SK/VIII/2008 tentang Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan d. Permenkes RI No. 65 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
B AB II
2
STANDAR KETENAGAKERJAAN
A. Kualifikasi sumber daya manusia Kegiatan Unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Citama harus dilakukan oleh petugas yang memiliki kualifikasi pendidikan dan pengalaman yang memadai serta memperoleh/memiliki kewenangan untuk melaksanakan kegiatan di bidang yan menjadi tugas atau tanggungjawabnya. Adapun Kualifikasi SDM Unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Citama adalah :
SPESIFIKASI
Jumlah tenaga yang ada saat ini
Dokter
Dokter Spesialis Kedokteran Fisik
1
dan Rehabilitasi Fisioterapis
D3/D4 Fisioterapi
6
Perawat
D3 Keperawatan
1
B. Distribusi Ketenagaan Distribusi ketenagaan disesuaikan dengan jumlah pasien yang dilayani di Unit Rehabilitasi Medik Distribusi ketenagaan Unit Rehabilitasi Medik : Jabatan
Pola ketenagakerjaan
Sumber Daya Manusia
Kekurangan
Sekarang Penanggungjawab
1
Rehabilitasi Medik
Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Kepala Unit Rehabilitasi
1
D3 Fisioterapi
1. Dinas pagi : 3 orang
D3 Fisioterapi
medik Pelaksana Fisioterapi
1 orang
2. Dinas Sore : 3 orang Asisten Dokter Sp. KFR
1
D3 Keperawatan
C. Pengaturan Jadwal Layanan
3
1. Jadwal buka layanan : Senin – Sabtu Minggu
: 07.00-21.00 : 07.00-12.00
2. Pengaturan jadwal Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi dilakukan oleh Kepala Unit Rehabilitasi Medik diketahui oleh Manager Pelayanan Medis dan Manager Penunjang Medis. 3. Pengaturan Dinas Kerja Fisioterapi dibuat oleh Kepala Unit Rehabilitasi Medik.
BAB III STANDAR FASILITAS
4
A. Daftar Fasilitas Unit Rehabilitasi Medik No
Jenis Fasilitas
Keterangan
A.
Ruangan Fisioterapi
1
Meja Kerja
+
2
Ruang Cuci dan WC
+
3
Ruang Tunggu
+
4
Lemari Arsip
+
5
Komputer
+
6
Bed Tindakan
+
7
Stand infus
+
8
Pendingin ruangan ( AC )
+
9
Matras
+
10
Telepon
+
11
Alat Tulis
+
B.
Ruangan Dokter
1
Meja Kerja
+
2
Bed Periksa
+
3
Komputer
+
4
Alat Tulis
+
B. Daftar Alat Terapi Unit Rehabilitasi Medik No
Nama
A.
Fisioterapi
1
Short Wave Diatermy
2
Microwave Diatermy
3
Ultrasonic Therapy
4
Electrical Stimulation
5
Infrared Radiation
6
Nebulizer Ultrasound
7
Nebulizer Jet
B.
Ruang Dokter
C. Denah Ruang Unit Rehabilitasi Medik
5
1. Ruang Dokter
2. Ruang Fisioterapi
l k
j
i
h
g a c
d
e
b
f
KETERANGAN : a
: Kamar mandi Pasien
g
: Meja
b
: lemari
h
: Kamar Mandi Petugas
c
: SWD
i,j,k
: Bed Pemeriksaan dan tindakan
d
: US ( Ultra Sound)
l
: Inhalasi
e
: TENS
f
: MWD
6
BAB IV KEBIJAKAN PELAYANAN UNIT REHABILITASI MEDIK
1. Unit Rehabilitasi Medik melayani pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap. 2. Pelayanan yang tersedia di Unit Rehabilitasi Medik antara lain : Konsultasi Dokter dan Fisioterapi. 3. Sebelum dilakukan pelayanan, pasien dilakukan assessment oleh dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 4. Pasien diberikan penjelasan tindakan yang akan dilakukan. 5. Petugas Fisioterapi melakukan tindakan fisioterapi sesuai dengan permintaan dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 6. Selama pelaksanakan tindakan petugas/ dokter melakukan evaluasi pasien 7. Tindakan fisioterapi dilakukan oleh petugas yang berkompeten dan sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) 8. Setiap 1 paket terapi (8-12 kali tindakan Fisioterapi) pasien dianjurkan untuk kembali ke dokter ( melakukan evaluasi) 9. Selama melakukan tindakan fisioterapi, petugas memperhatikan hak-hak pasien dan sesuai dengan etika dokter. 10. Pelayanan Rehabilitasi Medik selalu mengutamakan Keselamatan Pasien (pastient safety, Hand Hygiene) 11. Survey Kepuasan Pelanggan dilakuakan setiap 1 bulan sekali
7
BAB V TATA LAKSANA PELAYANAN
Unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Citama merupakan unit kerja bagian dari unit – unit kerja di Rumah Sakit CItama, Rehabilitasi Medik atau Ilmu Kedokteran Fisik Dan Rehabilitasi (IKFR) merupakan bidang kedokteran Spesialisasi yang berhubungan dengan diagnosis evaluasi dan pengobatan serta pengelolaan penderita dengan berbagai usia seperti kelainan (ImpaUnit Rehabilitasi Medikent), Kecacatan (Disability) serta Handycap fisik dan kognitif yang menggunakan pendekatan Holistik dan menyeluruh serta bertujuan tercapainya kemampuan fungsional yang maksimal, baik fisik, psikososial, sosial, okupasional dan vokasional. Tim Rehabilitasi Medik (Dokter Rehabilitasi Medik, Fisioterapi) dalam melaksanakan kegiatan pelayanan terhadap pasien berwenang untuk melakukan penulisan catatan perkembangan pasien dalam bentuk SOAP. S = Subjektif (informasi yang diperoleh langsung dari pasien / keluarga) O = Objektif (observasi langsung terhadap pasien dan pemeriksaan) A = Assesmen (berupa diagnosis, aset/limitasi pasien) P = Planning (meliputi tujuan terapi jangka pendek dan tujuan terapi jangka panjang) Unit Rehabilitasi Medik dapat menangani beberapa kasus pediatri/anak (gangguan perkembangan), muskuloskeletal (fraktur/patah tulang, pengapuran), neuromuskular (saraf kejepit, stroke), kardiorespirasi (penyakit yang berhubungan dengan pernafasan ; asma, banyak dahak, pemulihan pasca operasi jantung), serta kasus geriatri dan lainnya. Pelayanan Unit Rehabilitasi Medik dibagi menjadi beberapa layanan : A. Konsultasi/ rujukan dokter Unit Rehabilitasi Medik Pelayanan rehabilitasi medik di Rumah Sakit Citama
dilaksanakan melalui
pendekatan sistem satu pintu (one gate system) dan harus dilakukan pemeriksaan atau penilaian oleh dokter spesialis rehabilitasi medik untuk didiagnosis fungsional dan menentukan terapi yang dibutuhkan. B. Fisioterapi Pelayanan kesehatan terhadap pasien sebagai individu maupun kelompok, dalam memaksimalkan potensi gerak dan meminimalkan kesenjangan antar gerak aktual dan gerak fungsi pada dimensi pelayanan pengembangan, memelihara, memulihkan gerak dan fungsi sepanjang daur kehidupan. Berdasarkan ruang lingkup pelayanan
8
fisioterapi dan tuntutan kebutuhan masyarakat
maka pelayanan fisioterapi
dikembangkan sesuai kebutuhan masyarakat, yaitu : Jenis Layanan
No 1
SWD ( Short Wave Diatermi )
2
MWD ( Micro Wave Diatermi)
3
US (Ultrasound)
4
TENS ( Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulasi)
5
ES (Elektrical Stimulasi)
6
IR (infra Red)
7
Inhalasi
8
Massage & Manipulation
9
General Exercise
10
Active/ Pasive Exercise
11
Chest Therapy
12
Back / Neck Exercise
13
Shoulder Exercise
14
Knee Exercise
Alur pelayanan rehabilitasi medik adalah sebagai berikut : Pendaftaran Pasien Rawat Jalan. Proses pendaftaran / penerimaan pasien Unit Rehabilitasi Medik berasal dari : A. Rawat Jalan B. Rawat Inap
9
Alur pasien baru rawat jalan : A. BPJS 1. Pasien mendaftar kebagian Admission dengan membawa kartu berobat dan atau membawa surat rujukan (dari pendaftaran pasien mendapatkan berkas SEP ( Surat Elegibilitas Peserta) 2. Pasien menyerahkan berkas ke Perawat Rehabilitasi Medik / petugas fisioterapi 3. Perawat Unit Rehabilitasi Medik memanggil pasien dan melakukan pengkajian keperawatan 4. Perawat Unit Rehabilitasi Medik mengantrikan pasien ke dokter Unit Rehabilitasi Medik 5. Dokter melakukan pengkajian awal pasien, memeriksa pasien dan membuat instruksi tindakan terapi sesuai dengan kebutuhan pasien 6. Dokter meyerahkan dokumen pemeriksaan dan instruksi tindakan terapi ke perawat 7. Perawat menyerahkan dokumen pemeriksaan dan instruksi terapi ke pasien dan mengarahkan ke fisioterapi. 8. Petugas Fisioterapi memanggil pasien dan melakukan penjadwalan kepada pasien ( dilakukan tindakan sesuai dengan penjadwalan) 9. Perawat menyerahkan berkas SEP kebagian kasir.
B. ASURANSI 1. Pasien mendaftar kebagian Admission dengan membawa kartu berobat dan atau membawa surat rujukan (dari pendaftaran pasien mendapatkan berkas Asuransi) 2. Pasien menyerahkan berkas ke Perawat Rehabilitasi Medik / petugas fisioterapi 3. Perawat Unit Rehabilitasi Medik memanggil pasien dan melakukan pengkajian keperawatan 4. Perawat Unit Rehabilitasi Medik mengantrikan pasien ke dokter Unit Rehabilitasi Medik 5. Dokter melakukan pengkajian awal pasien, memeriksa pasien dan membuat instruksi tindakan terapi sesuai dengan kebutuhan pasien 6. Dokter meyerahkan dokumen pemeriksaan dan instruksi tindakan terapi ke perawat 7. Perawat menyerahkan dokumen pemeriksaan dan instruksi terapi ke pasien dan mengarahkan ke fisioterapi. 8. Petugas Fisioterapi memanggil pasien dan melakukan tindakan Fisioterapi 9. Petugas Fisioterapi mengentry data dan menyerahkan berkas kepada pasien 10. Pasien menyerahkan berkas ke kasir
10
C. UMUM 1. Pasien mendaftar kebagian Admission dengan membawa kartu berobat dan atau membawa surat rujukan (dari pendaftaran pasien mendapatkan berkas pendaftaran) dan mengarahkan ke kasir ( untuk mendapatkan kwitansi sementara) 2. Pasien menyerahkan berkas ke Perawat Rehabilitasi Medik / petugas fisioterapi 3. Perawat Unit Rehabilitasi Medik memanggil pasien dan melakukan pengkajian keperawatan 4. Perawat Unit Rehabilitasi Medik mengantrikan pasien ke dokter Unit Rehabilitasi Medik 5. Dokter melakukan pengkajian awal pasien, memeriksa pasien dan membuat instruksi tindakan terapi sesuai dengan kebutuhan pasien 6. Dokter meyerahkan dokumen pemeriksaan dan instruksi tindakan terapi ke perawat 7. Perawat menyerahkan dokumen pemeriksaan dan instruksi terapi ke pasien dan mengarahkan ke fisioterapi. 8. Petugas Fisioterapi mengentry data dan menyerahkan berkas kepada pasien 9. Petugas Fisioterapi mengarahkan pasien ke kasir untuk melakuakan pembayaran tindakan 10. Pasien menyerahkan bukti pembayaran ke petugas fisioterapi dan dilakukan tindakan fisioterapi. Alur pasien rawat inap :
1. Dokter DPJP pasien/Dokter Umum melakuakan konsul ke dr. Spesialis kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (melalui perawat Rehabilitasi Medik/ fisioterapi) 2. dr. Spesialis kedokteran Fisik dan Rehabilitasi memeriksa pasien (bisa dilakukan di ruang rawat inap atau poliklinik) 3. dr. Spesialis kedokteran Fisik dan Rehabilitasi membuat instruksi tindakan terapi 4. Perawatan Unit Rehabilitasi Medik memberikan instruksi tindakan terapi dari dr. Spesialis Kedokteran Fisik ke Fisioterapi 5. Petugas fisioterapi melakukan tindakan di ruang rawat inap/ di ruang fisioterapi( perawat mengantarkan pasien ke ruang fisioterapi) 6. Setelah selesai terapi, pertugas menghubungi perawat untuk menjemput pasien, dan petugas fisioterapi melakukan pengentrian data
11
Penanganan Pasien Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik : 1. Identifikasi
pasien,
komunikasi
efektif
(pasien
menyebutkan
identitas
diri
(nama/tanggal lahir), melihat gelang pasien, ). 2. Melakukan assesment medis SOAP 3. Membuat rencana tindakan terapi serta menentukan dosis terapi 4. Melakukan evaluasi hasil tindakan terapi 5. re-evaluasi tindakan medis (dikembalikan ke dokter pengirim / terapi dilanjutkan / terapi dihentikan ) Fisioterapi : 1. Identifikasi
pasien,
komunikasi
efektif
(pasien
menyebutkan
identitas
diri
(nama/tanggal lahir), melihat gelang pasien, ). 2. Melaksanakan Assesment / Pemeriksaan Fisioterapi antara lain pemeriksaan kekuatan otot, Lingkup Gerak Sendi, tingkatan nyeri 3. Melakukan tindakan terapi sesuai dengan instruksi dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi dan mendokumentasikan tindakan terapi sesuai dengan SOAP ke dalam catatan perkembangan pasien terintegrasi. 4. Memberikan edukasi dan home program kepada pasien. 5. Melaporkan pasien ke dokter Rehabilitasi Medik setelah 1 paket terapi 6. Memberikan pelayanan Fisioterapi Rawat Jalan & Rawat Inap 7. Membuat catatan kegiatan Fisioterapi dalam berkas / status rekam medis 8. Melaporkan pelaksanaan kegiatan fisioterapi meliputi : a. Kemajuan pasien b. Kelainan penyakit yang menyertainya c. Kendala-kendala yang ditemui saat dilakukan terapi kepada dokter Rehabilitasi Medik dan keluarga pasien Perawat Rehabilitasi Medik : 1. Menerima pasien baru atau terakhir yang akan konsultasi dokter 2. Identifikasi pasien, komunikasi efektif (pasien menyebutkan identitas diri (nama, tanggal lahir), gelang pasien) 3. Melakukan pengkajian keperawatan 4. Memberikan informasi seputar rehabilitasi medik 5. Mengantry data
12
Kejadian tidak terduga misalnya pasien belum selesai 1 paket terapi ada keluhan (sakitnya bertambah) maka pasien dapat konsultasi kedokter tanpa harus menyelesaikan 1 paket terapi Apabila terjadi kasus kegawatdaruratan pada pasien di Unit Rehabilitasi Medik, maka pasien tersebut dirujuk ke IGD.
BAB V
13
LOGISTIK
Investasi Guna mendukung kelancaran operasional di Unit Rehabilitasi Medik, dibutuhkan hubungan kerja terkait dengan pengadaan alat-alat kesehatan dan investasi peralatan Unit Rehabilitasi Medik. Hal ini bertujuan sentralisasi proses pengadaan barang dan jasa di Unit Rehabilitasi Medik. Proses pengadaan alat-alat dan investasi di Unit Rehabilitasi Medik dilaksanakan melalui proses usulan dari unit Rehabilitasi Medik dengan pertimbangan kajian bisnis serta kebutuhan layanan. Adapun mekanisme pengadaan akan dilaksanakan apabila memenuhi pertimbangan bisnis dan kebutuhan pengembangan layanan baru ataupun pengganti alat kesehatan yang tidak layak pakai. Dari proses di atas apabila usulan ke manajeman Rumah Sakit Citama di terima maka akan di adakan tender terkait pengadaan barang yang di butuhkan dengan melalui proses tender yang telah di atur dalam panduan pengadaan barang dan jasa di lingkungan Rumah Sakit Citama. Dari keputusan proses tender akan di pilih distributor atau vendor pemenang tender untuk mengadakan alat atau barang investasi yang di perlukan. Pada akhir proses pengadaan dilaksanakan sampai dengan penerimaan barang akan di lakukan melibatkan semua pihak baik bagian Logistik, Tehnik, dan User terkait untuk menjamin barang investasi tersebut sesuai dengan barang yang di harapkan. Proses permintaan barang habis pakai di unit Rehabilitasi Medik dilakukan melalui proses usulan unit Rehabilitasi Medik disesuaikan dengan kebutuhan layanan. Adapun mekanisme permintaan barang habis pakai dengan membuat Permintaan yang ditujukan ke bagian layanan umum dan farmasi setelah permintaan di distribusikan ke bagian terkait pengambilan barang dilakukan pada hari yang telah ditentukan kecuali untuk barang cito.
Kebutuhan barang barang logistik fisioterapi terdiri dari : 1. Bahan Habis Pakai ( BHP ) Guna mendukung kelancaran operasional di Unit Rehabilitasi Medik, dibutuhkan pengadaan barang habis pakai terkait layanan di Unit Rehabilitasi Medik. Barang habis pakai yang diperlukan antara lain: Bisolvon Solution 50 ML; Combivent UDT 2,5 ML; Pulmicort Respules 0,5 MG/ML;Ventolin Nebules 2,5 MG; Burnazin cream 35GRAM; Counterpain 30 GRAM CREAM; Transpulmin-BB Balsem 10 GR; Otsu – NS 100ML .
2. Barang rumah tangga ( RT) dan alat tulis kantor ( ATK )
14
Pengelolaan keduanya meliputi alur, perencanaan, permintaan, penyimpanan, penggunaan, pencatatan, dan pelaporan adalah sebagai berikut :
A. BAHAN HABIS PAKAI ( BHP ) 1. ALUR
Pelaksanaan sarana
Ka. Unit fisioterapi
Bag. Logistik ATK
2. Perencanaan Petugas fisioterapi mendata kebutuhan ATK / barang habis pakai setiap tahunnya dan mengajukan kebutuhan tersebut kegudang logistik. Rencana kebutuhan berdasarkan pemakaian tahun lalu dan ditambah 10 % 3. Permintaan Permintaan ATK dilakukan setiap awal bulan sesuai jadwal kebagian logistik . Apabila Ada kebutuhan mendesak dan stok barang difisioterapi kosong maka permintaan barang bisa dilakukan sewaktu waktu pada jam kerja sesuai kebutuhan. 4. Penyimpanan Penyimpanan dilakukan digudang fisioterapi untuk pemakaian selama satu bulan. B. Alat rumah tangga, alat tulis kantor (ATK ) dan linen 1. Alur
Pelaksana sarana
Ka.Unit fisioterapi
Bag.logisitik umum
2. Perencanaan
15
Petugas fisioterapi mendata kebutuhan barang-barang cetakan, alat tulis dan alat rumah tangga setiap tahun dan mengajukan kebutuhan tersebut ke bagian rumah tangga. Rencana kebutuhan berdasar pemakaian tahun lalu dan ditambah 10 %. 3. Permintaan Petugas fisioterapi mengajukan permintaan alat tulis kantor/ barang cetakan berdasarkan kebutuhan tiap bulan. 4. Penyimpanan dan pemakaian Penyimpanan dilakukan digudang fisioterapi untuk pemakaian selama sebulan. Pemakaian sesuai kebutuhan .
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
16
A. Pengertian Keselamatan dan keamanan pasien ( Patient safety ) merupakan sebuah prioritas strategik dalam menetapkan tercapainya peningkatan yang terukur untuk medication safety sebagai target utamanya. Keselamatan pasien hrus menjadi jiwa dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tuntutan akan keselamatana pasien harus direspon secara proaktif oleh semua pihak dan harus menjadi sebuah gerakan yang didasari pertimbangan moralitas dan etik. Patient safety harus jadi gerakan menyeluruh dari semua pihak yang terkait dengan pelayanan kesehatan. Ini membutuhkan keterlibatan semua pihak yaitu manajemen dan tenaga kesehatan. Keduanya harus menyadari pentingnya patien safety, kalau hanya satu pihak akan sia-sia saja. Tata laksana Keselamatan Pasien Di Unit Rehabilitasi Medik Pelayanan Rehabilitasi Medik adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi yang di akibatkan oleh keadaan/kondisi sakit/cedera melalui paduan intervensi medik, Kedokteran fisik dan atau rehabilitative untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal.Yang mengacu pada prinsip umum pelayanan kesehatan bahwa keselamatan pasien adalah yang utama.Dapat di artikan bahwa kepentingan pasien selalu menjadi pertimbangan utama. 1.
Identifikasi pasien dengan benar a.
Pasien diidentifikasi dengan menggunakan ”nama pasien dan tanggal lahir dan no rekam medik”
b. 2.
Pasien diidentifikasi sebelum pemberian terapi
Meningkatkan Komunikasi Efektif dengan TULBAKOR dan SBAR S : Situasi B : Background A : Assesmen R : Rekomendasi
3.
Menurunkan risiko penularan infeksi pada pasien Menggunakan APD (masker, handscoon) saat melakukan tindakan
4.
Menurunkan risiko pasien dari cedera atau jatuh Menerapkan ergonomic kerja (moving, lifting, proper body mechanic)
17
BAB VII KESELAMATAN KERJA
Keselamatan kerja di Unit Rehabilitasi Medik merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan. Keselamatan kerja merupakan tanggung jawab bersama yang melibatkan unsur manajemen, karyawan, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tindakan yang dilakukan bila terjadi kecelakaan merupakan upaya untuk menangani suatu keadaan yang tidak terencana dan tidak terkontrol yang merupakan salah satu aksi dan reaksi dari obyek zat dan manusia yang dapat merugikan sumber daya manusia, keuangan dan material. Hal tersebut bertujuan untuk melindungi pekerja Unit Rehabilitasi Medik dan meminimalkan kecelakaan, untuk mencapai produktivitas yang optimal. Bahaya / kecelakaan Fisik. a. Tertusuk jarum : i. Bersihkan luka pada air mengalir dan berikan betadine ii. Segera lapor ke Unit Gawat Darurat untuk perawatan lebih lanjut iii. Lapor kepada Penanggung Jawab harian (Pengawas) dan mengisi formulir kecelakaan kerja. b. Kecelakaan karena arus listrik. i. Matikan panel listrik sesegera mungkin atau penderita harus segera dilepaskan hubungannya denga arus listrik, hati – hati penolong sendiri jangan sampai terkena arus listrik. Berdirilah di atas kain dan lepaskan hubungan penderita dengan kawat listrik denga menggunakan tongkat sapu. ii. Pertolongan selanjutnya disesuaikan dengan keadaan penderita, bila pingsan dilakukan Basic Life Support segera melapor pada tim blue code, bila kondisi tidak pingsan dibawa ke IGD iii. Lapor kepada penanggung jawab harian (Pengawas) dan membuat berita acara. c. Kebakaran. i. Di dalam jam kerja. 1. Kebakaran kecil a) Penemu kebakaran : 1) Padamkan kebakaran dengan menggunakan APAR.
18
2) Lapor kepada penanggung jawab (komandan lantai) b) Penanggung jawab (komandan lantai) : 1) Perintahkan regu pemadam lantai bantu pemadaman. 2) Hubungi posko sekuriti dan K3 3) Siagakan regu evakuasi dan regu penyelamat lantai 4) Koordinir regu pemadaman. c) Regu pemadam lantai : 1) Bantu lakukan pemadaman d) Regu evakuasi : 1) Mempersiapkan evakuasi ke tempat berkumpul yang telah ditentukan. 2) Melaksanakan system pencatatan / pendataan pekerja atau penghuni yang ada di lantai yang bersangkutan. 3) Koordinasi dengan petugas/ fungsi terkait lainnya untuk kelancaran pelaksanaan evakuasi. 4) Menyerahkan daftar pelaksanaan evakuasi pekerja / penghuni lantai kepada penanggung jawab lantai. 5) Melaporkan kepada penanggung jawab lantai apabila melihat gejala kerusakan/ hambatan pada jalan keluar yang ada di lantai bersangkutan. 2. Kebakaran besar Bilamana terjadi kebakaran besar dan membahayakan penghuni serta asset perusahaan sehingga dinyatakan bencana oleh fire chief, maka tindakan penanggulangan sebagai berikut : a) Fire chief, para pejabat OPKD dan tim manajemen segera mengambil posisi di lokasi kejadian untuk mengendalikan penanggulangan bencana. b) Sementara regu bantuan pemadam kebakaran belum tiba di lokasi kejadian, usaha pemadaman, penyelamatan dan evakuasi tetap dilaksanakan oleh petugas yang ada di lingkungan Rumah Sakit CItama. c) Pada saat bersamaan semua petugas pelaksana OPKD melaksanakan upaya dan tindakan yang diperlukan sesuai tugas dan tanggung jawabnya masing – masing dengan pengawasan dan pengendalian dari para pejabat OPKD terkait di lokasi kejadian.
ii. Di luar jam kerja 1. Kebakaran kecil a) Penemu kebakaran : 1) Padamkan kebakaran dengan menggunakan APAR.
19
2) Laporkan kepada posko. 2. Kebakaran besar Petugas – petugas jaga lainnya : teknik, medis dan pekerja – pekerja yang sedang melaksanakan kerja lembur, membantu kelancaran pelaksanaan usaha penanggulangan kebakaran, setelah semua pejabat/fungsi OPKD berada di lokasi kejadian, maka operasi penanggulangan kebakaran dilaksanakn sesuai prsedur kebakaran besar dalam jam kerja. d. Gempa bumi 1. Tetap tenang dan jangan panik. 2. Sebelum ada perintah evakuasi dari komandan lantai, tetap tinggal di tempat dan berlindung pada tempat yang aman dan terhindar dari kemungkinan kejatuhan benda – benda. 3. Bila gempa bumi berkelanjutan dan membahayakan, disaster chief menyatakan bencana. 4. Komandan gedung akan menginstruksikan kepada para komandan lantai untuk melaksanakan evakuasi penghuni lantai masing – masing secara berurutan dimulai dari lantai tertinggi hingga terendah. 5. Bagi orang yang berada di lift pada waktu terjadi gemap bumi harus segera keluar pada lantai terdekat. 6. Apabila lift mati, tetap tenang dan tekan tombol “Panggilan Darurat”. 7. Setelah kejadian gempa bumi selesai, komandan gedung, K3, komandan operasi teknik dan komandan operasi sekuriti melakukan pengkajian terhadap kondisi gedung dan hasilnya dilaporkan pada fire chief. 8. Bilamana dari hasil pemeriksaan kondisi gedung tidak terdapat hal – hal yang membahayakan, maka fire chief menyatakan aman (bencana berakhir). Bahaya / Kecelakaan Biologi. 1. Risiko terinfeksi atau tertularnya virus : hepatitis/HIV-AIDS, bakteri TBC.
Bahaya Ergonomi 1. Proper Body Mechanic yang tidak benar 2. Mendorong alat-alat terapi 3. Tempat tidur yang terlalu tinggi Bahaya Psikososial Bekerja dengan beban kerja yang tinggi
20
BAB VII PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu adalah uji kelengkapan system layanan untuk menentukan seberapa baik layanan Unit Rehabilitasi Medik. Sistem pengendalian mutu dapat diandalkan merupakan hal penting untuk menjadikan layanan Unit Rehabilitasi Medik yang berkualitas. Dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan Unit Rehabilitasi Medik, mengidentifikasi masalah kinerja yang tidak diketahui dari mekanisme internal. Prosedur pengendalian mutu mencakup : Validasi fungsi alat 1. Pemeriksaan secara berkala alat-alat di Unit Rehabilitasi Medik sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan 2. Jadwal kalibrasi alat Validasi alur proses layanan 1. Pelayanan rawat jalan dan rawat inap 2. Melakukan assessment dan re-assesment 3. Melakukan tindakan evaluasi dan reevaluasi 4. Dokumentasi Validasi sarana dan prasarana penunjang 1. Kelengkapan ruangan yang memadai 2. Alat-alat penunjang layanan di Unit Rehabilitasi Medik Validasi program peningkatan mutu 1. Penilaian kinerja pegawai Unit Rehabilitasi Medik 2. Kepuasan pelanggan (kuesioner dari management mutu) 3. Kejadian Drop Out Pasien fisioterapi 4. Tidak adanya Kesalahan tindakan rehabilitasi Medik 5. Angka Ketepatan pemeriksaan Inventaris Ruangan
Validasi sertifikasi pegawai dan standar prosedur operasional (SPO) 1. Kelengkapan STR (Surat Tanda Registrasi) dan SIP (Surat Izin Praktek) 2. Spo Unit Rehabilitasi Medik
21
Pengendalian mutu Unit Rehabilitasi Medik antara lain: kelengkapan alat di Unit Rehabilitasi Medik, kesiapan alur pelayanan pasien, kelengkapan formulir layanan, kelengkapan dan kelayakan sarana dan prasarana Unit Rehabilitasi Medik, pelaksanaan proses kegiatan Unit Rehabilitasi Medik, kelengkapan SPO yang ada, dokumentasi layanan, ketersediaan peralatan untuk menunjang fungsi pelayanan, pemeliharaan dan kalibrasi peralatan, laporan bulanan dan tahunan. Agar indikator peningkatan mutu tersebut dapat dimonitor, diorganisir dan dievaluasi diperlukan informasi formula perhitungan standar minimal, periode pengukuran, sumber data, pengumpul data, pembuat laporan dab periode analisa. Hal tersebut dijelaskan pada data profil indikator kinerja mutu masing masing indikator sebagai berikut : a. Profil Indikator kinerja angka kejadian Drop Out pasien terhadap pelayanan Rehabilitasi Medik yang direncanakan Judul
Kejadian Drop Out pasien terhadap pelayanan Rehabilitasi Yang direncanakan
Dimensi Mutu
Kesinambungan pelayanan dan efektifitas
Tujuan
Tergambarnya kesinambungan pelayanan rehabilitasi medic sesuai yang direncankan
Definisi Operasional
DropOut pasien terhadap pelayanan rehabilitasi medic yang direncanakan adalah pasien tidak bersedia meneruskan / tidak datang dalam program rehabilitasi medic yang direncanakan
Frekuensi pengumpulan
1 bulan
data Periode analisis
3 bulan
Numerator
Jumlah seluruh pasien Drop Out Rawat Inap dan Rawat Jalan dalam 1 bulan
Denominator
Jumlah seluruh pasien yang diprogram rehabilitasi medic dalam 3 bulan
Sumber Data
Rekam Medis
Standar
< 30%
Penanggung jawab
Kepala Unit Rehabilitasi Medik
22
b. Profil Indikator kinerja angka tidak adanya kesalahan tindakan Rehabilitasi Medik ( fisioterapi) Judul
Tidak adanya Kesalahan tindakan Rehabilitasi Medik
Dimensi Mutu
Keselamatan dan kenyamanan
Tujuan
Tergambarnya kejadian kesalahan klinis dalam rehabilitasi medic
Definisi Operasional
Kesalahan tindakan Rehabilitasi Medik ( fisioterapi) adalah memberikan atau tidak memberikan tindakan rehabilitasi medic yang diperlukan yang tidak sesuai dengan rencana asuhan dan /atau tidak sesuai dengan pedoman/ standar pelayanan Rehabilitasi medic.
Frekuensi pengumpulan
1 bulan
data Periode analisis
3 bulan
Numerator
Jumlah seluruh pasien yang deprogram rehabilitasi medic dalam 1 bulan di kurangi jumlah pasien yang mengalami kesalahan tindakan rehabilitasi medic dalam 1 bulan
Denominator
Jumlah seluruh pasien yang deprogram rehabilitasi medic dalam 1 bulan
Sumber data
Rekam Medis
Standar
100%
Penanggung jawab
Kepala Unit Rehabilitasi Medik
23
c. Profil Indikator kinerja angka Ketidak puasan pelanggan Judul
Kepuasan Pelanggan
Dimensi Mutu
Kenyamanan
Tujuan
Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap pelayanan rehabilitasi medic
Definisi Operasional
Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap pelayanan rehabilitasi medic
Frekuensi pengumpulan
1 bulan
data Periode analisis
3 bulan
Numerator
Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang di survey ( dalam presentasi)
Denominator
Jumlah titak pasien yang disurvey (minimal 50 )
Sumber data
Survey
Standar
> 80%
Penanggung jawab
Kepala Unit Rehabilitasi medik
d. Profil indikator Angka Ketepatan pemeriksaan Inventaris Ruangan Judul
Ketepatan Pemeriksaan Inventaris Ruangan
Dimensi Mutu
Efektifitas dan efisiensi
Tujuan
Tergambarnya ketepatan inventaris ruangan
Definisi Operasional
Ketepatan Inventaris Ruangan adalah kesesuaian antara barang dengan penulisan invetaris
Frekuensi pengumpulan
1 bulan
data Periode analisis
3 bulan
Numerator
Jumlah kejadian kesalahan pemeriksaan inventaris dalam 1 bulan
Denominator
Jumlah hari
Sumber data
Survey
Standar
100%
Penanggung jawab
Kepala Unit Rehabilitasi medik
24
BAB IX PENUTUP
Era globalisasi menurut perkembangan pengetahuan dan teknologi segala bidang, termasuk bidang kesehatan. Pelayanan Rehabilitasi Medik di RS. Citama sebagai bagian dari pelayanan kesehatan rumah sakit tentunya senantiasa perlu penyesuaian mengikuti perkembangan tersebut. Pelayanan Rehabilitasi Medik
RS. Citama merupakan bagian integral dari sistem
pelayanan rumah sakit citama Upaya peningkatan mutu pelayanan Rehabilitasi Medik berarti peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. Upaya peningkatan mutu pelayanan memerlukan landasan hukum dan batasan operasional, standar ketenagaan, standar fasilitas, tata laksanan, logistik. Hal tersebut dilengkapi dengan keselamatan pasien, keselamatan kerja dan proteksi radiasi agar diperoleh mutu yang optimal. Untuk mengukur mutu pelayanan diperlukan indicator mutu pelayanan. Pengukuran indikator dapat memberikan gambaran mutu unit Rehabilitasi Medik. Pedoman pelayanan Rehabilitasi medik ini diharapkan mejadi acuan bagi pelaksanaan kegiatan pelayanan, sehingga indikator mutu output dapat dicapai bagi management pedoman ini berharap dapat bermanfaat untuk pemenuhan kebutuhan sumberdaya sehingga indikator mutu input dapat dicapai.
25