Abdul Latif Assalafi – 5415162567 Fathin Rayhan Reza Malindo

  • Uploaded by: Reza Malindo
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Abdul Latif Assalafi – 5415162567 Fathin Rayhan Reza Malindo as PDF for free.

More details

  • Words: 1,040
  • Pages: 18
Abdul latif Assalafi – 5415162567 Fathin Rayhan Reza Malindo

Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Contohnya : Dalam mata kuliah mekanika tanah, Materi yang dipelajari adalah klasifikasi tanah lalu dalam ujian soal yang diujikan adalah tentang perhitungan tegangan efektif tanah maka soal tersebut tidak valid, karena tidak menilai dengan tepat apa yang seharusnya dinilai, yakni terkait dengan materi klasifikasi tanah.

Menurut Sudijono (2009) terdapat berbagai jenis validitas, antara lain: 1.

Pengujian Validitas Tes Secara Rasional

validitas yang diperoleh dengan berpikir secara logis.Yaitu : a) Validitas Isi (Content Validity) yaitu validitas yang ditilik dari segi

isi tes itu sendiri, sejauh mana isinya telah dapat mewakili keseluruhan materi.

b) Validitas konstruksi (Construct Validity) yaitu validitas yang ditilik

dari segi susunan, dimana secara tepat mencerminkan suatu konstruksi dalam teori psikologis.

2.

Pengujian Validitas Tes Secara Empirik validitas yang bersumber pada atau diperoleh atas dasar pengamatan di lapangan. a) Validitas ramalan (Predictive validity) yaitu seberapa jauhkah sebuah tes telah dapat dengan secara tepat menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal terjadi pada masa mendatang. b) Validitas bandingan (Concurrent Validity) yaitu Tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan telah memiliki validitas bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah, antara tes pertama dengan tes berikutnya.

Reliabilitas

adalah

konsistensi

dari

serangkaian

pengukuran

atau

serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai).

Berkenaan dengan penilaian, suatu alat penilaian (tes dan non tes) disebut reliabel jika hasil penilaian tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama. Istilah relatif tetap di sini dimaksudkan tidak tepat sama, tetapi

mengalami perubahan yang tak berarti (tidak signifikan) dan bisa diabaikan.

 Tes Tunggal

Adalah tes yang terdiri dari satu perangkat (satu set) yang dikenakan terhadap sekelompok subyek dalam satu kali pelaksanaan.Dari kelompok data ini ditentukan reliabilitas alat evaluasi tersebut. Reliabilitas yang didasarkan atas tes tunggal dinamakan “internal consistency reliability”.

 Tes Ulang

Adalah tes yang terdiri dari seperangkat tes yang dikenakan terhadap sekelompok subyek dua kali. Reliabilitasnya dihitung dengan cara mengkorelasikan hasil evaluasi pertama dengan yang kedua.

 Tes Ekuivalen

Adalah tes yang terdiri dari dua perangkat dimana soal-soal pada perangkat pertama ekuivalen dengan soal-soal pada perangkat kedua.

Pengertian ekuivalen di sini adalah soal-soal yang memuat konsep yang sama, tetapi soal tersebut tidak persis sama. Selain memuat konsep yang sama, tingkat kesukarannya pun harus sama.

 Panjang Tes

Pada umumnya makin panjang tes (butir soal makin banyak), makin tinggi pula reliabilitasnya. Hal ini disebabkan karena tes yang butir soalnya lebih banyak akan memuat cukup banyak kemampuan kognitif siswa yang dapat diungkapkan.

• Kondisi Testi Suatu tes yang dicobakan kepada kelompok testi yang beraneka ragam kemampuannya akan menghasilkan skor yang heterogen, sehingga varians skor yang diperoleh akan besar.

 Kesukaran Tes

Materi tes yang terlalu mudah atau terlalu sulit cenderung akan merendahkan reliabilitas. Hal ini disebabkan karena skor yang diperoleh siswa untuk soal yang terlalu sulit atau terlalu mudah berkelompok pada skor tinggi atau skor rendah, jadi sebaran skornya terbatas.

 Pelaksanaan Tes

Faktor yang bersifat administratif dalam melaksanakan tes akan mempengaruhi hasil tes, sehingga secara langsung akan mempengaruhi pula derajat reliabilitas tes tersebut.

Kata lain dari option adalah alternatif jawaban atau kemungkinan jawaban yang harus dipilih. Dengan demikian arti dari kata option adalah kemungkinan jawaban yang disediakan pada butir soal (tes) tipe objektif bentuk pilihan ganda atau memasangkan untuk dipilih oleh peserta tes, sesuai dengan petunjuk yang diberikan.

Suatu option disebut efektif jika memenuhi fungsinya atau tujuan yang disajikan option tersebut tercapai. Hal ini berarti bahwa setiap option yang disajikan masing-masing mempunyai kemungkinan yang sama untuk dipilih, jika

testi menjawab soal itu dengan menerka-nerka (spekulalsi).

A.Untuk Option Kunci 1. Jumlah pemilih kelompok atas harus lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah, yaitu siswa yang pandai lebih banyak yang menjawab benar daripada siswa yang bodoh. 2. Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah lebih dari 0,25 tetapi tidak

lebih dari 0,75 dari seluruh siswa pada kelompok atas dan kelompok bawah. Jika jumlah tersebut kurang dari 0,25 berarti sebagian besar testi kelompok atas dan kelompok bawah menjawab salah untuk soal tersebut. Soal itu dikategorikan sukar atau terlalu sukar. Sebaliknya jika jumlah tersebut lebh dari 0,75 soal itu termasuk kategori mudah atau terlalu mudah.

A.Untuk Option Pengecoh 1. Jumlah pemilih kelompok atas lebih sedikit (kurang) daripada jumlah pemilih

kelompok bawah. Hal ini berarti untuk jawaban yang salah siswa yang bodoh lebih banyak yang memilih daripada siswa yang pandai. Idealnya siswa pandai tidak memilih jawaban yang salah dan siswa yang bodoh memilihnya. 2. Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah minimal sebanyak 0,25 dari seperdua jumlah option pengecoh kali jumlah kelompok atas dan kelompok bawah. 3. Jika peserta tes mengabaikan semua option (tidak memilih) disebut omit.

Option disebut efektif jika omit ini jumlahnya tidak lebih dari 10% jumlah siswa pada kelompok atas dan kelompok bawah.

SOAL NO. X

OPTION OMIT (o)

KELOMPOK

A

B

C

D

E

ATAS

2

6

0

7

4

1

BAWAH

9

3

0

2

4

2

Pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. 

Menghitung tingkat kesukaran soal bentuk objekif

Menggunakan rumus tingkat kesukaran (TK) : TK={(WL)/(nL+nH)}X100% Keterangan : WL

: jumlah peserta didik dari kelompok bawah/gagal

nL

: jumlah kelompok bawah

nH

: jumlah kelompok atas

Contoh :  33 orang peserta didik dites dengan 5 soal bentuk uraian. Skor maksimum

ditentukan 10 dan skor minimum 0. Jumlah peserta didik yang memperoleh nilai 05 = 10 orang (berarti gagal), nilai 6 = 12 orang, dan nilai 7 – 10 = 11 orang.

Jadi, tingkat kesukaran (TK) =10/33 X 100% =30,3% Tingkat kesukaran 30,3 berada diantara 28 dan 72, berarti soal tersebut termasuk sedang. Catatan : Batas lulus ideal = 6 (skala 0-10).

Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes itu bersifat praktis, mudah untuk pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang:  Mudah dilaksanakan  Ekonomis  Mudah memeriksanya  Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga tes dapat dilakukan

oleh siapa pun (tidak perlu diberikan oleh guru yang membuat tes tersebut).

Related Documents


More Documents from ""

April 2020 4
Cover.docx
November 2019 7
Bph.docx
November 2019 16
Metode Secant.xlsx
December 2019 71
April 2020 57