Pck Isu-isu Kontemporer Sosial Pkn.docx

  • Uploaded by: Muhammad Ilham S
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pck Isu-isu Kontemporer Sosial Pkn.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,328
  • Pages: 8
PCK ISU-ISU PEMBELAJARAN SOSIAL DAN PKN

TUGAS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah PCK Isu-Isu Kontenporer Pembelajaran

Oleh :

Nama

: Muhammad Ilham S

NIM

: 105060304618

Kelas

: Dikdas D 2018

Pendidikan Dasar Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Makassar 2019

PCK ISU-ISU PEMBELAJARAN SOSIAL DAN PKN A. Identifikasi Permasalahan Pembelajaran Pkn Di SD 1. Kurangnya kemampuan dalam menangkap kata kunci dalam Kompetensi Dasar . Dalam melakukan penelaahan terhadap KD selama ini penulis sendiri masih banyak kekeliruan. Akibatnya apa yang disampaikan menjadi salah sasaran. Kesalahan tersebut misalnya terjadi pada KD VI semester I. Kompetensi Dasar: 1.1 Mendeskripsikan nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara 1.2 Menceritakan secara singkat nilai kebersamaan dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara 1.3 Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dalam kehidupan sehari-hari

Karena kesalahan dalam menangkap esensi dari KD maka pembelajaran cenderung hanya mengarah pada pencapaian aspek kognitif. Seperti contoh KD di atas, selama ini penulis hanya menekankan pada bagaimana Proses Perumusan Pancasilanya saja (kognitif), sehingga ketika evaluasi pertanyaan yang muncul ya sekitar proses perumusan Pancasilanya, misalnya “siapa tokoh yang merumuskan, tanggal berapa, bagaimana bunyi rumusannya”. Kondisi semacam ini menyeababkan kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa justru terabaikan, misalnya bagaimana siswa mampu menghargai semangat para pejuang dalam merumuskan Pancasila, bagaimana menghargai perbedaan pendapat dalam suatu musyawarah, dan bagaimana meneladani nilai juang para tokoh yang oleh siswa dapat diaplikasikan dalam belajar. Dan ternyata ini juga terjadi pada tim penyusun soal Ujian tingkat Kabupaten. Padahal kata

1

kunci dari KD tersebut (Menghargai dan Nilai-Nilai Juang) maka pembelajaran akan menekankan pada aspek Afektif dan Perilaku siswa.

2. Praktek mengajar konvensional Pembelajaran PKn selama ini lebih banyak berlangsung dengan pendekatan konvensional. Selama pembelajaran guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab. Siswa hanya menjadi pendengar di dalam kelas, kemudian mengerjakan atau menjawab soal. Pembelajaran berlangsung monoton, dan guru menjadi satu-satunya sumber informasi. Selain itu, dalam pembelajaran jarang yang menggunakan media yang menunjang. Pembelajaran semacam ini jelas akan sangat membosankan dan tidak menarik.

3. Pembelajaran tidak realitas ( kontekstual) Materi PKn sebenarnya banyak yang bisa diajarkan sesuai realitas kehidupan siswa. Namun, dalam prakteknya karena sudah terbiasa mengajar dengan ceramah, akhirnya,semua materi disajikan dalam bentuk ceramah dan Tanya jawab. Akibatnya apa yang didapat siswa sekedar apa yang disampaikan oleh gurunya. Itupun kalau dapat terserap semua. Penulis ambil contoh tentang materi kelas I semester II.

Kompetensi Dasar:

4.1 Mengikuti tata tertib di rumah dan di sekolah 4.2 Melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakat

Materi ini sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan siswa. Jika materi ini kemudian disajikan dengan ceramah saja, maka yang terjadi kemudian kompetensi yang terdapat dalam Standar Kompetensi tersebut tidak akan tercapai. Tujuan pembelajaran lagi-lagi hanya mengarah pada pencapaian kemampuan kognitif.

2

Padahal materi ini menuntut adanya aplikasi, bukan sekedar teori atau penerapan, bukan hafalan.

4. Mengajar berdasarkan buku teks (Textbook centre) Buku teks selama ini menjadi pegangan wajib. Jika kita mengajar hanya mengandalkan buku teks saja (tanpa menggunakan RPP) maka arah dan sasaran pembelajaran menjadi tidak fokus.

B. Solusi Untuk Mengatasi Permasalahan Dalam Pembelajaran Pkn 1. Menangkap esensi atau kata kunci dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dengan benar. Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus dicapai oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan, oleh karena itulah maka kompetensi dasar merupakan penjabaran dari standar kompetensi (Sanjaya, 2008: 171) Prinsip-prinsip

yang

harus

diperhatikan

dalam

merumuskan

KD

diantaranya antara lain: 1. Meluas, artinya peserta didik memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan pengalaman tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai yang berkaitan pada saat pembelajaran berlangsung. 2. Seimbang, artinya dimana setiap peserta Kompetensi perlu dapat dicapai melalui alokasi waktu yang cukup untuk pembelajaran yang efektif. 3. Relevan, maksudnya adalah dimana setiap Kompetensi terkait dengan penyiapan peserta didik untuk meningkatkan mutu kehidupan melalui kesempatan pengalaman. 4. Perbedaan, merupakan upaya pelayanan individual dimana peserta didik perlu memahami apa yang perlu untuk dipelajari, bagaimana berfikir, bagaimana

3

berbuat untuk mengembangkan Kompetensi serta kebutuhan individu masingmasing. (Uno, 2010:37) Kesalahan dalam menangkap esensi dari KD akan sangat mempengaruhi penyusunan tujuan dan evaluasi. Kesalahan ini juga akan

berdampak pada

pencapaian kompetensi itu sendiri. Dalam menelaah KD kita harus mampu melihat dan membaca dengan cermat apa yang diinginkan dalam KD tersebut. Kalau kita sudah mampu menangkap kata kuncinya maka akan kita rumuskan indikator apa yang menunjukkan pencapaian kompetensi itu. Seperti contoh di depan, untuk Standar Kompetensi kelas VI semester I yaitu Menghargai nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara. Jika kita dapat menangkap kata kunci dalam SK ini maka penekananya bukan pada sejarah proses perumusan Pancasilanya, tetapi lebih menekankan bagaimana siswa mampu menghargai nilai-nilai juang para tokoh tersebut dan meneladaninya. Apa indikator dari “menghargai” dan “apa saja nilai-nilai juang” yang bisa dicontoh oleh siswa, misalnya tentang nilai kebersamaannya, semangatnya, menghargai perbedaan pendapat, dan lain-lain. Terkait dengan hal di atas, maka bentuk penilaiannya tidak harus dalam bentuk tes tertulis. Sehingga tidak akan terjadi lagi ketika evaluasi pertanyaan yang muncul ya sekitar proses perumusan Pancasilanya, misalnya “siapa tokoh yang merumuskan, tanggal berapa, bagaimana bunyi rumusannya”, yang semuanya hanya bersifat kognitif saja. Nilai-nilai afeksi yang sebenarnya menjadi arah dalam KD ini.

2. Mengajar dengan pendekatan Konstruktivisme Pengetahuan itu terbentuk bukan dari objek semata, akan tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang di amatinya. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar

4

akan tetapi dikontruksi dalam diri seseorang. Oleh sebab itu tidak bersifat statis akan

tetapi

bersifat

dinamis.

Tergantung

individu

yang

melihat

dan

mengkontruksinya (Sanjaya, 2005: 118). Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru (Budiningsih, 2005: 59). Melaksanakan pendekatan pembelajaran Konstruktivisme akan banyak memberikan kesempatan pada siswa untuk mengeksplor potensi yang ada dalam dirinya. Pendekatan ini juga akan memberikan ruang bagi siswa untuk mengkonstruk sendiri pengetahuannya, bukan diberi, sehingga belajar akan lebih bermakna bagi dirinya. Siswa akan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, bukan sekedar menjadi pendengar. Dengan menggunakan multi metode, multimedia, dan multi sumber, pembelajaran akan lebih menarik, menantang, dan bermakna bagi siswa. Pemilihan metode, media, dan sumber yang tepat juga akan sangat mempengaruhi keberhasilan dan kebermaknaan pembelajaran. Misalnya untuk mengajarkan materi tentang Menghargai nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara. Materi ini akan lebih tepat diajarkan dengan metode Bermain Peran atau menggunakan media Film dari pada ceramah. Atau untuk melatih kemampuan berpikr kritis, kita bisa menggunakan Peta Konsep, Belajar Berdasarkan Masalah, atau Problem Solving.

4. Belajar Berdasarkan Realitas Pendekatan realistik adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. Melalui aktivitas matematisasi horisontal dan vertikal diharapkan siswa dapat menemukan dan mengkonstruksi konsep-konsep matematika(Zainurie,2007).

5

Belajar akan bermakna bagi siswa jika apa yang dipelajari adalah apa yang bermanfaat bagi kehidupannya. Peristiwa atau fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar siswa bisa menjadi topik menarik untuk dipelajari. Dan ini akan dapat menumbuhkan kepedulian sosial siswa. Misalnya kasus “kenakalan remaja” yang sering terjadi bisa diangkat menjadi topik diskusi yang tepat untuk mengajarkan KD 4.3 Menentukan sikap terhadap

pengaruh

globalisasi

yang

terjadi

di

lingkungannya.

Dengan

mendiskusikan masalah ini siswa akan terlatih berpikir kritis terhadap fenomena yang terjadi dilingkunagnnya. Dengan kemampuan berpikirnya itulah diharapkan siswa akan mampu menghadapi segala persoalan yang dihadapi baik sekarang maupun bagi kehidupannya di masa yang akan datang. Semua bermula dari Realitas.

5. Mengajar harus memiliki persiapan (RPP) RPP memegang peranan penting bagi guru dalam mengajar. RPP bisa diibaratkan Kompas atau penunjuk arah bagi guru untuk menentukan ke mana pembelajaran akan dibawa. Jika seorang guru mengajar tanpa menggunakan RPP dan hanya mengandalkan buku teks, maka yang akan terjadi adalah proses belajar yang tidak terarah dan fokusnya tidak jelas, karena apa yang disampaikan guru hanya apa yang ada dalam buku teks tersebut. Segalanya perlu dipersiapkan.

6

DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, C.A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Sanjaya, Wina. 2008. kurikulum dan pembelajaran. Jakarta : kencana prenada media group. . 2005. Pembelajaran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi Jakarta: Kencana. Zainurie.2007.

Pembelajaran

Realistik

(online).

http://zainurie.wordpress.com

/2007/04/13/ pembelajaran realistik-rme.html, diakses pada tanggal 1 Februari 2019

7

Related Documents


More Documents from "Ovi Syafiatul Maula"