PRAKTEK COMPOUNDING DISPENSING “ANEMIA”
Dosen Pengampu : Mamik Ponco Rahayu, M.Si., Apt
Disusun oleh: Merlyna Fajar Pratiwi 1920374143
PROGRAM PROFESI APOTEKER ANGKATAN XXXVII UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2019
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anemia gizi defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering terjadi di dunia. Hasil Riskesdas 2013 menunjukan bahwa 22,7% remaja putri mengalami anemia gizi besi. Hal ini menunjukan bahwa anemia gizi besi pada remaja sampai saat ini masih menjadi permasalahan gizi di Indonesia karena persentasenya >20% ( Riskesdas, 2013 ; Minarto, 2011). Anemia gizi besi adalah keadaan di mana terjadi penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) yang ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, dan hitung eritrosit (red cell count)(Bakta IM, 2006). Gejala yang samar pada anemia ringan hingga sedang menyulitkan deteksi sehingga sering terlambat ditanggulangi. Keadaan ini berkaitan erat dengan meningkatnya risiko kematian pada anak. Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia gizi besi karena mempunyai kebutuhan zat besi yang tinggi untuk pertumbuhan dan peningkatan kehilangan akibat menstruasi. Penelitian menunjukan bahwa 27% anak perempuan usia 11-18 tahun tidak memenuhi kebutuhan zat besinya sedangkan anak laki-laki hanya 4%, hal ini menunjukan bahwa remaja putri lebih rawan untuk mengalami defisiensi zat gizi. Selain itu, remaja putri biasanya sangat memperhatikan bentuk tubuh, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanan dan banyak pantangan terhadap makanan. Bila asupan makanan kurang maka cadangan besi banyak yang dipecah untuk memenuhi kebutuhan. Keadaan seperti ini dapat mempercepat terjadinya anemia gizi besi (Webster, 2012). Anemia gizi besi dikalangan remaja jika tidak tertangani dengan baik akan berlanjut hingga dewasa dan berkontribusi besar terhadap angka kematian ibu, bayi lahir prematur, dan bayi dengan berat lahir rendah. Selain itu, anemia gizi besi dapat menyebabkan lekas lelah, konsentrasi belajar menurun
sehingga
prestasi
belajar
rendah
dan
dapat
menurunkan
produktivitas kerja (Spear, 2000). Remaja dalam masa pertumbuhan
membutuhkan energi, protein dan zat-zat gizi lainnya yang lebih banyak dibanding dengan kelompok umur lain. Pematangan seksual pada remaja menyebabkan kebutuhan zat besi meningkat. Akibat anemia sangat merugikan untuk masa mendatang, maka usaha pencegahan maupun perbaikan perlu di-lakukan. Untuk melakukan upaya pencegahan dan perbaikan yang optimum diperlukan informasi yang lengkap dan tepat tentang status gizi pada remaja, serta faktor yang mempengaruhinya. B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN Tujuan Makalah ini adalah untuk mengetahui : a. Untuk mengetahui pengertian amenia. b. Untuk mengetahui tanda dan gejala anemia. c. Untuk mengetahui terapi yang dapat diberikan pada penderita anemia.
BAB II PEMBAHASAN
1.
Pengertian Anemia Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani dan Haribowo, 2008). Anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau jumlah eritrosit per milimeter kubik lebih rendah dari normal (Dallman dan Mentzer, 2006) Menurut Ahmad Syafiq, dkk (2008) Anemia didefinisikan sebagai keadaan di mana level Hb rendah karena kondisi patologis. Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998) Anemia adalah suatu penyakit di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal.
2.
Faktor-Faktor Faktor-faktor yang berperan pada terjadinya defisiensi besi : a. Kebutuhan yang meningkat. Pertumbuhan cepat yaitu pada umur 1 tahun pertama dan masa remaja, pada saat itu berat badan bayi bertambah dengan cepat, dapat mencapai 6 kali lipat dari berat badan lahir. Pada remaja terjadi perubahan hormonal yang menyebabkan terjadinya menstruasi. b. Kurangnya besi yang diserap. Makanan bayi banyak yang tidak mengandung daging oleh karena itu sebagian besar zat besi dalam makanannya berbentuk non-heme sehingga absorpsinya sangat dipengaruhi factor dalam makanan. Pada anak kurang gizi didapatkan mukosa usus yang mengalami perubahan secara histologis dan fungsional sehingga terjadi sindrom malabsorpsi, enteritis dan atrofi vili usus, hal ini dapat mengganggu penyerapan besi. c. Infeksi. Infeksi mudah dan sering terjadi pada bayi dan anak, terutama di Negara sedang berkembang, misalnya infeksi kronis akibat tuberculosis, infeksi parasit, infeksi saluran nafas, diare dan lain sebagainya. Pada infeksi zat besi banyak digunakan oleh sistem
kekebalan tubuh yaitu pada aktivitas fagositik netrofil dan proliferasi sel limfosit. d. Pendarahan saluran cerna. Perdarahan saluran cerna pada anak paling sering disebabkan oleh infestasi cacing tambang atau parasit lain. Pada bayi pendarahan saluran cerna dapat disebabkan oleh alergi protein susu sapi, Diverticulum Meckel, duplikasi usus, teleangiektasi hemoragika dan polip usus. Faktor lain yang berperan pada terjadinya ADB adalah transfuse fero maternal, hemoglobinuria, dan iatrogenic bloodloss akibat pengambilan darah vena berulang-ulang. 3.
Tanda-tanda Anemia Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), tanda-tanda Anemia meliputi: a. Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L) b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan menjadi pucat. Menurut Handayani dan Haribowo (2008), gejala anemia dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu sebagai berikut: a.
Gejala Umum anemia Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis Anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah:
Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas
Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut tipis dan halus.
b.
Gejala Khas anemia menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai berikut:
Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.
Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
c.
Gejala Akibat Penyakit Dasar Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersebut. Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala seperti pembesaran parotis dan telapak tangan berwarna kuning seperti jerami.
Anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan gejala lainnya. Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tidak dijumpai pada anemia jenis lain, seperti : a. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang b. Glositis : iritasi lidah c. Keilosis : bibir pecah-pecah d. Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok. 4.
Penyebab Anemia Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi, untuk menunjang penampilan seperti biasanya ingin
tampil langsing, sehingga membatasi asupan makanan. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khusunya melalui feses (tinja). Remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat besi ±1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria. Menurut Handayani dan Haribowo (2008), pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut ini: a. Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah kejaringan. b. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap Anemia. Anemia Gizi Besi dapat terjadi karena: a. Kandungan zat besi dari makanan yang di konsumsi tidak mencukupi kebutuhan: 1) Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah: makanan yang berasal dari hewani (seperti ikan, daging, hati, ayam). 2) Makanan nabati (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya sayuran hijau tua, yang walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus. b. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi 1) Pada masa pertumbuhan seperti anak-anak dan remaja, kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat tajam. 2) Pada masa hamil kebutuhan zat besi meningkat karena zat besi diperlukan untuk pertumbuhan janin serta untuk kebutuhan ibu sendiri. 3) Pada penderita menahun seperti TBC. c. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh. Perdarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan anemia. Hal ini terjadi pada penderita: 1) Kecacingan (terutama cacing tambang), infeksi cacing tambang menyebabkan perdarahan pada dinding usus, meskipun
sedikit
tetapi
terjadi
terus
mengakibatkan hilangnya darah atau zat besi.
menerus
yang
2) Malaria pada penderita Anemia Gizi Besi, dapat memperberat keadaan anemianya. 3) Kehilangan darah pada waktu haid berarti mengeluarkan zat besi yang ada dalam darah. 5.
Dampak anemia Dampak anemia pada remaja putri adalah: a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar. b. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal. c. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati. d. Mengakibatkan muka pucat.
6.
Pencegahan anemia Pencegahan anemia menurut Tarwoto, dkk (2010), upaya-upaya untuk mencegah anemia, antara lain sebagai berikut: a. Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan, ayam, hati, dan telur); dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua, kacang-kacangan, dan tempe). b. Banyak makan makanan sumber vitamin c yang bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya: jambu, jeruk, tomat, dan nanas. c. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat mengalami haid. d. Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasikan ke dokter untuk dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan. Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), mencegah anemia dengan: a. Makan-makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe). b. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk
dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. c. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah (TTD) Menurut Lubis (2008) dalam referensi kesehatan.html, tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara lain: a. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang cukup secara rutin pada usia remaja. b. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas, makanan laut disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam askorbat) untuk meningkatkan absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi minum kopi, teh, teh es, minuman ringan yang mengandung karbonat dan minum susu pada saat makan. c. Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di daerah dengan prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis 1 mg/KgBB/hari. d. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung karbonat, multivitamin yang mengandung phosphate dan kalsium. e. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan pilihan untuk skrining anemia defisiensi besi. Menurut De Maeyer (1995) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010), pencegahan adanya anemia defisiensi zat besi dapat dilakukan dengan tiga pendekatan dasar yaitu sebagai berikut: a. Memperkaya makanan pokok dengan zat besi, seperti: hati, sayuran berwarna hijau dan kacang-kacangan. Zat besi dapat membantu pembentukan hemoglobin (sel darah merah) yang baru. b. Pemberian suplemen zat besi. Pada saat ini pemerintah mempunyai Program Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) pada remaja putri, untuk mencegah dan menanggulangi masalah Anemia gizi besi melalui suplementasi zat besi
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan sehat. Kehadiran makanan siap saji (fast food) dapat mempengaruhi pola makan remaja. Makanan siap saji umumnya rendah zat besi, kalsium, riboflavin, vitamin A, dan asam folat. Makanan siap saji mengandung lemak jenuh, kolesterol dan natrium yang tinggi. 7.
Pengobatan Anemia Menurut Handayani dan Haribowo (2008), pada setiap kasus anemia perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut ini: a. Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan. b. Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efisien. Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah: a. Terapi gawat darurat Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah jantung, maka harus segera diberikan terapi darurat dengan transfusi sel darah merah yang dimampatkan (PRC) untuk mencegah perburukan payah jantung tersebut. b. Terapi khas untuk masing-masing anemia Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai, misalnya preparat besi untuk anemia defisiensi besi. c. Terapi kausal Terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Misalnya, anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang harus diberikan obat anticacing tambang. d. Terapi ex-juvantivus (empiris) Terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat dipastikan, jika terapi ini berhasil, berarti diagnosis dapat dikuatkan. Terapi hanya dilakukan jika tidak tersedia fasilitas diagnosis yang mencukupi. Pada pemberian terapi jenis ini, penderita harus diawasi dengan ketat. Jika terdapat respons yang baik, terapi diteruskan, tetapi jika tidak terdapat respons, maka harus dilakukan evaluasi kembali.
Setelah diagnosis ditegakan maka dibuat rencana pemberian terapi, terapi terhadap anemia difesiensi besi dapat berupa: a. Terapi kausal: tergantung penyebabnya, misalnya, pengobatan cacing tambang, pengobatan hemoroid, pengobatan menoragia. Terapi kausal harus dilakukan, kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali. b. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh 1) Besi per oral merupakan obat pilihan pertama karena efektif, murah, dan aman. preparat yang tersedia, yaitu:
Ferrous sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan pertama (murah dan efektif). Dosis: 3 x 200 mg.
Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous succinate, harga lebih mahal, tetepi efektivitas dan efek samping hampir sama. Nama Indikasi Kandungan
Dosis ES
Nama Indikasi
Kandungan Dosis KI Nama Kandungan
Indikasi Dosis KI ES
: Sangobion : Anemia defisiensi besi dan Anemia megaloblastik : ferrous gluconate 250 mg, manganese sulfate 0,2 mg, copper sulfate 0,2 mg, vitamin C 50 mg, asam folat 1 mg, vitamin B12 7,15 mcg, dan sorbitol 25 mg. : Dewasa 1-2 kapsul/ hari. : Warna feses kehitaman, Mual,Konstipasi Iritasi pada saluran cerna, Nyeri epigastrik
:Anelat :Suplemen asam folat pada ibu hamil dan pada kondisi anemia : Asam Folat 1000 mcg : 1 x sehari 1 kaplet : Hipersensitivitas : Etabion Tablet : Fero glukonat, vitamin C, asam folta, vitamin B12,Vitamin D cupri sulfat dan mangan sulfat : Membantu mengatasi anemia, Menjaga kesehatan janin dalam kandungan, :dewasa: 2 kapsul per hari : Hipersensitivitas : Tidak nyaman pada pencernaan, Diare, Konstipasi, feses berwarna hitam
2) Besi parenteral Efek samping lebih berbahaya, serta harganya lebih mahal. Indikasi, yaitu : Intoleransi oral berat Kepatuhan berobat Kolitis ulserativa Perlu peningkatan Hb secara cepat (misal preoperasi, hamil trimester akhir). Penatalaksanaan yang juga dapat dilakukan: a.
Mengatasi
penyebab
perdarahan
kronik,
misalnya
pada
preparat
besi
ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. b.
Pemberian
preparat
Fe
:
Pemberian
(ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan. Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal. c.
Suportif : Makanan gizi seimbang terutama yang megandung kadar besi tinggi yang bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan).
Screening diperlukan untuk mengidentifikasi kelompok wanita yang harus diobati dalam mengurangi mordibitas anemia. CDC menyarankan agar remaja putri dan wanita dewasa yang tidak hamil harus di-screening tiap 510 tahun melalui uji kesehatan, meskipun tidak ada faktor risiko anemia seperti perdarahan, rendahnya intake Fe, dan sebagainya. Namun, jika disertai adanya faktor risiko anemia, maka screening harus dilakukan secara tahunan. Penderita anemia harus mengkonsumsi 60-120 mg Fe per hari dan meningkatkan asupan makanan sumber Fe. Satu bulan kemudian harus dilakukan screening ulang. Bila hasilnya menunjukkan peningkatan konsentrasi Hb minimal 1 g/dl atau hematokrit minimal 3%, pengobatan harus diteruskan sampai tiga bulan.
BAB III KASUS Seorang remaja perempuan umur 20 tahun pergi ke apotek dan ingin ketemu seorang apoteker. Remaja tersebut mengeluh bila menstruasi sering mengeluarkan darah yang banyak sehingga mata berkunang-kunang terutama dari waktu jongkok trus berdiri. Kepala pusing tersebut minta diberi obat yang bisa dibeli tanpa resep dokter. Dialog : P
: Pasien
A
: Apoteker
(Pagi hari seorang wanita berusia 20 tahun datang ke apotik AM Farma dengan keluhan). A
: Selamat pagi mbak, Silahkan duduk. Perkenalkan saya Merlyna. Apoteker yang bertugas apotik ini. Ada yang bisa saya bantu ?
P
: Begini mba saya mau konsultasi bisa?
A
: Bisa mbak, sebelumnya kalau boleh tau namanya siapa ya mbak, umur dan alamat dan nomor hp nya?
P
: Nama saya Selly, umur saya 20 tahun alamat Mojosongo RT 1 RW 3, nomor hp 081xxxxxxx.
A
: Kalau boleh tau keluhannya apa ya mbak ?
P
: Begini mbak keluhan saya itu waktu menstruasi itu darah yang saya keluarkan banyak trus mata saya berkunag-kunang terutama waktu jongkok trus berdiri, kepala saya juga pusing rasanya. Ada tidak ya mbak obatnya untuk saya?
A
: Sebelumnya apa mbak selalu mengalami seperti ini kalau baru mens?
P
: iya mbak kalau darahnya banyak aja kalau biasa ya gak ngerasain begini.
A
: Sudah berapa lama gejalanya di rasakan ?
P
: Saya rasa mulai terasa itu hari ke 2 mens mbk.
A
: Sudah minum obat apa ya mbak sebelumnya ?
P
: Belum ada sih mbak.
A
: Punya alergi obat atau makanan apa gitu ?
P
: Tidak ada mbak.
A
: Baik bu tunggu sebentar ya mbak, saya ambilkan dulu obatnya
P
: oh iya mbak
A
: ini mbak, saya ada pilihan untuk tambah darahnya Sangobion, Etabion, sama Anelat. Beda harga aja mbak Sangobion ini 1 stripnya 15.000, kalau Etabion 1 stripnya 7000, kalau Anelat 1 stripnya 5000. Mbak mau pilih yang mana?
P
: Saya pilih Sangobion aja yang terkenal.
A
: Baik mbak, saya jelaskan aturan pakainnya ya untuk sangobion ini obat tambah darah kemungkinan karena mbak Selly banyak keluarin darah waktu mens ini maka dari itu pasti banyak darah yang hilang dari tubuh, sehingga perlu tambahan suplemen vitamin tambah darah ini. Ini nanti idminum 1 x sehari 1 tablet sesudah makan ya mbak. Lalu saya beri Farsifen tablet di minum 3x sehari 1 tablet sesudah makan juga ini untuk meringankan sakit kepalanya nanti kalau sudah gak pusing lagi dihentikan aja penggunaanya tapi jika menggunakan sangobion lalu tidak pusing lagi ya tidak usah di minum.
P
: oh begitu yah mbak, ini ada efek sampingnya gak ya mbak?
A
: kalau untuk Sangobionnya yang biasa terjadi itu feses atau BAB nya nanti bewarnya hitam tetapi tidak apa-apa ini umum terjadi dan jarang juga terjadi. Kalau ibu profennya sendiri iritasi lambung ya mbk tetapi jarang terjadi juga.
P
: Baik mbak
A
: Dirumah ada kotak obat mbak?
P
: iya mbak ada.
A
: Kalau gitu obatnya dapat disimpan dikotak obat yah mbak dan jauhkan dari jangkauan anak-anak dan sinar matahari langsung, apa ada yang ingin ditanyakan lagi mbak?
P
: tidak ada mbak
A
: baik kalau tidak ada untuk meyakinkan saya bahwa mbak Selly paham dengan penjelasan tadi, saya minta tolong mengulangi ya biar tidak terjadi kesalahpahaman
P
: iya mbak, ini saya dapet 2 obat Sangobion ini minumnya sehari cukup 1 tablet, sama ini Farsifen untuk pusing saya ya minumnya 3 x sehari 1 tablet tapi nanti kalau sudah tidak pusing bisa dihentikan penggunaanya atau kalau pakai sangobion aja gak pusing gak perlu diminum. Obatnya nanti disimpan di kotak obat, terhindar dari sinar matahari langsung sama dijauhkan dari jangkauan anak-anak.
A
: iya mbak benar sekali, apa ada yang mau ditanyakan lagi?
P
: tidak mbak, terima kasih sarannya. Ini totalnya berapa ya?
A
: oh iya bu, totalnya 22.000,- nanti dapat di bayar di kasir depan dan obatya akan saya bawa ke sana. Apa ada yang mau ditanyakan lagi?
P
: sudah cukup mbk
A
: kalau tidak ada lagi pertanyaan dan ini ada kartu nama saya kalau ada yang mau di tanyakan lagi bisa hubungi nomor di situ, terimakasih atas waktunya, semoga cepat sembuh ya mbak.
P
: iya mbak terimakasih
DOKUMENTASI SWAMEDIKASI Nama Pasien
Nn. Selly
Jenis Kelamin
Perempuan
Usia Alamat Tanggal pasien datang Keluhan pasien
20 tahun Mojosongo Rt 1 rw 3 19 Maret 2019 Menstruasi banyak mata berkunang-kunang terutama saat jongkok lalu berdiri, kepala pusing
Riwayat alergi
Tidak ada
Pasien pernah datang
Ya/tidak*)
*coret salah satu
sebelumnya : Obat yang diberikan : Nama Obat
Dosis
Cara
No Batch
Tanggal ED
R1267740
September 2021
80908
Agustus 2020
pemakasian 1x sehari 1 kapsul
Sangobion Kapsul
saat atau sesudah makan
Farsifen tab (ibu profen)
200mg
3 x sehari 1 tablet bila perlu
Surakarta, 19 Maret 2019 APOTEK
AM FARMA (Merlyna Fajar Pratiwi, S.Farm., Apt) 201920334