Pbl_blok_22_stellon_salim.docx

  • Uploaded by: Raditya Karuna
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pbl_blok_22_stellon_salim.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,156
  • Pages: 19
Meningitis disebabkan Bakteri Mycobacterium Tuberculosis Stellon Salim 102013122 [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. (021) 56942061 Abstrak Meningitis tuberkulosis merupakan salah satu manifestasi klinis TB di luar paru, yaitu di susunan saraf pusat (SSP). Kematian penderita ini disebabkan oleh keterlambatan diagnosis dan penanganannya, sehingga sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan. Diagnosis pasti meningitis tuberkulosis ditetapkan berdasarkan ditemukannya M. tuberculosis dalam cairan serebrospinal (CSS), melalui biakan, walaupun hasil periksan baru akan didapat setelah 6-8 minggu, walaupun dalam hal ini penderita perlu mendapat penanganan yang cepat dan tepat. Sampai saat ini biakan merupakan baku emas untuk diagnosis meningitis tuberkulosis. Saat ini terdapat pemeriksaan yang tepat dan cepat untuk memperkuat diagnosis meningitis tuberkulosis, yaitu pemeriksaan Imunoglobulin (Ig) M dan G dengan bahan periksaan serum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari kesahihan (validitas) dan kesesuaian pemeriksaan IgM dan G dengan biakannya. Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Klinik-RS Hasan Sadikin Bandung, mulai bulan Oktober 2008 sampai bulan Januari 2009. Penelitian dilakukan secara amatan dengan rancangan kajian kerat Iintang. Sampel yang didapat sebanyak 80 orang termasuk di dalamnya yang berpatokan kesertaan (kriteria inklusi), yaitu pendetita yang terduga meningitis tuberkulosis. Dari hasil meneliti didapatkan kepekaan 94,1%, kekhasan 100%, nilai peramalan positif 100%, nilai peramalan negatif 95,8%, angka banding kemiripan/likelihood ratio (LHR) positif tidak terhingga, LHR negatif 0,06; kappa 0,95. Pemeriksaan IgM/IgG TB merupakan alat yang mempunyai kesahihan dan kesesuaian yang sangat baik untuk masa depan. Kata Kunci: Meningitis tuberkulosis, cairan serebrospinal

1

Abstrack Tuberculosis meningitis is one of the clinical manifestations of extra-pulmonary TB, which is localized in the central nervous system(CNS). The mortality of these patients is usually caused by the delays in diagnosis and treatment; hence up to this day tuberculosis meningitis remains a health problem. The diagnosis of tuberculosis meningitis based on the discovery of M.tuberculosis established in the cerebrospinal fluid (CSF) and is the gold standard by culture, although the examination results will be obtained after 6-8 weeks. Nevertheless the patient in this case needs an immediate and accurate treatment. Recently there is a rapid and accurate test to cofirm the diagnosis of tuberculosis meningitis, that is the detection of an immunoglobulin (lg) M and G in the serum. The aim of this study is to know the validity and the correlation of IgG and IgM test to the gold standard by investigated them. The research is an observational study conducted cross sectional in the Clinical Pathology Department of Hasan Sadikin Hospital, from October 2008 up to January 2009. Eighty samples were obtained, which included the criteria for patients with suspected tuberculosis meningitis. The result of this study shows: sensitivity 94.1%, specificity 100%, positive predictive value 100%, negative predictive value 95.8%, positive infinite likelihoodcratio (LHR), negative LHR 0.06 and kappa 0.95. According to this study it can be concluded, that the IgM/lgG TB is a test that has an excellent validity and correlation for the future. Key words: Tuberculosis meningitis, liquor cerebrospinal fluid Pendahuluan Meningitis tuberculosis termasuk salah satu tuberculosis ekstrapulmoner dan merupakan penyakit infeksi susunan saraf pusat (SSP) kronik dari fokus primer paru. Meningitis tuberculosis merupakan meningitis yang paling banyak ditemukan tetapi paling sedikit menyebabkan kematian. Dibandingkan dengan meningitis bakterialis akut, perjalanan penyakit meningitis TBC lebih lama dan perubahan atau kelainan dalam cairan serebro spinalis (CSS) tidak begitu hebat.1 Meningitis tuberculosis adalah radang selaput otak akibat komplikasi tuberculosis primer.

Secara

histologis

meningitis

tuberculosis

merupakan

meningoensefalitis

(tuberculosis) dengan invasi ke selaput dan jaringan susunan saraf pusat.2 Didalam makalah ini akan dibahas seputar meningitis dimulai dari cara menganamesa, pemeriksaan fisik dan penunjang sampai cara penanganan meningitis tuberculosis dengan baik.3-5 2

Anamnesa 1. Identitas pasien: menanyakan seputar diri pasien yaitu nama lengkap, alamat, umur serta pekerjaannya.1-2 2. Keluhan yang dialami pasien:1-2 a. Menanyakan seputar keluhan utama: i. Nyeri kepala: 

P (pemacu) : faktor yg mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri



Q (quality):seperti apa-> tajam, tumpul, atau tersayat



R (region) : daerah perjalanan nyeri



S (severity/skala nyeri) : keparahan / intensitas nyeri



T (time) : lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri

ii. Penglihatan: lama serangan, faktor yang mempengaruhi b. Menanyakan seputar keluhan tambahan: i. Gejala peningkatan intrakranial (muntah, sakit kepala, kejang) ii. Riwayat demam 3. Riwayat penyakit dahulu:1-2 a. Riwayat penyakit infeksi. Cth: batuk, pilek b. Riwayat hipertensi c. Riwayat diabetes melitus 4. Riwayat penyakit keluarga:1-2 a. Riwayat penyakit infeksi b. Riwayat hipertensi c. Riwayat diabetes melitus 5. Riwayat pengobatan:1-2 a. Pengobatan terhadap keluhan utama b. Pengobatan terhadap penyakit menahun c. Alergi terhadap obat tertentu 6. Riwayat sosial:1-2 a. Stres yang berlebih b. Riwayat terpapar panas/ matahari berlebih c. Kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol berlebih

3

Pemeriksaan Fisik 1.

Secara keseluruhan dilakukan pengamatan terdapat pasien dan dinilai bagaimana keadaan pasien secara umum.1-2 a.

Keadaan umum: tampak sakit sedang

b.

Kesadaran: compos mentis i. Compos mentis: sadar terhadap diri dan lingkungan. ii. Delirium: gaduh-gelisah, kacau, disorientas iii. Somnolen: mengantuk, mudah dibangunkan, mampu menjawab verbal, menangkis nyeri iv. Sopor: dapat dibangunkan dengan rangsang kuat, kemudian kesadaran turun lagi. v. Koma: tidak ada gerakan spontan, tak ada jawab terhadap rangsang nyeri kuat. vi. Note: dapat dilihat dengan skala koma glasgow dengan cara menilai kemampuan pasien membuka mata, respon verbal dan respon motorik.

c.

Tanda-tanda vital: i. Tekanan darah

:-

ii. Nadi

:-

iii. Frekuensi pernapasan : iv. Temperatur

: 37,8 C

2.

Inspeksi

: sesuai dengan gejala terkait

3.

Palpasi

: sesuai dengan gejala terkait

4.

Perkusi

: sesuai dengan gejala terkait

5.

Auskultasi: sesuai dengan gejala terkait

6.

Tanda rangsang meningeal: merupakan pemeriksaan yang bertujuan membuktikan apakah seorang pasien terdapat radang selaput otak (meningitis) atau beda asing di subarachnoid (contoh: pendarahan pada ruang subarachnoid).2 Pemeriksaan ransangan meningeal terdiri atas:2 i. Kaku kuduk - Caranya: Tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang baring. Kepala ditekuk (fleksi), usahakan agar dagu menyentuh dada. - Interpretasi: kaku kuduk (+) bila terasa ada tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada. 4

- Kaku Kuduk (+) dijumpai pada meningitis, miositis otot kuduk, abses retrofaringeal, arthritis di servikal. ii. Tes lasegue - Caranya: Pasien yang sedang baring diluruskan (ekstensi) kedua tungkainya. Kemudian satu tungkai diangkat lurus. Tungkai satunya lagi dalam keadaan lurus (tidak bergerak)

Gambar 1. Tes Lasegue - Interpretasi: Tanda lasegue (+) bila sakit / tahanan timbul pada sudut < 70° (dewasa) dan < 60° (lansia) - Tanda Lasegue (+) dijumpai pada meningitis, isialgia, iritasi pleksus lumbosakral (ex.HNP lumbosakralis) iii. Tanda kernig - Caranya: Penderita baring, salah satu pahanya difleksikan sampai membuat sudut 90°. Lalu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut. Biasanya ekstensi dilakukan sampai membentuk sudut 135°

Gambar 2. Tes Kernig - Interpretasi: Tanda Kernig Sign (KS) (+) bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum mencaai sudut 135° - Kernig Sign (+) dijumpai pada penyakit – penyakit seperti yang terdapat pada tanda lasegue (+) iv. Brudzinski (I, II, III, IV) [Hasil: brudzinski I dan II +] Brudzinski I (Brudzinski’s Neck Sign) - Caranya: Tangan ditempatkan di bawah kepala yang sedang baring. Kita tekuk kepala (fleksi) sampai dagu mencapai dada. Tangan yang satu lagi sebaiknya ditempatkan di dada pasien untuk mencegah diangkatnya badan.

Gambar 3 . Tes Brudzinski I - Interpretasi: Tanda brudzinski I (+) bila terdapat fleksi pada kedua tungkai Brudzinski II (Brudzinski’s Contra-Lateral Leg Sign)

5

Caranya: Pada pasien yang sedang baring, satu tungkai di fleksikan pada persendian panggul, sedang tungkai yang satunya lagi berada dalam keadaan ekstensi (lurus).

Gambar 4. Tes Brudzinski II Interpretasi: Tanda Brudzinski II (+) bila tungkai yang satunya ikut pula terfleksi. Brudzinski III Caranya: Tekan os zigomaticum Interpretasi: Tanda Brudzinski III (+) bila terjadi fleksi involunter ekstremitas superior (lengan tangan fleksi) Brudzinski IV Caranya: Tekan simfisis ossis pubis (SOP) Interpretasi: Tanda Brudzinski IV (+) bila terjadi fleksi involunter ekstremitas inferior (kaki) 7.

Pemeriksaan saraf kranialis: ditemukan parese (suatu kondisi yang ditandai oleh lemahnya gerak badan, atau hilangnya sebagian gerakan badan atau adanya gangguan gerakan).

8.

Pemeriksaan motorik : tidak ada hasil

9.

Pemeriksaan sensorik : tidak ada hasil

10. Koordinasi

: tidak ada hasil

11. Status mental/ kognitif: tidak ada hasil

6

Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.3 Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter pemeriksaan, yaitu:3 1. Hemoglobin 2.

Hematokrit

3.

Leukosit (White Blood Cell / WBC)

4.

Trombosit (platelet)

5.

Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)

6.

Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)

7.

Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)

8.

Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)

9.

Platelet Disribution Width (PDW)

10. Red Cell Distribution Width (RDW) Hasil pemeriksaan:3 1. 2. 3. 4.

Hb : 12 gr/dL Ht : 38% Leukosit : 12000 sel/ ul Trombosit: 242000 sel/ul

2. Pemeriksaan LCS adalah pemeriksaan dengan cara mengambilan cairan otak lalu diperiksa kadar zat yang diinginkan di LCS tersebut. Cara pengambilan dilakukan dengan cara punksi lumbal di L3/4 pada orang dewasa dan L4/L5 pada bayi. LCS diambil maksimum 5 ml.3 Pada skenario: 1. Warna : jernih 2. Dominan : sel mononuklear 3. Protein : ↑ 4. Glukosa : ↓↓ 5. Leukosit : 187 / uL

7

3. Pemeriksaan Foto Thorax:1 Pada skenario: terdapat gambaran kesuraman di apex pulmo sinistra.

Gambar 5. Foto Torax Tuberculosis1 4. Pemeriksaan CT scan dan MRI: Pemeriksaan CT-scan dengan kontras ditemukan penebalan meningen di daerah basal, infark, hidrosefalus, lesi granulomatosa. Pemeriksaan MRI lebih sensitive dari CT-scan, tetapi spesifitas juga masih terbatas.1

8

Manifestasi Klinis Gejala klinis meningitis TB berbeda untuk masing-masing penderita. Faktor-faktor yang bertanggung jawab terhadap gejala klinis erat kaitannya dengan perubahan patologi yang ditemukan. Tanda dan gejala klinis meningitis TB muncul perlahan-lahan dalam waktu beberapa minggu.4 Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun, tanda Kernig’s dan Brudzinsky positif.4 Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas.5 Gejala meningitis meliputi :4 

Gejala infeksi  Panas  Nafsu makan tidak ada  Lesu



Gejala kenaikan tekanan intracranial  Kesadaran menurun  Kejang-kejang



Gejala rangsangan meningeal  kaku kuduk  Kernig  Brudzinky I dan II positif

Gejala klinis meningitis tuberkulosa dapat dibagi dalam 3 stadium :5 Stadium I : Stadium awal 

Gejala prodromal non spesifik : demam, sakit kepala, pasien sadar penuh, tidak ada defisit neurologis. 9

Stadium II : Intermediate 

Gejala menjadi lebih jelas



Mengantuk, kejang,



Defisit neurologik fokal : hemiparesis, paresis saraf kranial(terutama N.III dan N.VII, gerakan involunter).



Hidrosefalus, papil edema

Stadium III : Advanced 

Penurunan kesadaran



Disfungsi batang otak, dekortikasi, deserebrasi

10

Diagnosa Kerja Diagnosa pada meningitis TB dapat dilakukan dengan beberapa cara :4 1. Anamnese : ditegakkan berdasarkan gejala klinis, riwayat kontak dengan penderita TB 2. Lumbal pungsi Gambaran LCS pada meningitis TB :4 

Warna jernih / xantokrom



Jumlah Sel meningkat MN > PMN



Limfositer



Protein meningkat



Glukosa menurun <50 % kadar glukosa darah

1. Pemeriksaan tambahan lainnya :3 

Tes Tuberkulin



Ziehl-Neelsen ( ZN )



PCR ( Polymerase Chain Reaction )

2. Rontgen thorax1 

TB apex paru



TB milier

3. CT scan otak1 

Penyengatan kontras ( enhancement ) di sisterna basalis



Tuberkuloma : massa nodular, massa ring-enhanced



Komplikasi

: hidrosefalus

4. MRI1 Diagnosis dapat ditegakkan secara cepat dengan PCR, ELISA dan aglutinasi Latex. Baku emas diagnosis meningitis TB adalah menemukan M. tb dalam kultur CSS. Namun pemeriksaan kultur CSS ini membutuhkan waktu yang lama dan memberikan hasil positif hanya pada kira-kira setengah dari penderita.

11

Diagnosa Banding LCS

Normal

Bakteri

Virus

TBC

Toxoplasma Jamur

Warna

Jernih

Keruh/Purulen

Jernih

Normal-

Jernih

Keruh

NormalKeruh

Ʃ Sel

<4

100-100.000

-

10-500

-

25-500

Sel

Limfosit

PMN

M

L/M

M

M

70-180



N

N/↑

N/↑↑

↑↑↑

<50

↑↑

N/sedikit ↑



Normal

↑↑

50-75

↓↓

N/↓

↓↓

N



Dominan Tekanan (mmH2O) Protein (mg/dl) Glukosa (mg/dl) Tabel 1. Diagnosis Banding Meningitis Tuberkulosis4-5

12

Etiologi Meningitis tuberculosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang merupakan meningitis kronis.1 Bakteri Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri patogen manusia yang sangat penting. Bakteri ini berbentuk batang aerob yang tidak membentuk spora. Mycobacterium tidak dapat diklasifikasikan menjadi gram-positif atau gram-negatif. Jika sudah terwarnai dengan bahan celup dasar, organisme ini tidak dapat diwarnai dengan alkohol, tanpa menghiraukan pengobatan iodin, Basil tuberkulosis sejati ditandai dengan “tahan asam”, yaitu 95% etil alkohol mengandung 3% asam hidroklorat dengan cepat menghilangkan warna semua bakteri kecuali mikobakterium. Sifat tahan asam ini tergantung pada integritas selubung yang terbuat dari lilin. Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen digunakan untuk mengidentifikasi bakteri tahan asam. Mycobacterium adalah aerob obligat yang mendapatkan energi dari oksidasi banyak komponen karbon sederhana. Peningkatan tekanan O2 mendukung pertumbuhan.1

13

Epidemiologi Menurut WHO (2003), diperkirakan 8 juta orang terjangkit TBC setiap tahun dan 2 juta meninggal. Pada tahun 1997, diperkirakan TBC menyebabkan kematian lebih dari 1 juta penduduk di negara-negara Asia. Riggs (1956) menyatakan bahwa antara 5-10% penderita TBC akan meninggal, dan 25% akan berlanjut menjadi infeksi. Meningitis TBC lebih sering pada anak terutama anak usia 0-4 tahun di daerah dengan prevalensi TBC tinggi. Sebaliknya di daerah dengan prevalensi TBC rendah, meningitis TBC lebih sering dijumpai pada orang dewasa.1 Di Amerika Serikat, meningitis TBC ditemukan pada 32% kasus meningitis dan menurun drastis kurang dari 8% dalam 25 tahun kemudian, sedangkan di India pada tahun yang sama 60% kasus terjadi pada anak usia 9 bulan – 5 tahun.1 Berdasarkan data di Departemen Neurologi RS Cipto Mangunkusumo, pasien yang dirawat di IRNA B, tahun 1996 terdapat 15 penderita dengan kasus meningitis dengan kematian 40%, tahun 1997, 13 kasus dengan kematian 50,85% dan tahun 1998 dengan kematian 46,15% dari 13 penderita. Di bagian Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit DR.M. Djamil Padang, selama tahun 2007 didapatkan kasus meningitis TBC sebanyak 9 penderita dan tahun 2007 dengan 7 orang penderita.1 Meningitis tuberkulosis merupakan meningitis yang paling sedikit menyebabkan kematian dan kecacatan. Dibandingkan dengan meningitis bakterialis akut, perjalanan penyakit meningitis TBC lebih lama dan perubahan atau kelainan dalam cairan serebrospinalis (CSS) tidak begitu hebat.1

14

Patofisiologi Meningitis tuberculosis selalu terjadi sekunder dari proses tuberculosis fokus primernya berada di luar otak. Fokus primer biasanya di paru-paru, tetapi bisa juga pada kelenjar getah bening, tulang, sinus nasalis, traktus gastrointestinal, ginjal, dan sebagainya.4

Gambar 6. Penyebaran meningitis TB dari paru ke otak.4 Terjadinya meningitis bukan karena peradangan langsung pada selaput otak secara hematogen, tetapi melalui pembentukan tuberkel-tuberkel kecil (beberapa millimeter sampai 1 sentimeter) berwarna putih, terdapat pada permukaan otak, sumsum tulang belakang. Tuberkel tersebut selanjutnya melunak, pecah dan masuk ke dalam ruang subaraknoid dan ventrikel sehingga terjadi peradangan difus.4 Penyebaran dapat pula terjadi secara perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan di daerah selaput otak seperti proses di nasofaring, pneumonia, endokarditis, otitis media, mastoiditis, thrombosis sinus kavernosus, atau spondilitis.4 Penyebaran kuman dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada piamater dan araknoid, CSS, ruang subaraknoid, dan ventrikel. Akibat reaksi radang ini maka akan terbentuk eksudat kental, serofibrinosa dan gelatinosa oleh kuman-kuman serta toksin yang mengandung sel-sel mononuclear, limfosit, sel plasma, makrofag, sel raksasa dan fibroblast. Eksudat ini tidak terbatas di dalam ruang subaraknoid saja tetapi terutama berkumpul di dasar tengkorak. Eksudat juga menyebar melalui pembuluh-pembuluh darah piamater dan menyerang jaringan otak di bawahnya sehingga proses sebenarnya adalah meningoensefalitis. Eksudat juga dapat menyumbat akuaduktus, fisura sylvii, foramen magendi, foramen luschka dengan akibatnya adalah terjadinya hidrosefalus, edema papil akibat terjadinya peningkatan tekanan intracranial. Kelainan ini juga terjadi pada pembuluhpembuluh darah yang berjalan di dalam ruang subaraknoid berupa kongesti, peradangan dan

15

penyumbatan sehingga selain arteritis dan flebitis juga mengakibatkan infark otak terutama pada bagian korteks, medulla oblongata, dan ganglia basalis.4

Skema patofisiologi meningitis tuberkulosa:4

BTA masuk tubuh ↓ Tersering melalui inhalasi Jarang pada kulit, saluran cerna ↓ Multiplikasi ↓ Infeksi paru / focus infeksi lain ↓ Membentuk tuberkel ↓ Penyebaran hematogen ↓ Meningens ↓ BTA tidak aktif / dormain

Bila daya tahan tubuh menurun ↓ Rupture tuberkel meningen ↓ Pelepasan BTA ke ruang subarachnoid ↓ MENINGITIS

16

Penatalaksanaan Menurut konsensus tatalaksana untuk infeksi TB di susunan saraf pusat adalah sama walaupun mengenai lokasi yang berbeda seperti meningens, jaringan otak atau bagian lain:5 o Sediaan OAT -

Rifampicin

: 10 mg/kgBB/hari po

-

Isoniazid

: 5 mg /kgBB/hari po

-

Pyrazinamid : 25 mg/kgBB/hari po

-

Ethambutol

-

Streptomycin : 20 mg/kgBB/hari im

: 20 mg/kgBB/hari po

o OAT Kombo -

Rimstar

:Rifampicin 150 mg, INH 75 mg, Pyrazinamid 400 mg

dan Ethambutol 275 -

Combipack

: Rifampicin 150 mg, INH 300 mg, Etambutol 750 mg

o Lama pemberian: 2R-H-Z-E / S+7-10 R-H-Z Deksametason pada Meningitis TB (Hanya direkomendasikan untuk pasien HIV Negatif):5 o Meningitis TB Grade I -

Minggu I

: 0,3 mg / kg BB/ hari i.v

-

Minggu II

: 0,2 mg / kg BB/ hari i.v

-

Minggu III-IV

: mulai 4 mg / hari po dan diturunkan 1mg/hari tiap

minggu o Meningitis TB Grade II / III -

Minggu I

: 0,4 mg / kg BB/ hari i.v

-

Minggu II

: 0.3 mg / kg BB/ hari i.v

-

Minggu III

: 0,2 mg / kg BB/ hari i.v

-

Minggu IV

: 0,1 mg / kg BB/ hari i.v

-

Minggu V-VIII

: mulai 4 mg/hari po dan diturunkan 1 mg/hari tiap minggu

17

Prognosis Prognosis meningitis tuberkulosa akan lebih baik bila didiagnosa dan diterapi seawal mungkin. Sekitar 15% penderita meningitis nonmeningococcal akan dijumpai gejala sisanya. Secara umumnya, penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik atau mental atau meninggal tergantung:6 o umur penderita. o Jenis kuman penyebab o Berat ringan infeksi o Lama sakit sebelum mendapat pengobatan o Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan o Adanya dan penanganan penyakit.

Kesimpulan Untuk meningitis tuberkulosa sendiri masih banyak ditemukan di Indonesia karena morbiditas tuberkulosis masih tinggi. Meningitis tuberkulosis terjadi sebagai akibat komplikasi penyebaran tuberkulosis primer, biasanya di paru. Terjadinya meningitis tuberkulosa bukanlah karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran hematogen, melainkan biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsung tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga arakhnoid. Meningitis tuberculosa adalah penyulit dari tuberkulosa yang mempunyai morbiditas dan mortalitas yang tinggi, bila tidak diobati. Oleh karena itu penyakit ini memerlukan diagnosa dini dan pemberian pengobatan yang cepat, tepat dan rasional.

18

Daftar Pustaka 1. Sudewi AAR, Sugianto P, Ritarwan K, editor. Infeksi pada sistem saraf. Surabaya: Airlangga University Press; 2011. 2. Andrew R, Gray D. Gejala dan Tanda Dalam Kedokteran Klinis. Jakarta: Indeks; 2010. 3. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Mikrobiologi kedokteran jawetz, melnick, dan adelberg. Edisi ke-23. Jakarta: EGC; 2008.h.325-7. 4. PERDOSSI. Hand Out Workshop Neuro-Infeksi. Jakarta: Pusat Penerbitan FK UI; 2011. 5. Brust JCM. Current diagnosis & treatment neurology. 2nd edition. New York: McGraw Hill; 2012. 6. SIADH, diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/246650-overview#a3, 28 Agustus 2015.

19

More Documents from "Raditya Karuna"