1. Memahami dan Menjelaskan Organ Limfoid 1.1 Makroskopis Organ limfoid primer : Organ limfoid primer terdiri dari sumsum tulang dan timus. Sumsum tulang merupakan jaringan yang kompleks tempat hematopoiesis dan depot lemak. Lemak merupakan 50 % atau lebih dari kompartemen rongga sumsum tulang, Sel hematopoietik yang diproduksi di sumsum tulang menembus dinding pembuluh darah dan masuk ke sirkulasi dan di distribusikan ke bagian tubuh. Sedangkan, timus diperlukan untuk pematangan, diferensiasi dan poliferasi sel T dan B sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen. 1. Timus Timus tumbuh terus hingga pubertas. Setelah mulai pubertas, timus akan mengalami involusi dan mengecil seiring umur kadang sampai tidak ditemukan. akan tetapi masih berfungsi untuk menghasilkan limfosit T yang baru dan darah. Mempunyai 2 buah lobus, mempunyai bagian cortex dan medulla, berbentuk segitiga, gepeng dan kemerahan. Timus mempunyai 2 batasan, yaitu :
Batasan anterior : manubrium sterni dan rawan costae IV Batasan atas : Regio colli inferior (trachea) Letak : Terdapat pada mediastinum superior, dorsal terhadap sternum. Dasar timus bersandar pada perikardium, ventral dari arteri pulmonalis, aorta, dan trakea. Batas anterior yaitu manubrium sterni, dan rawan costae IV. Batas Atas yaitu regio colli inferior (trachea). Perdarahan : Berasal dari arteri thymica cabang dari arteri thyroidea inferior dan mammaria interna. Kembali melalui vena thyroidea inferior dan vena mammaria interna. 2. Sumsum Tulang Terdapat pada sternum, vertebra, tulang iliaka, dan tulang iga. Sel stem hematopoetik akan membentuk sel-sel darah. Proliferasi dan diferensiasi dirangsang sitokin. Terdapat juga sel lemak, fibroblas dan sel plasma. Sel stem hematopoetik akan menjadi progenitor limfoid yang kemudian mejadi prolimfosit B dan menjadi prelimfosit B yang selanjutnya menjadi limfosit B dengan imunoglobulin D dan imunoglobulin M (B Cell Receptor ) yang 1
kemudian mengalami seleksi negatif sehingga menjadi sel B naive yang kemudian keluar dan mengikuti aliran darah menuju ke organ limfoid sekunder. Sel stem hematopoetik menjadi progenitor limfoid juga berubah menjadi prolimfosit T dan selanjutnya menjadi prelimfosit T yang akhirnya menuju timus.
2
Organ limfoid sekunder :
Organ limfoid sekunder merupakan tempat sel dendritik mempersentasikan antigen yang ditangkapnya di bagian lain tubuh ke sel T yang memacunya untuk proliferasi dan diferensiasi limfosit. 1. Limfonodus Terletak disekitar pembuluh darah yang berfungsi untuk memproduksi limfosit dan antibodi untuk mencegah penyebaran infeksi lanjutan, menyaring aliran limfatik sekurangkurangnya oleh satu nodus sebelum dikembalikan kedalam aliran darah melalui duktus torasikus, sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi lebih luas. Terdapat permukaan cembung dan bagian hillus (cekung) yang merupakan tempat masuknya pembuluh darah dan saluran limfe eferen yang membawa aliran limfe keluar dari limfonodus. Saluran afferen memasuki limfonodus pada daerah sepanjang permukaan cembung. Bentuk : Oval seperti kacang tanah atau kacang merah dengan pinggiran cekung (hillus) Ukuran : Sebesar kepala peniti atau buah kenari, dapat diraba pada daerah leher, axilla, dan inguinal dalam keadaan infeksi. 2. Lien
3
Merupakan organ limfoid yang terbesar, lunak, rapuh, vaskular berwarna kemerahan karena banyak mengandung darah dan berbentuk oval. Pembesaran limpa disebut dengan splenomegali. Pembesaran ini terdapat pada keaadan leukimia, cirrosis hepatis, dan anemia berat.
Letak : Regio hipochondrium sinistra intra peritoneal. Pada proyeksi costae 9, 10, dan 11. Setinggi vertebrae thoracalis 11-12. Batas anterior yaitu gaster, ren sinistra, dan flexura colli sinistra. Batas posterior yaitu diafragma, dan costae 9-12. Ukuran : Sebesar kepalan tangan masing-masing individu. Aliran darah : Aliran darah akan masuk kedaerah hillus lienalis yaitu arteri lienalis dan keluar melalui vena lienalis ke vena porta menuju hati. 3. Tonsil Tonsil termaksud salah satu dari organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila yaitu Tonsila Palatina, Tonsila Lingualis, Tonsila Pharyngealis. Ketiga tonsil tersebut membentuk cincin pada saluran limf yang dikenal dengan “Ring of Waldeyer” hal ini yang menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini terinfeksi dua tonsila yang lain juga ikut meradang.
Organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila, yaitu : Tonsila palatina Terletak pada dinding lateralis (kiri-kanan uvula) oropharynx dextra dan sinistra. Terletak dalam 1 lekukan yang dikenal sebagai fossa tonsilaris dengan dasar yang biasa disebut tonsil bed. Fossa tonsilaris dibatasi oleh dua otot melengkung membentuk arcus yaitu arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeus. 4
Tonsila lingualis Adalah susunan jaringan lymphoid dibawah mukosa 1/3 posterior lidah, tidak mempunyai papila yang menyebabkan permukaannya berbenjol-benjol tidak teratur. Lidah diperdarahi oleh arteri lingualis, ramus tonsilaris a. Facialis dan a. Pharyngea ascendens, vena-venanya bermuara ke vena jugularis interna. Tonsila pharyngealis Tonsila pharyngealis merupakan kelompok jaringan lymphoid dibawah epitel atap nasopharynx di dinding posteriornya. Perdarahan tonsilla pharyengealis diberikan oleh A. Maxillaris dan A.facialis. Vena-venanya sesuai dengan nama arterinya yang semuanya akan bermuara ke plexus venosus pharyngeal. Perdarahan : Aliran darah berasal dari arteri tonsillaris yang merupakan cabang dari arteri maxillaris externa (fascialis) dan arteri pharyngica ascendens lingualis.
1.2 Mikroskopis a. Pembuluh limfe. Secara mikroskopik, pembuluh limfe terlhat lebih tipis dindingnya dan lebih luas dan kosong lumennya dibandingkan pembuluh darah vena dan arteri. Walaupun berjalan bersamaan. Pembuluh limfe pada mikroskopik terlihat lebih tipis karena tidak mempunyai serat elastin yang banyak seperti pembuluh darah arteri yang memiliki dinding yang tebal.
5
b. Organ-organ limfoid. - Thymus thymus diliputi oleh jaringan ikat tipis (kapsula fibrosa) yang terdiri dari serat kolagen dan elsatin. Memiliki suatu simpai jringan ikat yang masuk ke dalam parenkim yang nantinya akan membagi thymus menjadi lobulus. Thymus terbagi menjadi 2 lobulus, yang didalamnya terdapat cortex dan medulla and no nodus lymphaticus. Pada bagian Cortex merupakan bagian perifir lobulus dan dipenuhi oleh limfosit T dan beberapa sel makrofag, dengan sel retikular yang tersebar. Pada bagian Medulla, mengandung sel retikular dan limfosit (jumlah sedikit), terdapat badan hassal tersusun dari sel retikular epitel gepeng konsentris yang mengalami degenerasi hialin dan mengandung granula keratohialin.
6
-
Limfonodus / nodus limfatikus Limfonodus berfungsi menyaring aliran limfe sebelum dicurahkan kedalam aliran darah melalui duktur thoracicus. Limfonodus dibagi daerah koteks dan sinusoid. Daerah Korteks dibagi menjadi 2 bagian: - Korteks luar Dibentuk dari jaringan limfoid yang terdapat satu jaringan sel retikular dan serat retikular yang dipenuhi oleh limfosit B. Terdapat struktur berbentuk sferis yang disebut nodulus limfatikus, dalam satu nodulus limfatikus terdapat corona (dibentuk dengan susunan sel yang padat) dan sentrum germinativum (dibentuk dari susunan sel yang longgar, dan merupakan tempat diferensiasi limfosti B menjadi sel plasma). Terdapat sinus subkapsularis atau sinus marginalis yang dibentuk oleh jaringan ikat longgar dari makrofag, sel retikular dan serat retikular. - Korteks dalam Merupakan kelanjutan dari korteks luar, terdapat juga nodulus limfatikus, dan mengandung limfosit T. Kalau daerah Medulla, terdapat korda medularis (genjel-genjel medula) yang merupakan perluasan korteks dalam yang berisi sel plasma hasil diferensiasi pada sentrum germinativum. Korda medularis dipisahkan oleh struktur seperti kapiler yang berdilatasi yang disebut sebagai sinus limfoid medularis yang mengandung cairan limfe.
7
- Lien Lien berwarna merah tua karena banyak mengandung darah. Lien dibungkus oleh kapsula fibrosa tebal, bercabang cabang ke dalam lien sebagai trabekula, keduanya merupakan jaringan ikat padat. Lien dibentuk oleh jaringan retikular yang mengandung sel limfoid, makrofag dan Antigen Presenting cell. Dibungkus oleh simpai jaringan ikat padat yang menjulur (trabekula) yang membagi parenkim atau pulpa lien menjadi kompartemen yang tidak sempurna, tidak terdapat pembuluh limfe, terdapat arteri dan vena trabekularis. Pulpa lien terbagi menjadi dua bagian yaitu : - Pulpa alba/putih Terdapat nodulus limfatikus (terdapat banyak limfosit B) dan arteri sentralis/folikularis yang dikelilingi oleh sel-sel limfoid terutama sel limfosit T dan membentuk selubung periarteri. Pulpa alba dan pula rubra dibatasi oleh 8
zona marginalis. Zona marginalis terdapat sinus dan jaringan ikat longgar dalam jumlah yang banyak. Sel limfosit (jumlah yang sedikit) dan makrofag aktif (jumlah yang banyak). Banyak terdapat antigen darah yang berperan dalam aktivitas imunologis limpa. - Pulpa rubra/merah Merupakan jaringan retikular dengan korda limpa (diantara sinusoid) yang terdiri dari sel dan serat retikular (makrofag, limfosit, sel plasma, eritrosit, trombosit, dan granulaosit). Fungsi limpa : - Pembentukan limfosit. Dibentuk dalam pulpa alba, menuju ke pulpa rubra dan masuk dalam aliran darah - Destruksi eritrosit. Oleh makrofag dalam korda pula merah - Pertahanan organisme. Oleh karena kandungan limfost T, limfosit B, dan Antigen Presenting cell
Tonsil - Tonsil lingualis Terdapat pada 1/3 bagian posterior lidah, tepat dibelakang papila sirkumvalata, bercampur dengan muskular skelet. Limfonodulus umumnya mempunyai germinal center yang umumnya terisi limfosit dan sel plasma. - Tonsil palatina Tonsila palatina tidak terdapat muskular dan pada kriptus banyak terdapat debris yang disebut benda liur. - Tonsila faringea atau adenoid
9
Terdapat pada permukaan medial dari dinding dorsal nasofaring. Epitel yang meliputi jaringan limfoid ini adalah epitel bertingkat torak bersilia.
Tonsil palatinea
Tonsila lingualis
(Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi diFiore. Edisi 11. Jakarta : EGC) 2. Memahami dan Menjelaskan Respom Imun 2.1 Definisi
2.2 Klasifikasi System imun dapat dibagi menjadi system alamiah atau nonspesifik/ natural/ innate/ native/ non adaptif dan didapat atau spesifik/ adaptif/ acquired.
10
Sumber: Imunologi Dasar FKUI 2.3 Mekanisme
Respon imun Non spesifik
11
-
-
-
Respon imun non spesifik memberikan imunitas alamiah terhadap mikroorganisme melalui fagisitosis dan pemusnahaan intraselular, pengarahan sel inflamasi lain dan penetrasi antigen. Leukosit yang berperan pada imunitas non spesifik berasal dari sel myeloid. Sel ini terdiri atas sel fagosit, neutrophil, monosit, makrofag jaringan, eosinophil, dan sel NK. Sel-sel tersebut merupakan sel pertahanan terhadap pathogen terbanyak. Neutrofil biasanya merupakan selmpertama yang masuk di jaringan rusak. Aktivasinya menimbulkan respiratory burst dan melepas granul untuk mengontrol pertumbuhan bakteri. Sel mononuclear dan makrofag makan organisme melalui mekanisme yang multiple yang dapat mengontrol dan mengahancurkannya dalam fagosom intraselular Sel NK adalah limfosit granular besar yang membunuh sel sasaran melalui ADCC atau lisis yang menggunakan mekanisme melalui fas atau perforin Natural Killer ikut mengalir bersama peredaran darah. Ketika terjadi viremia, virus akan melekat pada sel tersebut dan melakukan penetrasi genom. Pada saat inilah sel natural killer mendapatkan identitas gen mengenai virus. Sel ini selanjutnya akan mencari sel terinfeksi yang memiliki identitas yang sama seperti virus lalu membunuhnya dengan mengeluarkan toksin.
a. Pertahanan humoral: sistem imun nonspesifik menggunakan berbagai molekul larut, diantaranya adalah peptida antimikroba seperti defensin, katelisidin dan IFN dengan efek antiviral.
1. Komplemen - Komplemen dengan spektrum aktivitas yang luas diproduksi oleh hepatosit dan monosit serta langsung dapat diaktifkan oleh mikroba atau produknya. - Komplemen berperan sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai faktor kemotaktik, menimbulkan destruksi/lisis bakteri dan parasit. - Antibodi dengan bantuan komplemen dapat menghancurkan membran lapisan LPS dinding sel yang akhirnya berujung pada kematian mikroba. 2. Protein fase akut (PFA) - Selama fase akut infeksi, terjadi perubahan pada kadar protein dalam serum yang disebut APP. - Protein yang meningkat atau menurun selama fase akut disebut juga APRP yang berperan dalam pertahanan dini. Diinduksi oleh sinyal yang berasal dari tempat cedera atau infeksi melalui darah. Hati merupakan tempat sintesis APRP. 3. C-reactive protein (CRP) merupakan salah satu PFA, termasuk golongan protein yang kadarnya dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respon imunitas nonspesifik. Sebagai opsonin, CRP mengikat berbagai mikroorganisme. 4. Protein fase akut lainnya adalah α1-antitripsin, amilod serum A, haptoglobin, C9, factor B dan fibrinogen yang juga berperan pada peningkatan laju endap darah akibat infeksi, namun dibentuk jauh lebih lambat dari CRP. 5. Sitokin IL-1, IL-6, TNF-α disebut sitokin proinflamasi, merangsang hati untuk mensintesis dan melepas sejumlah protein plasma. b. Pertahanan selular: fagosit, sel NK, sel mast dan eosinofil berperan dalam sistem imun nonspesifik selular. Sel-sel tersebut dapat ditemukan di jaringan atau di dalam sirkulasi dan dapat mengenal produk mikroba esensial yang diperlukan untuk hidupnya. 12
Respon imun spesifik Aktivasi dari respon imun pada umumnya berawal dari masuknya patogen ke dalam tubuh. Kemudian makrofag akan mencerna(memakan), memproses, dan membuat fragmen antigen pada tubuh mereka. Makrofag dengan pengenalan fragmen pada tubuhnya disebut Antigent Presenting Cell (APC). Kemudian sel T helper akan mendeteksi fragmen tersebut dan membentuk interaksi dengan fragmen di permukaan APC. Saat proses interaksi, APC akan menegeluarkan sinyal kimia dalam bentuk Interleukin-1 yang merangsang sel T helper untuk melepas Interleukin-2. Zat kimia Interleukin ini akan merangsang proliferasi dari sel T efektor jenis sel T sitotoksin dan sel B. Respon imun dalam poin ini
a. Sistem imun spesifik humoral: yang berperan adalah limfosit B atau sel B yang berasal dari sel asal multipoten di sumsum tulang. Sel B yang dirangsang oleh benda asing akan berpoliferasi, berdefisiensi dan berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Antibodi yang dilepas ditemukan didalam serum, berfungsi untuk pertahanan terhadap infeksi ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralkan toksinnya. b. Sistem imun spesifik selular: yang berperan adalah limfosit T atau sel T yang dibentuk dalam sumsum tulang, tetapi poliferasi dan diferensiasinya terjadi di dalam kelenjar timus. Faktor timus disebut timosin yang dapat ditemukan dalam peredaran darah sebagai hormon asli dan dapat mempengaruhi diferensiasi sel T diperifer. Fungsi utama sistem imun spesifik selular adalah pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraselular,virus, jamur, parasit dan keganasan. (Karnen, Iris, 2012) 3. Memahami dan menjelaskan antigen 3.1 Definisi Antigen adalah bahan yang berinteraksi dengan produk respon imun yang diransang oleh immunogen spesifik seperti antibody dan atau TCR (T-Cell Reseptor) Sumber: imunologi dasar FKUI 3.2 Klasifikasi Antigen dapat dibagi menurut epitop (atau determinan antigen, yaitu bagian dari antigen yang dapat membuat kontak fisik dengan reseptor antibodi, menginduksi pembentukan antibodi yang dapat diikat dengan spesifik oleh bagian dari antibodi atau oleh reseptor antibodi), spesifisitas, ketergantungan terhadap sel T dan sifat kimiawi: No Epitop 1 Unideterminan, univalent 2
Unideterminan, multivalent
3
Multi determinan, univalent
4
Multideterminan, multivalen
Hanya satu jenis determinan/epitop pada stu molekul Hanya satu jenis determinan tetapi dua atau lebih determinan tersebut ditemukan pada satu molekul Banyak epitop yang bermacammacam tapi hanya satu dari setiap macamnya (protein mendominasi) Banyak macam determinan & banyak dari setiap macam pada satu 13
molekul (antigen berat molekul tinggi dan komleks secara kimiawi) No 1 2 3
Spesifisitas Heteroantigen Xenoantigen Aloantigen (isoantigen)
4 5
Antigen organ spesifik Autoantigen
No Ketergantungan terhadap sel T 1 T dependen
2
T independen
No 1
Sifat kimiawi Hidrat arang (polisakarida)
2
Lipid
3
Asam nukleat
Dimiliki banyak spesies Hanya dimiliki spesies tertentu Spesifik untuk individu dalam satu spesies Hanya dimilikinorgan tertentu Dimiliki alat tubuh sendiri
Perlu pengenalan oleh sel T terlebih dahulu untuk menimbulkan respons antibodi. Kebanyakan antigen protein yang termasuk golongan ini Merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk membentuk antibodi. Golongan ini kebanyakan berupa molekul besar polimerik yang dipecah dalam tubuh secara perlahan, misal polisakarida, ficoll, dekstran, levan dan flagelin polimerik bakteri
Umumnya imunogenik. Glikoprotein permukaan sel banyak mikroorganisme, menimbulkan respons imun terutama pembentukan antibodi. Contoh lainnya adalah respons imun yang ditimbulkan golongan darah ABO, sifat antigen dan spesifisitas imunnya berasal dari polisakarida pada permukaan sel darah merah Tidak imunogenik, tapi menjadi imunogenik bila diikat protein pembawa. Dianggap sebagai hapten, contohnya sfingolipid Tidak imunogenik, tapi dapat menjadi imunogenik bila diikat protein molekul pembawa. DNA heliksnya biasanya tidak 14
imunogenik. Imun terhadap DNA terjadi pada penderita LES 4
Protein
Kebanyakan imunogenik dan pada umumnya multideterminan dan univalent
15
Sumber: imunologi dasar FKUI 3.3 Fungsi a. Imunogenesitas dan antigenesitas Imunogenesitas adalah kemampuan untuk menginduksi respons imun humoral atau selular.Meskipun suatu bahan yang dapat menginduksi respons imun disebut antigen, tetapi lebih tepat disebut imunogen.Semua molekul dengan sifat imunogenesitas juga memiliki sifat antigenesitas, namun tidak demikian sebaliknya. b. Determinan antigen – Epitop dan paratop Limfosit mengenal tempat khusus pada makromolekul yang disebut epitop atau determinan antigen. Sel B dan T mengenal berbagai epitop pada molekul antigen yang sama. Epitop atau determinan antigen adalah bagian dari antigen yang dapat membuat kontak fisik dengan reseptor antibodi, menginduksi pembentukan antibodi yang dapat diikat dengan spesifik oleh bagian dari antibodi atau oleh reseptor antibodi.Paratop ialah bagian dari antibodi yang mengikat epitop atau TCR yang mengikat epitop pada antigen. c. Autoantibodi Disamping fungsinya sebagai antibodi, antibodi dapat juga berfungsi sebagai protein imunogen yang baik, dapat memacu produksi antibodi pada spesies lain atau autoantibodi pada pejamu sendiri. Autoantibodi terutama diproduksi terhadap IgM. 4. Memahami dan Menjelaskan Antibodi 4.1 Definsi Molekul immunoglobulin yang bereaksi dangan antigen spesifik yang menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang menyerupai antigen tersebut. Sumber: Kamus Saku Dorland Edisi 29 4.2 Klasifikasi Antibodi diklasifikasikan berdasarkan perbedaan dalam struktur kimia yang mengakibatkan perbedaan dalam sifat biologik maupun sifat fisika imunoglobulin : a. Imunoglobulin G - IgG merupakan komponen untama imunoglobulin serum. - ditemukan dalam berbagai cairan(darah, cairan serebrospinal dan urin) - dapat menembus plasenta masuk ke fetus dan berperan pada imunitas bayi sampai umur 6-9bulan - IgG dan komplemen bekerja saling memabantu sebagai opsonin pada pemusnahan antigen karena sel-sel fagosit, monosit dan makrofag mempunyai reseptor Fc dari IgG. Lalu selanjutnya dilanjutkan oleh reseptor untuk komplemen pada permukaan fagosit
16
-
b.
c.
d.
e.
IgG Juga berperan pada imunitas seluler melalui interaksi dengan sistem komplemen atau melalui efek sitolitik killer cell (Sel K), eusonofil, neutrofil yang semuanya mengandung reseptor untuk fc dari IgG (Karnen, 2000). - IgG pada manusia terdiri dari 4 subkelas yaitu IgG1, IgG2, IgG3, IgG4. Imunoglobulin A - Jumlah IgA dalam serum terbanyak kedua dan lebih sedikit jumlahnya dibandingkan IgG. - berfungsi dalam cairan sekresi dan diproduksi dalam jumlah besar oleh sel plasma dalam jaringan limfoid yang terdapat disepanjang saluran cerna, repiratorik, dan urogenital dalam bentuk dimer (IgA sekretotik) (Siti, 1996). - IgA dalam serum dapat mengaglutinasikan dan mengganggu mortalitas kuman sehingga memudahkan fagositosis. - IgA dapat pula meningkatkan fungsi sel PMN karena sel PMN memiliki reseptor Fc dari IgA. - IgA mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif. - IgA juga berperan pada imunitas terhadapa cacing pita (Karnen, 2000). Imunoglobulin M - IgM adalah antibodi pertama yang dibentuk dalam respon imun. - Kebanyakan sel B mengandung IgM pada permukaannya sebagai reseptor antigen. - Molekul IgM terdapat dalam bentuk pentamer, imunoglobulin paling besar dapat menyebabkan aglutinasi partikel dan fiksasi komplemen dengan efisiensi yang sangat tinggi. Imunoglobulin D - IgD tidak mengikat komplemen, mempunyai aktivitas antibodi terhadap antigen bebagai makanan dan autoantigen seperti komponen nukleus. - IgD juga diduga dapat mencegah terjadinya toleransi imun bila sel dihadapkan pada antigen. (Karnen, 2000) - peranannya sebagai antibodi dalam reaksi hipersensitifitas terhadap penisilin. (Siti, 1996) - IgD sangat peka terhadap enzim proteolitik sehingga sangat rentan terdegredasi, hal tersebut menyebabkan Half life dari IgD hanya 2-3 hari (Siti, 1996) Imunoglobulin E - Salah satu sifat penting dari IgE adalah kemampuannya melekat secara erat pada permukaan mastosit atau basofil melalui reseptor Fc. - Ketika terpapar, melepaskan mediator reaksi hipersensitifitas yang sagat poten diantaranya histiamin alergi. - IgE juga berperan dalam melindungi tubuh terhadap parasit. Parasit yang dilapisi IgE lebih mudah dibunuh oleh eosinofil.
17
Sumber: imunologi dasar FKUI 4.3 Struktur
Keterangan : Unit dasar yang terdiri dari 2 rantai berat (heavy chain) dan 2 rantai ringan (light chain) yang identik diikat menjadi satu oleh ikatan disulfide. 2 jenis rantai ringan (kappa dan lambda) terdiri dari 230 asam amino. 5 jenis rantai berat, yang tergantung pada kelima jenis immunoglobulin : Ig M, Ig G, Ig E, Ig A, Ig D yang terdiri dari 450-600 asam amino. (sehingga panjang rantai berat = 2 kali rantai ringan)
18
4.4 Fungsi Fungsi utama antibody adalah mengikat antigen dan menghantarkannya ke system efektor pemusnahan. Sumber: imunologi dasar FKUI 5. Memahami dan menjelaskan vaksin 5.1 Definis1 Suspensi mikroorganisme yang dilemahkan atau dimatikan, atau suspense protein antigenic yang berasal dari mikroorganisme tersebut, yang diberikan untuk mencega, meringankan, atau mengobati penyakit menular. 5.2 Klasifikasi
Sumber: imunologi dasar FKUI. Manfaat 1) 2) 3) 4)
Melindungi anak dari penyakit berbahaya Mencegah sakit berat, cacat, atau kematian Mencegah meluasnya penyebaran penyakit tertentu Memberantas penyakit tertentu
Hartono Gunardi dkk: Jadwal imunisasi anak usia 0 – 18 tahun rekomendasi IDAI 2017 1) Vaksin hepatitis B (HB) 2) Vaksin HB monovalen pada usia 1 bulan tidak perlu diberikan apabila anak akan mendapat vaksin DTP-Hib kombinasi dengan HB. 3) Vaksin polio Bayi paling sedikit harus mendapat satu dosis vaksin IPV (inactivated polio vaccine) bersamaan (simultan) dengan OPV-3 saat pemberian DTP-3. 19
4) Vaksin difteri, tetanus, dan pertusis (DTP)
Vaksin DTP dosis pertama dapat berupa vaksin DTPw atau DTPa atau kombinasi dengan vaksin lain, diberikan paling cepat pada bayi usia 6 minggu. Apabila diberikan vaksin DTPw maka interval mengikuti rekomendasi vaksin tersebut yaitu usia 2, 3, dan 4 bulan. Apabila diberikan vaksin DTPa, interval mengikuti rekomendasi vaksin tersebut yaitu usia 2, 4, dan 6 bulan. Vaksin DTPw dan DTPa dapat saling dipertukarkan (interchangibility) pada keadaan mendesak. Untuk anak usia lebih dari 7 tahun diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP6 dapat diberikan vaksin Td/Tdap pada usia 10-12 tahun.9 Vaksin Td booster diberikan setiap 10 tahun.10 5) Vaksin influenza
Saat ini tersedia vaksin influenza inaktif trivalen dan quadrivalen. 6) Vaksin measles, mumps, rubella (MMR/MR) Vaksin MMR dapat diberikan pada usia 12 bulan, apabila anak belum mendapat vaksin campak pada usia 9 bulan. 7) Vaksin human papiloma virus (HPV)
Apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibodi setara dengan 3 dosis. 8) Vaksin Japanese encephalitis (JE)
Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemis atau turis yang akan bepergian ke daerah endemis tersebut. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun berikutnya. 9) Vaksin dengue Vaksin dengue yang disetujui oleh WHO saat ini adalah vaksin hidup tetravalen untuk anak berusia 9 – 16 tahun. Vaksin diberikan 3 kali dengan jadwal 0, 6, dan 12 bulan. Dosis vaksin 0,5 ml setiap pemberian. 5.3 Vaksinasi 6. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Tentang Substansi Vaksin Boleh dalam kondisi darurat :
Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya.... (QS. Al- An’am [6]:119) Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) Majelis Ulama Indonesia dalam rapat pada 1 Sya’ban 1423H, setelah mendiskusikan masalah ini mereka menetapkan : 1) Pada dasarnya, penggunaan obat-obatan, termasuk vaksin, yang berasal dari – atau mengandung- benda najis ataupun benda terkena najis adalah haram. 2) Pemberian vaksin IPV kepada anak-anak yang menderita immunocompromise, pada saat ini, dibolehkan, sepanjang belum ada IPV jenis lain yang suci dan halal. (pembuatan vaksin ipv menggunakan enzim yang terdapat pada babi) 20
21