Patologi Hemofilia.docx

  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Patologi Hemofilia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 808
  • Pages: 4
DEFINISI Hemofilia adalah kelompok kelainan pembekuan darah dengan karakteristik sexlinked resesif dan autosomal resesif, dimana perdarahan dapat terjadi tanpa penyebab trauma yang jelas atau berupa perdarahan spontan. Hemofilia dibagi atas tiga jenis yaitu hemofilia A, B, dan C. Hemofilia A dan B diturunkan secara seksual, sedangkan hemofilia C secara autosomal. Pada kasus hemofilia A terdapat defisiensi faktor VIII; kasus hemofilia B dengan defisiensi faktor IX; dan hemofilia C dengan defisiensi faktor XI (Yoshua dan Angliadi, 2013). Faktor-faktor tersebut memiliki peran dalam jalur intrinsik pembekuan darah dan individu yang mengalami gangguan pada factor tersebut memiliki bentuk penyakit yang parah, sedang dan ringan, masing-masing ditentukan oleh kadar plasma 1% atau kurang, 2 hingga 5% dan 6 hingga 40%. (Franchini dan Mannucci, 2012). Gen-gen yang mengkode FVIII dan FIX ada di kromosom X. Hemofilia A dan B adalah penyakit pembekuan herediter yang diwariskan dalam pola resesif terkait-seks. Semua anak perempuan dari seorang ayah dengan hemofilia akan menjadi pembawa, sedangkan tidak satu pun dari putranya akan terpengaruh. Lebih lanjut, anak-anak dari ibu yang resesif memiliki 50% kemungkinan penyakit, sedangkan anak perempuan memiliki peluang 50% untuk menjadi pembawa (Zimmerman dan Valentino, 2012). Adapun penggambarannya sebagai berikut.

Gambar 1. Pewarisan hemofilia

PATOGENESIS Hemofilia A dan B adalah gangguan perdarahan terkait kromosom X termasuk di antara penyakit langka dan disebabkan oleh mutasi pada gen faktor VIII (FVIII) dan faktor IX (FIX) (Franchini dan Mannucci, 2012). Mutasi genetik menyebabkan penurunan kuantitatif dalam ekspresi protein, penurunan kualitatif dalam aktivitas protein, atau keduanya. Sekitar 5% hingga 10% pasien dengan hemofilia A dan 40% hingga 50% pasien dengan hemofilia B menghasilkant protein yang tidak berfungsi, penurunan aktivitas protein terjadi tanpa penurunan kuantitatif. Lebih dari 1000 mutasi pada gen faktor VIII atau faktor IX telah diidentifikasi menyebabkan hemofilia klinis (Zimmerman dan Valentino, 2012). FVIII dan FIX bersirkulasi sebagai prekursor tidak aktif yang diaktifkan pada saat tantangan hemostatik, melalui jalur intrinsik atau ekstrinsik dari kaskade koagulasi. Faktor VIII adalah kofaktor protein tanpa aktivitas enzim sementara itu faktor IX adalah serine protease dengan persyaratan mutlak faktor VIII sebagai kofaktornya. Setelah aktivasi, dengan adanya ion kalsium dan permukaan fosfolipid, faktor VIII dan faktor IX membentuk kompleks aktif, kompleks tenase, yang mengaktifkan faktor X. Tahap-tahap selanjutnya dari kaskade kemudian dilanjutkan, yang berpuncak pada pengendapan fibrin, polimer struktural dari bekuan darah. Kekurangan atau disfungsi faktor VIII atau faktor IX menghambat aktivasi faktor X, sehingga langkah-langkah selanjutnya dari kaskade koagulasi juga terganggu dan deposisi fibrin tidak efisien atau tidak ada. Dengan demikian, biokimia yang mendasari hemofilia adalah ketidakcukupan aktivitas kompleks tenase, yang disebabkan oleh kekurangan koagulasi faktor VIII sebagai kofaktor (hemofilia A) atau koagulasi faktor IX dalam aktivitas enzim (hemofilia B) (Bowen, 2002).. Faktor VIIIa dan faktor IXa berperan keduanya dalam mengaktifasi faktor X pada jalur campuran di proses koagulasi. Oleh sebab itu, hemofilia A dan B memiliki gambaran klinis yang sangat mirip. Thrombin yang dibentuk pada pasien hemofilia sangat berkurang. Bekuan darah yang terbentuk menjadi lemah, mudah tergerak, dan sangat rentan terhadap fibrinolysis (Susanto dan Kurniawan, 2016). Skema dari jalur intrinsic dan ekstrinsik koagulasi cascade dan pembentukan fibrin adalah sebagai berikut.

Gambar 2. Skema jalur intrinsic dan ekstrinsik koagulasi kaskade pembentukan fibrin Hemofilia C sangatlah jarang dan informasi mengenainya masih cukup sedikit. Ditemukan bahwa walaupun terdapat defisiensi faktor XI yang besar, kecenderungan untuk berdarah masihlah cukup sedikit, kekurangan jumlah faktor tidaklah berbanding lurus dengan derajat keparahan penyakit (Susanto dan Kurniawan, 2016).

GAMBARAN KLINIK Gejala yang paling sering terjadi pada hemofilia ialah perdarahan, baik yang terjadi di dalam tubuh (internal bleeding) maupun yang terjadi di luar tubuh (external bleeding). Internal bleeding yang terjadi dapat berupa: hyphema, hematemesis, hematoma, perdarahan intrakranial, hematuria, melena, dan hemartrosis. Terdapatnya external bleeding dapat bermanifestasi sebagai perdarahan masif dari mulut ketika ada gigi yang tanggal atau pada ekstraksi gigi; perdarahan masif ketika terjadi luka kecil; dan perdarahan dari hidung tanpa sebab yang jelas (Yoshua dan Angliadi, 2013). Hemofilia dapat dibagi menjadi penyakit ringan, sedang, atau parah berdasarkan gejala dan jumlah faktor VIII atau IX yang berfungsi yang ditemukan pada darah. Seorang dengan hemofilia berat tanpa pengobatan adekuat dapat mengalami hemarthrosis berulang yang menyabkan artropati hemofilik kronik.. Selain hemartrhosis, gejala pendarahan lainnya yang dapat terjadi pada hemofilia adalah hematoma, pseudotumor (kista darah), hematuria, perdarahan intrakranial, perdarahan membrane mukosa, perdarahan pada mulut dan akibat tindakan operasi. Hemofilia C pada umumnya tidak separah kasus hemofilia A dan B. Perdarahan setelah operasi adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada kasus hemofilia C (Susanto dan Kurniawan, 2016).

Pustaka Bowen, D. J. 2002. Haemophilia A and haemophilia B: molecular insights. J Clin Pathol: Mol Pathol 2002(55):1–18. Franchini, M. dan P. M. Mannucci. 2012. Past, present and future of hemophilia: a narrative review. Orphanet Journal of Rare Diseases 7(24): 1-8. Susanto, M. dan A. Kurniawan. 2016. Hemofilia. Medicinus 6(1): 25-9 Yoshua, Vincentius dan Angliadi, Engeline. 2013. Rehabilitasi Medik Pada Hemofilia. Jurnal Biomedik 5(2): 67-73. Zimmerman, B. dan L. A. Valentino. 2013. Hemophilia: In Review. Pediatrics in Review 34: 289-295.

Related Documents