1. Patofisiologi Kuman salmonella typhi yang masukke saluran gastrointestinal akan ditelan oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa dan oleh makrofag yang ada di dalam laminaprophia. Sebagian dari salmonellatypi ada yang dapat maasukke usus halus mengadakan invaginasi kejaringan limfoid usus halus (lakpeyer) dan jaringan limfoid mesentrika. Kemudian salmonella typi masuk melalui folikel limfa ke saluran limphatik dan sirkulasi darah sistemik sehinga terjadi bakterimia. Bakterimia pertama-tama menyerang system reticulo endothelial (RES) yaitu: hati,limpa dan tulang, kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ di dalam tubuh antara lain system saraf pusat, ginjaldan jaringan limpa (Curtis,2006dalam Muttaqim & Kumala, 2011). Usus yang terserang tifus umumnya ileum distal,tetapi kadang bagianlain usus halus dan kolon proksimal juga di hinggapi. Pada mulanya, plakatpeyer penuh dengan vagosit,membesar, menonjol, dan tampak seperti infiltrate atau hyperplasia dimukosa usus (Hidayat,2005 dalam Muttaqim &Kumala, 2011). Pada akhir minggu pertamainfeksi,terjadi nekrosis dan tukak. Tukak ini lebih bear diileum dari pada di kolon sesuai dengan ukuran plakpeyer yang ada disana. Kebanyakan tukaknya dangkal, tetapikadang lebih dalam sampaimenimbulkan perdarahan. Perforasi terjadi pada tukak yang menembus serosa. Setelah penderita sembuh, biasanya ulkus membaiktanpa meninggalkan jaringan parut dan fibrosis (Brusch, 2009 dalam Muttaqim Kumala,2011). Masuknya kuman ke dalam intestinalterjadi padaminggu pertama dengan tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik pada malamhari dan akan menrun menjelang pagi hari. Demam yang terjadi pada masa ini disebut demam interminten (suhu yang tinggi,naik turun, dan turunnya dapat mencapai normal). Disamping peningkatan suhu tubuh, jyga akan terjadi obstipasi sebagaiakibat penurunan motilitas suhu,namun halini tidak selalau terjadidan dapat pula terjadi sebaliknya. Setelah kuman melewati fase awalintestinal,kemudian masuk ke sirkulasi sostemik dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang sangata tinggi dan tanda-tanda infeksi pada ERS seperti nyeri perut kanan atas, splenomegaly,dan hepatomegaly (Chaterjee, 2009 dalam Muttaqim & Kumala, 2011). Pada minggu selanjutnya dimana infeksi fokal intestinal terjadi dengan tanda-tanda suhu tubuh masih tetap tinggi, tetapi nilainya lebih rendah dari fase bakterimia dan berlagsung terusmenerus (demam kontinu), lidah kotor, tepi lidah hyperemesis,penurunan peristaltic, gangguan digesti dan absorpsi sehingga akanterjadi ditensi, diare dan pasien merasa tidak nyaman. Pada masa ini terjadi pendarahan usus,perforasi dan peritonitis dengan tanda distensi abdomen
berat, peristaltic menurun bahkan hilang, melena, syok dan penurunan kesadaran (Parry, 2002 dalam Muttaqim & Kumalla, 2011).
2. Pathway Fekal
cuci tangan tdk bersih
makanan terkontaminasi salmonella thpii
Masuk saluran pencernaan
Bersarang di dinding usus halus
bakterimia
Kuman masuk peredaran darah ke seluruh tubuh Terutama di organ RES
Kuman mengeluarkan endotoksin Usus halus Termoregulator di Hipotalamus terganggu
proses
system cerna
resiko
Inflamasi
terganggu
komplikasi
Distensi amdomen
terjadi gangguan
Peningkatan
nyeri epigastrik
motilitas usus
Metabolise
mekanisme patologis
Hipertemia
Kehilangan cairan tubuh
nyeri akut
hipoperistaltik
konstipasi
hiperperistaltik
Dehidrasi Diare Kekurangan Volume cairan
anoreksia mual muntah
penurunan tonus otot Ketidkseimbangan nutrisi
Intoleransi aktivitas
kelemahan fisik
kurang dr tubuh
Gangguan kesadaran
dirawat di RS
kurang terpaparnya
Informasi
Gangguan pola tidur
bedrest total
defisiensi pengetahuan
Dampak hopitalisasi
ansietas
daftar pustaka Muttaqin, Arif & Sari, Kumala, 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medika Nanda, 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Buku Kedokteran : EGC Ahern, R, Nancy dan Wilkinson,M. 2011. Buku Saku Dignosis Keperawatan Nanda. Edisi 9. Jakarta : EGC.