Parasitologi Vita.docx

  • Uploaded by: Vita
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Parasitologi Vita.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,203
  • Pages: 8
Nama : Nofita Dewi Maulida Nim : P27834017012 Prodi : D3 Analis Kesehatan / Semester 4 Take Home Parasitologi II

Taenia saginata

Sejarah Cacing pita dari sapi, telah dikenal sejak dahulu; akan tetapi identifikasi cacing tersebut baru menjadi jelas setelah tahun 1782, karena karya Goeze dan Leuckart. Sejak itu, diketahui adanya hubungan antara infeksi cacing Taenia saginata dengan larva sistiserkus bovis, yang ditemukan pada daging sapi. Bila seekor anak sapi diberi makan proglotid gravid cacing Taenia saginata, maka pada dagingnya akan ditemukan sisterkus bovis. Hospes dan Nama Penyakit Hospes definitif cacing pita Taenia saginata adalah manusia, sedangkan hewan memamah biak dari keluarga Bovidae, seperti sapi, kerbau dan lainnya adalah hospes perantaranya. Nama penyakitnya teniasis saginata. Distribusi Geografi Penyebaran cacing adalah kosmopolit, didapatkan di Eropa, Timur Tengah, Afrika, Asia, Amerika Utara, Amerika Latin, Rusia dan juga Indonesia, yaitu Bali, Jakarta, dan lainlain. Morfologi dan Daur Hidup Taenia saginata adalah salah satu cacing pita yang berukuran besar dan panjang; terdiri atas kepala yang disebut skoleks, leher dan strobila yang merupakan rangkaian ruasruas proglotid, sebanyak 1000-2000 buah. Panjang cacing 4-12 meter atau lebih. Skoleks hanya berukuran 1-2 milimeter, mempunyai empat batil isap dengan otot-otot yang kuat, tanpa kait-kait. Bentuk leher sempit, ruas-ruas idak jelas dan di dalamnya tidak terlihat struktur tertentu. Strobila terdiri atas rangkaian proglotid yang belum dewasa (imatur) yang

dewasa (matur) dan yang mengandung telur atau disebut gravid. Pada proglotid yang belum dewasa, belum terlihat struktur alat kelamin yang jelas. Pada proglotid yang dewasa terlihat struktur alat kelamin seperti folikel testis yang berjumlah 300-400 buah , tersebar di bidang dorsal. Vasa eferensnya bergabung untuk masuk ke rongga kelamin (genital atrium), yang berakhir di lubang kelamin (genital pore). Lubang kelamin letanya selang-seling pada sisi kanan atau kiri strobila. Di bagian posterior lubang kelamin, dekat vas deferens, terdapat tabung vagina yang berpangkal pada ootip .

Gambar. Daur Hidup Taenia saginata Ovarium terdiri atas 2 lobus, berbentuk kipas, besarnya hampir sama. Letak ovarium di sepertiga bagian posterior proglotid. Vitelaria letaknya di belakang ovarium dan merupakan kumpulan folikel yang eliptik. Uterus tumbuh dari bagian anterior ootip dan menjulur ke bagian anterior proglotid. Setelah uterus ini penuh dengan telur, maka cabang-cabangnya akan tumbuh, yang berjumlah 15-30 buah pada satu sisinya dan tidak memiliki lubang uterus (porus uterinus). Proglotid yang sudah gravid letaknya terminal dan sering terlepas dari strobila. Proglotid ini dapat bergerak aktif, keluar dengan tinja atau keluar sendiri dari lubang dubur (spontan). Setiap harinya kira-kira 9 buah proglotid dilepas. Proglotid bentuknya lebih panjang daripada lebar. Telur dibungkus embriofor, yang bergaris-garis radial, berukuran 30-40 x 20-30 mikron, berisi embrio heksakan atau onkosfer. Telur yang baru keluar dari uterus masih diliputi selaput tipis yang disebut lapisan luar telur. Sebuah proglotid gravid berisi kira-kira 100.000 buah telur. Waktu proglotid terlepas dari rangkaiannya dan menjadi koyak; cairan putih susu yag mengandung banyak telur mengalir keluar dari sisi anterior proglotid tersebut, terutama bila proglotid berkontraksi waktu gerak. Telur melekat di rumput bersama tinja, bila orang berdefekasi di padang rumput; atau karena tinja yang hanyut dari sungai di waktu banjir. Ternak yang makan rumput yang terkontaminasi dihinggapi cacing gelembung, oleh karena telur telur tertelan dicerna dan embrio heksakan menetas. Embrio heksakan di saluran pencernaan ternak menembus dinding usus, masuk ke saluran getah bening atau darah dan ikut dengan aliran darah ke jaringan ikat di sela-sela otot untuk tumbuh menjadi cacing gelembung, disebut sistiserkus bovis, yaitu larva Taenia saginata. Peristiwa ini terjadi setelah 12-15 minggu. Bagian tubuh ternak yang sering dihinggapi larva tersebut adalah otot maseter, paha belakang dan punggung. Otot di bagian lain juga dapat dihinggapi. Setelah 1 tahun cacing gelembung ini biasanya mengalami degenerasi, walaupun ada yang dapat hidup sampai 3 tahun. Bila cacing gelembung yang terdapat di daging sapi yang dimasak kurang matang termakan oleh manusia, skoleksnya keluar dari cacing gelembung dengan cara evaginasi dan

melekat pada mukosa usus usus halus , biasanya yeunum. Cacing gelembung tersebut dalam waktu 8-10 minggu menjadi dewasa. Biasanya di rongga usus hospes terdapat seekor cacing. Patologi dan Gejala Klinis Cacing dewasa Taenia saginata, biasanya menyebabkan gejala klinis yang ringan, seperyi sakit ulu hati, perut mersa tidak enak, mual, muntah, diare, pusing atau gugup. Gejala tersebut disertai dengan ditemukannnya proglotid caing yang bergerak-gerak lewat dubur bersama dengan atau tanpa tinja. Gejala yang lebih berat dapat terjadi, yaitu apabila proglotid masuk apendiks, terjadi ileus yang disebabkan obstruksi usus oleh strobila cacing. Berat badan tidak jelas menurun. Eosinofilia dapat ditemukan di darah tepi. Diagnosis Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya proglotid yang aktif bergerak dalam tinja, atau keluar spontan; juga dengan ditemukannya telur dalam tinja atau usap anus. Proglotid kemudian diidentifikasi dengan merendamnya dalam cairan laktofenol sampai jernih. Setelah uterus dengan cabang-cabangnya terlihat jelas, jumlah cabang-cabang dapat dihitung. Pengobatan Obat yang dapat digunakan untuk mengobati teniaesis saginata, secara singkat dibagi dalam : Obat lama : kuinakrin, amodiakuin, niklosamid Obat baru : prazikuantel dan albendazol Prognosis Prognosis umurnya baik; kadang-kadang sulit untuk menemukan skoleksnya dalam tinja setelah pengobatan. Epidermiologi T. saginata sering ditemukan di negara yang penduduknya banyak makan-makan daging sapi/kerbau. Cara penduduk memakan daging tersebut yaitu matang (well done), setengah matang (medium) atau mentah (rare); dan cara memelihara ternak memainkan peranan. Ternak yang dilepas di padang rumput lebih mudah dihinggapi cacing gelembung, daripada ternak yang dipelihara dan dirawat baik di kandang. Pencegahan dapat dilakukan antara lain dengan mendinginkan daging sampai 10oC, iradiasi dan memasak daging sampai matang.

Taenia solium

Sejarah Cacing pita dari cacing babi, di ketahui sejak Hippocrates, atau mungkin sejak Nabi musa walaupun pada waktu itu belum dapat di bedakan antara cacing pita daging sapi dengan cacing pita daging babi, sampai pada karya Goeze ( 1782 ). Aristophane dan Aristoteles melukiskan stadium larva atau atau sistisercus selulose pada lidah babi hutan. Gessner ( 1558) dan Rumler ( 1588), melaporkan stadium larva pada manusia. Kuchenmeister ( 1855) dan Leucart ( 1856), adalah sarjana – sarjana yang pertama kali mengadakan penelitian daur hidup cacing tersebut dan membuktikan bahwa cacing gelembung yang didapatkan pada daging babi, adalah sadium larva cacing Taenia solium. Klasifikasi ilmiah Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

: Animalia : Platyhelminthes : Cestoda : Cyclophyllidea : Taeniidae : Taenia :Taenia solium

Distribusi geografik Taenia solium adalah kosmopolit, akan tetapi jarang untuk ditemukan dinegara islam. Cacing tersebut umumnya banyak ditemukan pada negara yang mempunyai banyak peternakan babi dan ditempat daging yang banyak dimakan oleh manusia seperti didaerah Eropa, ( Czech, Slowakia, India, Kroatia, Serbia ), Amerika latin, Cina, India, Amerika utara dan juga dibeberapa daerah di indonesia antara lain di papua, Bali, dan Sumatera Utara.

Epidemiologi Walaupun cacing ini besifat kosmopolit, kebiasaan hidup penduduk yang dipengaruhi tradisi kebudayaan dan agama, memainkan peranan penting. Biasanya penyakit ini ditemukan pada orang yang bukan beragama islam. Cara menyantap daging yang mengandung Taenia solium tersebut yaitu mentah, setengah matang, atau mentah dan pengertian akan kebersihan atau higiene, memainkan peran penting dalam penularan cacing Taenia solium maupun sistiserkus selulose. Pengobatan perorangan maupun pengobatan masal harus dilaksanakan agar penderita tidak menjadi sumber infeksi bagi diri sendiri maupun babi dan hewan lain seperti anjing. Pendidikan mengenai kesehatan harus dirintis. Cara – cara ternak babi harus diperbaiki, agar tidak ada kontak dengan tinja manusia sebaiknya untuk ternak babi harus digunakan kandang yang bersih dan makanan ternak yang sesuai. Pencegahan dapat dilakukan seperti pada Taeniasis saginata. Morfologi Cacing dewasa dapat berukuran 3-8m. Struktur tubuh cacing ini terdiri dari skolex, leher dan proglotid. Cacing dewasa menempel pada dinding usus dengan scolex nya, sedangkan sistiserkus nya terdapat di jaringan otot atau subkutan. Cacing ini terdiri dari 800-1000 ruas proglotid. Skolex yang bulat berukuran kira-kira 1 mm, mempunyai 4 buah batil isap dengan rostelum (tonjolan lemak) yang mempunyai 2 baris kait, masing-masing sebanyak 25-30 buah. Bentuk proglotid gravid nya mempunyai ukuran panjang yang hamper sama dengan lebarnya, Jumlah cabang uterus pada proglotid gravid adalah 7-12 buah pada satu sisi. Lubang kelamin letaknya bergantian selang seling pada sisi kanan atau kiri strobila secara tidak beraturan. Proglotid gravid berisi kira-kira 30.000-50.000 buah telur. Telurnya keluar melalui robekan celah pada proglotid. Telur dapat dilepaskan bersama proglotid atau tersendiri melalui lubang uterus.

Pada telur Taenia solium memiliki ukuran : panjang 30 – 40 μm dan lebar 20 – 30 μm Berwarna coklat tengguli Lapisan embriofore bergaris-garis radier Di dalamnya terdapathexacanthembrio

Host Host definitive cacing ini adalah manusia, sedangkan host intermediate nya adalah babi, monyet, onta, anjing, babi hutan, domba, kucing, tikus dan manusia. Hal ini terjadi bila manusia memakan daging babi yang mengandung sistiserkus T. solium. Sebagai host intermediate, babi dapat mengandung cacing ini bila telur cacing yang terdapat pada feses manusia yang terinfeksi termakan. Bila manusia bertindak sebagai intermediate host, maka sistiserkus T. solium berada di dalam jaringan otot atau jaringan subkutan. Hal ini terjadi bila manusia makan makanan yang terkontaminasi oleh telur T. solium. Infeksi pada manusia, umumnya terjadi melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi telur cacing T. solium. Telur cacing tersebut dapat berasal dari penderita yang mengandung cacing dewasa ataupun autoinfeksi dari penderita itu sendiri (feses-tangan-mulut). Hewan lain dan anjing pun dapat mengandung sistiserkus di dalam dagingnya bila terinfeksi oleh telur T. solium. (Keterangan: definitive host adalah tempat parasit hidup, tumbuh menjadi dewasa dan berkembangbiak secara seksual). Intermediat host adalah tempat parasit tumbuh menjadi bentuk infektif yang siap ditularkan kepada manusia.). Nama penyakit yang disebabkan oleh cacing dewasa disebut Teniasis solium, sedangkan yang disebabkan oleh stadium larva disebut sistiserkosis. siklus hidup Telur keluar dari proglotid gravid, baik setelah proglotid lepas dari strobila, ataupun belum. Telur keluar dari tubuh manusia bersama feses. Telur yang jatuh ke tanah bila termakan manusia atau babi, akan memasuki usus dan menetas di usus. Kemudian larva akan menembus dinding usus dan dapat memasuki aliran darah limpa atau aliran darah, serta beredar ke seluruh tubuh.Sebagian besar akan masuk ke dalam otot atau ke dalam jaringan subkutan. Dalam waktu 60-70 hari akan berkembang menjadi sistiserkus (cacing gelembung) yang menetap di dalam otot atau jaringan subkutan pada pundak dan punggung babi. Bila manusia memakan daging babi yang mengandung sistiserkus, maka sistiserkus ini akan menetas di dalam usus menjadi larva dan dalam waktu 5-12 minggu tumbuh menjadi cacing dewasa yang menetap di dalam usus, kemudian melepasakan proglotid dengan telur.

Biasanya hanya ada satu cacing yang menempati usus saat itu, namun dikerahui bahwa di usus manusia juga dapat ditempati oleh banyak cacing. Bahkan dilaporkan cacing T. solium ini dapat bertahan dalam tubuh manusia selama 25 tahun atau lebih. Siklus hidup T. solium dan T. saginata mempunyai banyak kesamaan, hanya berbeda di host intermediatnya saja,

Keterangan:       

Orang menelan larva cacing dengan memakan daging babi yang terkontaminasi dengan larva dalam sistiserkus, yang belum matang. Larava berkembang menjadi bentuk dewasa (hanya terjadi dalam tubuh manusia)…(tapeworm) Cacing dewasa tersebut kemudian melekat pada lapisan usus manusia dan melepaskan telurnya dalam tinja manusia tersebut. Babi kontak dengan tinja manusia tersebut dan menelantelur cacing tersebut. Telur cacing tersebut kemudian berpenetrasi menuju usus kecil babi, mamasuki pembuluh darah portal hati, kemudian memasuki sirkulasi darah umum. Telur tersebut pindah ke kerangka atau otot jantung dan berubah menajdi sistiserkus. Autoinfeksi dapat terjadi dalam kasus ini bila terkadang manusia yang terinfeksi tersebut tanpa sengaja menelan telur T. soilum yang terdapat pada tinjanya. Jika hal ini terjadi maka sistiserkus dapat terbentuk dalam jaringan tubuh, tapi biasanya otak merupakan temapat yang cocok berdasarkan afinitasnya. Oleh karena itu, neurosistiserkosis dapat terjadi.

Nama penyakit Nama penyakit yang disebabkan oleh cacing dewasa adalah teniasis solium sedangkan yang disebabkan oleh stadium larva adalah sistiserkosis. (Staf pengajar Departemen Parasitologi, 2008) Gejala Penyakit Cacing dewasa yang berada di dalam usus jarang menimbulkan gejala. Gejala yang sering muncul adalah sakit ulu hati, nafsu makn meningkat, lemah dan berat badan menurun.

Gejala yang disebabkan adanya sistiserkus di dalam jaringan tubuh, bermacam-macam tergantung pada organ yang terinfeksi dan jumlah sistiserkus. Bila jumlahnya sedikit dan hanya tersebar di jaringan subkutan, biasanya tanpa gejala atau hanya berupa benjolanbenjolan kecil di bawah kulit (subkutan). Pada manusia, sistiserkus atau larva T. solium sering menghinggapi jaringan subkutan, mata, jaringan otak, otot, otot jantung, hati, paru dan rongga perut. Bila sistiserkus berada di jaringan otak, sumsum tulang belakang, mata atau otot jantung, akan mengakibatkan hal yang serius bahkan sampai kematian. Dilaporkan bahwa sebuah sistiserkus tunggal yang ditemukan dalam ventrikel IV dari otak dapat menyebabkan kematian. bahan Pemeriksaan Untuk laboratorium dan Diagnosis Sampel berupa feses penderita untuk diperiksa keberadaan proglotid dan telur cacingnya.Telur T. solium sulit dibedakan dengan telur T. saginata. Diagnosis sistiserkosis kulit dapat dilakukan dengan biopsy pada otot dan secara radiologi, pada jaringan otak dengan computerized tomographic scan (CT scan). Beberapa cara serologi yang dapat digunakan adalah uji hemaglutinasi Counter Immuno electrophoresis, ELISA, EIBT (Western Blot), dan PCR. Telur taenia dan proglotid dapat juga diidentifikasi menggunakan mikroskop. Namun, teknik ini tidak memungkinkan dilakukan selama 3 bulan pertama setelah infeksi, karena telah berkembang menjadi cacing dewasa. Pemeriksaan mikroskopik telur tidak dapat membedakan telur kedua spesies taenia ini. Spesies tersebut hanya dapat ditentukan dari pemeriksaan proglotid nya. Teknik imunologi dapat mendeteksi adanya sistiserkus dan teknik seperti CAT dan MRI dapat juga berguna dalam mendeteksi sistiserkus dalam berbagai organ. (Sri Agung Fitri Kusuma, 2010) Pengobatan Pengobatan teniasis solium dapat dilakukan dengan pemberian prazikuantel, sedangkan untuk sistiserkosis dapat digunakan obat prazikuantel, albendazol atau dapat dilakukan dengan cara pembedahan. (Sri Agung Fitri Kusuma, 2010) Pencegahan Pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : -

Pencegahan dapat dilakukan dengan memasak daging sampai matang. Perbaikan cara pembuangan kotoran Peningkatan hieginitas pribadi Menjaga kebersihan makanan dan minuman Mengobati penderita hingga tuntas

Related Documents


More Documents from "Hilmi fadlurohman"

Parasitologi Vita.docx
November 2019 43
Antrian.docx
June 2020 19
Kkpi.docx
November 2019 38
Chitosan
May 2020 24
Proteus.docx
November 2019 36
Dokumen (1).docx
November 2019 36