Paper Tugas Sintetik Anorganik.docx

  • Uploaded by: kurnia syarifuddin
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Paper Tugas Sintetik Anorganik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,797
  • Pages: 22
TUGAS SINTETIS ANORGANIK SENYAWA KOMPLEKS

Disusun oleh :

KELOMPOK III 1. KURNIA. S

(1213140004)

2. MERLIN TANDI

(1213140010)

3. SYAHRAENI

(1213141006)

4. SITI AMINA

(1213141012)

5. FRANSISKA N.S DATU (1213141020)

JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TAHUN AJARAN 2014/2015

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi. Senyawa-senyawa kompleks memiliki bilangan koordinasi dan struktur bermacam-macam. Mulai dari bilangan koordinasi dua sampai delapan dengan struktur linear, tetrahedral, segi empat planar, trigonal bipiramidal dan oktahedral. Namun kenyataan menunjukkan bilangan koordinasi yang banyak dijumpai adalah enam dengan struktur pada umumnya oktahedral (Iis Siti Jahro).Ligan merupakan anion atau molekul netral yang mengelilingi atom pusat atau kelompok atom. 1. Teori-teori tentang senyawa kompleks a.

Teori Koordinasi Werner Penjelasan dasar tentang senyawa koordinasi telah dikemukakan oleh seorang

ahli kimia dari Denmark S.M . Jorgenson (1837-1914) dan seorang dari Swiss Albert Werner

(1866-1919).

Mereka telah mensintesis ribuan senyawa

koordinasi dengan cara mencampur antara larutan ion pusat jenuh dengan larutan ligan jenuh. Senyawa-senyawa koordinasi yang dapat dijelaskan menggunakan teori werner dikenal dengan kompleks werner. b. Aturan bilangan atom efektif Orang pertama yang memikirkan tentang ikatan dalam senyawa kompleks adalah sidgwick yang mengembangkan teori octet G.N lewis pada senyawa koordinasi. Menurut sidgwick kompleks baik dalam bentuk molekulatau ion akan stabil apabila memiliki jumalah electron sama dengan yang dimiliki oleh salah satu unsure gas mulia karena konfigurasi gas mulia dianggap paling stabil.

A. KLASIFIKASI SENYAWA KOMPLEKS 1. Jenis Ligan Ditinjau dari teori asam basa ligan dalam senyawa koordinasi merupakan basa lewis sedangkan ion logam pusat merupakan asam lewis. Ligan yang bergabung dengan ion logam dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Ligan monodentat Ligan yang hanya mampu memberikan satu pasang elektron kepada satu ion logam pusat dalam senyawa koordinasi disebut ligan monodentat, misalnya semua ion halide, ammonia,air dan PR3 b. Ligan bidentat ligan yang mempunyai dua atom donor sehingga mampu memberikan dua pasang electron disebut ligan bidentat. Hasil pembentukan ikatan koordinasi ligan bidentat akan menghasilkan struktur cincin dengan ion logamnya (sering disebut cincin

kelat).

Ligan

bidentat

dapat

berupa

molekul

netral,

seperti

diamin,difosfin,disulfit atau anion seperti oksalat, karboksilat,nitrit,ditiokarbamat atau ion glisin. c. Ligam polidentat Ligan Polidentat yaitu ligan yang memiliki lebih dari dua atom donor . ligan ini dapat disebut tri, tetra, penta, atau heksa dentat bergantung pada jumlah atom donor yang ada. Ligan polidentat tidak selalu menggunakan semua atom donornya untuk melakukan ikatan koordinasi. Ion sulfat atau nitrat mungkin dapat sebagai mono dan bidentat bergantung pada jenis kompleks yang akan terbentuk.Berdasarkan pada jenis ikatan koordinasi yang terbentuk ligan dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Ligan yang tidak mempunyai elektron sesuai dengan ikatan π dan orbital kosong sehingga ikatan yang terbentuk hanya ikatan σ seperti H-, NH3, SO3, atau RNH2

b. Ligan yang mempunyai 2 atau 3 pasang elektron bebas selain membentuk ikatan σ juga dapat membentuk ikatan π dengan ion logam seperti N3-, O2-, I-, OH- dan NH2 c. Ligan yang memiliki orbital π antar ikatan kosong dengan tingkat energi rendah yang dapat menerima elektron yang orientasinya sesuai dari logam seperti CO, R3P, R3As,Brd. Ligan yang tidak ada pasangan elektron bebasnya tetapi memiliki elektron ikatan π seperti alkena,benzene dan anion siklo pentadienil e. Ligan yang dapat membentuk 2 ikatan σ dengan 2 atom logam terpisah kemudian membentuk jembatan. Sebagai contoh antara lain OH-, Cl-,F-, dan O2 CONTOH JENIS LIGAN 1. Ligan Monodentat Ligan yang terkoordinasi ke atom logam melalui satu atom saja disebut ligan monodentat, misalnya F-, Cl-, H2O dan CO [2]. Kebanyakan ligan adalah anion atau molekul netral yang merupakan donor elektron. Beberapa ligan monodentat yang umum adalah F-, Cl-, Br-, CN-, NH3, H2O, CH3OH, dan OH-. 2. Ligan Bidentat Jika ligan tersebut terkoordinasi pada logam melalui dua atom disebut ligan bidentat.Ligan ini terkenal diantara ligan polidentat. Ligan bidentat yang netral termasuk diantaranya anion diamin, difosfin, dieter.

Gambar 1. Contoh Ligan Bidentat.

3. Ligan Polidentat Ligan yang telah dibahas sebelumnya, seperti NH3 dan Cl– dinamakan ligan monodentat (bahasa Latin: satu gigi). Ligan-ligan ini memiliki atom donor tunggal yang dapat berkoordinasi dengan atom pusat. Beberapa ligan dapat memiliki dua atau lebih atom donor yang dapat dikoordinasikan dengan ion logam sehingga dapat mengisi dua atau lebih orbital d ion logam. Ligan seperti itu dinamakan ligan polidentat (bahasa Latin: bergigi banyak).

Gambar 2. (a) Struktur etilendiamin (b) Struktur ion kompleks [Co(en)3]3+ (c) Struktur EDTA.

Oleh karena ligan polidentat dapat mencengkeram ion logam dengan dua atau lebih atom donor, ligan polidentat juga dikenal sebagai zat pengkelat. Contoh ligan polidentat seperti etilendiamin (disingkat en) dengan rumus struktur pada Gambar 2a.

2. Macam-macam Atom Ligan Atom-atom yang secara langsung kontak dengan ion logam dalam kompleks, selain logam-logam itu sendiri yang membentik M-M, adalah non logam dan metalloid dari golongan IV, V, VI dan VII pada tabel periodic unsure. Berdasarkan pembentukan kompleks dengan atom yang berbeda, Pearson telah mengelompokkan ligan dan juga logam kedalam atom keras (hard) dan lunak (soft). Ion logam dengan orbital d hamper kosong atau terisi penuh electron yang tidak dapat digunakan untuk pembentukan ikatan π (logam alkali, alkali tanah, Al, Ga, Ir, Sn,Pb, Ti,Zn,Sc dst) disebut asam keras atau logam kelas(a). dan ligan yang membentuk kompleks secara kuat dengan logam-logam dengan orbital d nya hamper penuh electron yang dapat membentuk ikatan π dengan ligan yang dapat menerima electron orbital itu dalam orbital kosong yang sesuai disebut logam lunak atau logam atau asam kelas(b) sedangkan ligannya disebut ligan atau basa lunak atau basa kelas (b) sebagai contoh Cu (I), Hg (II), Pd(II), Pt(II), PR 3 dst. 3.

Jenis ligan Selain pengelompokkan ion logam kedalam kelas (a) dan (b).

Pengelompokkan lebih bermanfaat dapat dilakukan berdasarkan konfigurasi elektronnya. Ada empat jenis logam berdasarkan konfidurasinya, yaitu: a.

Ion dengan konfigurasi sama dengan gas mulia

Ion ini membentuk ikatan mulai dari bersifat ionic sampai kovalen sesuai dengan kenaikan muatan ionnya. Sifat ikatan ionic turun dengan urutan: Na+>Mg2+>Al3+ K+>Ca2+>Sc3+>Ti4+>V5+>Cr6+>Mn7+ (ionic)

(kovalen)

Untuk unsure transisi, ikatan L (π)

M (π) (L= ligan, M= ion logam)

diharapkan jika L dapat bertindak sebagai donor electron dalam hal ini, seperti ion oksida. Stereokimia dapat diramalkan melalui VSEPR dan kompleks bersifat diamagnetic. Ion 4f dalam keadaan +3 juga dapat dimasukkan dalam kelompok ini karena electron dalam orbital f berada dibawah orbital valensi dan tidak terlibat dalam kombinasi kimia b.

Ion dengan 18 elektron Ion dengan konfigurasi ns2 np6 nd10 juga simetri secara spherical dan

termasuk logam-logam transisi dan keadaan oksida negatif. Ion-ion itu membentuk kompleks kovalen dimana ikatan π M (d) L (p)

L (d) dan juga

M (d) menjadi penting. Penerima electron L dan M dapat

menerima pasangan elektron dalam orbital d terluar sehingga ikatan π ini menjadi penting dengan kenaikanukuran dan juga bilangan oksidasi ion logam. Semua kompleks ini bersifat diamagnetic dan teori VSEPR dapat menggambarkan streokimia kompleks dengan baik. c.

Ion pasangan inert Ion-ion ini simetri spherical dalam system terisolasi, tetapi pasangan

elektron pada S2 mengahsilkan distribusi pada daerah tertentu dan tetap non ikatan dengan kompleks. Teori VSEPR juga dapat digunakan untuk meramalkan stereokimia kompleks dan sifatnya diamagnetic. d.

Ion logam transisi Ion-ion sedemikian bervariasi sifatnya dalam kompleks sehingga tidak ada

pernyataan umum dapat diberikan pada kompleksnya. Sifat ikatan yang terbentuk berubah dari ionic sampai kovalen dari ikatan M

L atau L

M sangat bergantung pada kompleks yang terbentuk. Molibdenum dapat berada sebagai Mo5+, MoO3+, Mo2O32+ dalam kompleks yang berbeda.

B. TATA NAMA SENYAWA KOMPLEKS A.

Sejarah Tata Nama Senyawa Kompleks Pada awal perkembangannya, terutama sebelum tahun 1930 senyawa

koordinasi atau senyawa kompleks penamaannya adalah didasarkan atas penemu warnanya.

Senyawa-senyawa

kompleks

yang

namanya

didasarkan

atas

penemunya misalnya garam Vauquelin [Pd(NH3)4][PdCl4], garam magnus, [Pt(NH3)4][PtCl4] senyawa Gmelin [Co(NH3)6]2(C2O4)3 dan garam Zeise K[PtCl3(C2H4)].H2O. Senyawa-senyawa kompleks yang namanya didasarkan atas warnanya adalah Biru Prusia (Prusian Blue), K[Fe(CN)6].H2O, kompleks luteo (kuning) [Co(NH3)5Cl]Cl2, dan kompleks praseo (hijau), [Co(NH3)4Cl2]Cl. Sekarang penamaan senyawa kompleks tidak lagi didasarkan atas penemu atau warnanya. Penamaan senyawa kompleks ada dua cara. Cara pertama didasarkan atas nama dan jumlah ligan yang ada serta nama dan jumlah atom pusat beserta tingkat oksidasinya. Cara yang kedua didasarkan atas nama dan jumlah ligan, nama dan jumlah atom pusat serta muatan dari kompleks yang ada. Penamaan senyawa kompleks melibatkan banyak aturan dimana semakin rumit senyawanya semakin banyak aturan yang harus diterapkan.

B.

Tata Nama Senyawa Kompleks

1.

Tata Nama Umum Tatanama umum kini jarang bahkan tidak digunakan lagi. Hal ini

disebabkan tatanama dengan cara ini hanya didasarkan atas nama penemu atau warna yang dimiliki senyawa koordinasi. Berikut adalah beberapa contoh senyawa koordinasi yang penamaannya didasarkan atas nama penemunya: a.

Garam Vauquelin

: [Pd(NH3)4] [PdCl4]

b.

Garam Magnus

: [Pt(NH3)4] [PtCl4]

c.

Senyawa Gmelin

: [Co(NH3)6]2(C2O4)3

d.

Garam Zeise

: K[PtCl3(C2H4)].H2O

Sedangkan nama senyawa koordinasi yang didasarkan atas warna yang dimiliki adalah:

a.

Biru prusia (prusian blue)

: KFe[Fe(CN)6].H2O

b.

Kompleks luteo (kuning)

: [Co(NH3)5Cl]Cl2

c.

Kompleks praseo (hijau)

: [Co(NH3)4Cl2]

Alasan-alasan nama umum jarang digunakan atau tidak digunakan: a. Banyak senyawa kompleks yang berbeda namun disintesis oleh orang yang sama. b. Banyak senyawa kompleks yang berbeda namun memiliki warna yang sama.

2. Tata Nama Sistematik Tata nama sistematik dibagi menjadi dua cara yakni : a. Tata nama yang didasarkan atas nama dan jumlah ligan yang ada serta nama atom pusat beserta tingkat oksidasinya. Bilangan oksidasinya ditulis di dalam tanda kurung menggunakan angka Romawi. Anggka Romawi yang diberikan disebut Angka Stock. b. Tata nama yang didasarkan atas nama dan jumlah ligan, nama atom pusat serta muatan dari kompleks yang ada. Angka arab yang digunakan dapat berupa tanda positif atau negatif yang menunjukan muatan ion kompleks, angka Arab ini disebut angka Ewens-Bassett. Penamaan senyawa kompleks melibatkan banyak aturan dimana semakin rumit senyawanya semakin banyak aturan yang harus diterapkan. Aturan-aturan penamaan senyawa kompleks adalah sebagai berikut: 1. Nama Ligan a. Ligan netral Ligan netral diberi nama seperti nama senyawanya kecuali beberapa ligan seperti NH3, H2S, H2Te dan CO.

Singkatan atau Nama Senyawa

Nama Ligan Rumus Kimia

Asetonitril

asetonitril

MeCN

Etilenadiamena

etilenadiamena

en

Piridina

piridina

py

2,2’-bipiridina

2,2’-bipiridina

bpy

1,10-fenantrolina

1,10-fenantrolina

phen

Trifenilfosfina

trifenilfosfina

PPh3

Trifenilarsina

trifenilarsina

AsPh3

Trifenilstibina

trifenilstibina

SbPh3

Trisikloheksilfosfina

trisikloheksilfosfina

Pcy3

Ammonia

amina

NH3

Hydrogen sulfide

sulfan

H2S

Hydrogen telurida

telan

H2Te

Karbon monoksida

karbonil

CO

b. Ligan bermuatan negatif Anion yang namanya berakhiran dengan –da, sebagai ligan akhiran –da diganti dengan –do seperti dibawah. Rumus Kimia

Nama ion

Nama Ligan

NH2-

amida

Amido

NH2-

imida

Imido

N3-

azida

Azido

Kecuali untuk ligan-ligan berikut:

Rumus kimia

Nama ion

Nama ligan

F-

flourida

Flouro

Cl-

klorida

Kloro

Br-

bromida

Bromo

I-

iodida

Iodo

O2-

oksida

Okso

H-

hidrida

Hidro (hidrido)

Anion yang namanya berakhiran dengan –it atau –at sebagai ligan pada akhiran tersebut ditambah dengan akhiran –o, dan atom donor yang berikatan dengan atom atau ion pusat dituliskan dibagian depan seperti contoh-contoh berikut. Rumus kimia

Nama ion

Nama ligan

ONO-

Nitrit

Nitrito

NO2-

Nitrit

Nitro

ONO2-

Nitrat

Nitrato

OSO2-

Sulfit

Sulfito

OSO32-

Sulfat

Sulfato

SCN

Tiosianat

Tiosianato

NCS-

Isotiosianat

Isotiosianato

2. Bila didalam senyawa kompleks terdapat lebih dari satu macam ligan, urutan penyebutan nama ligan adalah secara alfabetik terlepas dari jumlah dan muatan ligan yang ada. Pada aturan lama (sebelum tahun 1971) ligan negatif disebut lebih dahulu secara alfabetik kemudian diikuti dengan ligan yang netral yang disebut secara alfabetik pula. Jumlah ligan yang ada dinyatakan dengan awalan di, tri, tetra dan seterusnya. Apabila awalan-awalan tersebut telah digunakan untuk menyebut jumlah substituen yang ada pada ligan maka jumlah ligan yang ada

dinyatakan dengan awalan bis, tris, tetrakis dan seterusnya. Ligan yang terdiri dari dua atau lebih atom ditulis didalam tanda kurung. 3. Nama senyawa kompleks netral dinyatakan dengan satu kata sedangkan nama senyawa kompleks ionik dinyatakan dengan dua kata dimana nama kation disebut lebih dulu. 4.

Pada senyawa kompleks ditunjukan:

a. Bilangan oksidasi dari ion pusat dengan angka romawi (angka stock). b. Muatan dari ion kompleks dengan angka arab ditambah tanda (+) untuk ion positif dan tanda (-) untuk ion negatif (angka Ewens-Bassett). 5. Nama ion atau senyawa kompleks yang berisomer ditambah dengan awalan yang menyatakan isomer yang ada seperti awalan cis-, trans-, fac-, mer-, dan lainlain. Aturan 1 sampai 5 dapat digunakan untuk memberi nama ion atau senyawa kompleks yang terdiri atas satu atom atau ion pusat dan beberapa ligan monodentat.

Isomer ditunjukkan oleh awalan yang diikuti oleh (-)

6. Nama ion kompleks positif diakhiri dengan nama logam beserta bilangan oksidasinya atau muatan ion kompleks. Beberapa contoh senyawa kompleks dan namanya diberikan dibawah ini: 1. Kompleks Netral: [AgCl(PPh3)3]

= klorotris(trifenilfosfina)perak(I)

[BaI2(py)6]

= diiodoheksapiridinabarium(II)

[Ni(CO)4]

= tetrakarbonilnikel

[Co(NH3)3(NO2)3]

= triaminatrinitrokobalt(III)

Catatan: a. Tatanama senyawa kompleks dimana logam yang ada tingkat oksidasinya ditunjukkan dengan angka Romawi dikenal sebagai tatanama sistematik. b. Untuk senyawa kompleks netral sebaiknya penamaan dengan menggunakan angka Romawi dan tidak menggunakan angka arab. c. Bilangan oksidasi nol dari atom pusat boleh tidak dituliskan seperti bilangan oksidasi Ni dalam [Ni(CO)4].

2. Kompleks Ionik: a. K3[ Fe(CN)6 ]: Kalium heksasianoferat (III) atau Kalium heksasianoferat (3-) b. [V(CO)5]3-: Ion pentakarbonilvanadat (-III) atau Ion pentakarbonilvanadat (3-) c. [Fe(CO)4]2- : Ion tetrakarbonilferat (-II) atau Ion tetrakarbonilferat (2-) d. [Cu(NH3)4]SO4 : Tetraaminatembaga (2+) sulfat atau Tetraaminatembaga(II) sulfat. Ligan bermuatan positif, sangat jarang djumpai pada senyawa kompleks. Contoh ligan yang bermuatan positif antara lain : H2N, CH2, dan NH3+. C. Urutan Penyebutan Ligan 1. Apabila di dalam senyawa kompleks terdapat lebih dari satu ligan maka urutan penyebutan ligan adalah secara alfabetis tanpa memperhatikan jumlah dan muatan ligan yang ada. Pada aturan lama ligan yang disebut terlebih dahulu adalah ligan yang bermuatan negatif secara alfabet kemudian diikuti dengan ligan netral yang disebut secara alfabet pula. 2. Urutan penyebutan ligan adalah urutan berdasarkan alfabet pada nama ligan yang telah di Indonesiakan. Misalnya alfabet awal untuk Cl‾ adalah k meskipun dalam bahasa inggris nama chloro dengan alfabet awal c. Sebagai contoh nama untuk senyawa kompleks [Co(en)2Cl2]+ adalah Ion bis (etilenadiamina)diklorokobalt(III) (benar) Diklorobis (etilenadiamina)kobalt(III) (salah) 3. Jumlah ligan yang ada dapat dinayatakan dengan awalan di, tri. Tetra dan seterusnya. tetapi apabila awalan-awalan tersebut telah digunakan untuk menyebut jumlah substituen yang ada pada ligan maka jumlah ligan yang ada dinyatakan dengan awalan bis, tris, tetrakis dan seterusnya. misalnya di dalam suatu senyawa kompleks terdapat dua ligan PPh3 maka disebut dengan bis(trifenilfosfina) bukan di(trifenilfosfina). 4. Ligan-ligan yang terdiri dari dua atom atau lebih ditulis dalam tanda kurung.

Tatanama Senyawa Kompleks Netral a. Nama senyawa kompleks netral ditulis dalam satu kata. b. Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan c. Menulis atau menyebut nama atom pusat serta bilangan oksidasi dari atom pusatyang ditulis dengan anggka Romawi. Dan bilangan oksidasi atom pusat yang harganya nol tidak perlu dituliskan. Contoh [Co(NH3)3(NO2)3] : triaminatrinotrokobaltt(III) [Ni(CO)4]

: tetrakarbonilnikel

[Fe(CO)5]

: pentakarbonilbesi

[Fe(CO)2(NO)2]

: dikarbonildinitrosilbesi

[Co(CO)3(NO)]

: trikarbonilnitrosilkobalt

Keterangan: triaminatrinotrokobaltt(III) merupakan kompleks dengan biloks = 0, selain itu merupakan kompleks dengan biloks 1.

Tata Nama Senyawa Kompleks Ionik a. Senyawa kompleks ionik kation sebagai ion kompleks penamaannya adalah sebagai berikut: 1. Diawali dengan menulis atau menyebut kata ion 2. Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki 3. Menulis atau menyebut nama atom pusat diikuti bilangan oksidasi yang ditulis dalam angka Romawi. Selain cara di atas penamaan dapat dilakukan dengan cara berikut: 1. Diawali dengan menulis atau menyebut kata ion 2. Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki 3. Menulis atau menyebut nama serta muatan dari ion kompleks yang ditulis dengan angka Arab. Contoh Kompleks

Spesi yang ada

Nama

[Cu(NH3)4]2+

Cu2+ dan 4NH3

ion tetraaminatembaga(II), atau Ion tetraaminatembaga(2+)

[Co(NH3)4Cl2]+ [Pt(NH3)4]2+

Co3+, 4NH3, danion tetraaminadiklorokobalt(II) atau ion 2Cl‾

tetraaminadiklorokobalt(1+)

Pt2+, dan 4NH3

ion

tetraaminaplatina(II)

atau

iontetraaminaplatina(2+) [Ru(NH3)5(NO2)]+

Ru2+, 5NH3, danion NO2‾

pentaaminanitrorutenium(II) atau

ion pentaaminanitrorutenium(1+)

b. Senyawa kompleks ionik anion sebagai ion kompleks Penamaannya adalah sebagai berikut 1. Diawali dengan menulis atau menyebut kata ion 2. Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki 3. Menulis atau menyebut nama atom pusat dalam bahasa latin dengan akhiran – um atau ium diganti –at kemudian diikuti bilangan oksidasi atom pusat yang ditulis dalam anggka Romawi. Selain cara di atas penamaan dapat dilakukan dengan cara berikut 1. Diawali dengan menulis atau menyebut kata ion 2. Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki 3. Menulis atau menyebut nama atom pusat dalam bahasa latin dengan akhiran – um atau ium diganti –at kemudian diikuti muatan dari ion kompleks yang ditulis dengan angka Arab.

Contoh kompleks

Spesi yang ada Nama

[PtCl4]2‾

Pt2+ dan 4Cl‾ Ion

tetrakloroplatinat(I)

atau

ion

atau

ion

tetrakloroplatinat(2-) [Ni(CN)4]2‾ Ni2+ dan 4CN‾ Ion

tetrasianonikelat(II)

tetrasianonikelat(2-) [Co(CN)6]3‾ Co3+ dan 6CN‾ Ion

heksasianokobaltat(III)

atau

ion

atau

ion

heksasianokobaltat(3-) [CrF6]3‾

Cr3+ dan 6F‾

Ion

heksafluorokromat(III)

heksasianofluorokromat(3-)

[MgBr4]2‾

Mg2+ dan 4Br‾ Ion

tetrabromomagnesat(II)

atau

Ion

tetrabromomagnesat(2-)

c. Senyawa kompleks ionik kation dan anion sebagai ion kompleks Penamaannya adalah menulis atau menyebut nama dan jumlah kation terlebih dahulu kemudian nama anion diikuti bilangan oksidasi atom pusat yang ditulis dalam anggka Romawi atau menulis atau menyebut nama dan jumlah kation terlebih dahulu kemudian nama anion diikuti muatan ion kompleks yang ditulis dengan angka Arab. Contoh K3[Fe(CN)6]3‾

: Kalium heksasianoferat(III) atau kalium heksasianoferat(3)

K4[Fe(CN)6]

: Kalium heksasianoferat(II) atau kalium heksasianoferat(4-)

[CoN3(NH3)5]SO4 : Pentaaminaazidokobalt(III)

sulfat

atau

Pentaaminaazidokobalt(2+) sulfat [Cu(NH3)4]SO4

: Pentaaminatembaga(II) sulfat atau Pentaaminatembaga(2+) sulfat

[Cu(NH3)4] [PtCl4] : Tetraaminatembaga(II)

tetrakloroplatinat(II)

atau

tetraamina tembaga(2+) tetrakloroplatinat(2-) [Co(NH3)6] [Cr(CN)6]

: Heksaaminakobalt(III)

heksasianokromat(III)

atau

heksasianokobalt(3+) heksasianokromat(3-)

Untuk senyawa-senyawa kompleks yang lebih rumit ditambahkan aturan sebagai berikut : a. Nama ligan yang membentuk jembatan antara dua atom atau ion pusat diberi awalan μ- atau μ2-; awalan μ3- ditambahkan pada nama ligan bila ia membentuk jembatan antara tiga atom atau ion pusat. b. Pada ligan yang dapat berikatan di dua tempat (ligan ambidentat) seperti NO2(nitro), ONO- (nitrito), SCN- (tiosianato) dan NCS- (isotiosianato) dalam penulisan rumus senyawa kompleksnya atom donor ditulis lebih dekat ke atom atau ion pusat yang ada.

c. Pada ligan yang memiliki lebih dari satu atom donor (ligan polidentat), atom donor yang berikatan dengan atom atau ion pusat dinyatakan dengan symbol dari atom tersebut ditulis dengan huruf miring setelah nama ligan yang bersesuaian. d. Bila pada senyawa kompleks terdapat dua atom atau ion pusat yang saling berikatan dan senyawanya simetrik maka digunakan awalan di atau awalan bis apabila awalan di telah digunakan. e. Bila senyawa tidak simetrik maka satu atom atau ion pusat yang ada beserta ligan-ligan yang terikat padanya dianggap sebagai ligan dari atom atau ion pusat yang lain. f. Nama ligan yang tidak jenuh diberi awalan ŋ- (hapto), sedangkan banyaknya atom yang terlibat dalam system tidak jenuh dinyatakan dengan angka pangkat pada awalan ŋ-, Awalan ŋ5- digunakan bila ada 5 atom yang terlibat dalam system tidak jenuh seperti pada ligan C5H5 (siklopentadienil). Bila ada 2 atom yang terlibat dalam system tidak jenuh digunakan awal ŋ- atau ŋ2-. g. Kompleks bis (ŋ5-siklopentadienil) logam disebut juga kompleks meta-losena.

C. STEREOKIMIA SENYAWA KOMPLEKS Isomer adalah senyawa yang memiliki rumus kimia yang sama, akan tetapi memiliki penataan struktur yang berbeda. Tidak hanya dalam senyawa-senyawa organik, senyawa kompleks juga mengalami isomerisasi. Banyak senyawa koordinasi dengan struktur/rumus kimia yang cukup rumit. Selain itu bervariasinya jenis ikatan dan struktur geometris yang mungkin terbentuk memungkinkan banyaknya jenis isomer yang berbeda dalam senyawaan kompleks. Alfred Werner telah berusaha mengklasifikasikan jenis-jenis isomeri yang terjadi dalam senyawa kompleks. Werner menggolongkan isomeri senyawa kompleks menjadi beberapa macam, yaitu isomer polimerisasi, ionisasi; ikatan terhidrat; koordinasi, posisi koordinasi, isomer geometris dan isomer optis. Sampai saat ini, penggolongan isomer yang telah dilakukan oleh Werner tersebut masih dipakai secara luas di bidang kimia.

Jenis isomeri yang paling penting dan paling sering teramati dalam senyawa kompleks adalah isomer geometris dan isomer optis. 1.

Isomer Geometris Isomer geometris, yang kadang-kadang juga disebut sebagai isomer cis-

trans, disebabkan oleh perbedaan letak atom atau gugus atom dalam ruang. Pada senyawa kompleks, isomeri semacam ini terjadi pada kompleks dengan struktur dua substituen atau dua macam ligan. Substituen dapat berada pada posisi yang bersebelahan atau berseberangan satu sama lain. Jika gugus substituen letaknya bersebelahan, maka isomer tersebut merupakan isomer cis. Sebaliknya jika substituen berseberangan satu sama lain, isomer yang terjadi merupakan isomer trans. Contoh isomeri geometris pada segiempat planar seperti yang terjadi pada kompleks [Pt(NH3)2Cl2]. Isomer cis dan trans dari kompleks ini masing-masing ditunjukkan dalam Gambar (1) dan (2) Cl

(NH3)

NH3

Pt Cl

Cl Pt

(NH3)

Cl

Gambar 1. Isomer cis kompleks [Pt(NH3)2Cl2]

I

(NH3)

Gambar 2. Isomer trans kompleks [Pt(NH3)2Cl2]

some r cis dari kompleks [Pt(NH3)2Cl2] diperoleh dengan menambahkan NH4OH kedalam suatu larutan ion [PtCl4]2-. Sedangkan isomer trans dari kompleks yang sama dapat disintesis dengan mereaksikan [Pt(NH3)4]2+ dan HCl, Selain pada kompleks segi empat planar, isomer geometris juga dapat terjadi pada suatu kompleks oktahedral disubstitusi, seperti pada kompleks [Cr(NH3)4Cl2]+ . Isomer cis dari kompleks ini berwarna violet, sehingga dapat dibedakan dari isomer trans-nya yang berwarna hijau.

Isomer cis dan trans dari kompleks ini ditunjukkan dalam Gambar (3) dan (4). NH3

Cl

Cl

NH3

NH3

Cr

NH3 Cr

NH3

NH3

NH3

NH3

Cl

Cl

Gambar 3. Isomer cis kompleks [Cr(NH3)4Cl2]+

Gambar 4. Isomer trans kompleks [Cr(NH3)4Cl2]+

Suatu kompleks dengan ligan bidentat yang asimetris (misalnya glisinato) juga dapat menghasilkan isomer geometris. Contoh isomer semacam ini ditunjukkan pada gambar 5 dan 6, yang masingmasing menunjukkan isomer cis dan trans dari kompleks diglisinaplation(II H2C

H2N

NH2

CH2

Pt C O

O

C

O

O

Gambar 5. Isomer cis kompleks diglisinaplation(II)

O C

O

NH2

CH2

Pt H2C NH2

O

C

Gambar 6. Isomer trans kompleks diglisinaplation(II)

O

2. isomer optis Isomer optis adalah isomer yang dicirikan dari perbedaan arah pemutaran bidang polarisasi cahaya. Senyawa yang dapat memutar bidang polarisasi cahaya dikatakan sebagai senyawa optis aktif. Isomer yang dapat memutar bidang polarisasi cahaya ke arah kanan (searah jarum jam) disebut dextro (d atau +). Sebaliknya isomer dari senyawa yang sama dan memutar bidang polarisasi ke arah kiri (berlawanan arah jarum jam) disebut levo (l atau -). Pada senyawa-senyawa organik, isomeri optis terjadi pada senyawa yang memiliki atom C asimetris. Meskipun demikian, tidak berarti senyawa-senyawa kompleks yang merupakan senyawaan anorganik tidak memiliki isomer optis. Hasil pengamatan terhadap berbagai senyawa kompleks menunjukkan bahwa pada senyawa kompleks juga dapat terjadi isomeri optis. Suatu molekul senyawa komplek yang asimetris (tidak memiliki bidang simetri) sehingga tidak dapat diimpitkan dengan bayangan cerminnya, akan bersifat optis aktif dan memiliki isomer optis. Pada senyawa kompleks, isomer optik umum dijumpai dalam kompleks oktahedral yang melibatkan gugus bidentat dan memiliki isomer cis dan trans. Isomer cis dari kompleks semacam ini tidak memiliki bidang simetri, sehingga akan memiliki isomer optis. Misalnya pada kompleks [Co(en)2Cl2]+, yang memiliki bentuk isomer geometris cis dan trans. Bentuk isomer cis sendiri dari kompleks tersebut aktif secara optis, dan memiliki isomer d dan l. Dengan demikian, jumlah total dari seluruh isomer yang dimiliki oleh kompleks [Co(en)2Cl2]+ adalah tiga isomer. Salah satu isomer yang tidak aktif secara optis (dalam hal ini isomer trans dari kompleks [Co(en)2Cl2]+ disebut sebagai bentuk meso dari kompleks tersebut. Isomer-isomer dari kompleks ini ditunjukkan pada Gambar 7 – 9.

en en

N

N N

N

Cl

Cl

Co3+

Co3+

Cl

Cl

N

N N

N en

en Gambar 7. Isomer cis –d kompleks [Co(en)2Cl2]+

Gambar 8. Isomer cis –l kompleks [Co(en)2Cl2]+

Cl N

N en

en

Co3+ N

N Cl

Gambar 9. Isomer trans-meso kompleks [Co(en)2Cl2]+

Related Documents


More Documents from "mauluddin"

Pekan Efektif 2019.docx
October 2019 14
Sampling Batubara.docx
October 2019 18
Baca Dulu.txt
October 2019 40
Produk Nasional
May 2020 46