BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otitis media supuratif kronik a dalah peradangan kronik telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga lebih dari dua bulan, baik terus menerus maupun hilang timbul. Terdapat dua tipe OMSK, yaitu OMSK tipe aman (tanpa kolesteatoma) dan ti pe baha ya (dengan kolesteatoma) . Kerusakan fungsi pendengaran merupakan salah satu gejala sisa yang sering terjadi dari otitis media supuratif kronis. OMSK juga merupakan penyebab umum terjadinya kecacatan, penurunan kinerja pendidikan dan dapat menyebabkan inf eksi fatal intrakranial serta mastoiditis akut yang terjadi pada negara miskin (acuin,2007). Survei Nasional Kesehatan Indra Penglihatan dan Pendengaran terakhir
di delapan provinsi Indonesia menunjukkan angka morbiditas THT sebesar 38,6% . 2
Prevalensi otitis media supuratif kronis ( OMSK ) di seluruh dunia yaitu sekitar 65 330 juta orang, terutama di negara berkembang, dimana 39 200 juta orang (60%) menderita penurunan fungsi pendengaran secara signifikan. 3
Diperkirakan terdapat 31 juta kasus baru OMSK per tahun, dengan 22,6% pada anak anak berusia <5 tahun (monasta, 2012).
Komplikasi banyak terjadi di kelompok umur antara 10 – 20 tahun, hal ini sesua i dengan banyak kepustakaan lain yang mendapatkan hasil hampir sama. Dasar pemikiran kenapa hal ini terjadi adalah pada kelompok usia ini merupakan kelompok usia yang paling aktif dan sadar
akan kesehatan(thapa,2004) Jenis kelamin tersering mengalami komplikasi int rakranial adalah laki laki sebesar 69 % sedangkan perempuan hanya didapat sebesar 31 %. Kemungkinan hal ini terjadi karena laki laki lebih memiliki akses dan perhatian lebih terhadap kesehatan dibandingkan perempuan, mengingat bahwa kehidupan sosial masyar akat di sini lebih didominasi laki laki. Hasil ini sesuai dengan penelitian terhadap keterkaitan jenis kelamin terhadap kejadian infeksi saluran napas menunjukkan perbedaan yang bermakna dimana laki laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Perbandingan ra sio kejadian mastoiditis dilaporkan 2,3 pada anak anak laki dibandingkan perempuan(falagasa,2007).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
OMSK adalah stadium dari penyakit telinga tengah dimana terjadi peradangan kronis dari telinga tengah d an mastoid dan membran timpani tidak intak ( perforasi ) dan ditemukan sekret (otorea), purulen yang hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah dan berlangsung lebih dari 2 bulan. Perforasi sentral adalah pada pars tensa dan sekitar dari sisa membran timpani atau sekurang kurangnya pada annulus. Lokasi perforasi sentral ditandai oleh hubungannya dengan manubrium mallei. Defek dapat ditemukan seperti pada anterior, posterior, inferior atau subtotal. Perforasi subtotal adalah s uatu defek yang besar disekelilingnya dengan annulus yang masih intak. Otitis media kronis terjadi dalam beberapa bentuk melibatkan mukosa dan merusak tulang (kolesteatom). Menurut Ramalingam bahwa OMSK adalah peradangan kronis lapisan mukoperiosteum dari middle ear cleft sehingga menyebabkan terjadinya perubahan perubahan patologis yang ireversibel. Dari definisi diatas terlihat bahwa adanya perforasi membran timpani merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk diagnosa OMSK, sedangkan sekret yang keluar bis a ada dan bisa pula tidak(siti, 2003).
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah radang kronis mukosa telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari liang telinga (otore) lebih dari dua bulan, baik terus menerus atau hilang timbul .
World Health Organization (WHO ) menyatakan otorea minimal 2 minggu sudah termasuk OMSK. Otorea dapat terjadi terus menerus atau hilang Timbul(mita,2008).
C. Epidemiologi
K ondisi sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek merupakan pengaruh terhadap prevalensi OMSK pada beberapa negara . OMSK banyak ditemukan pada negara berkembang . Secara umum ras dan faktor sosi al ekonomi dapat mempengaruhi terjadinya OMSK . Misalnya, pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak anak aborigin Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan , OMSK banyak dijumpai pada negara negara tersebut
. Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Faktor lainnya yang mendasari meningkatnya kejadian OMSK yang sedang berkemba ng diantaranya yaitu k ehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh, dan status kesehatan serta gizi yang buruk . Survei di seluruh dunia didapatkan bahwa prevalensi OMSK menjadi beban dunia yang melibatkan 65 – 330 juta orang dengan telinga berair, dimana 60% di antaranya ( 39 – 200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan. Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan termasuk dalam klasifikasi tinggi dalam tingkatan klasifikasi insidensi. Sekitar 25% dari
pasien p asien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia merupakan pasien OMSK . Berdasarkan Survei Nasional Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran oleh Departemen Kesehatan R.I tahun 1994 1996, angka kesakitan (morbiditas) Telinga, Hidung, dan T enggorok (THT) di Indonesia sebesar 38,6% dengan prevalensi morbiditas tertinggi pada kasus telinga dan gangguan pendengaran yaitu sebesar 38,6% dan OMSK antara 2,1 5,2% (monasta, 2012).
D. Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down’s syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tin ggi di Amerika Serikat. Faktor Host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi immun sistemik. Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell mediated ( seperti infeksi HIV) dapat manifes t sebagai sekresi telinga kronis. Penyebab OMSK antara lain:
1. Lingkungan Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi, dimana kelompok sosioekonomi rendah memi liki insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang padat. 2. Genetik Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder. 3. Otitis media sebelumnya. Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis 4. Infeksi Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mu kosa telinga tengah hampir tidak bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram negatif, flora tipe usus, dan beberapa organisme lainnya. 5. Infeksi salur an nafas atas Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga t engah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri. 6. Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap otitis media kronis. 7. Alergi Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang b ukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksin toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya. 8. Gangguan fungsi tuba eustachius. Pada otitis kronis aktif, dim ana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan b ahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal. Beberapa faktor faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada OMSK : • Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret telinga purule n berlanjut. • Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada perforasi. • Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme migrasi epitel. • Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pe rtumbuhan yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi. Faktor faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis majemuk, antara lain : 1. Gangguan fungsi tuba e ustachius yang kronis atau berulang. a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.
b. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total 2. Perforasi membran timpani yang menetap. 3. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya pada telinga tengah. 4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid. Hal ini dapat disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulasi atau timpanosklerosis. 5. Terdapat daerah daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid. 6. Faktor faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh(siti,2003)
E. Faktor Resiko
Faktor resiko dari OMSK belum jelas, namun infeksi saluran napas atas berulang dan kondisi sosio ekonomi yang buruk (perumahan padat, higienitas dan nutrisi yang buruk) mungkin berhubungan dengan perkembangan dari OMSK. Penyebab paling umum dari OM akut adalah Streptococcus pneumoniae , Haemophilus influenzae dan Moraxella Catarrhalis.
Namun Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus merupakan bakteri aerob yang paling sering ditemukan pada pasien OMSK, diikuti dengan Proteus vulgaris dan Klebsiella pneumoniae(sattar,2012). F. Patofisiologi
Patofisiologi OMSK melibatkan berbagai faktor yang berhubungan dengan tuba eutakhius, baik faktor lingkungan, faktor genetik atau faktor anatomik. Tuba eustakhius memiliki tiga fungsi penting yang berhubungan dengan kavum timpani:Fungsi ventilasi, proteksi dan drainase (clearance). Penyebab endogen misalnya gangguan silianpada tuba, deformitas pada palatum, atau gangguan otot otot pembuka tuba. Penyebab eksogen misalnya infeksi atau alergi yang men yebabkan inflamasi pada muara tuba. Otitis media supuratif kronik sebagian besar merupakan sequele atau komplikasi otitis media akut (OMA) yang mengalami perforasi. Dapat
juga terjadi akibat komplikasi pemasangan pipa timpanostomi (pipa gromet) pada kasu s otitis media efusi (OME). Perforasi membran timpani gagal untuk menutup spontan, terjadi infeksi berulang dari telinga luar atau paparan alergen dari lingkungan, sehingga menyebabkan otorea yang persisten. Infeksi kronis maupun infeksi akut berulang pa da hidung dan tenggorok dapat menyebabkan gangguan fungsi hingga infeksi dengan akibat otorea terus menerus atau hilang timbul. Peradangan pada membran timpani menyebabkan proses kongesti vaskuler, sehingga terjadi suatu daerah iskemi, selanjutnya terjadi daerah nekrotik yang berupa bercak kuning, yang bila disertai tekanan akibat penumpukan discaj dalam rongga timpani dapat mempermudah terjadinya perforasi membran timpani. Perforasi yang menetap akan menyebabkan rongga timpani selalu berhubungan dengan dun ia luar, sehingga kuman dari kanalis auditorius eksternus dan dari udara luar dapat dengan bebas masuk ke dalam rongga timpani, menyebabkan infeksi mudah berulang atau bahkan berlangsung
terus menerus. Keadaan kronik ini lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragaman gambaran patologi ini disebabkan oleh proses yang bersifat kambuhan atau menetap, efek dari kerusakan jaringan,serta pembentukan jaringan parut. Selama fase aktif, epitel mukosa mengalami perubahan menjadi mukosa sekretorik dengan sel goblet yang mengeksresi sekret mukoid atau mukopurulen. Adanya infeksi aktif dan sekret persisten yang b erlangsung lama menyebabkan muko sa mengalami proses pembentukan jaringan granulasi dan atau polip. Jaringan patolog is dapat menutup membran timpani, sehingga menghalangi drainase,menyebabkan penyakit menjadi persisten. Perforasi membran timpani ukurannya berva riasi. Pada proses penutupan dapat ter jadi pertumbuhan epitel skuamus masuk ke telinga tengah, kemudian terja di proses deskuamasi yang akan mengisi telinga tengah dan antrum mastoid, selanjutnya membentuk kolesteatoma akuisita sekunder,
yang merupakan media yang baik bagi pertumbuhan kuman pathogen dan bakteri pembusuk. Kolesteatoma ini mampu menghancurkan tulang di sekitarnya termasuk rangkaian tulang pendengaran oleh reaksi erosi dari ensim osteolitik atau kolagenase yang dihasilkan oleh proses kolesteatom dalam jaringan ikat subepitel. Pada proses penutupan membran timpani dapat juga terjadi pembentukan membran atrofik dua lapis tanpa unsur jaringan ikat, dimana membran bentuk ini akan cepat rusak pada periode infeksi aktif (mita, 2008). H. Gejala klinis dan penegakan diagnosis Telinga berair (otorrhoe) Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis. • Gangguan pendengaran Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati. Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi kohlea.
• Otalgia ( nyeri telinga) Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis. • Vertigo Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu (Soepardi, 2008). Tanda Klinis Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna : • Adanya Abses atau fistel retroaurikular • Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani. • Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom) • Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom J. Penatalaksanaan Penyebab penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada faktorfaktor penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian pada waktu pengobatan haruslah dievaluasi faktorfaktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi penyembuhan serta menganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat -obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi. Menurut Nursiah, prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan dapat dibagi atas : 1. Konservatif 2. Operasi 1. OMSK BENIGNA a. OMSK BENIGNA TENANG
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti,timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran. b. OMSK BENIGNA AKTIF Prinsip pengobatan OMSK adalah : 1. Pembersihan liang telinga dan kavum timpan ( toilet telinga) Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme ( Fairbank, 1981). Cara pembersihan liang telinga ( toilet telinga) : • Toilet telinga secara kering ( dry mopping). Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat di beri antibiotik berbentuk serbuk. Cara ini sebaiknya dilakukan diklinik atau dapat juga dilakukan oleh anggota keluarga. Pembersihan liang telinga dapat dilakukan setiap hari sampai telinga kering. • Toilet telinga secara basah ( syringing). Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan nanah, kemudian dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik. Meskipun cara ini sangat efektif untuk membersihkan telinga tengah, tetapi dapat mengakibatkan penyebaran infeksi ke bagian lain dan kemastoid ( Beasles, 1979). Pemberian serbuk antibiotik dalam jangka panjang dapat menimbulkan reaksi sensitifitas pada kulit. Dalam hal ini dapat diganti dengan serbuk antiseptik, misalnya asam boric dengan Iodine. • Toilet telinga dengan pengisapan (suction toilet) Pembersihan dengan suction pada nanah, dengan bantuan mikroskopis operasi adalah metode yang paling populer saat ini. Kemudian dilakukan pengangkatan mukosa yang berproliferasi dan polipoid sehingga sumber infeksi dapat dihilangkan. Akibatnya terjadi drainase yang baik dan resorbsi mukosa. Pada orang dewasa yang koperatif cara ini dilakukan tanpa anastesi tetapi pada anakanak diperlukan anastesi. Pencucian telinga dengan H2O2 3% akan mencapai sasarannya bila dilakukan dengan “ displacement methode” seperti yang dianjurkan oleh Mawson dan Ludmann. 2. Pemberian antibiotik topikal Terdapat perbedaan pendapat mengenai manfaat penggunaan antibiotik topikal untuk OMSK. Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak tanpa dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak progresif lagi diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Rif menganjurkan irigasi dengan garam faal agar lingkungan bersifat asam dan merupakan media yang buruk untuk tumbuhnya kuman. Selain itu dikatakannya, bahwa tempat infeksi pada OMSK sulit dicapai oleh antibiotika topikal. Djaafar dan Gitowirjono menggunakan antibiotik topikal sesudah irigasi sekret profus dengan hasil cukup memuaskan, kecuali kasus dengan jaringan patologis yang menetap pada telinga tengah dan kavum mastoid. Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1 minggu.Cara pemilihan antibiotik yang paling baik dengan berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistesni. Obat-obatan topikal dapat berupa bubuk atau tetes telinga yang biasanya dipakai setelah telinga dibersihkan dahulu.
Bubuk telinga yang digunakan seperti : a. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine b. Terramycin. c. Asidum borikum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg Pengobatan antibiotik topikal dapat digunakan secara luas untuk OMSK aktif yang dikombinasi dengan pembersihan telinga, baik pada anak maupun dewasa. Neomisin dapat melawan kuman Proteus dan Stafilokokus aureus tetapi tidak aktif melawan gram negatif anaerob dan mempunyai kerja yang terbatas melawan Pseudomonas karena meningkatnya resistensi. Polimiksin efektif melawan Pseudomonas aeruginosa dan beberapa gram negatif tetapi tidak efektif melawan organisme gram positif (Fairbanks, 1984). Seperti aminoglokosida yang lain, Gentamisin dan Framisetin sulfat aktif melawan basil gram negatif dan gentamisin kerjanya “sedang” dalam melawan Streptokokus. Tidak ada satu pun aminoglikosida yang efektif melawan kuman anaerob. Biasanya tetes telinga mengandung kombinasi neomisin, polimiksin dan hidrokortison, bila sensitif dengan obat ini dapat digunakan sulfanilaid-steroid tetes mata. Kloramfenikol tetes telinga tersedia dalam acid carrier dan telinga akan sakit bila diteteskan. Kloramfenikol aktif melawan basil gram positif dan gram negative kecuali Pseudomonas aeruginosa, tetapi juga efektif melawan kuman anaerob, khususnya B. fragilis ( Fairbanks, 1984). Pemakaian jangka panjang lama obat tetes telinga yang mengandung aminoglikosida akan merusak foramen rotundum, yang akan menyebabkan ototoksik. Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada ot itis media kronik adalah : 1. Polimiksin B atau polimiksin E Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E. Koli Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B. fragilis Toksik terhadap ginjal dan susunan saraf. 2. Neomisin Obat bakterisid pada kuma gram positif dan negatif, misalnya : Stafilokokus aureus, Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap ginjal dan telinga. 3. Kloramfenikol Obat ini bersifat bakterisid terhadap : Stafilokokus, koagulase positif, 99% Stafilokokus, koagulase positif, 95% Stafilokokus group A, 100% E. Koli, 96% Proteus sp, 60% Proteus mirabilis, 90% Klebsiella, 92% Enterobakter, 93% Pseudomonas, 5% Dari penelitian terhadap 50 penderita OMSK yang diberi obat tetes telinga dengan ofloksasin dimana didapat 88,96% sembuh, membaik 8,69% dan tidak ada perbaikan 4,53% 3. Pemberian antibiotik sistemik Pemilihan antibiotik sistemik untuk OMSK juga sebaiknya berdasarkan kultur kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan , perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.
Dalam pengunaan antimikroba, sedikitnya perlu diketahui daya bunuhnya terhadap masing- masing jenis kuman penyebab, kadar hambat minimal terhadap masing-masing kuman penyebab, daya penetrasi antimikroba di masing jaringan tubuh, toksisitas obat terhadap kondisi tubuhnya . dengan melihat konsentrasi obat dan daya bunuhnya terhadap mikroba, antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dengan kuinolon. Golongan kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam. Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah Kuman aerob Antibiotik sistemik Pseudomonas karbenisilinAminoglikosida P. Mirabilis Ampisilin atau sefalosforin P. Morganii KarbenisilinAminoglikosida P. Vulgaris Klebsiella Sefalosforin atau aminoglikosida E. Koli Ampisilin atau sefalosforin S. Aureus Anti-stafilikokus penisilin, Sefalosforin, eritromosin, aminoglikosida Streptokokus Penisilin, sefalosforin, eritromisin Aminoglikosida B. fragilis Klindamisin Antibiotika golongan kuinolon ( siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat derivat asam nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral. Tetapi tidak dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun. Golongan sefalosforin generasi III ( sefotaksim, seftazidinm dan seftriakson) juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral. Terapi ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK belum pasti cukup, meskipun dapat mengatasi OMSK. Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman anaerob. Menurut Browsing dkk metronidazol dapat diberikan dengan dan tanpa antibiotik ( sefaleksin dan kotrimoksasol) pada OMSK aktif, dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu1. 2. OMSK MALIGNA Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi. Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain (Soepardi, 2001): • Mastoidektomi sederhana Dilakukan pada OMSK tipe benigna yang tidak sembuh dengan pengobatan konservatif. Pada tindakan ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik, dengan tujuan agar infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. • Mastoidektomi radikal Dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara
liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intrakranial. • Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy) Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah attic, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi adalah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada. • Miringoplasti Dilakukan pada OMSK tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani. Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe 1. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi adalah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah ada OMSK tipe benigna dengan perforasi yang menetap. • Timpanoplasti Dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe benigna yang tidak bisa diatasi dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi adalah menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani seringkali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan V. • Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty) Dikerjakan pada kasus OMSK tipe maligna atau OMSK tipe benigna dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga). Yang dimaksud dengan combined approach di sini adalah membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani melalui dua jalan, yaitu liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Namun teknik operasi ini pada OMSK tipe maligna belum disepakati oleh para ahli karena sering timbul kembali kolesteatoma (Soepardi, 2008). K. Komplikasi OMSK dibagi atas 2, yaitu :
Tipe Tubo timpanal/Benigna
Tipe Atiko antral/Maligna
TUBO TIMPANAL
Karakteristik perforasi pada pars tensa
Pada umumnya tidak memberikan komplikasi yang berbahaya seperti sepsis intrakranial (safe otitis media)
ATIKO ANTRAL
Umumnya mengenai pars plasida
Karakteristik pembentukan retraction pocket, dengan penumpukan keratin yang akan membentuk kolesteatom
PERFORASI MEMBRAN TIMPANI
PERFORASI MEMBRAN TIMPANI
KOMPLIKASI INTRAKRANIAL
ABSES EKSTRADURAL
ABSES SUBDURAL (EMPIEMA)
TROMBOFLEBITIS SINUS LATERAL
MENINGITIS
ABSES OTAK
HIDROSEFALUS OTITIS
KOMPLIKASI DALAM TULANG TEMPORAL
PARALISIS FASIAL
LABIRINTITIS
ABSES EKSTRADURAL
Infeksi menjalar melampaui tulang pada telinga tengah atau mastoid = abses epidural
Gejala dan tanda tidak banyak € diagnosis ditegakkan sesudah operasi mastoid
ABSES EKSTRADURAL
Dapat diduga bila :
Otorrhoe banyak
Vena jugularis interna ditekan, nampak pulsasi dari sekret
Demam yang tidak tinggi
Sakit kepala
ABSES EKSTRADURAL
Terapi :
Sirurrgis
Bila waktu operasi terdapat abses, maka tulang yang menutupi abses harus dibuang sampai nampak dura
Sebelumnya telah dilakukan operasi mastoid
radikal atau simple mastoidectomy
TROMBOPHLEBITIS SINUS LAT.
Dapat terjadi oleh osteomyelitis atau hancurnya tulang oleh kholesteatoma yang berbatasan dgn sinus lateralis
Sebelumnya terjadi abses perisinus dan menembus sinus hingga terjadi trombus pada sinus lateralis sampai dapat menutup sinus
Dapat menjalar ke bulbus jugularis € vena jugularis interna
TROMBOPHLEBITIS SINUS LAT.
Tanda dan gejala :
Demam (suhu naik turun)
Anemia yang progresif
Badan bertambah kurus
Lekositosis
Hemorrhagia pada retina, batas pupil tidak jelas
TROMBOPHLEBITIS SINUS LAT.
Diagnosis baru diketahui waktu operasi
Terapi :
Sirrurgis, mastoidektomi radikal
Membuang tulang yang berbatasan dengan sinus
Bila perlu insisi dinding sinus dan mengeluarkan trombus dari dalam sinus
MENINGITIS
Meningitis dapat terjadi :
Dari otitis melalui abses ekstradural
Setelah terjadinya trombus yang kena infeksi pada
sinus
Setelah labirintitis supuratif
Pada osteomyelitis dari os temporale terutama pada ujung os petrosis
Pada abses otak
Pada anak kecil, melalui sutura petroskuamosa yang masih terbuka
MENINGITIS
Meningitis dibagi dalam :
Meningitis lokalisata, sirkumskripta, serosa atau protective meningitis
Meningitis generalisata, diffusa, purulenta
MENINGITIS SEROSA
Gejala :
Sakit kepala
Suhu naik
Mengantuk
Muntah
Konfulsi
MENINGITIS SEROSA
Pada pemeriksaan :
Leher kaku, bila leher diangkat dagu tidak sampai dada
Epistotonus
Tanda kernig pose : bila kepala dibengkokkan ke perut, kaki tidak dapat diluruskan
Bruddinski pose : bila kepala diflexi, panggul dan lutut flexi
MENINGITIS SEROSA
Diagnosis € memeriksa liquor serebro spinal
Jumlah sel bertambah
Tak terdapat kuman dalam liquor
Glukosa normal
Cairan jernih sampai keruh
Lebih banyak limfosit
MENINGITIS SEROSA
Terapi :
Bila terjadi sesudah otitis media €
myringotomi dan pemberian antibiotika
Operasi untuk membersihkan seluruh yang sakit di mastoid oleh karena dengan segera dapat terjadi meningitis purulenta
Operasi juga harus membuang tulang mastoid yang berbatasan dengan dura
MENINGITIS GENERALISATA
Infeksi dari seluruh meningen, dari otak sampai medulla spinalis
Biasanya didahului oleh meningitis serosa yang berlangsung bbrp jam € hari
Kuman menerobos barrier pada meningitis lokalisata dan memperbanyak diri dalam LCS
MENINGITIS GENERALISATA
Tanda dan gejala :
Demam tinggi
Sakit kepala hebat
Otot leher dan punggung kaku
Bila TIK meninggi, nadi lambat
Kesadaran terganggu hingga terjadi koma
MENINGITIS GENERALISATA
Diagnosis € dengan punksi lumbal
Cairan keruh
> 1000 sel / mm terutama sel PMN
Glukosa menurun
Terdapat kuman dalam LCS
Terapi :
Antibiotika
Membersihkan fokus penyebab meningitis €
mastoidektomi radikal
ABSES
OTAK
Biasanya terjadi setelah peradangan pada telinga tengah atau mastoid, dimana dura mudah rusak karena infeksi
Terjadi suatu peradangan endokranial € setempat suatu ekstradural abses € meningitis € abses otak
Sering terjadi sesudah OMSK, terutama kholesteatoma
PARALISIS FASIALIS
Dapat timbul hari pertama sesudah OMA
Bisa terjadi dehisensi € sebahagian dari
n. fasialis tidak ditutupi oleh tulang (tulang disini tipis sekali) € terapi : antibiotika + parasentesis
Bila terjadi sesudah OMA € tulang nekrosis € terapi : simple mastoidectomy
PARALISIS FASIALIS
Bila pada otitis media kronik tulang hancur oleh kholesteatoma € terapi : operasi mastoid radikal + dekompresi n.fasialis
LABIRINTITIS
Labirintitis dibagi dalam :
Labirintitis lokalisata, sirkumskripta, serosa
Labirintitis diffus, purulenta, supurativa
Fistula dari labirinth : terbukanya kanalis semisirkularis
Fistula dari labirinth biasanya disebabkan oleh hancurnya tulang oleh kholesteatoma atau osteomyelitis
LABIRINTITIS
Fistula test :
Dapat dilakukan dengan alat siegle atau dengan balon yang disambung dengan slang dan dimasukkan ke dalam liang telinga. Boleh juga dengan menekan tragus. Bila kita tekan maka timbul nistagmus ke daerah yg sakit. Selain ini terjadi juga vertigo.
LABIRINTITIS
Terapi :
Bila disebabkan oleh kholesteatoma €
operasi radikal mastoidektomi
Bila terjadi attic retraction pocket cholesteatoma € modifikasi radikal Sebelum adanya antibiotik, OMA dapat menimbulkan komplikasi, mulai dari abses subperiosteal sampai abses otak dan meningitis. Sekarang semua jenis komplikasi tersebut biasanya didapat pada otitis media supuratif kronik. Mengikut Shambough (2003) dalam Djaafar (2005), komplikasi OMA terbagi kepada komplikasi intratemporal (perforasi membran timpani, mastoiditis akut, paresis nervus fasialis, labirinitis, petrositis), ekstratemporal (abses subperiosteal), dan intracranial (abses otak, tromboflebitis).
BAB III KESIMPULAN Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna (tenang dan aktif) dan OMSK tipe maligna. Pada OMSK tipe benigna, peradangan terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang. Pada OMSK tipe maligna, peradangan dapat mengenai tulang. Bakteri penyebab tersering pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Prinsip penatalaksanaan OMSK tergantung jenisnya. Pada OMSK benigna tenang tidak memerlukan pengobatan. Pada OMSK benigna aktif prinsip pengobatannya adalah: pembersihan liang telinga dan kavum timpan ( toilet telinga), pemberian antibiotik topikal, pemberian antibiotik sistemik. Pada OMSK maligna memerlukan operasi, meliputi mastoidektomi sederhana, mastoidektomi radikal, mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy), miringoplasti, timpanoplasti dan timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty). Komplikasi OMSK dibagi atas 2, yaitu : Tipe Tubotimpanal/Benigna dan Tipe Atiko antral/Maligna. 1.TUBOTIMPANAL Karakteristik perforasi pada pars tensa , Pada umumnya tidak memberikan komplikasi yang berbahaya seperti sepsis intrakranial (safe otitis media)
ATIKO ANTRAL
Umumnya mengenai pars plasida
Karakteristik pembentukan retraction pocket, dengan penumpukan keratin yang akan membentuk kolesteatom