Paper Fistum.docx

  • Uploaded by: Titin cantika
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Paper Fistum.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,137
  • Pages: 28
NAMA : TITIN CANTIKA MANURUNG NIM : 160301124 AGROEKOTEKNOLOGI 3

ORGANEL-ORGANEL SEL TUMBUHAN BESERTA FUNGSINYA

Sel merupakan unit terkecil dari makhluk hidup yang dapat melaksanakan kehidupan. Disebut unit terkecil karena tidak dapat dibagi-bagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil yang dapat berdiri sendiri. Sel dapat melakukan proses kehidupan seperti melakukan respirasi, perombakan, penyusunan, reproduksi melalui pembelahan sel, dan peka terhadap rangsangan. Hasil kerja Hooke telah menarik minat Antonie van Leeuwenhoek (1632– 1723) untuk mempelajari lebih dalam tentang rahasia kehidupan terkecil di muka bumi. Ia merancang mikroskop kecil berlensa tunggal untuk memuluskan niatannya. Mikroskop tersebut ia gunakan untuk mengamati air rendaman jerami. Dari pengamatan yang dilakukannya, Antonie menemukan adanya organisme yang bergerak-gerak dalam air yang diamatinya itu. Organisme tersebut kemudian dinamai dengan istilah bakteri. Karena pengamatan tersebut Antonie van Leeuwenhoek dianggap sebagai orang pertama yang menemukan sel hidup dalam sejarah penemuan sel.

Dari penelitian yang dilakukan Robert Hooke dan Antonie van Leeuwenhoek, sejarah penemuan sel dilanjut dengan perkembangan teori dan penemuan-penemuan baru. Beberapa ahli yang mendalami teori sel tersebut misalnya Schleiden (1804– 1881), Theodor Schwan (1810–1882), Max Schultze (1825–1874), Rudolph Virchow (1821–1902), Robert Brown (1812), Felix Durjadin (1835), dan Johanes Purkinye (1787–1869). Pada tahun 1829, Jacob Schleiden melakukan penelitian dan pengamatan terhadap mikroskopis sel tumbuhan, sementara secara hampir bersamaan Theodor Schwan juga melakukan pengamatan serupa dengan objek yang diamati berupa sel hewan. Dari pengamatan tersebut, keduanya menari teori bahwa “sel merupakan kesatuan atau unit struktural mahluk hidup”. Secara lebih jelas, teori tersebut dijabarkan sebagai berikut: 1. Setiap makhluk hidup terdiri dari sel. 2. Sel adalah unit struktural terkecil pada makhluk hidup. 3. Organisme bersel satu terdiri dari satu sel (uniseluler), organisme yang tersusun lebih dari satu sel disebut organisme bersel banyak (multiseluler). Penelitian mendalam tentang sel dilanjutkan oleh Max Schultze di tahun 1845. Penelitian yang membuka babak baru dalam sejarah penemuan sel tersebut menghasilkan teori bahwa dalam sel terdapat bagian bernama protoplasma. Protoplasma adalah dasar fisik kehidupan yang bukan hanya bagian struktural sel, melainkan juga sebagai tempat berlangsung reaksi-reaksi biokimia kehidupan. Berdasar hasil penelitian inilah Schultze mengemukakan teori bahwa sel adalah kesatuan fungsional kehidupan. Pada tahun-tahun berikutnya, Rudolph Virchow juga melakukan penelitian mendalam terhadap ilmu sel. Dari penelitian tersebut ia mengemukakan teori omnis cellula ex cellulae yang artinya semua sel berasal dari sel sebelumnya. Dari teori tersebut, sejarah penemuan sel mengungkap kenyataan baru bahwa sel adalah unit pertumbuhan makhluk hidup. Kemajuan IPTEK telah mendorong penemuan unit-unit hereditas yang ada dalam inti cell atau nukleus. Unit hereditas dalam sel yang disebut kromosom itu adalah unit pembawa sifat bagi perkembangbiakan sel. Melalui penelitian beberapa orang berikut ini teori sel adalah unit hereditas mahluk hidup menjadi kian berkembang. 1. Robert Brown (1812). Ahli biologi Skotlandia ini menemukan sebuah benda terapung berukuran kecil di dalam cairan sel. Benda tersebut dianggapnya sebagai inti sel atau nukleus. 2. Felix Durjadin (1835). Ahli biologi Belanda ini menemukan adanya cairan sel yang terdapat di dalam membran sel. Cairan tersebut kini kita kenal dengan istilah protoplasma.

3. Johanes Purkinye (1787–1869). Ahli biologi yang menjadi orang pertama pengaju istilah protoplasma.

1. Mitokondria Mitokondria adalah tempat di mana fungsi respirasi pada makhluk hidup berlangsung. Respirasi merupakan proses perombakan atau katabolisme untuk menghasilkan energi atau tenaga bagi berlangsungnya proses hidup. Dengan demikian, mitokondria adalah pembangkit tenaga bagi sel. Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas metabolisme tinggi dan memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya sel otot jantung. Jumlah dan bentuk mitokondria bisa berbeda-beda untuk setiap sel.

Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak di bagian dalam membrane. Membran luar terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan yang sama serta mengandung protein porin yang menyebabkan membran ini bersifat permeabel terhadap molekul-molekul kecil yang berukuran 6000 Dalton. Dalam hal ini, membran luar mitokondria menyerupai membran luar bakteri gram-negatif. Selain itu, membran luar juga mengandung enzim yang terlibat dalam biosintesis lipid dan enzim yang berperan dalam proses transpor lipid ke matriks untuk menjalani oksidasi menghasilkan Asetil KoA. Membran dalam yang kurang permeabel dibandingkan membran luar terdiri dari 20% lipid dan 80% protein. Membran ini merupakan tempat utama pembentukan ATP. Luas permukaan ini meningkat sangat tinggi diakibatkan banyaknya lipatan yang menonjol ke dalam matriks, disebut Krista. Stuktur krista ini meningkatkan luas permukaan membran dalam sehingga meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membran dalam mengandung protein yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP sintase yang berfungsi membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta protein transpor yang mengatur keluar masuknya metabolit dari matriks melewati membran dalam. Ruang antar membran yang terletak diantara membran luar dan membran dalam merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang penting bagi sel, seperti siklus Krebs, reaksi oksidasi asam amino, dan reaksi oksidasi asam lemak. Di dalam matriks mitokondria juga terdapat materi genetik, yang dikenal dengan DNA mitkondria (mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat inorganik serta ion-ion seperti magnesium, kalsium dan kalium. 2. Badan Golgi Badan Golgi adalah sebutan terhadap kantong-kantong khas yang terdapat hampir di semua sel eukariotik. Nama ini diberikan pertama kali oleh seorang sitologiawan Italia bernama Camillo Golgi, yang pertama-tama menjelaskan organel ini pada akhir abad sembilan belas. Badan Golgi terbentuk oleh susunan lempengan kantong-kantong yang khas dikelilingi membran. Lempengan kantong ini disebut sisterna. Dalam sel tumbuhan, badan Golgi terdiri atas susunan dari beberapa sisterna. Pada penghujung kantong terdapat kantong-kantong bulat kecil atau vesikula yang menempel dan yang seolaholah terjentik dari ujung kantong yang berukuran lebih besar. Organel ini terdapat hampir di semua sel eukariotik. Badan Golgi pada tumbuhan biasanya disebut diktiosom. Sisterna yang sedang tumbuh berada pada posisi terbawah dengan pinggiran kantong yang mulai menggelembung disebut sebagai permukaan cis badan Golgi. Sisterna yang sudah melalui pertumbuhan dengan pinggiran kantong yang

menggelembung lebih besar berada pada posisi teratas yang disebut permukaan trans. Sisterna yang berada diantara permukaan cis dan trans merupakan kantong-kantong yang sedang tumbuh dan bergerak hingga mencapai permukaan trans. Bentuk badan Golgi dalam proyeksi tiga dimensi dapat dilihat pada Gambar.

Badan Golgi sebagai organel sel eukariotik mempunyai fungsi yang beragam, antara lain 1) mengemas bahan-bahan sekresi yang akan dibebas-kan dari sel, 2) memproses protein-protein yang telah disintesa oleh ribosom dari retikulum endoplasma, 3) mensintesa polisakarida tertentu dan glycolipids, 4) memilih protein untuk berbagai lokasi di dalam sel, 5) memperbanyak elemen membran yang baru

bagi membran plasma, dan 6) memproses kembali komponen-komponen membran plasma yang telah memasuki sitosol selama endositosis. Badan Golgi berperan dalam banyak proses selular yang berbeda tetapi yang utama adalah dalam hal sekresi Badan Golgi menerima produk sel tertentu dari RE dan membawa produk ini ke dalam vesikula sekretori yang akan meneruskan lintasannya menuju ke bagian luar membran plasma sel, dan berdiffusi dengan membran. Bagian ini dapat terbuka untuk membebaskan isi vesikula keluar. Proses ini disebut eksositosis Protein yang disintesis oleh RE dipindahkan ke dalam badan Golgi. Disini karbohidrat tambahan dapat dibubuhkan kepadanya. Protein-protein ini terkumpul di dalam vesikula tadi sampai penuh. Vesikula-vesikula ini dapat berpindah ke permukaan sel dan mengeluarkan isinya ke bagian luar. Vesikula-vesikula berprotein yang lain pada badan Golgi dapat disimpan di dalam sel sebagai lisosom. Pemrosesan protein dimulai pada RE dan dilanjutkan di dalam sisterna badan Golgi. Protein ditransfer ke bagian cis diktiosom. Semua glycoprotein dari RE yang sampai pada cis badan Golgi memiliki cincin oligosakarida. Sebelum melewati satu sisterna Golgi ke sisterna berikutnya, protein akan mengalami pemrosesan. Misalnya di dalam sisterna cis, kelompok fospat ditambahkan pada akhir cincin oligosakarida dari protein untuk lisosom, sekresi protein dan protein untuk membran plasma yang akan menjalani pengolahan ekstensif. Di samping peranannya di dalam sekresi, badan Golgi berperan dalam mempersiapkan elemen-elemen membran untuk organel seperti lisosom dan membran plasma. Protein yang ditujukan sebagai komponen membran lisosom atau membran plasma ditambatkan pada membran RE. Pada saat sintesis, protein kemungkinan bergerak dari RE ke bagian cis, dan dari bagian cis melalui sisterna medial ke bagian trans sebagai komponen membran. Membran dari pembuluh ini keluar dari permukaan trans yang mengandung protein. Pembuluh ini mengandung protein sekresi yang digabungkan dengan membran plasma dan mengosongkan isinya diluar sel. Beberapa vesikula yang berada di dekat membran plasma yang bersebelahan dengan dinding sel, melebur antara vesikula dengan membran plasma hingga menambah luas permukaan membran sewaktu sel tumbuh. Badan Golgi juga bertindak memilih protein. Protein yang ditujukan untuk granular sekresi, lisosom dan membran plasma dikirimkan ke cis dari diktiosom sepanjang adanya kelebihan protein membran RE. Protein RE diyakini kembali ke retikulum endoplasma oleh pembuluh kecil yang dibebaskan dari cis sisterna Rothman menyatakan bahwa diktiosom terdiri dari tiga kompartemen, yaitu kompartemen cis, kompartemen medial dan kompartemen trans. Kompartemen cis menyortir dan melepaskan protein RE serta menambahkan phosfat pada terminal gula

dari protein lisosom. Kompartemen medial (bagian tengah sisterna) adalah tempat dimana N-acetyglucosamine ditambahkan. Penambahan galaktosa terminal dan asam N-acetylneuraminik terjadi dalam kompartemen trans dan juga di mana berbagai protein akan diurutkan berdasarkan tujuan akhir. Peranan lainnya dari badan Golgi selain mempersiapkan elemen-elemen membran plasma yang baru, juga terlibat dalam pemrosesan kembali membran plasma yang memasuki sitosol selama endositosis. Komponen-komponen membran yang memasuki badan Golgi menyusul endositosis dapat diproses dan digunakan kembali dalam sekresi, dan pada pembentukan lisosom atau perbaikan membran plasma itu sendiri. 3. Retikulum Endoplasma Retikulum endoplasma (RE) adalah organel yang dapat ditemukan di seluruh sel eukariotik. Retikulum endoplasma memiliki struktur yang menyerupai kantung berlapis-lapis. Kantung ini disebut cisternae. Retikulum endoplasma terbagi menjadi dua berdasarkan ada tidaknya butir butir ribosom pada permukaannya yaitu retikulum endoplasma kasar yang mempunyai ribosom pada permukaannya dan retikulum endoplasma halus yang tidak memiliki.

a. Retikulum Endoplasma Kasar Retikulum endoplasma kasar pada permukaan luarnya dapat ditemukan butir butir ribosom. Ribosom ini menempel pada retikulum endoplasma kasar seperti juga ribosom bebas, tersusun dalam kelompok kelompok yang kadang-kadang terlihat seperti lukisan yang melingkar lingkar. ribosom berhubungan dengan molekul RNA. Sub unit besar dari ribosom menempel pada membran vesikel Retikulum endoplasma sedang subunit kecil bebas. Hasil sintesis protein sebagai benang polipeptida akan disimpan dalam ruangan retikulum endoplasma melalui lubang lubang yang terdapat pada membran retikulum endoplasma. Struktur membran retikulum endoplasma pada dasarnya tidak berbeda dengan struktur membran sel, yaitu terdiri dari dua lapisan lipid. Pada saatnya nanti kandungan protein sebagai hasil sintesis akan diangkut ke dalam kompleks golgi, dengan cara melepaskan dalam gelembung gelembung kecil (mikrovesikel). Mikrovesikel tersebut sudah tidak memiliki butir butir ribosom pada permukaan luarnya. Retikulum endoplasma kasar banyak ditemukan dalam sel sel kelenjar, terutama pada sel kelenjar yang sedang aktif mensintesis sekretnya; pada pewarnaan tampak basofil karena banyaknya retikulum endoplasma kasar. Masing masing ruangan mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda pada retikulum endoplasma kasar, yang kemudian dapat dibedakan tiga jenis 1) Sisterna, ruangan pada retikulum endoplasma yang berbentuk ruangan gepeng, yang kadang-kadang tersusun berlapis lapis dan saling berhubungan. 2) 3)

Tubuler, berbentuk sebagai pipa pipa kecil yang saling berhubungan. Vesikuler, ruangan pada retikulum endoplasma yang berbentuk seperti gelembung gelembung kecil berlapis.

b. Retikulum Endoplasma Halus Jumlah retikulum plasma halus dalam sebuah sel sangat bergantung pada tipe atau jenis sel bersangkutan. Sehingga hanya pada jenis sel tertentu saja retikulum endoplasma halus ini tampak sangat menonjol. Retikulum plasma halus dapat dideteksi dengan mikroskop elektron. Diduga bahwa antara dua jenis retikulum endoplasma terdapat hubungan erat dengan melepaskan ribosomnya, retikulum endoplasma kasar dapat diubah menjadi retikulum endoplasma halus. Fungsi retikulum endoplasma ini bermacam-macam yaitu tergantung pada tugas sel yang bersangkutan. Yang jelas ada hubungan dengan sintesis protein, melainkan memiliki hubungan dengan metabolisme atau pemisahan zat-zat tertentu, misalnya : a. Sintesis lipid, kolesterol, dan hormon steroid serta metabolisme lipid b. Detoksifikasi obat-obatan dalam hepar c. Pembentukan glikogen dalam sel-sel hepar dan otot seranlintang (otot lurik) d. Metabolisme mineral e. Transportasi lipid pada sel-sel epitel usus Sebelumnya pada bagian membran sel telah dijelaskan bahwa pada membran sel terdapat protein , hal yang sama terjadi pada organel-organel sel bermembran lainnya termasuk retikulum endoplasma. Protein tersebut merupakan enzim yang diperlukan untuk biosintesis lipid. Fosfolipid dan kolesterol yang merupakan kerangka dasar membran sel disintesis pada membran retikulum endoplasma halus, kecuali untuk asam emak dan fosfolipid mitokondria. Fosfolipid utama yang terdapat dalam retikulum endoplasma adalah fosfatidilkolin yang juga disebut lesitin. Sintesis lesitin ini sendiri melalui tiga tahapan dari dua asam lemak dengan gliserol fosfat dan tiap tahapannya membutuhkan enzim sebagai katalisator. Fungsi sesungguhnya dari retikulum endoplasma halusa adalah sebagai pabrik penghasil membran. Oleh karena itu, selain sintesis molekul lipid juga mensintesis protein dalam membran tersbut. 4. Plastida Plastida ditemukan di dalam sel tumbuhan. Sel binatang tidak memiliki plastida. Secara umum, plastida merupakan organela yang dikelilingi membran yang menyimpan sesuatu. Terdapat 2 plastida yaitu kromatofor dan leukoplas. a. Kromatofor Kromatofor dibagi menjadi 2 yaitu kloroplas dan kromoplas.

1. Kloroplas.

Kloroplas mengandung pigmen, termasuk klorofil, dan enzim-enzim yang diperlukan untuk fotosintesis, suatu proses di mana energi cahaya dikonversi menjadi energi kimia, yang digunakan untuk menghasilkan molekul (bahan bakar) karbohidrat. Kloroplas ditemukan pada tanaman dan beberapa protista. Kloroplas ini tidak ditemukan pada organism heterotrof. Beberapa bakteri mempunyai klorofil dan dapat melakukan fotosintesis, tetapi tidak mempunyai kloroplas yang dibatasi membran. Beberapa bakteri juga mempunyai pigmen fotosintetik selain klorofil.

Struktur Kloroplas yang Khas  Kloroplas tumbuhan adalah suatu organela yang dibatasi membran lapis ganda, dengan sebuah kompartemen dalam yang mengandung membran yang lebih banyak. Membran dalam dan luar adalah halus dan berbentuk oval pada tumbuhan tinggi.  Di dalam kloroplas terdapat sistem bermembran lain dalam bentuk kantong-kantong pipih yang saling berhubungan disebut tilakoid. Di beberapa wilayah, tilakoid ditumpuk seperti koin permainan poker, masing-masing tumpukan disebut grana.  Cairan di luar tilakoid disebut stroma, yang mengandung DNA kloroplas dan ribososm, serta banyak enzim. Membran kloroplas membagi ruang kloroplas menjadi tiga kompartement : ruang antarmembran, stroma, dan ruang tilakoid.

fungsi kloroplas berhubungan dengan fotosintesis. Tilakoid yang terdiri dari sistem foto, klorofil dan pigmen aksesori yang menyerap cahaya yang dihasilkan dalam transfer elektron untuk membentuk faktor co yang kompleks seperti NADP (Nikotin Amida dinukleotida fosfat) dan ATP (Adenosin trifosfat) yang menyediakan molekul energi. Hal ini diikuti dengan reaksi gelap dimana fiksasi karbon dan pembentukan karbohidrat berlangsung menggunakan ATP dan NADP. Reaksi ini terjadi dalam stroma dan disebut sebagai siklus Calvin. 2. Kromoplas  Kromoplas artinya plastida yang terpigmentasi.  Menyimpan pigmen tumbuhan (khususnya karoteniod kuning, oranye dan merah) yang tidak larut pada air, dan tidak terlibat di dalam fotosintesis.  Kromoplas melimpah pada region yang terpigmentasi oranye, emas, dan merah tua dari suatu tumbuhan

Gambar Suatu kromoplas dan amiloplas

b.

Leukoplas

Leukoplas dibagi menjadi 3 yaitu : 1.

Amiloplas

 Amiloplas menyimpan pati, yang tidak terpigmentasi (terdapat istilah umum, yaitu leukoplas, yang artinya plastida yang tidak terpigmentasi, tetapi bukan sebagai istilah

untuk amiloplas, yang mengidentifikasi apa yang tersimpan di dalam plastid). Amiloplas juga disebut sebagai butir-butir pati.  Amiloplas berbeda-beda ukurannya, tergantung seberapa banyak pati yang terdeposit. Mereka juga merupakan jenis yang khusus pada semua desainnya, seorang ahli dapat mengidentifikasi sumber dari butir-butir pati ini.  Amiloplas melimpah pada sel penyimpan pada sebagian besar tumbuhan

2.

Elaioplas

Elaioplas bentuk semi-aktif yang mengandung tetes-tetes minyak/lemak pada beberapa jaringan penyimpan minyak, seperti endospermium (pada biji), berfungsi untuk menyimpan lemak 3. Proteinoplas Proteinoplas adalah Plastida leukoplas yang terspesialisasi dalam menyimpan asam amino/protein dan memproduksinya

5. Vakuola Vakuola merupakan ruang dalam sel yang berisi cairan (cell sap dalam bahasa Inggris). Cairan ini adalah air dan berbagai zat yang terlarut di dalamnya. Vakuola ditemukan pada semua sel tumbuhan namun tidak dijumpai pada sel hewan dan bakteri, kecuali pada hewan uniseluler tingkat rendah. fungsi vakuola adalah : 1. memelihara tekanan osmotik sel 2. penyimpanan hasil sintesa berupa glikogen, fenol, dll 3. mengadakan sirkulasi zat dalam sel Semua sel tumbuhan yang hidup dan sudah dewasa memiliki sebuah organela yang dibatasi membran yang sangat besar, yang terisi cairan, disebut vakuola tumbuhan pusat. Vakuola pusat menempati lebih dari 90-95% volume dan sel yang dewasa. Membran vakuola disebut tonoplas. Tonoplas sangat tidak permeabel terhadap air dan materi-materi yang larut dalam air

Gambar Vakuola pusat pada tumbuhan

Senyawa simpanan pada vakuola menarik air yang meningkatkan tekanan cairan di dalam vakuola. Tekanan ini dikenal sebagai tekanan turgor dan ini penting dalam meningkatkan ukuran dan area permukaan sel tumbuhan selama pertumbuhan sel. Tekanan ini juga memberi kekuatan sitoplasma melawan membran plasma dan dinding sel yang membantu untuk membuat sel tetap kaku, menjaga kondisi turgor. Turgor memberikan sokongan dan kekuatan untuk tumbuhan herbaceous dan bagian tumbuhan yang lain dari kehilangan dinding sel sekunder. Pada saat tumbuhan

kehilangan turgor, mereka akan layu, suatu keadaan yang secara biologis dikenal sebagai plasmolisis. Layu yang permanen merupakan eufemisme botani untuk kematian. 6. Ribosom

Fungsi utama dari ribosom adalah untuk sintesis protein. Ribosom terdiri dari asam ribonukleat yang sering disingkat RNA (RNA merupakan kepanjangan dari Ribonucleat Acid) dan protein, dalam jumlah yang hampir sama. Asam ribonukleat berasal dari nukleolus, di mana ribosom disintesis dalam sel. Sebuah sel prokariotik sederhana (misalnya, bakteri) terdiri dari beberapa ribu ribosom, sedangkan sel eukariotik sangat maju (misalnya, sel manusia) memiliki beberapa jutaan ribosom. Ribosom prokariotik lebih kecil dalam ukuran dibandingkan dengan yang eukariotik.

Ribosom terdiri atas dua subunit, masing-masing berisi RNA dan protein. Kedua subunit dikategorikan sehubungan dengan tingkat sedimentasi dalam media tertentu. Sebagai contoh, dua subunit dalam sel eukariotik adalah 40S (subunit kecil) dan 60S (subunit yang lebih besar), di mana 'S' adalah singkatan dari unit kepadatan, Svedberg. Dengan demikian, semakin tinggi nilai yang diberikan subunit, semakin besar adalah ukuran subunit. Dalam sel, ribosom berada di dua wilayah sitoplasma. Beberapa ribosom ditemukan tersebar di sitoplasma (disebut sebagai ribosom bebas), sementara yang lain yang melekat pada retikulum endoplasma (ribosom terikat). Dengan demikian, permukaan retikulum endoplasma ketika terikat dengan ribosom disebut retikulum endoplasma kasar (RER). Kedua ribosom bebas dan ribosom terikat memiliki struktur yang sama dan bertanggung jawab untuk produksi protein. Berbicara tentang fungsi utama ribosom, mereka memainkan peran perakitan asam amino untuk membentuk protein tertentu, yang pada gilirannya sangat penting untuk melaksanakan kegiatan sel. Seperti yang kita semua memiliki ide yang adil mengenai produksi protein, asam deoksiribonukleat (DNA) pertama menghasilkan RNA (messenger RNA atau mRNA) oleh proses transkripsi DNA, setelah itu pesan genetik dari mRNA diterjemahkan menjadi protein selama terjemahan DNA. Untuk lebih tepat tentang sintesis protein oleh ribosom, urutan untuk perakitan asam amino selama sintesis protein yang ditentukan dalam mRNA. MRNA disintesis dalam nukleus kemudian diangkut ke sitoplasma untuk kelanjutan lebih lanjut dari sintesis protein. Dalam sitoplasma, dua subunit ribosom mengikat sekitar polimer mRNA dan protein sintesis dengan bantuan RNA transfer (tRNA), sesuai dengan kode genetik. Ini seluruh proses sintesis protein juga disebut sebagai dogma sentral. Biasanya, protein disintesis oleh ribosom bebas digunakan dalam sitoplasma itu sendiri, sementara molekul protein yang diproduksi oleh ribosom terikat diangkut luar sel. Mengingat fungsi utama dari protein ribosom dalam membangun, dapat dimengerti bahwa sel tidak dapat berfungsi tanpa ribosom. 7. Peroksisom a.

Struktur peroksisom Untuk mengetahui struktur dan fungsi peroksisom, teknik sentrifugasi gradient kepadatan tidaklah menandai relative kecilnya perbedaan kepadatan antara lisosom dan peroksisom. Untuk itu dilakukan injeksi dengan deterjen Triton WR1339 dilanjutkan dngan penggunaan mikroskop elektron (Kleinsmith dan Kish,1988 : Sheeler dan Bianchii, 1980). Hasinya menunjukkan bahwa peroksisom mengkonfirmasikan identitas yang unik. Bentuknya kecil seperti bola kasar, berukuran antara mitokondria dan ribosom. Karena ukurannya yang kecil inilah (0,2-

2 µm), bersama-sama dengan glioksisom maka peroksisom digolongkan dalam benda-benda mikro. Peroksisom mempunyai stuktur yang terdiri dari kristal-kristal padat dan pekat yang terbungkus oleh satu lapis membran unit.

b.

Fungsi peroksisom Tolbert, seorang ahli fisiologi tumbuhan dari Amerika (Prawiranata, Harran dan Tjondronegoro, 1981) menemukan bahwa ada dua enzim utama yang amat berperan pada peroksisom tumbuhan yaitu asam glikolat oksidase dan katalase. Pada tumbuhan fungsi peroksisom adalah berperan dalam fotorespirasi, bersama-sama dengan organel sel lainnya yaitu kloroplas dan mitokondria membentuk rangkaian kerja 3 in 1. Hal ini mengakibatkan mengapa sering diperoleh pengamatan (dengan mikroskop elektron) bahwa ketiga organel sl tersebut selalu terletak berdekatan satu dengan lainnya. Fotorespirasi didefinisikan sebagai respirasi yang terjadi pada saat pencahayaan (terang). Decker (dalam Prawiranata dkk, 1981) menyatakan bahwa fotorespirasi berlangsung bersama-sama dengan respirasi normal. Salah satu perbedaan antara respirasi normal dan fotorespirasi adalah responnya terhadap konsentrasi oksigen (O2) pada atmosfir luar, dimana respirasi normal jenuh pada konsentrasi O2 sebanyak 2 %, sedang fotorepirasi terus meningkat hingga konsentrasi )2 udara normal 21 %. Untuk dapat memahami tentang fotorespirasi, diperlukan pengetahuan tentang enzim RubisCO serta mengenai biosintesa dan metabolisme asam glikolat (CH2OHCOOH).

Bergantung kepada perbandingan konsentrasi O2 dan CO2 dalam atmosfer, enzim RubisCO dapat mengkarboksilasi atau sebaliknya mengoksidasi atau sebaliknya mengoksidasi substrat RuBP. Bila RuBP bergabung dengan CO2 akan masuk ke lintasan atau siklus calvin dari fotosintesis menghasilkan 2 molekul asam fosfogliserat (PGA), tetapi bila RuBP bergabung dengan O2 akan masuk ke lintasan fotorespirasi menghasilkan satu molekul asam fosfogliserat dan satu molekul asam fosfoglikolat. Asam fosfoglikolat selanjutnya mengalami reaksi defosforilasi oleh enzim glikolat fosfatase membentuk asam glikolat. Pembentukan asam glikolat terjadi di kloroplas. Kemudian asam glikolat menuju ke peroksisom dan dioksidasikan oleh enzim glikolat oksidase menghasilkan asam glioksilat dan hydrogen peroksida. Hidrogen peroksida selanjutnya diurai menjadi oksigen dan air oleh enzim katalase. Asam glioksilat beberap rangkaian reaksi akan menghasilkan glisin (salah satu jenis asam amino). Metabolisme selanjutnya terjadi dalam mitokondria, dimana 2 molekul glisin bergabung membentuk satu molekul serin (jenis asam amino) dan juga karbondioksida (CO2). Reaksi oleh enzim serin transhidroksimetilase ini merupakan sumber utama dari produksi CO2 pada fotorespirasi. Serin kembali ke peroksisom dan melalui beberapa rangkaian reaksi akan membentuk gliserat. Gliserat oleh kloroplas dengan bantuan enzim gliserat kinase dan dengan membutuhkan satu molekul ATP akan membentuk satu molekul asam fosfogliserat dan satu molekul ADP. 8. Glioksisom Glioksisom merupakan badan mikro yang hanya ditemukan pada sel tumbuhan. Diameter glioksisom antara 0,5 sampai 1,0 mikrometer. Glioksisom hanya terdapat pada sel tumbuhan, misalnya pada lapisan aleuron biji padi-padian. Aleuron merupakan bentuk dari protein atau kristal yang terdapat dalam vakuola. Glioksisom banyak ditemukan pada biji-bijian yang berperan sebagai tempat menyimpan asam lemak untuk pembentukan energi dalam proses perkecambahan.

Adapun fungsi dari glioksisom adalah sebagai berikut : 1.

Mengontrol dan mengkatalisis dekomposisi senyawa secara bertahap; khusus penyimpanan lemak.

2.

Menyalurkan produk terhadap sintesis senyawa karbon banyak atau karbohidrat. Mereka sangat penting selama pertumbuhan karena mereka membantu sintesis dinding sel baru.

3.

Sebagai tempat metabolisme asam lemak

4.

Tempat terjadinya siklus glioksilat

D. Inti Sel 1. Struktur Inti SeL Inti sel (Nukleus) adalah organel pertama yang ditemukan, yang pertama kali dideskripsikan oleh Franz Bauer pada 1802 dan dijabarkan lebih terperinci oleh ahli botani Skotlandia, Robert Brown, pada tahun 1831 Inti sel merupakan organel yang sangat penting bagi kehidupan. Inti sel berperan mengendalikan seluruh kegiatan sel.

Inti sel (nukleus) adalah sebuah organel yang ditemukan di sel eukariotik. Inti sel mengandung banyak materi genetik seperti kromosom, DNA, dan bermacammacam protein. Biasanya sel hanya memiliki satu nukleus saja, namun ada sel yang memiliki lebih dari satu nukleus seperti sel parenkim hati dan sel otot jantung. Bahkan ada beberapa sel seperti sel eritrosit dan sel trombosit tidak memiliki nukleus. Pada umumnya, sel mengandung satu nukleus akan tetapi beberapa organisme memiliki jumlah nukleus yang bervariasi. Cairan yang melekat pada inti sel disebut nukleoplasma, dan komposisinya mirip dengan sitosol yang ditemukan diluar inti sel. Komposisi inti sel terdiri dari membran inti, nukleoplasma, kromosom, dan anak inti (nukleolus). Berdasarkan jumlah inti dalam sel dapat dibedakan menjadi : 1. Sel berinti tunggal ( Sel monukleat ), umumnya terdapat pada sel hewan dan sel tumbuhan 2. Sel berinti ganda ( sel Binukleat ). Terdapat pada Paramecium. 3. Sel berinti banyak ( Sel Polinukleat ), Sel yang berinti lebih dari dua misalnya sel otot lurik, sel osteoblast dan sel alga Vaucheria. Bentuk inti biasanya berkaitan dengan bentuk sel. Akan tetapi, umumnya bentuk inti tidak beraturan, ada yang berbentuk lonjong, kubus, persegi banyak beraturan. Volume inti berkaitan dengan jumlah kromosom dalam inti sel. Inti sel

haploid ukurannya lebih kecil daripada ukuran inti diploid. Nukleus mengandung materi genetil ( DNA dan RNA ), protein inti, dan garam mineral ( Karmana, 2008 ) Bagian – bagian Inti sel terdiri dari: 1. Membran inti Inti sel pada sel eukariot diselubungi oleh membran inti. Secara garis besar, membran inti terdiri dari tiga bagian yaitu membran luar, ruang perinuklear, dan membran dalam. Membran luar seringkali terhubung dengan retikulum endoplasma (RE) yang ditempeli oleh ribosom. Di membran inti terdapat pori inti yang bertujuan untuk memudahkan melakukan pertukaran molekul antara inti sel dengan sitoplasma. Molekul tersebut kebanyakan merupakan mRNA yang digunakan untuk sintesis protein. Membrane inti atau selubung inti merupakan struktur pembatas materi inti sel dengan sitoplasma. Struktur membran inti saat diamati di bawah mikroskop electron tampak sebagai dua lapisan membran yang masing-masing dipisahkan oleh celah sebesar 20-30 nm. Celah ini dinamakan spatiumn perinuclearis. Kedua lapisan tersebut tidak sama kepadatannya. Lapisan luar kurang padat dan ditempeli oleh butir- butir yang diduga ribosom dengan ukuran sebesar 15 nm. Dalam fase awal mitosis lapisan luar selubung inti tersebut berhubungan dengan sistem membran yang membentuk organella bermembran, sehingga strukturnya pun memiliki struktur dwi lapis lipid seperti membran plasma. Celah dalam selubung inti diisi oleh bahan yang amorf. Lapisan dalam selubung inti lebih rata daripada lapisan luar karena diseluruh bagian terdapat kelompok–kelompok butir ktomatin. Diduga bahwa lapisan luar selubung inti berperan dalam memelihara keberadaan lubang – lubang inti dan bentuk inti, sedang lapisan dalam berfungsi memegang bagian – bagian kromosom inti Antara inti dan sitoplasma disekitarnya terdapat hubungan timbal balik terutama mengenai proses biokimia, Untuk keperluan tersebut terdapat lubang lubang pada selubung inti yang disebut pori nuclearis. Umumnya lubang – lubang tersebut terdapat sangat banyak yang masing – masing dipisahkan pada jarak 0,1 – 0,2 mikron. Jumlahnya sampai 3000 – 4000 lubang untuk setiap lubang inti. Diameter lubang sebesar 30 – 40 nm, Pada inti sel mamalia diperhitungkan bahwa jumlah lubang inti meliputi 10 % dari seluruh permukaan selubung inti. Lubang – lubang inti masaih dilengkapi suatu bangunan silindris yang berlubang dengan ujung – ujung sebelah dalam dan luar lebih besar diamternya daripada diameter lubang inti, sehingga bangunan ini bertindak sebagai diafragma., dan dinamakan annnulus atau cincin. Cincin dan lubang inti membentuk kesatuan sehingga disebut pore complex. Kesatuan tersebut berfungsi untuk mengatur molekul atau ion – ion yang keluar masuk inti. Pada waktu mitosis sel, selubung inti akan larut dan akan berbentuk lagi menjelang berakhirnya mitosis.

Adanya lubang pada selubung inti agaknya mempunyai korelasi dengan beberapa sifat elektrokimiawi selubung tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaaan potensial yang diduga bertinddak sebagair difusi ion – ion seperti K+ dan Na+ atau Cl-. Namun pada selubung inti oosit tidak terdapat potensial yang berarti sehingga memungkinkan pertukaran ion – ion sitoplasma dan inti secara bebas. 2. Anak Inti ( Nukleolus ) Nukleolus lebih dikenal dengan istilah “anak inti”. Nukleolus adalah “noda” tebal yang ditemukan di dalam inti sel. Nukleolus tidak dikelilingi oleh membran dan sewaktu-waktu disebut suborganel. Nukleolus tersusun atas fosfoprotein, orthosfat, DNA, dan enzim. Fungsi utama nukleolus adalah untuk mensintesis rRNA dan merakit ribosom. Struktur nukleolus bergantung pada aktivitasnya. Jika sintesis rRNA berhenti, nukleolus menghilang atau mengecil. Jadi, nukleolus bukan merupakan organel yang tetap. Dalam pengamatan menggunakan mikroskop cahaya anak inti terlihat sebagai sebuah atau lebih bangunan basofil ang ukurannnya lebih besar daripada ukuran – ukuran butir kromathin atau gumpalan kromatin, Seringkali anak inti menempel pada selubung inti. Pada sediaan biasa, anak inti tampak sebagai struktur yang homogen. Sedangkan dalam pengamatan dengan mikroskop elektron terdapat beberapa komponen sebagai : Daerah granuler atau pars granulosa Daerah granuler terdiri dari butir – butir sebesar 15 – 20 nm, lebih kecil sedikit daripada butir-butir ribosom, Seringkali daerah ini terdapat bagian perifer anak inti. Daerah fibriler atau pars fibrosa Daerah fibriler terdiri atas benang dengan diameter 5 – 10 nm. Komponen ini terdapat ditengah – tengah anak inti karena daerah granuler dan daerah fibrilier keduanya dicerna oleh enzim ribonuklease, maka diduga keras kedua daerah tersebut mengandung ribosom Daerah amorf atau pars amorfa. Daerah amorf merupakan daerah yang mengandung matriks anak inti yang digunakan untuk untuk mengikat 2 komponen yang disebutkan diatas. Matriks ini menempelkan bahan protein. Disekitart anak inti terdapat khromatin yang terbentuk sebagai benang – benang halus setebal 10 nm. Adanya khromatin yang mengelilingi anak inti menyebabkan

warna basofil pada pengamatan dengan mikroskop cahaya. Pada anak inti yang berukuran besar kadang – kadang terlihat butir – butir besar yang diduga butir – butir kromatin (Subowo. 107 : 1995). Berlangsungnya transkripsi gen untuk rRNA yang berjalan terus – menerus akan menjamin terbentuknya rRNA untuk ribosom yang ada dalam sitoplasma. rRNA yang baru terbentuk dari transkripsi tersebut segera dikemas bersama protein ribosom untuk membentuk riboso. Pengemasan tersebut berlangsung dalam anak inti. Untuk keperluan tersebut maka dalam anak inti terdapat sejumlah penggal – penggal DNA ( rDNA ) untuk transkripsi menjadi rRNA secara berulang – ulang dan berjalan sangat cepat dengan bantuan enxim ploimerasi RNA I. Penggal – penggal DNA tersebut dinamakan “nucleolar organizer”. Dapat dipastikan bahwa anak inti berfungsi untuk membuat ribosom yang terbuat dari sitoplasma. Karena ribosom diperlukan dalam proses sintesis protein, maka dapat dimengerti apabila dalam sitoplasmanya akan memiliki anak inti yang membesar. Apabila dikaitkan dengan struktur khromatin pada saaat mitosis maka nucleolar organizer terdapat pada kromososm sebagai bagian yang mengecil dinamakan kontraksi sekunder yang letaknya dekat satelit, Dengan demikian jumlah nucleolar organizer akan menentukan jumlah anak inti dalam inti sel. Bahkan kadang – kadang terlihat bahwa beberapa anak inti berdekatan sehingga nampan anak inti tersebut menyatu. Kandungan RNA dalam anak inti jika dibandingkan dengan bagian – bagian lain dari inti tidak selalu tetap yaitu berkisar 5 % - 20 %. Untuk kepentingan sintesis protein ribosom diperlukan rRNA sebagai hasil transkripsi DNA, namun dengan berbagai pewarnaan terhadap DNA, tidak dapat dibuktikan adanya DNA dalam anak inti kecuali dalam beberapa anak inti yang besar. ( Subowo. 110 : 1995 ). 3. Khromatin Didalam inti terlihat adanya butir-butir basofil yang disebabkan adanya khromatin. Dengan pewarnaan HE tampak biru oleh hematoksilin oleh kerana adanya molekul DNA yang menyusun khromatin. Untuk setiap jenis sel tampak adanya perbedaan ukuran dan penyebaran butir-butir khromatin tersebut. Hal ini dikaitkan dengan proses sintesis protein yang untuk setiap jenis sel tadaklah sama. Antara gambaran inti interfase dengan inti yang sedang mitosis terdapat perbedaan besar, khususnya mengenai struktur khromatinnya. Pada inti interfase, khromatin tampak sebagai butir-butir yang tersebar pada seluruh inti tanpa adanya gambaran benang-benang khromosom, tetapi sebaliknya pada inti yang sedang mitosis tidak tampak gambaran butir-butir khromatin namun diganti dengan gambaran benang-benang khromosom.

Beberapa dasawarsa yang lalu para ahli yakin bahwa khromatin dalam inti interfase memang berbentuk sebagai butir-butir terlepas yang nantinya akan disusun dengan cara tertentu pada waktu mitosis menjadi benang khromosom. Dan sudah sejak lama pula diketahui bahwa khromosom merupakan bagian inti sel yang membawa gena yang akan menentukan sifat-sifat yang diturunkan dalam individu yang bersangkutan. Tetapi dengan perkembangan pengetahuan bahan dasar kimia gena yang ada, terbukti membawa konsep yang menyatakan bahwa butir-butir khromnatin merupakan bangunan yang satu sama lain terlepas yang kemudian disusun kembali oleh cara-cara tertentu menjadi benang-benang khromosom tidak benar. Dari penelitian-penelitian yang mendalam dapat disimpulkan bahwa pada waktu interfase butir-butir khromatin masih dihubungkan satu sama lain seperti halnya dalam khromosom, hanya saja hubungan tersebut tidak dapat dibuktikan melalui pengamatan dengan mikroskop cahaya. Sehingga dapat dikatakan sebenarnya dalam interfase khromosom masih ada dalam bentuk khromatin. Konsep terakhir ini menyatakan bahwa khromosom merupakan susunan benang halus yang dikemas menjadi batang-batang halus, sedang butir-butir khromatin sebenarnya sebagian dari kemasan benang-benang halus yang tidak tampak, sehingga kemasan benang menjadi butir-butir yang masih tetap dihubungkan oleh benang yang tidak dikemas. Alasan penolakan konsep pertama apabila terjadi mitosis yang berulang dalam siklus sel, maka jika butir-butir khromatin tersebut merupakan butir-butir terlepas sangatlah sulit menyusun kembali dengan urutan yang tetap sama agar tidak mengganggu urutan gena yang merupakan sandi untuk sintesis protein. Konsep kedua sangat masuk akal apabila dikaitkan dengan harus tetap terjadinya urutan gena sehingga tidak akan mengganggu proses sintesis protein urutan gena yang pada dasarnya digunakan untuk sandi pembentukan protein pada gilirannya akan menentukan fenotipe dari sel atau individu bersangkutan. Sebaliknya konsep yang menyatakan bahwa urutan gena dalam khromosom masih tetap ada walaupun sel tersebut dalam keadaan mitosis dan interfase, didukung oleh dua penemuan, yaitu : adanya gambaran benang-benang halus yang terlihat pada pengamatan dengan mikroskop kontras fase dan adanya benang-benang halus yang berdiameter 20-30 nm apabila sel dalam interfase diamati dengan mikroskop elektron. Benang-benang tersebut menunjukkan benjolan-benjolan pada beberapa tempat. Kedua gambaran tersebut diduga sebagai penghubung butir-butir khromatin pada waktu sel interfase. Selanjutnya konsep tersebut menyatakan bahwa butir-butir khromatin yang nampak pada inti interfase dengan mikroskop cahaya tidak lain adalah lanjutan benang-benang khromosom yang bergelung. Benang halus khromosom yang menghubungkan ( yang diameternya sekitar 20-30 nm) tidak dapat diamati dengan mikroskop cahaya. Dari konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa bahan-bahan yang menyusun khromosom dan khromatin adalah sama, namun lazimnya istilah

khromosom diperuntukkan bagi khromatin yang membentuk gambaran sebagai batang-batang halus pada saat sel tersebut membelah. Pada sel interfase dibedakan dua macam khromatin : a. Heterokhromatin atau “condensed chromatin” yaitu benang khromatin yang bergelung sehingga terlihat sebagai butir-butir khromatin. Karena bagian tersebut lebih terlihat mengikat warna, maka dinamakan pula “heteropyknotic positive”. b. Ekhromatin atau “extended chromatin” yaitu bagian benang kromatin yang tidak bergelung sehingga sulit terlihat pada sel interfase. Bagian benang khromatin ini dinamakan pula sebagai “heteropyknotic negative”. Sebenarnya bagian khromatin ini merupakan bagian yang aktif dalam mengatur kegiatan sel, karena bagian tersebut merupakan sandi yang sedang berfungsi. Didalam sel hati dibedakan tiga macam butir khromatin bedasarkan letaknya : a. Khromatin perifer, yaitu khromatin yang berdekatan dengan permukaan dalam selubung inti, sehingga selubung inti tampak biru pada pewarnaan HE. b. Butir-butir atau pulau-pulau khromatin, yaitu khromatin yang membentuk kelompok-kelompok. c. Khromatin terkait nukleolus, yaitu khromatin yang terdapat disekeliling anak inti. Penelitian terhadap komposisi kimia dalam inti sudah dimulai sejak akhir abad ke- 19. Freidrich Miescher (1845-1895) dengan cara sangat sederhana meneliti bahan-bahan yang diambil dari nanah yang berasal dari luka. Kita tahu sekarang bahwa nanah sebenarnya mengandung sisa-sisa leukosit yang mati yang tentunya mengandung bahan bahan inti. Oleh Miescher, nanah tersebut dibubuhi getah lambung (kini kita tahu bahwa didalam getah lambung terdapat enzim pepsin) yang kemudian terhadap campuran ini dilakukan analisis kimia. Dari analisis kimia tersebut dapat disimpulkan bahwa nanah mengandung bahan dengan berat molekul tinggi serta mengandung gugus fosfor. Penelitian yang lebih mendalam dalam abad ke-20 menemukan bahwa susunan kimia khromosom terdiri atas : DNA

16%

RNA

12%

Nukleoprotein

72%

Nukleoprotein terdiri atas beberapa jenis protein, yaitu :

Protamin, Histon, Nonhiston, Berbagai enzim diantaranya polimerase DNA dan RNA. 4. Nukleoplasma Nukleoplasma adalah cairan yang terdapat di dalam inti sel yang transparan dan kental. Nukleoplasma mengandung kromatin, granula, nukleoprotein, dan senyawa kimia kompleks. Pada saat pembelahan sel, benang kromatin menebal dan memendek serta mudah menyerap zat warna disebut kromosom. Benang kromatin tersusun atas protein dan DNA. Di dalam benang DNA inilah tersimpan informasi kehidupan. DNA akan mentranskripsi diri (menyalin diri) menjadi RNA yang selanjutnya akan dikeluarkan ke sitoplasma. 5. Kromosom Inti sel mengandung banyak gen dari DNA yang tersusun dan membentuk struktur yang disebut kromosom. Setiap sel manusia mempunyai untaian DNA sepanjang dua meter. Di dalam inti sel juga terbentuk protein DNA kompleks yang dikenal sebagai kromatin. Terdapat dua jenis kromatin yaitu eukromatin dan heterokromatin. Eukromatin merupakan bentuk DNA yang lebih sederhana dan mengandung gen yang diekspresikan oleh sel. Sedangkan heterokromatin adalah bentuk DNA yang lebih kompleks dan mengandung DNA yang telah ditranskripsi. 2. Fungsi Inti Sel Inti sel mampu untuk melakukan transkripsi gen yang dipisahkan dari tempat transkripsi di sitoplasma. Fungsi utama inti sel adalah untuk mengontrol ekspresi gen dan mereplikasi DNA di dalam sel. Fungsi dari inti sel hewan dan inti sel tanaman hampir sama. Hal ini karena fungsi dikategorikan berdasarkan sifat sel prokariotik dan eukariotik. Sel tumbuhan dan hewan keduanya eukariotik. a.

Pengendali Metabolisme Seluler Fungsi inti sel dalam mengendalikan metabolisme yang terjadi dalam sel dapat terjadi dikarenakan adanya proses menghasilkan protein yang dilakukan melalui proses transkripsi dan translasi. Setiap gen akan menjadi protein yang dihasilkan melalui cetakan DNA. Protein tersebut setelah

melalui proses ‘packing‘ oleh protein caperon akan menjadi protein fungsional. Protein yang dihasilkan nantinya akan menjadi enzim yang berperan dalam metabolisme sel atau metabolisme individu (multiseluler). “One gene one enzim”. b.

Penyimpan Informasi Genetik Fungsi inti sel dalam menyimpan informasi genetik dapat terjadi karena adanya membran inti yang mempertahankan DNA dalam wadah nya (nukleus). Rangkaian DNA seperti kita ketahui, tersusun atas banyak gen yang mewakili spesies tersebut. DNA kemudian terangkai menjadi kromosom yang terbagi bagi sesuai dengan jumlah kromosom spesies tersebut. Fungsi inti sel yang satu ini sangat esensial dalam kelestarian sebuah makhluk hidup. Dengan adanya DNA (spesifik ke gen), sifat sifat suatu makhluk dapat diteruskan ke generasi berikutnya.

c.

Pengatur Siklus Sel Fungsi inti sel dalam mengatur siklus sel seperti apakah sel tersebut harus membelah, tidak membelah atau membesar saja. Hal ini sebenarnya untuk sel pada umumnya kecuali sel kanker telah terkode kan dalam gen yang berada di inti sel. Dengan adanya gen tersebut, pembelahan ataupun tidak membelah nya suatu sel dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

d.

Wadah Replikasi dan Transkripsi Fungsi inti sel yang satu ini, sudah sangat jelas. DNA melaksanakan replikasi dalam inti sel. Replikasi DNA dalam siklus sel terjadi pada fase

G1. Dengan adanya replikasi DNA, artinya akan terjadi proses mitosis setelahnya. Fungsi inti sel sebagai tempat terjadinya transkripsi atau penerjemahan kode kode yang ada pada rantai DNA menjadi RNA muda atau RNA primer. Proses transkripsi merupakan rangkaian dari ekspresi genetik.

DAFTAR PUSTAKA Campbell. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Prawiro, Diratiara. 2011. Glioksisom. Diakses dari : http://diratiaraprawiro.blogspot.co.id/2011/05/glioksisom_02.html (Pada tanggal 19 September 2015 pukul 20.25 WITA). Sipayung, Rosita. 2003. Badan Golgi Biosintetis Dan Fungsinya Dalam Metabolisme. Diakses dari : http://library.usu.ac.id/download/fp/bdp-rosita3.pdf (Pada tanggal 21 September 2015 pukul 20.35 WITA). Sutriadi, Yayan.1992.Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan.Jakarta:Rineka Cipta. Yulianti, Evi. 2005. Organel Sel Eukariotik. Diakses dari : http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/evy-yulianti-msc/organela-seleukariotik.pdf (Pada tanggal 23 September 2015 pukul 20.05 WITA).

Related Documents

Paper
August 2019 42
Paper
October 2019 41
Paper
August 2019 43
Paper
November 2019 26
Paper
December 2019 25
Paper
June 2020 17

More Documents from ""