1. Struktur Penduduk Indonesia (Sabda) Distribusi penduduk Indonesia sangat tidak merata, baik wilayah geografis, laju pertumbuhan penduduk (tingkat fertilitas dan mortalitas), maupun menurut struktur usia. Informasi tentang distribusi penduduk secara geografis dan terpusatnya penduduk di satu tempat memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan penduduk (yang umumnya disertai dengan kemiskinan) dengan pembangunan dan program-program untuk mengurangi beban kepadatan penduduk atau melakukan realokasi pembangunan atau realokasi penduduk untuk bermukim di tempat lain.
1.1 Sebaran per Wilayah Geografis Lebih dari 132 juta orang (atau sekitar 55% penduduk Indonesia) pada tahun 2008 yang berjumlah sekitar 240 juta orang bermukim di pulau Jawa dan Madura, sedangkan luas wilayah pulau itu sendiri hanyalah 132.186 km2 (atau hanya sekitar 6,7% dari luas wilayah Indonesia sekitar 1.919.317 km2). Kepadatan penduduk untuk wilayah Jawa dan Madura rata-rata untuk tahun 2008 adalah sekitar 1000 orang per km2 . Pulau Sumatera dengan luas wilayah 473.481 km2 mempunyai jumlah penduduk pada tahun 2008 sebanyak 48,6 juta orang atau kepadatan penduduknya sekitar 100 orang per km2. Pulau Sulawesi, dengan jumlah penduduk pada tahun 2008 sebanyak 16.703.900 orang dan luas pulau 189.216 km2, mempunyai kepadatan penduduk hanya sekitar 88 orang per km2, sedangkan pulau Kalimantan, dengan jumlah penduduk tahun 2008 sebesar 13 juta orang dan luas pulau 539.460 km2, mempunyai kepadatan penduduk per km2 hanya sekitar 25 orang per km2. Pulau-pulau lainnya mempunyai kepadatan penduduk yang lebih kecil dari pulau Jawa dan Madura, pulau Sumatera, pulau Sulawesi. Papua Barat, misalnya hanya mempunyai kepadatan penduduk sekitar 5 orang per km2. Sebaran penduduk Indonesia pada tahun 2008 pada berbagai pulau disajikan pada Tabel 1 berikut, table mana menunjukkan dengan jelas terjadi distribusi penduduk yang sangat timpang antar pulau. 1.2 Tren Tingkat Kelahiran dan Kematian Secara kuantitatif , tingkat pertambahan penduduk (rate of population increase) dihitung atas dasar presentase kenaikan relative (atau persentase penurunan, yakni
dalam kasus pertambahan penduduk yang negative) dari jumlah penduduk neto per tahun yang bersumber dari pertambahan alami (natural increase)
dan migrasi
internasional neto (net international migration). Yang dimaksud dengan pertambahan alami adalah selisih antara jumlah kelahiran dan kematian, atau istilah teknisnya, selisih antara fertilitas dan mortalitas. Sedangkan migrasi internasional neto adalah selisih antara jumlah penduduk yang beremigrasi dan berimigrasi. Dibandingkan dengan pertambahan alami, factor migrasi internasional neto ini relative terabaikan (kecil bagi satu Negara). Dengan demikian laju pertumbuhan penduduk hamper sepenuhnya dihitung berdasarkan atas pertambahan alami, yakni selisih antara tingkat kelahiran dan tingkat kematian. Data penduduk dunia menunjukkan bahwa tingkat kelahiran selalu lebih tinggi daripada tingkat kematian, sehingga di Negara manapun di dunia ini terjadi pertumbuhan penduduk, hanya saja pertumbuhan penduduk dinegara berkembang lebih tinggi daripada pertumbuhan penduduk di Negara maju. Di Indonesia sendiri pada decade 1960an dan 1970an tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia meningkat. Kenaikan ini mungkin disebabkan karena adanya perbaikan kesehatan dan gizi penduduk setelah kemerdekaan dibandingkan dengan masa penjajahan Belanda sebelumnya, sedangkan tingkat kelahiran masih kurang tetap, belum mengikuti turunnya tingkat kematian. Sekitar tahun 1970an, laju pertambahan jumlah penduduk Indonesia telah mengalami penurunan dan terus mengalami penurunan setelah program Keluarga Berencana sampai akhir tahun 2010. Selanjutnya hasil proyeksi menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk Indonesia rata-rata per tahun antara periode 2000 – 2005 turun dari 1,34 persen menjadi 0,92 persen pertahun. Jumlah penduduk disetiap pulau sangat beragam dan bertambah dengan laju pertumbuhan yang sangat beragam pula. Sudah tentu variasi pada tingkat pertumbuhan penduduk per tahun antar provinsi di Indonesia disebabkan oleh variasi pada tingkat fertilitas dan mortalitas di masing-masing provinsi. Penyebab utama kematian bayi dan anak adalah penyakit menular (termasuk muntaber(, pneumonia, dan penyakit masa kanak-kanak seperti kurang gizi. Sebab-sebab kematian dapat dikurangi dengan cara melaksanakan beberapa program yang tidak terlalu mahal, terutama untuk mengatasi
terjadinya penyakit perut (muntaber), kekurangan gizi ibu dan anak, serta penyakitpenyakit yang tidak terlalu parah. Sebab-sebab kematian dewasa yang menonjol adalah TBC, pneumonia, penyakit perut menular, penyakit perut karena parasite, penyakit jantung, komplikasi sejak lahir, kecelakaan lalu lintas, dll. Tidak perlu diragukan lagi bahwa program Keluarga Berencana (penggunaan alatalat kontrasepsi) memegang peranan yang sangat penting dalam penurunan tingkat fertilitas, karena kelahiran dapat dicegah. Selain itu telah terjadi perubahan pola-pola perkawinan, yakni meningkatnya usia kawin, bertambahnya jumlah wanita yang tidak kawin, yang diimbangi dengan menurunnya jumlah perceraian. Di seluruh Indonesia, para pemuda mulai tidak menganut cara-cara tradisional dalam hal perkawinan. Hal ini disebabkan karena kesulitan mencari pekerjaan disamping mempunyai cita-cita tinggi, dan memenuhi tuntutan yang terus menerus yang akan dirasakan sebagai tekanan pembiayaan didalam upaya menjadi seorang pemuda modern. Bahkan, diantara golongan miskin dimana tuntutan anak-anak mereka yang lebih sederhana, juga mengeluh karena kebutuhan anak-anaknya. Hal ini menyebabkan adanya keinginan untuk membatasi jumlah anak dan memperpanjang jarak kelahiran yang mengakibatkan turunnya tingkat fertilitas. Diperkirakan bahwa tingkat fertilitas di Indonesia telah mengalami penurunan dari 5,5% pada tahun 1970 menjadi sekitar 2,7% pada tahun 2000.
1.3 Struktur Usia dan Beban Ketergantungan Informasi mengenai jumlah penduduk untuk kelompok usia tertentu penting diketahui agar pembangunan dapat diarahkan sesuai kebutuhan penduduk sebagai pelaku pembangunan. Keterangan atau informasi tentang penduduk menurut umur yang terbagi dalam kelompok umur lima tahunan, sangat penting dan dibutuhkan berkaitan dengan pengembangan kebijakan penduduk terutama berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal dalam pembangunan.
Dengan mengetahui jumlah dan persentase penduduk di tiap kelompok umur, dapat diketahui berapa besar penduduk yang berpotensi sebagai beban, serta dapat juga dilihat berapa persentase penduduk yang berpotensi sebagai modal dalam pembangunan yaitu penduduk usia produktif. Selain itu, dalam pembangunan berwawasan gender, penting juga mengetahui informasi tentang berapa jumlah penduduk perempuan terutama yang masuk usia reproduksi (15 – 49 tahun), partisipasi penduduk perempuan menurut umur dalam pendidikan, dalam pekerjaan, dan sebagainya. Hampir 40% penduduk di Negara-negara berkembang terdiri dari anak-anak berusia dibawah 15 tahun, sedangkan di Negara-negara maju jumlah generasi mudanya hanya sekitar 20% dari jumlah total penduduknya. Misalnya, sebanyak 46% penduduk Nigeria dan 48% untuk Ethiopia berusia dibawah 15 tahun pada 1997 (Todaro dan Smith 2003:299). Di Negara-negara yang mempunyai struktur usia penduduknya seperti itu, rasio ketergantungan pemuda (youth dependency ratio) – yakni perbandingan antara pemuda berusia dibawah 15 tahun yang tentunya belum memiliki pendapatan sendiri, dengan orang-orang dewasa yang aktif atau produktif secara ekonomis berusia 15 tahun hingga 64 tahun sangatlah tinggi. Hal ini berarti angkatan kerja di Negara-negara berkembang harus menanggung beban hidup anak-anak mereka yang besarnya hampir dua kali lipat dibandingkan dengan angkatan kerja di Negara-negara kaya. Misalnya. Di Swedia dan Inggris, jumlah kelompok usia kerjanya (15 – 64 tahun) hampir mencapai 65% dari total penduduk. Penduduk usia kerja ini hanya berkewajiban menanggung beban hidup anakanak yang jumlahnya 18% dan 19% saja dari total penduduknya dimasing-masing Negara tersebut. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin cepat laju pertambahan penduduk, akan semakin besar pula proporsi penduduk berusia muda yang belum produktif dalam total populasi, dan semakin berat pula beban tanggungan penduduk yang produktif. Fenomena ketergantungan penduduk berusia muda ini selanjutnya menimbulkan masalah lain, yakni konsep penduduk tua dan penduduk muda, dan yang tidak kalah pentingnya, yakni apa yang disebut sebagai momentum pertumbuhan penduduk yang tersembunyi (hidden momentum of population growth).
1.4 Penduduk Muda dan Penduduk Tua Klasifikasi penduduk menurut umur dapat digunakan untuk mengetahui apakah disuatu Negara termasuk berstruktur umur muda atau tua. Penduduk satu Negara dianggap penduduk muda apabila penduduk usia dibawah 15 tahun, yaitu mencapai 40% atau lebih dari jumlah seluruh penduduk. Sebaliknya, penduduk yang dimaksud sebagai penduduk tua apabila jumlah penduduk usia 65 tahun keatas diatas 10% dari total penduduk. Satu bangsa yang mempunyai karakteristik penduduk muda akan mempunyai beban besar dalam investasi social untuk pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar bagi anakanak dibawah 15 tahun. Dalam hal ini pemerintah harus membangun sarana dan prasarana pelayanan dasar mulai dari perawatan ibu hamil dan kelahiran bayi, bidan dan tenaga kesehatan lainnya, sarana untuk tumbuh kembang anak termasuk penyediaan imunisasi, penyediaan pendidikan anak usia dini, sekolah dasar termasuk tenaga pendidik dan sarana sekolah lainnya.
1.5 Momentum Pertumbuhan Penduduk yang Tersembunyi Agaknya salah satu aspek pertyumbuhan penduduk yang sulit dipahami adalah kecenderungan untuk terus menerus mengalami peningkatan yang tidak terhentikan sekalipun tingkat kelahiran telah mengalami penurunan secara drastis. Pertambahan penduduk tersebut mempunyai kecndrungan inheren untuk terus melaju seolah olah laju pertumbuhan tersebut mengandung suatu daya gerak (momentum) internal yang kuat dan tersembunyi. Dalam kasus pertumbuhan penduduk, peningkatan atau daya gerak tersebut agaknya akan dapat berlangsung terus sampai beberapa decade kemudian setelah angka kelahiran mengalami penurunan yang cukup berarti. Ada dua alasan utama yang melatar belakangi keberadaan daya gerak tersembunyi tersebut. Yang pertama, tingkat kelahiran itu sendiri tidak mungkin diturunkan hanya dalam satu malam saja. Kekuatan-kekuatan social, ekonomi, dan institusional yang mempengaruhi tingkat fertilitas yang telah ada dan bertahan selama berabad-abad tidak mudah hilang begitu saja hanya karena himbauan-himbauan dari para pemimpin nasional. Pengalaman menunjukkan bahwa penurunan tingkat kelahiran secara berarti memerlukan waktu berpuluh-puluh tahun. Maka dari itu, meskipun Indonesia menetapkan upaya-upaya
untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk sebagai prioritas utama, hasilnya tidak akan diperoleh dengan segera. Alasan kedua atas adanya momentum yang tersembunyi tersebut erat kaitannya dengan struktur usia penduduk Indonesia. Di Negara yang memiliki tingkat kelahiran tinggi, proporsi jumlah anak-anak dan remaja acap kali mencapai 50% dari jumlah penduduk keseluruhan. Dalam populasi yang tingkat fertilitasnya tinggi, jumlah anak muda lebih banyak dibandingkan dengan jumlah orang tua mereka, dan apabila anak-anak ini nantinya menjadi dewasa maka jumlah orang tua yang potensial dengan sendirinya mengalami peningkatan.
2. Masalah Kependudukan (Ruben) A. MASALAH KEPENDUDUKAN YANG BERSIFAT KUANTITAS
1. Besarnya Jumlah Penduduk (Over Population) Telah disebutkan sebelumnya di awal bahwa jumlah penduduk Indonesia berada di urutan ke empat terbesar di dunia setelah berturut-turut China, India, Amerika Serikat dan keempat adalah Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka 237.641.326 (www.bps.go.id). Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah. Dari sensus tahun 1971-2010, jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah. Adanya tekanan penduduk terhadap daya dukung lingkungan menjadi masalah yang sangat rumit. Kepentingan untuk membangun tempat tinggal dan ruang gerak sangatlah penting namun di sisi lain terdapat kepentingan yang terkait dengan permasalah lingkungan seperti halnya sebagai daerah aliran sungai, daerah resapan air, pertanian, penyediaan sumber daya alam, dll. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan dan keduanya perlu mendapatkan perhatian yang sama demi keseimbangan alam. Selain itu, masalah yang muncul terkait dengan jumlah penduduk yang besar adalah dalam penyedian lapangan pekerjaan. Kebutuhan akan bahan pokok menuntut orang untuk berkerja dan encari nafkah. Namun, penyedia lapangan kerja sangatlah minim. Yang menjadi masalah adalah penduduk lebih senang untuk menggantungkan diri terhadap pekerjaan dan cenderung mencari
pekerjaan daripada membuka lapangan pekerjaan. Hal ini menyebabkan masalah baru yaitu pengangguran. Apabila jumlah pengangguran ini tinggi, maka rasio ketergantungan tinggi sehingga negara memiliki tanggungan yang besar untuk penduduknya yang dapat menghambat pembangunan dan menyebabkan tingkat kemiskinan menjadi tinggi. Jumlah penduduk yang besar memiliki andil dalam berbagai permasalahan lingkungan dan aspek lainnya. Jumlah penduduk yang besar tentunya membutuhkan ruang yang lebih luas dan juga kebutuhan yang lebih banyak namun lahan dan juga wilayah Indonesia tidaklah bertambah. Oleh karena itu, perencaan yang matang sangatlah diperlukan guna penentuan kebijakan terkait dengan besarnya jumlah penduduk Indonesia.
2.
Tingginya Tingkat Pertumbuhan Penduduk Terkait dengan jumlah penduduk yang tinggi tentunya terdapat faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah tingkat atau laju pertumbuhan penduduk. Besarnya laju pertumbuhan penduduk membuat pertambahan jumlah penduduk semakin meningkat. Semakin besar persentase kenaikannya maka semakin besar jumlah penduduknya. Kenaikan ini tentunya membawa dampak bagi kependudukan Indonesia. Dalam penentuan kebijakan semakin banyak yang perlu dipertimbangkan baik dalam hal penyediaan berbagai sarana dan prasarana, fasilitas-fasilitas umum dan yang terpenting adalah kebijakan dalam rangka mengurangi laju pertumbuhan yang ada di Indonesia. Dari situlah muncul program KB dan kini ditangani oleh BKKBN. Apabila tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terus dibiarkan maka akan terjadi berbagai masalah baik masalah pengangguran, tingkat kualitas sumber daya manusia yang menurun, kejahatan, lapangan pekerjaan dll yang memberikan dampak negatif bagi kelangsungan umat manusia Indonesia khususnya. Oleh karena itu, usaha untuk menekan laju pertumbuhan sangatlah penting. Program-program yang ditawarkan pemerintah harus didukung oleh masyarakat seperti halnya KB, penggunaan alat kontrasepsi, penundaan usia perkawinan, dll sehingga penurunan laju pertumbuhan penduduk diharapkan menurun.
3.
Persebaran Penduduk Tidak Merata
Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disuatu wilayah dibandingkan dengan luas wilayahnya yang dihitung jiwa per km kuadrat. Berdasarkan sensus penduduk dan survey penduduk, persebaran penduduk Indonesia antar provinsi yang satu dengan provinsi yang lain tidak merata. Di Indonesia sendiri terjadi konsentrasi kepadatan penduduk yang berpusat di Pulau Jawa. Hampir lebih dari 50% jumlah penduduk Indonesia mendiami Jawa. Hal ini menjadi masalah apabila pusat pemerintahan, informasi, trasportasi, ekonomi, dan berbagai fasilitas hanya berada di satu wilayah. Penduduk akan berusaha untuk melakukan migrasi dan akhirnya akan berdampak pada permasalahan pemerataan pembangunan. Faktor faktor yang menyebabkan terjadinya persebaran penduduk:
a.
Kesuburan tanah, daerah atau wilayah yang ditempati banyak penduduk, karena dapat dijadikan sebagai lahan bercocok tanam dan sebaliknya.
b. Iklim, wilayah yang beriklim terlalu panas, terlalu dingin, dan terlalu basah biasanya tidak disenangi sebagai tempat tinggal c.
Topografi atau bentuk permukaan tanah pada umumnya masyarakat banyak bertempat tinggal di daerah datar
d.
Sumber air
e.
Perhubangan atau transportasi
f.
Fasilitas dan juga pusat-pusat ekonomi, pemerintahan, dll.
B.
MASALAH KEPENDUDUKAN YANG BERSIFAT KUALITATIF
1.
Tingkat Kesehatan Penduduk yang Rendah Usaha untuk terus meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia terus digalakkan. Dalam hal kesehatan yang akan mejadi sorotan bagaimana gambaran tingkat kesehatan adalah angka kematian bayi. Besarnya kematian yeng terjadi menujukkan bagaimana kondisi lingkungan dan juga kesehatan pada masyarakat. Pada tahun 2012, usia harapan hidup orang Indonesia adalah 72 tahun sedangkan tahun 2011 rata-rata usia harapan hidupnya 71. Hal ini menujukkan usaha peningkatan dan perbaikan kualitas kesehatan manusia Indonesia. Angka harapan hidup yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan
penduduk yang baik. Kualitas kesehatan penduduk tidak dapat dilepaskan dari pendapatan penduduk. Semakin tinggi pendapatan penduduk maka pengeluaran untuk membeli pelayanan kesehatan semakin tinggi. Penduduk yang pendapatannya tinggi dapat menikmati kualitas makanan yang memenuhi standar kesehatan. 2.
Pendidikan Yang Rendah Kesadaran masyarakat akan pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Dari UU yang dikeluarkan pun terlihat bahwa wajib belajar penduduk Indonesia masih terbatas 9 tahun sementara negara lain bahkan menetapkan angka lebih dari 12 tahun dalam pendidikannya. Namun bagi Indonesia sendiri, angka 9 tahun pun belum semuanya terlaksana dan tuntas mengingat banyaknya pulau di Indonesia yang masih belum terjangkau oleh berbagai fasilitas pendidikan. Dari HDI (Human Development Indeks) tahun 2011 pun rata-rata pendidikan bangsa Indonesia masih pada angka 5.8 tahun. Dari sini pun sudah terlihat bagaimana tingkat pendidikan di Indonesia. Akan tetapi, sebenarnya tingkat pendidikan bukanlah satu-satunya indikator untuk mengukur kualitas SDM penduduk suatu negara. Kualitas SDM berhubungan dengan produktivitas kerja. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi diharapkan punya produktivitas yang tinggi. Namun kembali pada kenyataan yang terjadi di Indonesia adalah banyak orang berpendidikan tinggi namun tetap saja menjadi penggangguran. Orang yang menganggur menjadi beban bagi orang lain. Seperti yang telihat pada grafik di bawah ini, pengangguran yang di maksud di sini merupakan pengangguran yang terjadi karena mereka sedang dalam proses mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan atau sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Terdapat angka yang menujukkan bahwa tingkat pengangguran tertinggi berada pada tamatan SMA/Umum. Ini menujukkan bahwa pendidikan setara SMA belum cukup untuk mengentaskan jumlah pengangguran yang ada di Indonesia. Lulusan ini masih menjadi pertanda bahwa tingkatan produktivitas tidak bertambah jika pendidikan hanya sebatas ini. Perlunya peningkatan pendidikan serta pendidikannon formal tentunya akan membantu agar pengangguran tidak menumpuk pada lulusan SMA.
3.
Banyaknya Jumlah Penduduk Miskin Kemiskinan juga menjadi salah satu masalah yang melanda Indonesia. Walau Indonesia bukan termasuk negara miskin menurut PBB namun dalam kenyataannya lebih dari 30 juta rakyat Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Yang lebih disayangkan lagi, Indonesia merupkan
negara yang kaya akan sumber daya alam yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Tapi sungguh memprihatinkan ketika meihat bagaimana kemiskinan menjadi bagian permasalahan di negeri yang kaya ini. Secara garis besar penurunan jumlah warga miskin memang terlihat signifikan. Hal ini juga dibenarkan oleh beberapa pakar yang mengamati penurunan ini. namun, angka 30 juta masih menjadi permasalahan sendiri mengingat adanya berbagai tujuan global yang akan di capai tahun 2015. Selain kemiskinan, masalah lain adalah kesenjangan sosial menjadi terlihat jelas di Indonesia. Kaum konglomerat menjadi penguasa namun pemerintah diam saja dengan kemiskinan yang ada. tidak mengherankan apabila negara Indonesia memiliki jumlah rakyat miskin yang cukup banyak. Kemakmuran berbanding lurus dengan kualitas SDM. Semakin tinggi kualitas SDM penduduk, semakin tinggi pula tingkat kemakmurannya. Ini dibuktikan oleh negara yang miskin sumber daya alam tetapi tingkat kemakmuran penduduknya tinggi sperti Jepang. Kurangnya perhatian terhadap SDM Indonesia menjadikan rakyat banyak yang menderita. Seharusnya kenyataan ini menjadikan dasar pertimbangan kebenaran UUD pasal 33. Dalam hal ini tetap kemakmuran rakyat merupakan hal utama yang harus di perhatikan demi terciptanya Indonesia yang merdeka seutuhnya.
3. PENGANGGURAN DAN MACAM PENGANGGURAN (Guntur) Sebagai negara berkembang, masalah pengangguran di Indonesia sudah masih tergolong tinggi. Pada tahun 1980 tercatat jumlah pengangguran terbuka di Indonesia sudah mencapai angka 1.70 juta jiwa, dan pada tahun 2006 jumlah pengangguran di Indonesia mencapai prosentase 12,5% (Wikipedia.com). Dan dari data BPS pada 2008 di Indonesia masih tercatat pengangguran terbuka di Indonesia mencapai angka 9,39 juta jiwa atau 8,46% dari total angkatan kerja di Indonesia. Jumlah pengangguran terbuka terbesar didominasi oleh lulusan SMK sebesar 17,26% dari jumlah total pengangguran di Indonesia. Dan penyerapan tenaga kerja terbesar hanya terjadi pada sektor informal saja. Jumlah pengangguran tersebut terus bertambah hingga saat ini. Jumlah pengangguran di Indonesia ini masih sangat memprihatinkan, mengingat saat ini Indoenesia sebagai Negara yang masih berkembang dan belum mencapai pada masa kemajuannya harus menghadapi
munculnya perdagangan bebeas dimana setiap Negara leluasa untuk memasarkan hasil produksinya ke Negara manapun. Pengangguran di Indonesia paling banyak terjadi di pedesaan yang masih mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian utama penduduknya. Dengan munculnya permasalahan sosial berupa pengangguran tersebut maka menimbulkan berbagai permasalahan yang antara lain bagaimana pengangguran di Indonesia menjadi sangat rumit dan tergolong masih tinggi. Dengan jumlah angka pengangguran yang tinggi ini tentunya akan menimbulkan dampak bagi masyarakat Indonesia dan sistem-sistem yang ada. Serta bagaimanakah upaya yang tepat yang dapat dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta menurut cara pandang sosiologis untuk mengatasi masalah pengangguran di Indonesia.
Pengertian Pengangguran Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya.
Macam-Macam Pengangguran
Pengangguran Terbuka Pengangguran terbuka adalah keadaan orang yang sama sekali tidak bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan. Tenaga kerja yang sepenuhnya menganggur ini biasanya memiliki produktivitas marginal sama dengan nol, bahkan dapat pula negatif. Pengangguran terbuka, terdiri dari : a. Mereka yang tak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan b. Mereka yang tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha c. Mereka yang tak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja
Mencari pekerjaan adalah kegiatan seseorang yang pada saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan, seperti mereka :
Pengangguran Tersembunyi Salah satu bentuk dari under employment adalah yang disebut pengangguran terselubung. Pengangguran ini dapat terjadi ketidaksesuaian antara pekerjaan dengan potensi dan bakat serta kemampuan. Ketidak cocokan ini akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja yang rendah. Pengangguran Friksional Pengangguran friksional merupakan setiap pengangguran yang hanya menganggur sementara yang diakibatkan adanya batasan / kendala tertentu (dapat berupa waktu, informasi, atau pun batasan jarak geografis). Pengangguran Struktural Pengangguran struktural merupakan setiap pengangguran yang disebabkan oleh rendahnya kemampuan atau pun kualifikasi tenaga kerja sehingga perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan tidak menerimanya sebagai tenaga kerja. Pengangguran Musiman Pengangguran musiman merupakan setiap pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan oleh terjadinya fluktuasi kegiatan ekonomi perusahaan dalam jangka waktu pendek, yang menyebabkan perusahaan tempat pengangguran biasa bekerja harus menghentikan aktivitas produksi untuk sementara. Salah satu contoh pengangguran ini adalah diberhentikannya tenaga kerja permanen padi pada musim tanam. Pengangguran Siklikal Pengangguran siklikal merupakan setiap pengangguran yang disebabkan oleh imbas kondisi ekonomi yang berlangsung, yang menyebabkan ketersediaan lowongan pekerjaan tidak sesuai (jauh lebih rendah) dengan ketersediaan tenaga kerja. Kebanyakan pengangguran yang ada pada negara – negara miskin dan negara berkembang biasanya termasuk ke dalam jenis pengangguran ini.
4. TEKNOLOGI DAN PENGANGGURAN (Ruben,Guntur,Sabda) Menurut Sukirno (dalam jurnal Ngafifi, 2014) Pengangguran dapat pula ditimbulkan oleh adanya penggantian tenaga manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia. Racun ilalang dan rumput misalnya, telah mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan perkebunan, sawah dan lahan pertanian lain. Begitu juga mesin telah mengurangi kebutuhan tenaga kerja untuk membuat lubang, memotong rumput, membersihkan kawasan, dan memungut hasil. Sedangkan di pabrikpabrik, ada kalanya robot telah menggantikan kerja-kerja manusia. Pengangguran memang dapat terjadi karena faktor teknologi yang terlalu maju sehingga dapat menggantikan posisi manusia. Contohnya Karyawan yang di phk di perusahaan karena perusahaan telah membeli peralatan yang canggih yang bisa menggantikan mereka. Contoh lainnya adalah tukang kirim surat yang dikurangi jumlahnya(diphk) karena kurang digunakannya lagi surat karena sudah ada SMS atau BBM yang lebih canggih dan praktis. Namun jangan hanya melihat karena teknologinya, tetapi sumber daya manusianya atau tenaga kerjanya juga perlu diperhatikan. Sumber daya manusia harus ikut berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi. Suatu teknologi tidak akan bisa berjalan dengan baik jika tanpa operator, dan teknologi tidak akan bertahan lama jika tidak ada yang merawatnya. Maka Sumber daya manusia masih sangat perlu dibutuhkan untuk menjalankan suatu teknologi. Setiap teknologi secanggih apapun pasti punya kelemahannya, manusia perlu pelatihan dan pendidikan tentang pengetahuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) untuk melaraskan dengan teknologi yang ada sekarang ini bahkan sampai yang akan datang. Solusi untuk mengatasi pengangguran teknologi ialah dengan cara: 1. Memberikan pelatihan khusus untuk mengasah keterampilan yang dibutuhkan di dunia modern 2. Memberikan pengarahan pentingnya menguasai teknologi 3. Membuka pusat pelatihan kerja sumber daya manusia untuk membantu transisi dari pekerjaan tradisional ke pekerjaan modern atau yang menggunakan mesin dan alat canggih. Sumber daya manusia di beri pengetahuan dan pelatihan bagaimana berinovasi dan memiliki sifat trampil dan kreatif. Sehingga kualitas sumber daya manusia lebih baik dari pada penggunaan mesin. Tidak hanya hal itu, yang membedakan manusia dengan mesin atau robot adalah manusia mempunyai perasaan dan akal sehat. Teknologi sampai saat ini tidak bisa menggantikan posisi kedua hal
tersebut, karena mesin hanya diciptakan untuk membantu atau memudahkan kegiatan manusia,bukan untuk menggantikan posisi manusia. Teknologi juga dapat membuka dan menciptakan pekerjaan yang baru, seperti situs internet jual beli online yang kian marak di Indonesia. Siapapun bisa berbisnis di situs e-commerce atau marketplace Kemudian juga ada ojek online dengan aplikasinya yang cukup membantu, yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan sangat bermanfaat sekali bagi semua orang. Hal ini juga dapat menurunkan tingkat pengangguran di Indonesia bahkan dapat membuat wirausahawan baru di bidangnya masing-masing. Tingkat pengangguran semakin meningkat akibat perkembangan teknologi yang semakin canggih. Semua bisa dikatakan baik jika masih dalam keadaan wajar, namun kita ketahui bahwa teknologi akan selalu maju dan berkembang. Setiap berkembangnya suatu teknologi, maka juga akan mengubah pola ekonomi dan mengakibatkan pergantian pola kerja serta percepatan proses dari yang hanya mengandalkan kekuatan dan daya kerja manusia sekarang telah menggunakan berbagai mesin canggih. Teknologi juga membuat peran manusia merasa tergantikan posisinya karena teknologi yang dibuat sudah memiliki kemampuan seperti manusia lakukan bahkan bisa lebih baik dan cepat saat melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Hal tersebut berimbas pada tenaga kerja yang akan sedikit digunakan oleh perusahaan-perusahaan karena telah adanya bantuan dari teknologi yang dapat membantu efektivitas dan efisiensi pada waktu dan keuntungan perusahaan. Contohnya saja adalah mesin yang ada di stasiunstasiun yang seharunya di jaga oleh manusia kini digantikan oleh sebuah mesin. Seperti yang dilansir okezone.com bahwa menteri keuangan Sri Mulyani mengatakan "Sekarang ini, di Amerika Serikat (AS) ada eksperiman yang mobilnya tidak pakai sopir. Kalau nanti ekperimen berhasil dan bisa dijual maka akan muncul mobil yang tidak perlu sopir. Pekerjaan sopir termasuk yang akan hilang,". Pengangguran akan terjadi pada para sopir apabila teknologi mobil tanpa sopir telah terealisasi dengan baik. Sri Mulyani juga mengungkapkan bahwa “Indonesia termasuk yang harus paling memikirkan dampak perkembangan teknologi karena pada 15 tahun ke depan jumlah penduduk bisa mencapai 280 juta jiwa, dan bisa bertambah lagi jadi 300 juta jiwa. Apalagi, sebagian besar penduduknya di bawah usia 30 tahun”. Hal ini mendasari bahwa teknologi tidak sepenuhnya menguntungkan bagi semua orang tetapi juga dapat merugikan.
5. DISTRIBUSI DAN PERPINDAHAN PENDUDUK (Guntur,Ruben,Sabda)
Persebaran/Distribusi Penduduk Persebaran penduduk secara umum adalah Persebaran atau distribusi penduduk adalah bentuk penyebaran penduduk di suatu wilayah atau Negara. Persebaran penduduk dapat dibagi menjadi dua: 1. Distribusi penduduk berdasarkan geografis Distribusi penduduk secara geografis adalah karakteristik penduduk menurut batas-batas alam seperti pantai, sungai, danau dan sebagainya. 2. Distribusi penduduk berdasarkan administrasi pemerintahan Distribusi penduduk secara administrasi adalah karakteristik penduduk menurut batas-batas wilayah administrasi yang ditetapkan oleh suatu negara, misalnya jumlah penduduk di desa A atau di kecamatan B. Distribusi Penduduk di Indonesia Distribusi penduduk erat kaitannya dengan tingkat hunian atau kepadatan penduduk Indonesia yang tidak merata. Sekitar 60% penduduknya tinggal di Pulau Jawa yang hanya memiliki luas ± 6,9% dari luas wilayah daratan Indonesia. Secara umum, tingkat kepadatan penduduk atau population density dapat diartikan sebagai perbandingan banyaknya jumlah penduduk dengan luas daerah atau wilayah yang ditempati berdasarkan satuan luas tertentu. Kepadatan penduduk di tiaptiap wilayah Indonesia tidaklah sama, hal ini tentu saja menimbulkan permasalahan kependudukan. Permasalahan ini terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana sosial, kesempatan kerja, stabilitas keamanan, serta pemerataan pembangunan. Contohnya seperti di pulau Jawa Akibat dari tidak meratanya penduduk yaitu luas lahan pertanian di Jawa semakin sempit. Lahan bagi petani sebagian dijadikan permukiman dan industri. Sebaliknya banyak lahan di luar Jawa belum dimanfaatkan secara optimal karena kurangnya
sumber daya manusia. Sebagian besar tanah di luar Jawa dibiarkan begitu saja tanpa ada kegiatan pertanian. Keadaan demikian tentunya sangat tidak menguntungkan dalam melaksanakan pembangunan wilayah dan bagi peningkatan pertahanan keamanan negara. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya tingkat Distribusi ke pulau Jawa, antara lain karena pulau Jawa: 1. Sebagai pusat pemerintahan. 2. Sebagian besar tanahnya merupakan tanah vulkanis yang subur. 3. Merupakan pusat kegiatan ekonomi dan industri sehingga banyak tersedia lapangan kerja. 4. Tersedia berbagai jenjang dan jenis pendidikan. 5. Memiliki sarana komunikasi yang baik dan lancar. Faktor Penyebab Distribusi Penduduk Distribusi penduduk adalah bentuk penyebaran penduduk di suatuwilayah atau negara, apakah penduduk tersebut tersebar merata atau tidak. Kepadatan penduduk adalah angka yang menunjukkan jumlah rata-ratap penduduk pada setiap Km2 pada suatu wilayah negara. Faktorfaktor yang memppengaruhi penyebaran dan kepadatan penduduk tiap-tiap daerah atau negara sebagai berikut: 1. Faktor Fisiografis 2. Faktor Biologis 3. Faktor Kebudayaan dan Teknologi Perpindahan Penduduk (Migrasi).
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain di dalam negeri maupun dari suatu negara ke negara lain untuk menetap, baik secara perorangan, keluarga maupun berkelompok. Pengertian menetap menurut Sensus Penduduk Indonesia adalah orang yang tinggal di daerah baru selama enam bulan atau lebih. Migrasi merupakan perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain. Perpindahan yang masih dalam suatu negara disebut migrasi nasional. Perpindahan dari suatu negara ke negara lain disebut migrasi internasional.
Ada migrasi yang bersifat sementara dan ada yang menetap. Migrasi sementara terjadi jika penduduk tinggal di daerah atau negara baru hanya sementara. kurang dari enam bulan. Sedangkan migrasi menetap terjadi jika penduduk tinggal di daerah yang baru sekurang-kurangnya enam bulan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap migrasi penduduk dibedakan menjadi faktor pendorong dan faktor penarik.
Sebab - Sebab Terjadinya Perpindahan Penduduk (Migrasi).
Ada beberapa sebab terjadinya migrasi, yaitu sebagai berikut.
Alasan ekonomi, karena kesukaran hidup di suatu daerah mendorong keinginan untuk mencari kehidupan yang lebih baik ke daerah lain.
Alasan politis, yaitu adanya pergolakan politik dalam suatu Negara sehingga kaum politisi pindah ke negara lain untuk mencari perlindungan dan keamanan dirinya.
Alasan agama, karena kurang terjamin atau terkekang dalam kehidupan beragama penduduk pindah ke daerah lain yang sesuai dengan kehidupan agamanya.
Alasan lain, misalnya bencana alam, kekeringan yang panjang, peperangan, kelaparan, dan wabah penyakit.
Faktor Pendorong Perpindahan Penduduk.
Faktor pendorong adalah faktor yang mendorong orang berkeinginan migrasi meninggalkan tempat asalnya. Faktor-faktor tersebut antara lain :
Sempitnya lapangan kerja dan kemiskinan, jika lapangan kerja sempit dan hidup miskin, penduduk cenderung pergi meninggalkan daerahnya.
Keadaan politik yang tidak aman atau peperangan.
Jika keadaan daerah tidak aman, penduduk cenderung pergi meninggalkan daerahnya.
Fasilitas hidup di daerah asal kurang memadai, contohnya seorang yang ingin belajar di universitas terpaksa harus pergi ke kota lain karena di kotanya tidak ada universitas yang dimaksud.
Terjadinya bencana alam yang sulit diatasi, penduduk yang tinggal di daerah yang selalu terlanda banjir, misalnya. Terpaksa pindah ke daerah Iain.
Daerah asalnya dijadikan proyek pembangunan, penduduk terpaksa harus pindah karena daerahnya dijadikan proyek pembangunan, misalnya, pembangunan waduk.
Macam - Macam Perpindahan Penduduk (Migrasi).
Migrasi dapat dikelompokkan menjadi migrasi internasional dan migrasi nasional. 1. Migrasi lnternasional. Migrasi internasional meliputi imigrasi, emigrasi, dan repatriasi seperti yang dijelaskan berikut ini. a.Imigrasi Imigrasi ialah masuknya penduduk dari suatu negara ke suatu negara lain. Misalnya, wisatawan mancanegara pergi ke Indonesia. Bagi Indonesia peristiwa wisatawan yang masuk ke Indonesia disebut imigrasif wisatawan mancanegara yang datang itu disebut imigran. Wisatawan atau imigran yang masuk ke Indonesia tanpa izin disebut imigran gelap.
b.Emigrasi Emigrasi ialah perpindahan penduduk yang meninggalkan suatu negara ke negara lain. Misalnya, tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia bekerja di mancanegara. Bagi Indonesia, peristiwa perginya orang Indonesia ke mancanegara itu disebut emigrasig, sedangkan orang yang melakukan emigrasi itu disebut emigrant.
c. Repatriasi. Repatriasi adalah perpindahan penduduk kembali ke negara asalnya setelah lama meninggalkan negaranya. Misalnya, orang Indonesia yang telah lama menetap di mancanegara kembali pulang ke Indonesia.
2. Migrasi Nasional. Migrasi nasional meliputi urbanisasi, transmigrasi, dan remigrasi seperti yang dijelaskan berikut ini: a.Urbanisasi Urbanisasi ialah perpindahan penduduk dari desa ke kota, atau dari kota kecil ke kota yang lebih besar. Misalnya, para petani yang menunggu masa panen mencari pekerjaan ke kota dan bekerja di luar bidang pertanian. Ketika masa panen tiba, mereka kembali ke desa mengerjakan pertanian sampai selesai masa memanen. Selama menanti masa panen, mereka kembali pergi ke kota.
b.Transmigrasi Transmigrasi ialah perpindahan penduduk dalam satu negara dari daerah yang berpenduduk padat ke daerah lain yang berpenduduk jarang, baik dipindahkan dalam satu pulau maupun dipindahkan ke pulau lain. Misalnya, penduduk di Jawa yang terkena musibah bencana alam ditransmigrasikan ke luar Jawa agar mereka memperoleh lapangan penghidupan yang lebih baik. Penduduk yang dipindahkan itu disebut transmigran.
Daftar pustaka
Unnes.2016.Struktur kependudukan Indonesia .https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/FIS/article/view/5363 USU.2018.masalah penduduk .http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-sri%20rahayu.pdf Riyanti.2017.pengaruh teknologi terhadap pengangguran. http://www.academia.edu/35597688/Perkembangan_Teknologi_Meningkatkan_Pengangguran.docx UNY.2015.masalah dan definisi pengangguran. http://staffnew.uny.ac.id/upload/198411182008122004/pendidikan/KK+4+PENGANGGURAN.pdf Unpar.2017.Distribusi dan Migrasi .http://journal.unpar.ac.id/index.php/BinaEkonomi/article/view/821
PEREKONOMIAN INDONESIA SAP 2 (EKI307)
KELAS : B1 OLEH : KELOMPOK 2
Fadillah Guntur Febrianto
(1707511045)
Ruben Maranata Maranata H. M.
(1707511053)
Made Gede Sabda Dwipayana
(1707511059)
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN (REGULER) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2019